Anda di halaman 1dari 38

BAB 1

KONSEP MEDIS

A. Definisi VSD
Defek septum ventricular (VSD) adalah suatu keadaan abnormal yaitu
adanya pembukaan antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan.(Rita &Suriadi,
2001). VSD adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang
memisahkan ventrikel kanan dan ventrikel kiri. (Aziz Alimul. 2016).
Ventricular septal defect (VSD) adalah kelainan jantung bawaan berupa
lubang pada septum interventrikuler. Lubang tersebut dapat hanya satu atau
lebih yang terjadi akibat kegagalan fusi septum interventrikuler semasa janin
dalam kandungan. Kebocoran ini terjadi karena kelambatan
dalam pertumbuhannya (Aziz Alimul. 2016).

B. Etiologi VSD
Kelainan ini merupakan kelainan terbanyak, yaitu sekitar 25% dari
seluruh kelainan jantung. Dinding pemisah antara kedua ventrikel tidak
tertutup sempurna. Kelainan ini umumnya congenital, tetapi dapat pula terjadi
karena trauma.VSD lebih sering ditemukan pada anak-anak dan seringkali
merupakan suatu kelainan jantung bawaan. Pada anak-anak, lubangnya sangat
kecil, tidak menimbulkan gejala dan seringkali menutup dengan sendirinya
sebelum anak berumur 18 tahun. Pada kasus yang lebih berat, bisa terjadi
kelainan fungsi ventrikel dan gagal jantung. VSD bisa ditemukan bersamaan
dengan kelainan jantung lainnya.
Faktor prenatal yang mungkin berhubungan dengan VSD:
1. Rubella atau infeksi virus lainnya pada ibu hamil.
2. Gizi ibu hamil yang buruk , ibu yang alkaholik.
3. Usia ibu di atas 40 tahun.
4. Ibu yang menderita diabetes.
5. Ibu peminum obat penenang.
Faktor genetik (endogen)

ii
1. Anak yang lahir sebelumnya PJB.
2. Ayah atau ibu PJB
3. Kelainan kromosom (sindrom down)
4. Lahir dengan kelainan bawaan lain (Aziz Alimul. 2016).

C. Patofisiologi
Darah arterial mengalir dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan melalui
defek pada septum intraventrikular. Perbedaan tekanan yang besar membuat
darah mengalir dengan deras dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan
menimbulkan bising. Darah dari ventrikel kanan didorong masuk ke arteri
pulmonalis. Semakin besar defek, semakin banyak darah masuk ke arteri
pulmonalis. Tekanan yang terus-menerus meninggi pada arteri pulmonalis akan
menaikan tekanan pada kapiler paru. Mula-mula naiknya tekanan kapiler ini
masih reversibel (belum ada perubahan pada endotel dan tunika muskularis
arteri-arteri kecil paru), tetapi kemudian pembuluh darah paru menjadi
sklerosis dan akan menyebabkan naiknya tahanan yang permanen. Bila tahanan
pada arteri pulmonalis sudah tinggi danpermanen, tekanan pada ventrikel
kanan juga jadi tinggi dan permanen. VSD ditandai dengan adanya hubungan
septal yang memungkinkan darah mengalir langsung antar ventrikel biasanya
dari kiri ke kanan. Diameter defek bervariasi dari 0,5 – 3,0 cm. Kira – kira 20%
dari defek ini pada anak adalah defek sederhana, banyak diantaranya menutup
secara spontan. Kira – kira 50 % - 60% anak – anak menderita defek ini
memiliki defek sedang dan menunjukkan gejala pada masa kanak – kanak.
Defek ini sering terjadi bersamaan dengandefek jantung lain. Perubahan
fisiologi yang terjadi sebagai berikut :
1. Tekanan lebih tinggi pada ventrikel kiri dan mengakibatkan aliran darah
kaya oksigen melalui defek tersebut ke ventrikel kanan.
2. Volume darah yang meningkat di pompa ke dalam paru,yang akhirnya
dipenuhi darah dan dapat menyebabkan naiknya tahanan vaskuler
pulmonar.

ii
3. Jika tahanan pulomonar ini besar, tekanan ventrikel kanan meningkat
menyebabkan pirau terbalik, mengalirkan darah miskin oksigen dari
ventrikel kanan ke kiri menyebabkan sianosis ( syndrome isenmenger)
Adanya defek pada ventrikel, menyebabkan tekanan ventrikel kiri
meningkat dan resestensi sirkulasi arteri sistemik lebih tinggi dibandingkan
dengan resistensi pulmonal melalui defek septum. Volume darah di paru akan
meningkat dan terjadi resistensi pembuluh darah paru. Dengan demikian
tekanan ventrikel kanan meningkat akibat adanya shunting dari kiri ke kanan.
Hal ini akan menyebabkan resiko endokarditis dan mengakibatkan terjadinya
hipertropi otot ventrikel kanan sehingga akan berdampak pada peningkatan
workload sehingga atrium kanan tidak dapat mengimbangi meningkatnya
workload, maka terjadilah pembesaran atrium kanan untuk mengatasi resistensi
yang disebabkan oleh pengosongan atrium yang tidak sempurna.

D. Manifestasi Klinik
Defek kecil asimtomatik, defek sedang hingga besar menimbulkan
keluhan seperti kesulitan waktu minum atau makan karena cepat lelah atau
sesak dan sering mengalami batuk serta infeksi saluran napas berulang. Ini
menyebabkan pertumbuhan yang lambat.
Pada pemeriksaan fisik biasanya terlihat takipneu, aktivitas ventrikel kiri
meningkat, dapat teraba thrill sistolik, bunyi jantung II mengeras bila telah
terjadi hipertensi pulmonal, terdengar bising pansistolik di SIC 3-4 parasternal
kiri yang menyebar sepanjang parasternal dan apeks. Pada pirau yang besar
dapat terdengar bising middiastolik di apeks akibat aliran berlebihan, dapat
ditemukan gagal jantung kongestif. Bila telah terjadi penyakit vaskuler paru
dan sindrom eisenmenger, penderita tampak sianosis dengan jari tabuh, bahkan
mungkin disertai tanda gagal jantung kanan (Purwaningtyas, 2008; Rilantono,
2003)
1. Ventricular septal defect (VSD) Kecil
Biasanya asimtomatik. Jantung normal atau sedikit membesar dan
tidak ada gangguan tumbuh kembang. Bunyi jantung biasanya normal, dapat

ii
ditemukan bising sistolik dini pendek yang mungkin didahului early systolic
click. Ditemukan pula bising pansistolik yang biasanya keras disertai
getaran bising dengan pungtum maksimum di sela iga III-IV garis
parasternal kiri dan menjalar ke sepanjang sternum kiri, bahkan ke seluruh
prekordium.
2. Ventricular septal defect (VSD) Sedang
Gejala timbul pada masa bayi berupa sesak napas saat minum atau
memerlukan waktu lebih lama/tidak mampu menyelesaikan makan dan
minum, kenaikan berat badan tidak memuaskan, dan sering menderita
infeksi paru yang lama sembuhnya. Infeksi paru ini dapat mendahului
terjadinya gagal jantung yang mungkin terjadi pada umur 3 bulan. Bayi
tampak kurus dengan dispneu, takipneu,serta retraksi. Bentuk dada biasanya
masih normal. Pada pasien yang besar, dada mungkin sudah menonjol. Pada
auskultasi terdengar bunyi getaran bising dengan pungtum maksimum di
sela iga III-IV garis parasternal kiri yang menjalar ke seluruh prekordium.
3. Ventricular septal defect (VSD) Besar.
Gejala dapat timbul pada masa neonatus. Pada minggu I sampai III
dapat terjadi pirau kiri ke kanan yang bermakna dan sering menimbulkan
dispneu.Gagal jantung biasanya timbul setelah minggu VI, sering didahului
infeksi saluran napas bawah. Bayi sesak napas saat istirahat, kadang tampak
sianosis karena kekurangan oksigen akibat gangguan pernapasan. Gangguan
pertumbuhan sangat nyata. Biasanya bunyi jantung masih normal, dapat
didengar bising pansistolik, dengan atau tanpa getaran bising, melemah pada
akhir sistolik karena terjadi tekanan sistolik yang sama besar pada kedua
ventrikel. Bising mid-diastolik di daerah mitral mungkin terdengar
akibat flow murmur pada fase pengisian cepat.

E. Pemeriksaan Penunjang VSD


1. EKG : Gambaran EKG pada pasien VSD dapat menggambarkan besar
kecilnya defek dan hubungannya dengan hemodinamik yang terjadi :

ii
a. Pada VSD kecil,gambaran EKG biasanya normal,namun kadang-kadang
di jumpai gelombang S yang sedikit dalam dihantaran perikardial atau
peningkatan ringan gelombang R di V5 dan V6.
b. Pada VSD sedang, EKG menunjukkan gambaran hipertrofi kiri.Dapat
pula ditemukan hipertrofi ventrikel kanan,jika terjadi peningkatan arteri
pulmonal.
c. Pada VSD besar,hampir selalu ditemukan hipertrofi kombinasi ventrikel
kiri dan kanan.Tidak jarang terjadi hipertrofi ventrikekl kiri dan kanan
disertai deviasi aksis ke kanan (RAD).Defek septum ventrikel
membranous inlet sring menunjukkan deviasi aksis ke kiri. (LAD).
2. Gambaran Radiologi Thorax :
a. Pada VSD kecil,memperlihatkan bentuk dan ukuran jantung normal
dengan vaskularisasi peru normal atau sedikit meningkat.
b. Pada VSD sedang,menunjukkan kardiomegali sedang dengan konus
pulmonalis yang menonjol,hilus membesar dengan vaskularisasi paru
meningkat.
c. Pada VSD besar yang disertai hipertrofi pulmonal atau sindroma
eisenmenger tampak konus pulmonal sangat menonjol dengan
vaskularisasi paru yang meningkat di daerah hilus namun berkurang di
perifer
3. Echocardiografi :
a. Pemeriksaan echocardiografi pada VSD meliputi M-Mode,dua dimensi
doppler.Pada doppler berwarna dapat ditemukan lokasi,besar dan arah
pirau.
b. Pada defek yang kecil,M-Mode dalam batas normal sedangkan pada dua
dimensi defek kecil sulit dideteksi.
c. Pada defek sedang lokasi dan ukuran dapat ditentukan dengan
ekokardigrafi dua dimensi,dengan M-Mode terlihat pelebaran ventrikel
kiri atau atrium, kontraktilitas ventrikel masih baik.
Pada defek besar,ekokardiografi dapat menunjukkan adanya pembesaran
ke empat ruang jantung dan pelebaran arteri pulmonalis.

ii
F. Komplikasi VSD
1. Gagal jantung kronik
2. Endokarditis infektif
3. Terjadinya insufisiensi aorta atau stenosis pulmonary
4. Penyakit vaskular paru progresif
5. Kerusakan sistem konduksi ventrikel, Ro toraks memperlihatkan
kardiomegali dengan pembesaran LA, LV, dan kemungkinan RV.Terdapat
peningkatan PVM. Derajat kardiomegali dan peningkatan PVMsesuai
dengan bertambahnya besar defek VSD. Bila telah terjadi PVODmaka
gambaran lapangan paru akan iskemik dan segmen PA akan membesar
6. Kelainan fungsi ventrikel
7. Obtruksi pembuluh darah pulmonal (Hipertensi Pulmonal)
8. Aritmia
9. Henti jantung

G. Penatalaksanaan
1. Pada VSD kecil: ditunggu saja, kadang-kadang dapat menutup secara
spontan. Diperlukan operasi untuk mencegah endokarditis infektif.
2. Pada VSD sedang: jika tidak ada gejala-gejala gagal jantung, dapat ditunggu
sampai umur 4-5 tahun karena kadang-kadang kelainan ini dapat mengecil.
Bila terjadi gagal jantung diobati dengan digitalis. Bila pertumbuhan
normal, operasi dapat dilakukan pada umur 4-6 tahun atau sampai berat
badannya 12 kg.
3. Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal yang belum permanen:
biasanya pada keadaan menderita gagal jantung sehingga dalam
pengobatannya menggunakan digitalis. Bila ada anemia diberi transfusi
eritrosit terpampat selanjutnya diteruskan terapi besi. Operasi dapat ditunda
sambil menunggu penutupan spontan atau bila ada gangguan dapat
dilakukan setelah berumur 6 bulan.

ii
4. Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal permanen:operasi paliatif atau
operasi koreksi total sudah tidak mungkin karena arteri pulmonalis
mengalami arteriosklerosis. Bila defek ditutup, ventrikel kanan akan diberi
beban yang berat sekali dan akhirnya akan mengalami dekompensasi. Bila
defek tidak ditutup, kelebihan tekanan pada ventrikel kanan dapat disalurkan
ke ventrikel kiri melalui efek.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Biodata
Nama, Umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, agama, tanggal lahir dll.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan orang tua pada waktu membawa anaknya ke dokter
tergantung dari jenis defek yang terjadi baik pada ventrikel maupun
atrium, tapi biasanya terjadi sesak, pembengkakan pada tungkai dan
berkeringat banyak.
b. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya mengalami sesak nafas berkeringat banyak dan
pembengkakan pada tungkai tapi biasanya tergantung pada derajat dari
defek yang terjadi.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
1) Prenatal History
Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan ibu (infeksi
virus Rubella), mungkin ada riwayat pengguanaan alkohol dan obat-
obatan serta penyakit DM pada ibu.
a) Intra natal
 Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi.
b) Riwayat Neonatus
 Gangguan respirasi biasanya sesak, takipnea

ii
 Anak rewel dan kesakitan
 Tumbuh kembang anak terhambat
 Terdapat edema pada tungkai dan hepatomegaly
 Sosial ekonomi keluarga yang rendah.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
1) Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang yang mengalami
kelainan defek jantung
2) Penyakit keturunan atau diwariskan
3) Penyakit congenital atau bawaan
e. Pola Aktivitas dan latihan
1) Keletihan/kelelahan
2) Dispnea
3) Perubahan tanda vital
4) Perubahan status mental
5) Takipnea
6) Kehilangan tonus otot
f. Pola persepsi dan pemeriksaan kesehatan
1) Riwayat hipertensi
2) Endokarditis
3) Penyakit katup jantung.
g. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
1) Ansietas, khawatir, takut
2) Stress yang berhubungsn dengsn penyakit
h. Pola nutrisi dan metabolik
1) Anoreksia
2) Pembengkakan ekstremitas bawah/edema
i. Pola persepsi dan konsep diri
1) Kelemahan
2) pening
j. Pola peran dan hubungan dengan sesama
1) Penurunan peran dalam aktivitas sosial dan keluarga

ii
3. Pengkajian Fisik :
a. B1 (Breathing) / Pernafasan
Pernafasan dengan ETT dibantu dengan ventilator mode IPPV,
FiO2 60 %, frekwensi nafas 40 x/mnt, SaO2 50-60 % dan makin turun,
Ronchi positif (+), tidak ada whezing, tidak ada stridor, Retraksi
intercostal positif (+), Pernafasan cuping hidung positif (+).

b. B2 (Bleeding) / sirkulasi
Perfusi jaringan dingin, klien tampak biru, sianosis, Capilary refill
time 3 detik, pemeriksaan TTV (Suhu, Tekanan Darah, Suhu), bunyi
jantung tambahan (mur-mur).
c. B3 (Brain) / Kesadaran
1) Kesadaran menurun , somnolen, usia 3 bulan
2) GCS 2 dan 6, gerakan sangat lemah
3) Kejang tidak ada (-)
4) Pupil isokor, diameter sama
5) Sklera putih
6) Kemampuan buka mata lemah
d. B4 (Blader) / Perkemihan :
1) Bayi menggunakan kateter
2) Kateter menates
3) Produksi urine ± 3 cc/jam
e. B5 (Bowel) / Pencernaan :
1) Bising usus positis (+), kembung posistif (+)
2) Terpasang sonde susu 120 cc/24 jam
3) BAB encer berlendir, warna hijau kehitaman, jumlah 50 cc/BAB

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia
Kategori : Lingkungan

ii
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
Kode : D.0130
a. Definisi : suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh
b. Penyebab :
1) Dehidrasi
2) Terpapar lingkungan panas
3) Proses penyakit (mis; infeksi, kanker)
4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5) Peningkatan laju metabolisme
6) Respon trauma
7) Aktivitas berlebihan
8) Penggunaan inkubator
c. Gejala dan Tanda Mayor
1) Subjektif
a) Tidak tersedia
2) Objektif
a) Suhu tubuh diatas nilai normal
d. Gejala dan Tanda Minor
1) Subjektif
a) Tidak tersedia
1) Objektif
a) Kulit merah
b) Kejang
c) Takikardi
d) Takipnea
e) Kulit terasa hangat
e. Kondisi Klinis Terkait
1) Proses infeksi
2) Hipertiroid
3) Stroke
4) Dehidrasi

ii
5) Truma
6) Prematurritas
2. Intoleransi aktivitas
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Aktivitas dan Istirahat
Kode : D.0056
a. Definisi
Ketidakcukupan energy untuk melakukan aktivitas sehari-hari
b. Penyebab
1) Ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen
2) Tirah baring
3) Kelemahan
4) Imobilitas
5) Gaya hidup monoton
c. Gejala dan tanda mayor
Subyektif : Mengeluh Lelah
Objektif : Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat.
d. Gejala dan tanda minor
Subyektif :
f) Dispnea saat/setelah aktivitas
g) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
h) Merasa lemah
Objektif :
1) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
2) Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktiivitas
3) Gambaran EKG menunjukkan iskemia
4) Sianosis
e. Kondisi klinis terkait
1) Anemia
2) Penyakit jantung koroner
3) Gagal jantung kongestif

ii
4) Penyakit katup jantung
5) Aritmia
6) Penyakit paru obstruktif kronis
7) Gangguan metabolic
8) Gangguan musculoskeletal
3. Defisit nutrisi
Kategori : Fisiologis
Sub kategori : Nutrisi dan Cairan
Kode : D. 0019
a. Definisi :Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme (PPNI,2016)
b. Penyebab (PPNI,2016)
1) Kurangnya asupan makanan
2) Ketidakmampuan menelan makanan
3) Ketidakmampuan mencerna makanan
4) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
5) Peningkatan kebutuhan metabolisme
6) Faktor ekonomi (mis. finansial tidak mencukupi)
7) Faktor psikologis (mis. stress, keengganan untuk makan)
c. Gejala dan Tanda Mayor (PPNI,2016)
1) Subjektif
(Tidak tersedia)
2) Objektif
a) Berat badan menurun minimal 10% dibawa rentang
ideal
d. Gejala dan Tanda Minor (PPNI,2016)
1)Subjektif
a) Cepat kenyang setelah makan
b) Kram/nyeri abdomen
c) Nafsu makan menurun
2) Objektif

ii
a) Bising usus hiperaktif
b) Otot pengunyah lemah
c) Otot menelan lemah
d) Memberan mukosa pucat
e) Sariawan
f) Serum albumin turun
g) Rambut rontok berlebihan
h) Diare
4. Gangguan Pertukaran Gas
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
Kode : D.0003
a. Definisi
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida
pada memberan alveolus-kapiler
b. Penyebab
1. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
2. Perubahan memberan alveolus-kapiler
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif:
1. Dispnea
Objektif:
1. PCO2 meningkat/menurun
2. Po2 menurun
3. Takikardi
4. pH arteri meningkat/menurun
5. bunyi napas tambahan
d. Gejala dan tanda minor
Subjektif:
1. Pusing
2. Penglihatan kabur

ii
Objektif:
1. Sianosis
2. Diaforesis
3. Gelisah
4. Napas cuping hidung
5. Pola napas abnormal (cepat/lambat, regular/ireguler, dalam/dangkal)
6. Warna kulit abnormal
7. Kesadaran menurun
5. Nyeri akut
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan
Kode : D.0077
a. Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan.
b. Penyebab :
1) Agen pencedera fisiologis (mis.inflamasi, iskemis,neoplasma).
2) Agen pencedera kimiawi (mis.terbakar,bahan kimia iritan).
3) Agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan.
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1) Mengeluh nyeri
Objektif
1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif
3) Gelisah
4) Frekuensi nadi meningkat
5) Sulit tidur
d. Kondisi Klinis Terkait

ii
1) Kondisi pembedahan
2) Cedera traumatis
3) Infeksi
4) Sindrom koroner akut
5) Glaukoma
6. Resiko infeksi
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
Kode : D.0142
a. Definisi
Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik
b. Faktor resiko
1. Penyakit kronis
2. Efek prosedur invasive
3. Malnutrisi
4. Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan
5. Ketidakadekuatan pertahan tubuh primer:
a) Gangguan peristaltic
b) Kerusakan integritas kulit
c) Perubahan sekresi pH
d) Penurunan kerja siliaris
e) Ketuban pecah lama
f) Ketuban pecah sebelum waktunya
g) Merokok
h) Statis cairan tubuh
6. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
a) Penurunan haemoglobin
b) Imunosupresi
c) Leukopenia
d) Supresi respon inflamasi
e) Vaksinasi tidak adekuat

ii
c. Kondisi klinis terkait
1. AIDS
2. Luka Bakar
3. Penyakit Paru Obstruktif kronis
4. Diabetes mellitus
5. Tindakan invasive
6. Kondisi penggunaan terapi steroid
7. Penyalahgunaan obat
8. Ketuban pecah sebelum waktunya
9. Kanker
10. Gagal ginjal
11. Imunosupresi
12. Lymphedema
13. Leukositopenia
14. Gangguan fungsi hati
7. Penurunan Curah Jantung
a. Definisi : ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi
kebutuhsn metabolisme tubuh.
b. Penyebab
1) Perubahan irama jantung
2) Perubahan frekuensi jantung
3) Perubahan kontraktilitas
4) Perubahan preload
5) Perubahan afterload.
c. Kondisi klinis terkait
1) Gagal jantung kongestif
2) Sindrom koroner akut
3) Stenosis mitral
4) Regurgitasi mitral
5) Stenosis aorta
6) Regurgitasi aorta

ii
7) Stenosis trikuspidal
8) Regurgitasi trikuspidal
9) Stenosis pulmonal
10) Regurgitasi pulmonal
11) Aritmia
12) Penyakit jantung bawaaan
8. Ansietas
Kategori : Psikologis
Subkategori : Integritas Ego
Kode : D.0080
e. Definisi
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang
tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan
individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman
f. Gejala dan tanda mayor
Subjektif :
1) Merasa bingung
2) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
3) Sulit berkonsentrasi
Objektif :
1) Tampak gelisah
2) Tampak tegang
3) Sulit tidur
g. Gejala dan tanda minor
Subjektif :
1) Mengeluh pusing
2) Anoreksia
3) Palpitasi
4) Merasa tidak berdaya
Objektif :
1) Frekuensi napas meningkat

ii
2) Frekuensi nadi meningkat
3) Tekanan darah meningkat
4) Diaforesis
5) Tremor
6) Muka tampak pucat suara bergetar
7) Kontak mata buruk
8) Sering berkemih
9) Berorientasi pada masa lalu
h. Kondisi klinis terkait
1) Penyakit kronis progresif (mis. kanker, penyakit autoimun)
2) Penyakit akut
3) Hospitalisasi
4) Rencana operasi
5) Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6) Penyakit neurologis
7) Tahap tumbuh kembang
C. Intervensi Keperawatan
1. Hipertermia
a. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam tingkat termoregulasi
membaik dengan kriteria hasil:
1) Suhu tubuh membaik
2) Suhu kulit membaik
3) Kulit merah menurun
4) Pucat menurun
5) Menggigil menurun
b. Intervensi
1) Observasi
a) Identifikasi penyebab hipertermia (mis; dehidrasi, terpapar
lingkungan panas)

ii
R: Pengkajian penting dilakukan untuk mengetahui penyebab
hipertermia pasien sehingga dapat menentukan intervensi yang
diberikan.
b) Monitor suhu tubuh
R: Untuk mengetahui tingkat suhu pada pasien
c) Monitor komplikasi akibat hipertermia
R: Untuk membantu mengetahui kondisi pasien komplikasi
penyakit lain bisa muncul akibat hipertermi
2) Terapeutik
a) lakukan pendinginan eksternal (mis; selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi, leher, dada atau abdomen, aksila)
R: Membantu menurunkun suhu tubuh
b) Berikan cairan oral
R: Dengan banyak minum membantu pasien mencegah terjadi
komplikasi yang bisa muncul dan memenuhi cairan pasien
c) Sediakan lingkungan yang dingin
R: dengn lingkungan yang dingin dapat memberikan rasa nyaman
pada pasien
3) Edukasi
Anjurkan tirah baring
R: Dengan tirah baring memberikan rasa nyaman pada pasien
hipertermi
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu.
R: untuk membantu memenuhi cairan dan elektrolit dalam tubuh
selama pasien sakit
2. Intoleransi aktivitas
a. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam Intoleransi Aktivitas
Membaik dengan kriteria hasil:
1) Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
2) Perasaan lemah menurun

ii
3) Keluhan lelah menurun
b. Intervensi Keperawatan
Manajemen Energi :
1)Observasi
1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2) Monitor kelelahan fisik dan emosional
3) Monitor pola dan jam tidur
4) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
2)Terapeutik
1) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
2) Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/aktif
3) Berikan distraksi aktivitas yang menyenangkan
3) Edukasi
1)Anjurkan tirah baring
R; Untuk mencegah terjadinya luka pada pasien
2)Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
R: Agar hasilnya dapaat tercapai dengan baik dan rasa lelah menurun.
3)Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
R; Supaya dapat mengurangi timbulnya beberapa kompilikasi
4)Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
R: Pasien dapat mengetahui strategi yang dapat mengurangi kelelahan
4) Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan.
R: Untuk memenuhi kebutuhan gizi pada pasien
3. Defisit Nutrisi
a. Tujuan dan criteria hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam status nutrisi
membaik dengan kriteria hasil:
1) Porsi makanan yang dihabiskan

ii
2) Nafsu makan membaik
b. Intervensi keperawatan
Manajemen Nutrisi :
1) Observasi :
a) Identifikasi status nutrisi
R: Pengkajian penting dilakukan untuk mengetahui status nutrisi
pasien sehingga dapat menentukan intervensi yang diberikan.
b) Identifikasi makanan yang disukai
R: membantu pasien untuk memenuhi asupan nutrisi
c) Monitor asupan makanan
R: untuk mengetahui jumlah yang masuk dan jumlah yang keluar.
2) Terapeutik
a) Lakukan oral hygnel sebelum makan
R: Mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan
3) Edukasi
a) Anjurkan posisi duduk
R: Posisi duduk memberikan pasien perasaan nyaman saat makan.
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antimetic).
R: Antiemetik dapat digunakan sebagai terapi farmakologis dalam
manajemen mual dengan menghambat sekres asam lambung
b) Kolaborasi ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan.
R: membantu pasien untuk memenuhi jumlah nutrisi dalam tubuh
Manajemen Berat Badan :
1) Observasi
a) Monitor Berat Badan
R: Pemantauan berat badan membantu dalam memantau
peningkatan dan penurunan status gizi
b) Monitor adanya mual muntah

ii
R: Mengurangi atau menghilangkan penyebab muntah.
2) Terapeutik
Berikan perawatan mulut sebelum pemberian makan
R: Mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan.
3) Edukasi
Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun tetap
terjangkau.
R: Pemberian informasi yang tepat dapat membantu pasien dalam
menentukan makanan yang bergizi tinggi
4. Gangguan Pertukaran Gas
a. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam pertukaran gas
meningkat dengan kriteria hasil:
1) Perilaku gelisah menurun
2) Pola napas membaik
3) Dispnea menurun
4) PCO2
b. Intervensi
1) Observasi
a) Monitor kecepatan oksigen
b) Monitor alat terapi oksigen
2) Terapeutik
a) Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trakea, jika perlu
b) Pertahankan kepatenan jalan napas
c) Berikan oksigen tambahan, jika perlu
3) Edukasi
Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen di rumah
4) Kolaborasi
a. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
b. Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur
5. Nyeri akut

ii
Intervensi Keperawatan
a. Manajemen Nyeri :
1) Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
R: Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri merupakan hal yang amat penting untuk
memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi
keefektifan dari terapi yang diberikan.
b) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
R: Untuk melihat faktor pencetus yang memicu adanya nyeri
c) Monitor efek samping penggunaan analgetik
R: Untuk mencegah adanya alergi obat pada pasien
2) Terapeutik
a) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (
mis.hipnosis, akupresur, terapi musik,terapi pijat,
aromaterapi,terknik imajinasi terbimbing, kompres hangat atau
dingin).
R: pemberian teknik non farmakologi yntuk mengendalikan dan
meredakan rasa nyeri
b) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
R: Adanya lingkungan yang nyaman dapat mempengaruhi
kualitas nyeri yang dirasakan dapat berkurang
3) Edukasi
a) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
R: Pasien dapat mengetahui penyebab, periode dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi meredakan nyeri
R: Agar pasien mengethaui tindakan yang akan dilakukan ketika
nyeri dirasakan
c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

ii
R: Memandirikan pasien dalam mengontrol nyeri
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik
R: pemberian analgetik dengan teratur dapat mengurangi rasa
nyeri
b. Terapi relaksasi
1) Observasi
a) Identifikasi penurunan tingkat energy, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu kemampuan
kognitif
R: Mengidentifikasi dapat membantu untuk pemberian
intervensi
b) Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah dan suhu
sebelum dan sesudah latihan
R: Untuk mencegah terjadinya peningkatan tekanan intrakranial
c) Monitor respon terhadap relaksasi
R: Untuk mengetahui apakah pasien mampu untuk melakukan
relaksasi atau tidak
1) Terapeutik
a) Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang nyaman
R: Untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada pasien
b) Gunakan pakaian yang longgar
R: Memudahkan pasien dalam melakukan relaksasi
c) Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
R: Paisen merasa dihargai dan pasien mampu mengikuti relaksasi
2) Edukasi
a) Jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan jenis relaksasi yang tersedia
(mis. Music, meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)
R: pasien mendapatkan informasi yang baru tentang relaksasi
b) Anjurkan mengambil posisi nyaman

ii
R: agar pasien tetap dalam kondisi yang aman dan nyaman
c) Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
R: pasien dapat meraskan sensari relaksasi dengan baik
d) Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih
R: untuk membantu mengurangi rasa nyeri
c. Pemberian Analgesik
1) Observasi
a) Identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus, Pereda, Kualitas,
Lokasi, Intensits, Frekuensi, Durasi)
R: Mengidentifikasi dapat memudahkan dalam pemberian
intervensi dengan baik.
b) Identifikasi riwayat alergi obat
R: Mengidentifikasi riwayat alergi obat dapat mencegah
keracunan obat
c) Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian
analgesic
R: untuk melihat perbedaan sebelum dan setelah pemberian obat
1) Terapeutik
a. Tetapkan target efektifitas analgesic untuk mengoptimalkan
respons pasien
R: Dengan mentargetkan target efektifats psien dapat membantu
pasien penyembuhan
b) Dokumentasikan respons terhadap efek analgesic dan efek yang
tidak diinginkan
R: Penting untuk dilakukan pendokumentasian untuk melihat
perkembangan kondisi pasien
2) Edukasi
a) Jeleskan efek terapi dan efek samping obat
R: Pasien mampu mengetahui efek dari terapi dan efek samping
yang berbahaya.
3) Kolaborasi

ii
Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi
R: Pemberian analgesic berdasarkan dosis dan jenisnya dapat
meredakan nyeri pasien
d. Terapi Murottal
1) Observasi
a) Identifikasi aspek yang akan difokuskan dalam terapi (mis.
Stimulasi, relaksasi, konsentrasi dan pengurangan nyeri)
R: Mengidentifikasi dapat memudahkan pemberian terapi
murottal
b) Identifikasi jenis terapi yang digunakan berdasarkan keadaan dan
kemampuan pasien (mendengarkan atau membaca Al-Quran).
R: Memudahkan memilih jenis terapi yang akan diberikan kepada
pasien
1. Terapeutik
a) Posisikan dalam posisi dan lingkungan yang nyaman
R: dengan posisi yang aman dan nyaman dapat mengurangi rasa
nyeri
b) Batasi rangsangan eksternal selama terapi yangh dilakukan (mis.
Lampu, suara, pengunjung, panggilan telfon)
R: agar saat pemberian terapi murottal bisa dihayati
c) Putar rekam yang telah ditetapkan
R: Pasien dapat mendengarkan dan menikmati
2. Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan manfaat terapi
R: supaya pasien mengerti diberikan tindakan ini
b) Anjurkan memusatkan perhatian atau pikiran and pada lantunan
ayat Al-Quran
R: agar Pasien dapat mengalihkan perasaannya dan rasa nyeri
dapat redah
e. Perawatan kenyamanan
1) Observasi

ii
a) Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan (mis. Mual, nyeri,
gatal, sesak)
R: Mengidentifikasi gejala yang tidak menyenangkan (mis.
Mual, nyeri, gatal, sesak) dapat memberikan rasa aman pada
pasien
2) Terapeutik
a) Berikan posisi nyaman
R: Dengan posisi yang nyaman pasien dapat mengontrol rasa
nyeri
b) Kompres air dingin atau air hangat
R: Dapat meredahkan nyeri
3) Edukasi
a) Jelaskan mengenai kondisi dan pilihan terapi
R: Supaya pasien dpat memahami dan mampu dilkakukan sendiri
b) Ajarkan latihan pernapasan
R: Mengatur pernapasan saat nyeri bisa menurunkan sensari rasa
nyeri yang dirasakan
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgesic, antihistamin, jika perlu
R: Pemberian analgesic, antihistamin dapat meredahkan rasa
nyeri
6. Resiko Infeksi
a. Pencegahan Infeksi
1) Observasi
Monitor tanda dan gejala infeksi local
R: Memberikan informasi tentang adanya tanda dan gejala infeksi
untuk diberikan intervensi
2) Terapeutik
a) Batasi jumlah pengunjung
R: Dengan itu dapat meminimalisir penyebaran infeksi kepada
pasien

ii
b) Cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan pasien dan
lingkungan
R: Mencegah terjadinya infeksi
c) Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko infeksi
R: Mencegah terjadinya infeksi dan masuknya mikroorganisme
3) Edukasi
a) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
R: Memberikan informasi kepada pasien tentang resiko infeksi
b) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
R: Mencegah terjadinya Infeksi dan menjaga kebersihan
b. Perawatan Luka
1) Observasi
a) Monitor karakteristik luka (mis. Drainase, warna, ukuran, bau)
R: Memberika informasi untuik menetukan intervensi yang akan
diberikan kepada pasien
b) Monitor tanda-tanda infeksi
R: Dapat mengetahui apakah terdapat tanda-tanda infeksi atau
tidak
2) Terapeutik
a) lepaskan balutan dan plester secara perlahan
b) Cukur rambut di sekitar luka
c) Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik
d) Bersihkan jaringan nekrotik
e) Berikan salep yang sesuai kulit
f) Pasung balutan sesuai jenis luka
g) Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
h) Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
i) Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi
pasien
j) Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan protein
1,25-1,5 g/kg/BB/hari

ii
k) Berikan terapi TENS (Stimulasi Saraf transkutaneous)
3) Edukasi
a) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
R: Memberikan informasi untuk menerapkan intervensi yng akan
diberikan kepada pasien
b) Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
R: keluarga pasien atau psien dapat melakukan dengan mandiri
dan bisa di praktekkan saat di rumah
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian antibiotik
c. Manajemen lingkungan
1) Observasi
a) Identifikasi keamanan dan kenyamanan lingkungan
R: Menciptakan situasi yang aman dan nyaman
2) Terapeutik
a) Atur suhu lingkungan yang sesuai
R: Kapat memberikan kondisi ruangan yang nyaman untuk pasien
b) Sediakan tempat tidur dan lingkungan yang bersih dan nyaman
R: pasien merasa diperhatikan dan dapat beristirahat dengan baik
c) Izinkan keluarga untuk tinggal mendampingi pasien
3) Edukasi
a) Ajarkan pasien dan keluarga/pengunjung tentang upaya pencegahan
infeksi
R: Mengurangi tingkat terjadinya infeksi
d. Perawatan perineum
1) Observasi
a) Inspeksi insisi atau robekan perineum
R: Memberikan intervensi untuk menerapkan intervensi yang akan
dilakukan pada pasien
2) Terapeutik
a) Fasilitas dalam membersihkan perineum

ii
R: Memudahkan dalam melakukan tindakan aseptic pada daerah
perineum
b) Beriskan posisi nyaman
R: Memberikan rasa yang nyaman
c) Bersihkan area perineum secara teratur
R: Untuk menjaga kebersihan dan mencegah infeksi
3) Edukasi
a) Ajarkan pasien dan keluarga mengobservasi tanda abnormal pada
perineum (mis., Infeksi, kemerahan, pengeluaran cairan yang
abnormal).
R: Memberikan informasi untuk menentukan intervensi yang akan
diberikan kepada pasien
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian antiinflamasi
R: Untuk mencegah terjadinya infeksi
7. Penurunan Curah Jantung
a. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam penurunan curah
jantung meningkat dengan kriteria hasil:
1) Dispnea menurun
2) Batuk menurun
3) Lelah menurun
b. Intervensi
Perawatan Jantung :
a) Observasi
1) Identifikasi tanda dan gejala primer penurunan curah jantung
meliputi dispnea,kelelahan,edema,ortopnea,peningkatan CVP.
2) Identifikasi tanda dan gejala sekunder penurunan curah jantung
meliputi peningkatan berat badan, hepatomegali,distensi vena
jugularis,palpitasi, ronkhi basah, oliguria,batuk dan kulit pucat.
3) Monitor tekanan darah termasuk tekanan darah ortostatik.

ii
4) Monitor intake dan output cairan
5) Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
6) Monitor saturasi oksigen
7) Monitor EKG 12 sadapan
8) Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
9) Monitor nilai laboratorium jantung (mis.elektrolit,ensim jantung,
BNP,NT pro BNP).
10) Monitor fungsi alat pacu jantung
11) Periksa TD dan nadi sebelum dan sesudah beraktivitas
12) Periksa tekanan darah dan nadi sebelum pemberian obat
a) Terapeutik
1) Posisikan pasien semi fowler atau fowler dengan kaki ke bawah
atau posisi nyaman
2) Berikan diet jantung yang sesuai (mis.batasi asupan kafein,natrium,
kolesterol dan makanan tinggi lemak).
3) Gunakan stocking elastic atau pneumatic intermiten sesuai indikasi
4) Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat
5) Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress
6) Berikan dukungan emosional dan spiritual
7) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen.
b) Edukasi
1) Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
2) Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
3) Anjurkan berhenti merokok
4) Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
5) Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan
harian
c) Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian antiaritmia jika perlu
2) Rujuk ke program rehabilitasi jantung.
8. Ansietas

ii
a. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam tingkat ansietas
menurun dengan kriteria hasil:
1) Perilaku gelisah menurun
2) Perilaku tegang menurun
3) Pola tidur membaik
b. Intervensi keperawatan
Reduksi Ansietas:
1) Observasi:
a) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu,
stressor)
R: Mengetahui tingkat ansietas berubah pada kondisi, waktu dan
stressor
b) Monitor tanda-tanda ansietas
R: Dapat membantu pasien untuk mencegah terjadinya ansietas.
2) Terapeutik:
a) Dengarkan dengan penuh perhatian
R: memdengarkan seksama keluhan pasien dapat mengurangi
ansietas.
b) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
R: perasaan pasien akan berfikir positif jika diberikan motivasi.
3) Edukasi:
a) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
R: Agara pasien tidak merasa tidak diperhatikan dan pasien
merasa nyaman.
b) Latih tekhnik relaksasi
R: Mengurangi tingkat kecemasan dan membuat rileks.
4) Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian terapi antiansietas.
R: Mengurangi perasaan cemas pada pasien.

ii
DAFTAR PUSTAKA

ii
Tim pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia ,
Definisi dan Tindakan Keperawatan, edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia ,
Definisi dan Indikator Diagnostik, edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia ,
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Aziz Alimul. 2016. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Edisi 2. Jakarta: Salemba
Medika
Cecily & Linda. 2017. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Hidayat,Aziz Alimul A. 2018. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Cetakan
Ketiga. Jakarta: Salemba Medika
Roy & Simon. 2017. Lecture Notes Pediatrik. Jakarta : Erlangga.

ii
PENYIMPANGAN KDM

Faktor Endogen Faktor Eksogen

VSD Pembedahan

Kuman masuk Pirau ventrikel Luka Insisi Resiko


Pirau ventrikel ke aliran darah infeksi
kiri ke kanan melalui kanan ke kiri
jantung yang
abnormal Nyeri akut
Tek.ventrikel
kanan CO2
Terjadi Mencapai Dorsomedio
peradangan hipotalamus hipotalamus
Vol. Darah
keparu Penurunan
Vol. Darah Merangsang sel
sistemik point Curah
Jantung
Perubahan
pdendotel&Tunika Hipertermi
muskularis arteri
kecil paru
O2 kejaringan
(-)

Gg.metabolis
me nutrisi BB

Defisit
Nutrisi
Perubahan Kelemahan
permeabilitas
dari membran Hospitalisasi
Kemampuan
alveoli kapiler difusi
Intoleransi
Stress psikologi bagi
aktifitas
Hipoksia keluarga

Gg. pertukaran Perasaan khawatir,


gas Cemas takut akan ii
kondisi
Sesak
anaknya
Departemen Keperawatan Anak

LAPORAN PENDAHULUAN
PADA An. ‘‘A’’ DENGAN DIAGNOSA PENYAKIT JANTUNG BAWAAN
ASIANOTIK VSD (Ventracular Septal Defect) DI KAMAR 7 BED 4
RUANG PERAWATAN LONTARA 4 ATAS BELAKANG
RSUP. dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

Oleh :
NURWAHIDAH, S.Kep.
NIM: 70900119011

PRESEPTOR KLINIK PRESEPTOR AKADEMIK

(…………………….……..) (…………………………......)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2019

ii
KATA PENGANTAR
   
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT berkat
segala nikmat iman, rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan yang berjudul “Laporan
Pendahuluan pada Pasien An. “A” dengan diagnosa Penyakit Jantung Bawaan
Asianotik VSD (Ventricular Septal Defect) Di Kamar 7 Bed 4 di Ruang
Perawatan Lontara 4 Atas Belakang RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar”. Teriring pula salam dan salawat kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tentu ada kelemahan dan
kekurangan dalam laporan pendahuluan ini, Oleh karena itu, dari segenap
pembaca, penyusun mengharapkan kritik dan saran untuk lebih meningkatkan
mutu penulisan selanjutnya.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 09 Desember2019
Penyusun

Nurwahidah , S.Kep

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i


KATA PENGANTAR .............................................................................................ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................iii
BAB 1 KONSEP MEDIS .........................................................................................1
A. Definisi ..................................................................................................................1
B. Etiologi ..................................................................................................................1
C. Patofisiologi...........................................................................................................2
D. Manifestasi Klinis .................................................................................................3
E. Pemeriksaan Penunjang .........................................................................................4
F. Komplikasi .............................................................................................................5
G. Penatalaksanaan ....................................................................................................6
BAB II KONSEP KEPERAWATAN .....................................................................7
A. Pengkajian .............................................................................................................7
B. Diagnosa Keperawatan ..........................................................................................9
C. Intervensi ...............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................33
PENYIMPANGAN KDM ........................................................................................34

ii

Anda mungkin juga menyukai

  • Cross Insisi
    Cross Insisi
    Dokumen6 halaman
    Cross Insisi
    Andi Nur Setyawati
    Belum ada peringkat
  • LP Anemia
    LP Anemia
    Dokumen22 halaman
    LP Anemia
    Andi Nur Setyawati
    Belum ada peringkat
  • Sap PD
    Sap PD
    Dokumen9 halaman
    Sap PD
    Andi Nur Setyawati
    Belum ada peringkat
  • LP KB
    LP KB
    Dokumen19 halaman
    LP KB
    Andi Nur Setyawati
    Belum ada peringkat
  • Sap DBD
    Sap DBD
    Dokumen9 halaman
    Sap DBD
    Andi Nur Setyawati
    Belum ada peringkat
  • LP RDN
    LP RDN
    Dokumen20 halaman
    LP RDN
    Andi Nur Setyawati
    Belum ada peringkat
  • LP Diare
    LP Diare
    Dokumen24 halaman
    LP Diare
    Andi Nur Setyawati
    Belum ada peringkat
  • Analisa Sintesa Tindakan Keperawatan
    Analisa Sintesa Tindakan Keperawatan
    Dokumen2 halaman
    Analisa Sintesa Tindakan Keperawatan
    Andi Nur Setyawati
    Belum ada peringkat
  • LP CIDP
    LP CIDP
    Dokumen17 halaman
    LP CIDP
    Andi Nur Setyawati
    Belum ada peringkat
  • LP Nyeri
    LP Nyeri
    Dokumen12 halaman
    LP Nyeri
    Andi Nur Setyawati
    Belum ada peringkat