Anda di halaman 1dari 24

Departemen Medikal Bedah

LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN DIAGNOSA DIARE DI LONTARA 4 ATAS BELAKANG
RSUP. DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

Oleh :

A.NUR SETYAWATI DWI SUHARDINI, S.Kep.


NIM: 70900119009

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

(…………………….……..) (…………………………......)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, saya bisa menyusun dan
menyajikan laporan pendahuluan ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan pendahuluan ini masih
terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna menyempurnakan laporan
pendahuluan ini dan dapat menjadi acuan dalam menyusun laporan pendahuluan
selanjutnya.
Akhir kata, semoga segala bantuan dari berbagai pihak demi perbaikan dan
penyempurnaan laporan pendahuluan ini mendapat balasan di sisi Allah Swt dan
dengan kerendahan hati saya berharap semoga laporan pendahuluan ini dapat
memberikan manfaat kepada saya khususnya dan pembaca pada umumnya.

Makassar, 18 November 2019

A.Nur Setyawati DS, S.Kep


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………. i


DAFTAR ISI …………………………………………………………………… ii
BAB I KONSEP MEDIS ……………………….…………………………......... 3
A. Definisi……..…………………………………………………………. 3
B. Etiologi …,,……………………………………………………………. 3
C. Patofisiologi…………………………..……………………………. … 4
D. Manifestasi klinis…………..…………………………………………… 5
E. Pemeriksaan diagnostik ……….………………………………………. 6
F. Komplikasi..…………………………..……………………………….. 8
G. Penatalaksanaan medis……………………..………………………… 9
H. Pencegahan.…………………………..…………………………….... 10
BAB II KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian……………………………………………………..……… 12
B. Diagnosa Keperawatan………...……………………………….......... 13
C. Rencana Keperawatan….…...……………………………………..... 19
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 25
PENYIMPANGAN KDM ……………………….………………………… 26
BAB I

KONSEP MEDIS

A. Definisi
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau

tidak seperti biasanya. Ditandai dengan peningkatan volume,keenceran, serta

frekuensi nya lebih dari 3 kali sehari (Hidayat,2016).


Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih

lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam.

Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran

tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar

5-10 g/kg/24 jam (Juffrie, 2017).


Kehilangan cairan dan garam dalam tubuh yang lebih besar dari normal

menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi timbul bila pengeluaran cairan dan garam

lebih besar daripada masukan. Lebih banyak tinja cair yang dikeluarkan maka

akan lebih banyak cairan dan garam yang hilang. Dehidrasi dapat diperburuk oleh

muntah yang sering menyertai diare (Nurmasarim, 2017).


B. Etiologi
Menurut Rukiyah dan Yulianti (2017) diare dapat disebabkan oleh

beberapa factor seperti infeksi malabsorbsi makanan dan psikologi. Infeksi ada

dua macam yaitu enternal dan parental. Enternal adalah infeksi yang terjadi

dalam saluran pencernaan dan merupakan penyebab utamanya terjadinya diare

sedangkan parental adalah infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan

misalnya otitis media akut (OMA), tansilofaringitis, bronkopneumonia dan

ensefalitis. Malabsorpsi meliputi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa,

maltose dan sukrosa) dan monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan

galaktosa), pada anak dan bayi yang paling berbahaya adalah intoleransi laktosa

lemak dan protein. Makanan meliputi makanan basi, beracun dan alergi

sedangkan psikologi meliputi rasa takut dan cemas.


Penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu

infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau parasit), malabsorpsi, alergi,

keracunan, immunodefisiensi ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan

infeksi dan keracunan. Contoh bakteri yaitu shigella, salmonella, E.Coli,

Gol.Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Sttafilokokus aureus,

Campylobacter aeromona. Virus yaitu Rotavirus, Adenovirus, Cytomegalovirus.

Parasit yaitu diantaranya seperti Protozoa (Giardia, Entamoeba hystolytica,

Trichuris trichiura, Cryyptosporidium huminis) (Nelwan, 2018).


C. Klasifikasi
Klasifikasi diare menurut Wong (2017), antara lain :
1. Diare akut
Diare akut adalah penyebab utama keadaan sakit pada anak-anak balita.

Diare akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-

tiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agen infeksius dalam

traktus gastrointestinal. Keadaan ini dapat menyertai infeksi saluran nafas

atau saluran kemih, terapi antibiotic atau pemberian obat pencahar (laktasif).

Diare akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan

akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
2. Diare kronik
Diare kronik didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi

dan kandungan air dalam feses dengan lama sakitnya lebih dari 14 hari.

Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom

malabsorpsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi kekebalan, alergi makanan,

intoleransi laktosa atau diare nonspesifik yang kronis, atau sebagai akibat

dari pelaksanaan diare akut yang memadai.


D. Manifestasi Klinis
Diare dapat bersifat inflamasi atau non inflamasi. Diare non inflamasi bersifat

sekretorik (watery) bias mencapai lebih dari 1 liter perhari. Biasanya tidak

disertai dengan nyeri abdomen yang hebat dan tidak disertai dengan darah dan
lendir pada feses. Diare yang bersifat inflamsi bias berupa sekretori atau disentri

namun secara umum, ciri-ciri anak yang menderita diare antara lain :
1. Buang air besar lebih dari 3 kali
2. Badan lemas
3. Tidak nafsu makan
4. Turgor kulit jelek
5. Membran mukosa bibir kering
6. Didalam feses terdapat darah maupun lender
7. Pada anak dapat terlihat mata cekung
8. Demam dapat terjadi
E. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah sebagai

berikut : gangguan osmotic merupakan akibat terdapatnya makanan atau zat yang

tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga meninggi

sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga

usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga timbul

diare. Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu misalnya toksin pada dinding

usus atau terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan

selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Gangguan

motilitas usus hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan

usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltic

usus menurun maka akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan dan

selanjutnya akan menimbulkan diare (Vivian 2018).


Menurut Hidayat (2016), proses diare terjadi akibat berbagai macam factor

kemungkinan diantaranya :
1. Faktor infeksi
Proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk

kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan

merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus,

selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya menyebabkan

gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga

dikatakan adanya toksi bakteri akan menyebabkan system transport aktif


dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi

cairan dan elektrolit akan meningkat.


2. Faktor malabsorpsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbs yang menyebabkan tekanan

osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kerongga

usus yang dapat isi meningkatkan rongga usus sehingga terjadilah diare.
3. Faktor makanan
Ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik.

Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan

kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian menyebabkan diare.


4. Faktor psikologis
Faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltic usus yang

akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang menyebabkan

diare.
F. Komplikasi
Kebanyakan penderita sembuh tanpa adanya komplikasi, akan tetapi sebagian

kasus mengalami komplikasi dari dehidrasi, kelainan elektrolit atau pengobatan

yang diberikan. Komplikasi yang dapat terjadi yaitu Hipernatremia,

Hiponatremia, Kejang, asidosis, hipokalemia, intoleransi laktosa, pertumbuhan

bakteri secara berlebihan di usus, sindrom malabsorbsi.


G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penyakit diare adalah :
1. Pemeriksaan darah lengkap yaitu ureum, kreatinin, elektrolit (Na +, K+, C-).
2. Analisa gas darah (bila dicurigai ada gangguan keseimbangan asam basa),
3. Pemeriksaan toksik (C.Difficile), antigen (E. Hystolitica).
4. Kultur tinja bisa mengidentifikasi organisme penyebab. Bakteri C. Difficile

ditemukan pada 5% orang sehat; oleh karenanya diagnosis ditegakkan

berdasarkan adanya gejala disertai ditemukannya toksin, bukan berdasarkan

ditemukannya organisme saja.


5. Foto polos abdomen: bisa menunjukkan gambaran kolitis akut.
H. Penatalaksanaan
Prinsip tatalaksana diare adalah dengan dengan memperhatikan lima

langkah tuntaskan diare. Pemberian cairan bukan satu-satunya cara untuk

mengatsi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat

penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekuarangan gizi akibat

diare juga menjadi cara untuk mengobati diare.


Menurut Kemenkes RI (2011), program lima langkah tuntaskan diare yaitu:
1. Rehidrasi menggunakan oralit osmolalitas rendah
Oralit untuk mencegah dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga

dengan memberikan orlait osmolaritas rendah. Pemberian oralit didasarkan

pada derajat dehidrasi.


a. Daire tanpa dehidrasi
- Umur <1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
- Umur 1-4 tahun : ½-1 gelas setiap kali anak mencret
- Umur diatas 5 tahun : 1-1½ gelas setiap kali anak mencret
b. Diare dengan dehidrasi ringan-sedang
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/Kg BB dan

selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa

dehidrasi.
c. Diare dengan dehidrasi berat
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke

Puskesmas. Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan

segera. Bila terjadi muntah, hentikan dulu selama 10 menit kemudian

mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit.


2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc

dapat menghambat enzi INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana

sekresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi

epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang

mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare. Pemberian

Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan

diare, mengurangi frekuensi BAB, mengurangi volume tinja, serta

menurunkan kekambuhan kejadian diare pada bulan berikutnya.


3. Pemberian ASI dan makanan
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan

kurang dari 7 kg, jenis makanan: - Susu (ASI, susu formula yang

mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh. - Makanan setengah padat

(bubur atau makanan padat (nasi tim). - Susu khusus yang disesuaikan

dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung

laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh. Standar Nutrisi

parenteral untuk anak diare adalah didasarkan atas kebutuhan kalori,

kebutuhan asam amino, dan kebutuhan mikronutrien.


Kebutuhan kalori
a. BBLR : 150 Kkal/ Kg BB
b. BBL C: 120 Kkal/ Kg BB/bulan
c. BB 0- 10 Kg : 100Kkal/ Kg BB
d. BB 11- 20 Kg : 1000 Kkal + 50 Kkal x (BB -10)
e. BB > 20 Kg : 1500 Kkal + 20 Kkal x ( BB – 20)
Kebutuhan Asam amino :
a. BBLR 2,5 – 3/ Kg BB
b. Usia 0 -1 tahun : 2,5 g/ Kg BB
c. Usia 2 -13 tahun 1,5 -2g/ kg BB
Kebutuhan Mikronutrien
a. Kalium 1,5 – 2,5 meq/ kg BB
b. Natrium 2,5 – 3,5 meq/ kg BB
Salah satu contoh makanan untuk anak dengan diare adalah bubur tempe

yang bertujuan untuk memberikan diet kepada anak dengan diare. Adapun

sasaran dan kegunaannya adalah untuk meringankan kerja usus bagi

penderita diare dan diberikan kepada anak usia 6 -12 bulan dan anak usia 1 -5

tahun. Adapun bahan yang dibutuhkan adalah tepung beras 30 gram, tempe

50 gram, margarine 10 gram dan gula pasir 20 gram, serta air 200 ml.

Adapun caranya ada 2 yaitu cara pertama: tempe di blender ditambah 20 cc,

campurkan tempe yang sudah diblender dengan tepung beras, gula pasir,

margarine dan air sebanyak 200 cc, aduk hingga rata, lalu mask diatas api

sampai mengental dan siap disajikan.


4. Antibiotik selektif
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare

pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada

penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigelllosis), dan suspek

kolera.
5. Edukasi kepada orang tua terkait cara memberikan cairan atau obat di rumah,

dan edukasi terkait kapan harus membawa kembali balita ke pelayanan

kesehatan.
I. Pencegahan
1. Menggunakan air yang bersih.
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
3. Menggunakan jamban yang bersih untuk buang air besar.
4. Terapi untuk penyakit diare, dan mencegah timbulnya kekurangan
cairan bila terjadi dehidrasi (Audiana, Mio. 2017).
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian umum terhadap diare pada bayi atau anak dimulai dengan
mengenal keadaan umum dan perilaku bayi atau anak. Keadaan umum bayi
yang dapat dikaji meliputi :
1. Mengkaji dehidrasi seperti berkurangnya haluaran urine
2. Menurunnya BB
3. Membrane mukosa kering
4. Turgor kulit yang jelek
5. Ubun-ubun yang cekung
6. Kulit yang pucat, kering dan dingin
7. Pada dehidrasi yang lebih berat gejala meningkatnya nadi dan respirasi,
menurunnya tekanan darah, pengisian kapiler memanjang > 2 detik dapat
menunjukkan syok yang mengancam.
8. Riwayat penyakit akan memberikan informasi penting mengenai
kemungkinan agen penyebabnya seperti pengenalan makanan yang baru,
kontak dengan agen yang menular, kontak dengan hewan yang diketahu
sebagai sumber infeksi enterik.
9. Riwayat alergi, penggunaan obat dana makanan dapat menunjukkan
kemungkinan alergi terhadap makanan yang banyak mengandung sorbitol
dan fruktosa
Menurut Hidayat (2016), pengkajian tentang pemasalahan diare dapat
dilihat tanda dan gejala sebagai berikut : frekuensi BAB pada bayi lebih
dari 3 kali sehari, pada neonatus BAB lebih dari 4 kali. Bentuk cair
kadang-kadang disertai dengan darah atau lendir, nafsu makan menurun,
adanya tanda-tanda dehidrasi. pada pemeriksaan fisik eitemukan adanya
turgor kulit buruk, membrane mukosa kering, ubun-ubun tampak cekung,
bising usus meningkat, kram abdomen, penurunan BB.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Diare
Kategori : Fisiologis
Subkategori :Nutrisi dan cairan
Kode : D.0020
a. Definisi
Pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak terbentuk.
b. Penyebab
Fisiologis :
- Inflamasi gastrointestinal
- Iritasi gastrointestinal
- Proses infeksi
- Malabsorbsi
Psikologis :
- Kecemasan
- Tingkat stress tinggi
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif : Tidak tersedia
Objektif :
- Defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam
- Feses lembek atau cair
d. Gejala dan tanda minor
Subjektif :
- Urgency
- Kram/nyeri abdomen
Objektif :
- Frekuensi peristaltic meningkat
- Bisisng usus hiperaktif
e. Kondisi klinis terkait
- Kanker kolon
- Diverticulitis
- Iritasi usus
- Ulkus peptikum
- Gastritis
- Hipertiroidisme
- Malaria
- Demam thypoid

2. Defisit nutrisi
Kategori : Fisiologis
Sub kategori : Nutrisi dan Cairan
Kode : D. 0019
a. Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme (PPNI,2016)
b. Penyebab (PPNI,2016)
- Kurangnya asupan makanan
- Ketidakmampuan menelan makanan
- Ketidakmampuan mencerna makanan
- Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
- Peningkatan kebutuhan metabolisme
- Faktor ekonomi (mis. finansial tidak mencukupi)
- Faktor psikologis (mis. stress, keengganan untuk makan)
c. Gejala dan Tanda Mayor (PPNI,2016)
Subjektif : (Tidak tersedia)
Objektif :
- Berat badan menurun minimal 10% dibawa rentang ideal
d. Gejala dan Tanda Minor (PPNI,2016)
Subjektif :
- Cepat kenyang setelah makan
- Kram/nyeri abdomen
- Nafsu makan menurun
Objektif :
- Bising usus hiperaktif
- Otot pengunyah lemah
- Otot menelan lemah
- Memberan mukosa pucat
- Sariawan
- Serum albumin turun
- Rambut rontok berlebihan
- Diare
3. Gangguan integritas kulit/jaringan
Kategori : Lingkungan
Sub kategori : Keamanan dan Proteksi
Kode : D. 0129
a. Definisi :
Kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan (membrane
mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi
dan/atau ligament) (PPNI,2016)
b. Penyebab (PPNI,2016)
- Perubahan sirkulasi
- Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)
- Kekurangan/kelebihan volume cairan
- Penurunan mobilitas
- Bahan kimia iritatif
- Suhu lingkungan yang ekstrem
- Faktor mekanis (mis., penekanan pada tonjolan tulang,
gesekan) atau faktor elektris (elektrodiatermi, energi listrik
bertegangan tinggi)
- Efek samping terapi radiasi
- Kelembaban
- Proses penuaan
- Neuropati perifer
- Perubahan pigmentasi
- Perubahan hormonal
- Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan/
melindungi/ integritas jaringan
c. Gejala dan Tanda Mayor (PPNI,2016)
Subjektif : Tidak tersedia
Objektif :
- Kerusakan jaringan dan/atau lapisankulit
d. Gejala dan Tanda Minor (PPNI,2016)
Subjektif : Tidak tersedia
Objektif :
- Nyeri
- Perdarahan
- Kemerahan
- Hematoma
4. Hipovolemia
Kategori : Fisiologis
Sub kategori : Nutrisi dan Cairan
Kode : D. 0023
a. Definisi : Penurunan volume cairan intravaskuler, intertisial dan atau
intraseluler.
b. Penyebab
- Kehilangan cairan aktif
- Kegagalan mekanisme regulasi
- Peningkatan permeabilitas kapiler
- Kekurangan intake cairan
- Evaporasi
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif : Tidak Tersedia

Objektif :
- Frekuensi nadi meningkat
- Nadi teraba lemah
- Tekanan darah menurun
- Tekanan nadi menurun
- Membrane mukosa kering
- Volume urine menurun
- Hematokrit meningkat
d. Gejala dan tanda minor
Subjektif :
- Merasa lemah
- Mengeluh haus
Objektif :
- Pengisian vena menurun
- Status mental berubah
- Suhu tubuh meningkat
- Konsentrasi urin meningkat BB turun tiba-tiba
e. Kondisi klinis tetkait
- Penyakit Addison
- Trauma/perdarahan
- Luka bakar
- AIDS
- Penyakit crohn
- Muntah
- Diare
- Hipoalbunemia
- Colitis ulseratif

5. Risiko Syok
Kategori : Fisiologis
Sub kategori : Nutrisi dan Cairan
Kode : D. 0039
a. Definisi : berisiko mengalami ketidakcukupan aliran darah ke jaringan
tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam
jiwa.
b. Faktor Risiko
- Hipoksemia
- Hipoksia
- Hipotensi
- Kekurangan volume cairan
- Sepsi
- Sindrom respons inflamasi sistemik
c. Kondisi klinis tetkait
- Perdarahan
- Trauma multiple
- Pneumothoraks
- Infark miokard
- Kardiomiopati
- Cedera medulla spinalis
- Anafilaksis
- Sepsis
C. Intervensi Keperawatan
1. Diare
a. Tujuan dan Kriteria hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam eliminasi fekal menurun
dengan kriteria hasil:
- Konsistensi feses cukup membaik
- Frekuensi defekasi cukup membaik
- Peristaltic usus cukup membaik

b. Intervensi keperawatan
Manajemen Diare :
1) Observasi
- identifikasi penyebab diare (mis.inflamasi gastrointestinal, iritasi
gastrointestinal,proses infeksi, malabsorbsi,ansietas, stress, efek
obat-obatan).
- Identifikasi riwayat pemberian makanan
- identifikasi gejala invaginasi (mis.tangisan keras, kepucatan pada
bayi)
- Monitor warna, volume, frekuensi, konsistensi tinja
- Monitor tanda dan gejala hipovolemia
- Monitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah perianal
- Monitor jumlah pengeluaran diare
- Monitor keamanan penyiapan makanan
2) Terapeutik
- Berikan asupan cairan oral (mis.larutan garam gula, oralit,
pedialyte,renalyte)
- Pasang jalur intravena
- Berikan cairan intravena (mis.ringer asetat, ringer laktat)
- Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan
elektrolit
- Ambil sampel feses untuk kultur
3) Edukasi
- Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
- Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas dan
mengandung laktosa.
- Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
4) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (mis.loperamide,
difenoksilat).
- Kolaborasi pemberian obat antispasmodic/spasmolitik
(mis.papaverin, ekstrak belladonna, mebeverine)
- Kolaborasi pemberian obat pengeras feses (mis.atapulgit,
smektit, kaolin pectin).
2. Defisit nutrisi
a. Tujuan dan criteria hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam status nutrisi
membaik dengan kriteria hasil:
1) Porsi makanan yang dihabiskan
2) Nafsu makan membaik
b. Intervensi keperawatan
Manajemen Nutrisi :
1) Observasi :
a) Identifikasi status nutrisi
R: Pengkajian penting dilakukan untuk mengetahui status nutrisi
pasien sehingga dapat menentukan intervensi yang diberikan.
b) Identifikasi makanan yang disukai
R: membantu pasien untuk memenuhi asupan nutrisi
c) Monitor asupan makanan
R: untuk mengetahui jumlah yang masuk dan jumlah yang keluar.
2) Terapeutik
a) Lakukan oral hygnel sebelum makan
R: Mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan
3) Edukasi
a) Anjurkan posisi duduk
R: Posisi duduk memberikan pasien perasaan nyaman saat makan.
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antimetic).
R: Antiemetik dapat digunakan sebagai terapi farmakologis dalam
manajemen mual dengan menghambat sekres asam lambung
b) Kolaborasi ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan.
R: membantu pasien untuk memenuhi jumlah nutrisi dalam tubuh
Manajemen Berat Badan :
1) Observasi
a) Monitor Berat Badan
R: Pemantauan berat badan membantu dalam memantau
peningkatan dan penurunan status gizi
b) Monitor adanya mual muntah
R: Mengurangi atau menghilangkan penyebab muntah.
2) Terapeutik
Berikan perawatan mulut sebelum pemberian makan
R: Mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan.
3) Edukasi
Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun tetap
terjangkau.
R: Pemberian informasi yang tepat dapat membantu pasien dalam
menentukan makanan yang bergizi tinggi.
3. Gangguan integritas kulit/ jaringan
a. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam penyembuhan luka
meningkat dengan kriteria hasil:
1) Peradangan luka menurun
2) Nyeri menurun
3) Kerusakan lapisan kulit menurun
4) Kemerahan menurun
5) Tekstur membaik
b. Intervensi keperawatan
Perawatan Integritas Kulit :
a) Observasi
a. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis.
Perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan
kelembaban, suhu lingkungan ekstrem dan penurunan
monilitas).
Rasional: Untuk mengetahui penyebab gangguan integritas
kulit
b) Terapeutik
a. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
Rasional: Untuk menurunkan resiko terjadinya trauma jaringan
b. Gunakan produk berbahan ringan atau alami dan hipoalergik
pada kulit
Rasional: untuk membantu penyembuhan pada kulit
3) Edukasi
a) Anjurkan memakai pelembab (mis. Lotion, serum)
Rasional: Agar kulit dapat tetap dalam keadaan lembab dan
mengurangi ruam semakin parah.
b) Anjurkan minum Air yang cukup
Rasional: turgor pada kulit tidak kering.
c) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Rasional: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat

4. Hipovolemia
Manajemen Hipovolemia :
1) Observasi
- Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis.frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan
nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa
kering, volume urin menurun, hematokrit meningkat, haus,
lemah).
- Monitor intake dan output cairan
2) Terapeutik
- Hitung kebutuhan cairan
- Berikan posisi modified trendelenburg
- Berikan asupan cairan oral
3) Edukasi
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
- Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
4) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV istonis (NaCl, RL)
- Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (glucose 2,5%, NaCl
0,4%)
- Kolaborasi pemberian cairan koloid
- Kolaborasi pemberian produk darah
5. Resiko Syok
a. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam resiko syok menurun
dengan kriteria hasil:
1) Haus menurun
2) Kekuatan nadi meningkat
3) Tingkat kesadaran meningkat
4) Akral dingin menurun
b. Intervensi keperawatan
Pencegahan syok
1) Observasi
a) Monitor status cairan
b) Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
c) Monitor status kardiopulmonal
2) Terapeutik
a) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
b) Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis
c) Pasang jalur IV
d) Pasang kateter urine
3) Edukasi
a) Jelaskan penyebab resiko syok
b) Jelaskan tanda dan gejala syok
c) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian IV
b) Kolaborasi pemberian Transfusi Darah

Anda mungkin juga menyukai