Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GASTROENTERITIS AKUT

DI RUANG RATNA RUMAH SAKIT TK II UDAYANA

OLEH KELOMPOK 1 :

NI WAYAN RISKA YANTI (KP.1219029)

GUSTI PUTU ARIK SURYANTARA (KP.1219031)

I KETUT WIDYA (KP.1219038)

RUDI HIDAYAT (KP.1219039)

ZAINAL NUR KHOSIM (KP.1219040)

PRODI DIII KEPERAWATAN

STIKES KESDAM IX/UDAYANA

DENPASAR
2021
Kata Pengantar

Om Swastyastu,
Puji syukur kehadapan Ida Sanghyang Widhi Wasa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini dan
tidak mengalami kendala yang berarti dengan judul “Laporan Pendahuluan dan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diabetes Mellitus di Ruang Ratna
Rumah Sakit TK II Udayana”. Yang disusun untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam Praktik Klinik Keperawatan KMB I Tahun 2021
Makalah ini disusun dengan melewati berbagai rintangan, baik itu datang dari
diri sendiri maupun dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu Kami mengucapkan terima kasih
kepada :
1. dr. Henry Sugiarto, Sp.OG selaku Ketua Stikes Kesdam IX/Udayana yang
telah memberikan izin untuk menggunakan sarana prasarana di Kampus
Stikes Kesdam IX/Udayana yang sangat bermanfaat dalam pembuatan
makalah kami
2. Wakil Ketua 1, wakil kwtua 2, wakil ketua 3 yang telah memberikan
dukungan sampai terselesainya makalah dengan tepat waktu.
3. Kepala Rumah Sakit TK II Udayana yang telah memberikan kami izin
melaksanakan Praktik Klinik Keperawatan KMB I
4. Pembimbing Klinik serta para Perawat yang telah memberikan pengalaman
untuk kami di rumah sakit
5. Ns. Komang Jerry Widyanata, M.Kep selaku Ka. Prodi DIII Keperawatan
Stikes Kesdam IX/Udayana yang telah memberikan arahan Praktik Klinik
Keperawatan KMB I
6. Ns. I Kadek Artawan, S. kep . selaku pembimbing yang selalu membimbing
dengan penuh kesabaran serta memberikan saran, masukan dan motivasi
sehingga terselesainya Makalah ini.
Kami masih menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan. Oleh
karena itu, saran dan kritik positif sangat diharapkan kami untuk makalah
selanjutnya. Semoga dari makalah ini bermanfaat sesuai dengan kebutuhannya
dan tujuan yang diharapkan kami tercapai.
Denpasar, 21 September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................6
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................6
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................7
1.3 Tujuan......................................................................................................................7
BAB II TINJAUAN TEORI..............................................................................................8
2.1 Konsep Dasar Penyakit............................................................................................8
2.2 Konsep dasar asuhan keperawatan.........................................................................17
BAB III HASIL KAJIAN LAPANGAN..........................................................................24
3.1 Pengkajian.............................................................................................................24
3.2 Diagnosa Keperawatan..........................................................................................38
3.3 Intervensi keperawatan..........................................................................................39
3.4 Implementasi keperawatan.....................................................................................42
3.5 Evaluasi Keperawatan............................................................................................48
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................................50
4.1 Pengkajian.............................................................................................................50
4.2 Diagnosa Keperawatan..........................................................................................51
4.3 Intervensi keperawatan..........................................................................................52
4.4 Implementasi keperawatan.....................................................................................54
4.5 Evaluasi keperawatan.............................................................................................54
BAB V PENUTUP...........................................................................................................56
5.1 Kesimpulan............................................................................................................56
5.2 Saran......................................................................................................................56
BAB I
PENDAHULUAN

Gastroenteritis atau diare sampai saat ini masih merupakan masalah


kesehatan, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju.Menurut
Suharyono (2008) gastroenteritis akut didefinisikan sebagai buang air besar
dengan tinja yang cair atau lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal,
berlangsung kurang dari 14 hari. Sedangkanmenurut Priyanto (2008)
gastroenteritis kronik yaitu yang berlangsung lebih dari 14 hari. Gastroenteritis
atau diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab
gastroenteritis yang terbanyak adalah gastroenteritis infeksi. Gastroenteritis
atau diare infeksi dapat disebabkan virus, bakteri, dan parasit.Menurut Word
Health Organization (WHO), di negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan
kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi insiden gastroenteritis atau diare
infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan. Di Inggris 1 dari 5
orang menderita diare infeksi setiap tahunnya dan 1 dari 6 orang pasien yang
berobat ke praktek umum menderita gastroenteritis atau diare infeksi.
Tingginya kejadian gastroenteritis di negara Barat ini oleh karena foodborne
infectionsdan waterborne infectionsyang disebabkan bakteri Salmonella spp,
Campylobacter jejuni, Stafilococcusaureus, Bacillus cereus, Clostridium
perfringensdanEnterohemorrhagicEscherichia coli(EHEC) (Sinaga, 2009).
Di Indonesia dari 2.812 pasien gastroenteritis atau diare yang disebabkan
bakteri yang datang kerumah sakit dari beberapa provinsi seperti Jakarta, Jawa,
Sumatrayang dianalisa dari 2004 s/d 2005. Menurut Mary Phillips
(2010)penyebab terbanyak adalah Vibriocholerae 01,diikutidengan Shigella
spp, Salmonella spp, V. Parahaemoliticus, Salmonella typhi, Campylobacter
Jejuni, V. Cholera non-01, dan Salmonella paratyphi A.Berdasarkan data profil
kesehatan 2011, jumlah kasus diare di Jawa Tengah berdasarkanlaporan
puskesmas sebanyak 420.587 sedangkan kasus gastroenteritis dirumah sakit
sebanyak 7.648 sehingga jumlah keseluruhan penderita yang terdeteksi adalah
428.235 dengan jumlah kematian adalah sebanyak 54 orang. Dari laporan
surveilan terpadu tahun 2010 jumlah kasus diare didapatkan 15,3 % di
2

Puskesmas, di rumah sakit didapat 0,20% pada penderita rawat inap dan 0,05
% pasien rawat jalan.(Haryawan, 2011).Cakupan penemuan penderita diare
selama tiga tahun terakhir mengalami peningkatan, meskipun masih dibawah
yang diharapkan yaitu sebesar 80%. Peningkatan cakupan pada tahun 2010
cukup tinggi, disebabkan adanya peningkatan pengiriman laporandari kab/kota.
Peningkatan cakupan penemuan penting karena mengurangi kematian akibat
terlambatnya pertolongan kasus diare.Halini kalau tidak segera ditangani akan
mengancam keselamatan klien misalnya, jika terjadi dehidrasi akan
menyebabkan syok hipovolemik, serta dapat mengakibatkan gangguan
pertumbuhan hai ini disebabkan oleh kurangnya makanan yang tidak dapat
diserap oleh tubuh dan kurangnya
masukan makanan yang masuk dalam tubuh. Oleh karena itu peran
perawat dalam menangani klien dengan gangguan gastroenteritis adalah
dengan memonitor intake dan output klien, monitor tanda-tanda vital, monitor
asupan makanan dan diet klien, menyarankan pada klien untuk banyak
minum, menjaga personal hygiene, dan menjaga lingkungan agar tetap
nyaman dan tenang. Menurut catatan rekam medis RSUD Sukoharjo
dilaporkan selama tahun 2011 diagnosa gastroenteritis menduduki posisi
pertama dalam daftar sepuluh penyakit yang ada di RSUD Sukoharjo,tercatat
jumlah penderita yang dirawat dengan diagnosa gastroenteritis berjumlah
2151kasus

1.1 Rumusan Masalah


Apa saja konsep penyakit dari diabetes mellitus?
Bagaimana konsep keperawatan pada pasien diabetes mellitus?
Bagaimana kajian kasus di lapangan pada pasien diabetes mellitus?

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui konsep penyakit diabetes mellitus
Untuk mengetahui konsep keperawatan pada pasien diabetes mellitus
Untuk mengetahui kajian kasus di lapangan pada pasien diabetes mellitus
3

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi Penyakit
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar
dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi
diare, dengan atau tanpa disertai muntah, ketidaknyamanan abdomen dan demam
(Muttaqin, 2011). Gastroenteritis merupakan penyakit bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai gejala mual, muntah dan
peningkatan suhu tubuh (Sudaryat, 2007). Gastroenteritis adalah inflamasi lambung
dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen, yang ditandai
dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai
gejala mual, muntah, nyeri abdomen dan demam.

2. Etiologi
Menurut Arif Muttaqin (2011) dan Suriadi (2010), penyebab dari gastroenteritis
sangat beragam, antara lain sebagai berikut:
a. Infeksi berbagai macam bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi makanan
maupun air minum (enteropathogenic, escherichia coli, salmonella, shigella, V.
Cholera, dan clostridium).
b. Infeksi berbagai macam virus: enterovirus, echoviruses, adenovirus, dan
rotavirus. Penyebab diare terbanyak pada anak adalah virus Rotavirus.
c. Jamur: candida
d. Parasit (giardia clamblia, amebiasis, crytosporidium dan cyclospora)
1. Faktor non infeksi/ bukan infeksi:
a. Alergi makanan, misal susu, protein
b. Gangguan metabolik atau malabsorbsi: penyakit
c. Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
d. Obat-obatan: Antibiotik, Laksatif, Quinidine, Kolinergik, dan Sorbital.
e. Penyakit usus: colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis
f. Emosional atau stress
g. Obstruksi usus
4

3. Tanda dan Gejala


Menurut Sodikin (2011), Beberapa tanda dan gejala yang terjadi pada kasus
gastroenteritis, antara lain:
a. Suhu badan meningkat
b. Nafsu makan berkurang atau tidak ada
c. Timbul diare
d. Feses makin cair, mungikn mengandung darah dan atau lender
e. Warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
f. Muntah baik sebelum maupun sesudah diare
g. Terdapat gejala dan tanda dehidrasi: ubun-ubun besar cekung pada bayi, tonus otot
dan turgor kulit berkurang, selaputlendir pada mulut dan bibir terlihat kering
h. Berat badan menurun
i. Pucat, lemah
5

4. Pathway

Faktor Faktor mal Faktor makanan Faktor psikologi


infeksi absorbs (makanan basi, (rasa takut dan
(karbohidrat, beracun, alergi cemas)
lemak, protein) makanan)

Penyerapan sari-sari makanan saluran


bercernaan tidak adekuat

Isi rongga usus berlebihan

Terdapatnya zat-zat Gangguan sekresi Meningkatnya


makanan tidak dapat motilitas usus
diserap
Meningkatnya
aktivitas sekresi air Kesempatan usus
Tekanan osmotik dan elektrolit menyerap makanan
meningkat berkurang

Mengeluarkan isinya
Reabsorbsi di dalam
usus terganggu

Meningkatnya
DIARE sekresi cairan dan Inflamasi saluran
elektrolit pencernaan

Dehidrasi
Tubuh bereaksi Mual
terhadap invasi
mikroorganisme Anoreksia
Risiko Hipovolemia

Meningkatnya Defisit nutrisi


suhu tubuh

Risiko ketidakseimbangan
cairan elektrolit Hipertermia
6

5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah tepi lengkap
b. Pemeriksaan urine lengkap
c. Pemeriksaan tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur
d. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik
e. Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi Helicobacter Jejuni sangat
dianjurkan
f. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif
dan kualitatif tentang pada diare kronik.
g. Pemeriksaan darah 5 darah perifer lengkap, analisis gas darah (GDA) &
elektrolit (Na, K, Ca, dan P serum yang diare disertai kejang)
h. Pemeriksaan tinja
i. makroskopik dan mikroskopik
j. pH, dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila
diduga terdapat intoleransi laktosa
k. bila pedu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi (culture dan
sensitivity test)
l. Pemeriksaan analisa gas darah
m. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
n. Pemeriksaan serum elektrolit terutama kadar natrium, kalium, calsium dan
fosfor (terutama pada penderita diare yang disertai kejang)
o. Pemeriksaan kadar glukosa darah bila terdapat tanda-tanda hipoglikemia

6. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita
diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Jumlah cairan: jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
2) Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL
(Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang
melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses).
3) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung
CWL (Concomitant water losses)
7

Ada 2 jenis cairan yaitu:


1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-
ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L,
Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L,
potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro
et.al., 2005). Ada beberapa cairan rehidrasi oral:

a) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa,
yang dikenal dengan nama oralit.
b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di atas
misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah dan
lain-lain, disebut CRO tidak lengkap.
2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan
rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap
jam perlu dilakukan evaluasi:
a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam Wicaksana,
2011).
4) Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien
dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,,
leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan
persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong,
dan pasien immunocompromised.
Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3–5
hari),Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg
(Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500 mg
(4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atau IV).
8

5) Obat Anti Diare


Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil).
Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2–4 mg/ 3–4x
sehari dan lomotil 5mg 3–4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi
penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat
memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare. Bila
diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat
mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala
demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan.
9
10

B. Pengkajian Keperawatan
1. Data Subyektif
a. Keluhan utama : BAB cair , lemas, geelisah, mual muntah, anoreksia,
badan panas.
b. Frekuensi BAB cair dalam sehari lebih dari 3x
c. Adanya riwayat reaksi alergi terhadap suatu zat, makanan/inuman, atau
lingkungan.
d. Pengobatan diare telah dilakukan dan efektifitasnya
e. Kebiasaan dan pola makan anak seperti makan makanan terbuka, suka
makan makanan pedas
2. Data Obyektif
a. Mata cekung
b. Ubun – ubun besar dan cekung
c. Turgor kulit kurang dan kering
d. Lidah, bibir dan mukosa kering
e. Konsistensi feses cair
f. Peningkatann suhu tubuh
g. Penurunan BB
h. Pasien tampak lemah dan lemas
2. Pemeriksaan fisik
Kesadaran : composmentis, pada dehidrasi berat dapat terjadi apatis, somnolen,
kadang sopokomateus.
Keadaan umum : sedamg atau lemah
Vital sign : pada dehidrasi berat dapat terjadi renjatan hupovolemik dengan :
1) Tekanan Darah menurun ( misal 90/40 mmHg )
2) Nadi sepat sekali (tachikardi )
3) Suhu terjadi peningkatan karena dehidrasi dan dapat juga karena adanya
infeksi dalam usus
4) Respirasi cepat jika terjadi dehidrasi akut dam berat karena adanya
kompensasi asam basa.
Pemerisaan Fisik
11

a) Kepala dan Muka


Kepala : inspeksi ada tidaknya ubun – ubun yang besar dan agak cekung
Rambut : terjadi rontok atau merah karena malnutrisi
Mata : mata pada umumnya agak cekung
Mulut : mukosa kering, bibir pecah – pecah , lidah kering, bibir sianosis.
Pipi : pada tulang pipi biasanya menonjol
Wajah : tampak lebih pucat
b) Leher
Umumnya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid
c) Jantung
Menimbulkan aritmia jantung
d) Abdomen
Inspeksi : inspeksi umumnya kadang simetris, cembung terlihat pembesaran
pada perut kanan bawah.
Perkusi : tympani ( kembung).
Palpasi: umumnya ada nyeri tekan bagian perut bawah yaitu bagian usus dan
dapat terjadi kejang perut.
Auskultasi : bising usus >30x / menit
e) Anus
Anus terjadi iritasi, kemerahan pada daerah sekitarnya
f) Kulit
Kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali setelah 1 – 2 detik.

C. Diagnosis Keperawatan
1. Diare
2. Defisit nutrisi
3. Hipertermia
4. Risiko hypovolemia
5. Risiko ketidakseimbangan elektrolit
12

D. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan atau Kriteria Hasil Intervensi
1. Diare Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen diare
selama ...... x 24 jam diharapkan pemenuhan  Identifikasi penyebab diare
Definisi nutrisi seimbang kembali dengan kriteria hasil  Identifikasi riwayat pemberian makanan
Pengeluaran feses yang :  Identifikasi gejala invaginasi
sering dan lunak serta tidak Eliminasi Fekal:  Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi
berbentuk. □ Kontrol pengeluaran feses normal tinja
□ Distensi abdomen tidak ada  Monitor tanda dan gejala hypovolemia
□ Urgency tidak ada  Monitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah perianal
Penyebab
□ Nyeri abdomen tidak ada
Fisiologis:  Monitor jumlah pengeluaran diare
□ Kram abdomen tidak ada
 Inflamasi  Monitor keamanan penyiapan makanan
□ Konsistensi feses padat
gastrointestinal □ Frekuensi defekasi < 3 kali sehari  Berikan asupan cairan oral
 Iritasi gastrointestinal □ Peristaltic usus normal  Pasang jalur intravena
 Proses infeksi  Berikan cairan intravena
 Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah
 Malabsorbsi
lengkap dan elektrolit
Psikologis
 Ambil sampel feses untuk kultur
 kecemasan  Anjurkan makananporsi kecil dan sering secara
 tingkat stress tinggi bertahap
Situasional  Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas,
 terpapar kontaminan pedas, dan mengandung laktosa
 terpapar toksin  Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
 penyalahgunaan laksatif  Kolaborasi pemberian obat antispasmodic /
 penyalahgunaan zat spasmolitik
 program pengobatan  Kolaborasi pemberian obat pengeras feses
 perubahan air dan
makanan
 bakteri pada air
13

Batasan karakteristik:
Gejala dan tanda mayor:
Subjektif: -
Objektif:
 Defekasi lebih dari tiga
kali dalam 24 jam
 Feses lembek aatau cair
Gejala dan Tanda Minor
Subektif:
 Urgency
 Nyeri/kram abdomen
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nutrisi
selama ...... x 24 jam diharapkan pemenuhan  Identifikasi status nutrisi
Definisi nutrisi seimbang kembali dengan kriteria hasil  Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi :  Identifikasi makanan yang disukai
kebutuhan metabolism Status Nutrisi  Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
 Frekuensi makan normal  Identifikasi perlunya penggunaan selang
Penyebab  Nafsu makan membaik nasogastric
 Dehidrasi  Bising usus dalam batas normal  Monitor asupan makanan
 Terpapar lingkungan  Tidak ada diare  Monitor berat badan
panas  Meningkatnya verbalisasi keinginan  Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
 Proses penyakit (mis. untuk meningkatkan nutrisi  Lakukan oral hygiene sebelum makan
infeksi, kanker)  Sikap terhadap makanan / minuman  Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
piramida makanan)
 Ketidaksesuaian pakaian baik sesuai dengan tujuan kesehatan
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
dengan suhu lingkungan sesuai
 Peningkatan laju  Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
metabolism konstipasi
 Respon trauma  Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Aktivitas berlebihan  Berikan suplemen makanan
14

 Penggunaan inkubator  Hentikan pemberian makan melalui selang


nasogastric jika asupan oral dapat ditoleransi
Batasan karakteristik:  Anjurkan posisi duduk
Gejala dan tanda mayor  Ajarkan diet yang diprogramkan
Subjektif: -  Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
Objektif: (mis. pereda nyeri)
 Berat badan menurun  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
minimal 10% di bawah
jika perlu
rentang ideal Promosi berat badan
Gejala dan tanda minor  Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
Subjektif:  Monitor adanya mual dan muntah
 Cepat kenyang setelah  Monitor jumlah kalori yang dikonsumsi sehari-hari
makan  Monitor berat badan
 Kram / nyeri abdomen  Monitor albumin, limfosit, dan elektrolit, serum
 Nafsu makan menurun  Berikan perawatan mulut sebelum pemberian
Objektif: makan
 Bising usus hiperaktif  Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi
 Otot pengunyah lemah pasien (mis. makanan dengan tekstur halus,
makanan yang diblender, makanan cair yang
 Otot menelan lemah
diberikan melalui NGT atau gastrostomy, total
 Membrane mukosa pucat perenteral nutrition sesuai indikasi)
 Sariawan  Hidangkan makanan secara menarik
 Serum albumin turun  Berikan suplemen
 Rambut rontok berlebih  Berikan pujian pada pasien / keluarga untuk
 Diare peningkatan yang dicapai
 Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun
tetap terjangkau
 Jelaskan peningkatan asupan kalori yang
dibutuhkan
Pemantauan nutrisi
15

 Identifikasi faktor yang mempengaruhi asupan gizi


(mis. pengetahuan, ketersediaan makanan, dsb)
 Identifikasi perubahan berat badan
 Identifikasi kelainan pada kulit
 Identifikasi kelainan pada rambut
 Identifikasi pola makan
 Identifikasi kelainan pada kuku
 Identifikasi kemampuan menelan
 Identifikasi kelainan rongga mulut
 Identifikasi kelainan eliminasi (mis. diare, darah,
lendir, dan eliminasi yang tidak teratur)
 Monitor mual dan muntah
 Monitor asupan oral
 Monitor warna konjungtiva
 Monitor hasil laboratorium (mis. kadar kolesterol,
albumin serum, transferrin, kreatinin, hemoglobin,
hematocrit, dan elektrolit darah)
 Timbang berat badan
 Ukur antropometrik komposisi tubuh (mis. indeks
massa tubuh, pengukuran pinggang, dan ukuran
lipatan kulit)
 Hitung perubahan berat badan
 Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan
3. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen hipertermia
selama ... x 24 jam diharapkan suhu tubuh  Identifikasi penyebab hipertermia (mis. dehidrasi,
kembali normal dengan kriteria hasil : terpapar lingkungan panasm penggunaan
Definisi Termoregulasi incubator)
16

Suhu tubuh meningkat diatas  Menggigil berkurang  Monitor suhu tubuh


rentang normal tubuh  Warna kulit normal  Monitor kadar elektrolit
 Kejang berkurang  Monitor haluaran urine
Penyebab  Tidak pucat  Monitor komplikasi akibat hipertermia
 Dehidrasi  Frekuensi pernapasan normal  Sediakan lingkungan yang dingin
 Terpapar lingkungan  Denyut nadi dalam batas normal  Longgarkan atau lepaskan pakaian
panas  Suhu tubuh dalam batas normal  Basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Proses penyakit (mis.  Tekanan darah dalam batas normal  Berikan cairan oral
infeksi, kanker)  Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih)
 Ketidaksesuaian pakaian
 Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut
dengan suhu lingkungan hipotermia atau kompres pada dahi, leher, dada.
 Peningkatan laju Abdomen, aksila)
metabolism  Hindari pemberian antopiretik atau aspirin
 Respon trauma  Anjurkan tirah baring
 Aktivitas berlebihan  Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
 Penggunaan inkubator intravena

Batasan karakteristik:
Gejala dan tanda mayor
Subjektif: -
Objektif:
 Suhu tubuh diatas nilai
normal
Gejala dan tanda minor
Subjektif: -
Objektif:
 Kulit merah
 Kejang
17

 Takikardi
 Takipnea
 Kulit terasa hangat
4. Risiko hypovolemia Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen hipovolemia
selama …x 24 jam diharapkan pemenuhan  Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis.
Definisi kebutuhan volume cairan seimbang dengan frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, dsb)
Berisiko mengalami kriteria hasil :  Monitor intake dan output cairan
penurunan volume cairan Status cairan  Hitung kebutuhan cairan
intravascular, interstisial,  Frekuensi nadi dalam batas normal  Berikan posisi modified trendelenburg
dan/atau intraselular  Output urine meningkat  Berikan asupan cairan oral
 Membran mukosa lembab  Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
 Perasaan lemah berkurang  Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Faktor risiko:  Tekanan nadi kuat  Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis.
 Turgor kulit baik NaCl, RL)
 Kehilangan cairan secara
 Intake cairan adekuat  Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis.
aktif
 Suhu tubuh dalam batas normal glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
 Gangguan absorbsi cairan
 Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin,
 Usia lanjut plasmanate)
 Kelebihan berat badan  Kolaborasi pemberian produk darah
 Status hipermetabolik Pemantauan cairan
 Kegagalan mekanisme  Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
regulasi  Monitor frekuensi napas
 Evaporasi  Monitor tekanan darah
 Kekurangan intake cairan  Monitor berat badan
 Efek agen farmakologis  Monitor waktu pengisian kapiler
 Monitor elastisitas atau turgor kulit
 Monitor jumlah, warna, dan berat jenis urin
 Monitor kadar albumin dan protein total
 Monitor hasil pemeriksaan serum
 Monitor intake dan output cairan
18


Identifikasi tanda-tanda hipovolemia

Identifikasi tanda-tanda hypervolemia

Identifikasi faktor risiko ketidakseimbangan cairan

Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan
5. Risiko ketidakseimbangan elektrolit Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pemantauan elektrolit
Definisi selama ...... x 24 jam diharapkan pemenuhan  Identifikasi kemungkinan penyebab
Berisiko mengalami kebutuhan elektrolit seimbang kembali ketidakseimbangan elektrolit
perubahan kadar serum dengan kriteria hasil:  Monitor kadar elektrolit serum
elektrolit Keseimbangan cairan  Monitor mual, muntah, dan diare
Faktor risiko:  Asupan cairan adekuat  Monitor kehilangan cairan
 Output urin meningkat  Monitor tanda dan gejala hypokalemia
 Ketidakseimbangan
 Asupan makanan adekuat  Monitor tanda dan gejala hyperkalemia
cairan (mis. dehidrasi dan
 Membran mukosa lembab  Monitor tanda dan gejala hiponatremia
intoksikasi air)
 Tidak ada tanda-tanda dehidrasi  Monitor tanda dan gejala hypernatremia
 Kelebihan volume cairan  Frekuensi nadi dalam batas normal  Monitor tanda dan gejala hipokalsemia
 Gangguan mekanisme  Nadi teraba kuat  Monitor tanda dan gejala hiperkalsemia
regulasi (mis. diabetes)  Mata tidak cekung  Monitor tanda dan gejala hipomagnesemia
 Efek samping prosedur  Turgor kulit membaik  Monitor tanda dan gejala hipermagnesemia
(mis. pembedahan)  Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan
 Diare kondisi pasien
 Muntah  Dokumentasikan hasil pemantauan
 Disfungsi ginjal  Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Disfungsi regulasi  Informasikan hasil pemantauan
endokrin 
I. Referensi

Hidayat, A.A.A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.


Jakarta: Salemba Medika

Muttaqin, Arif. 2011.Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi


asuhan keperawatan Medikal Bedah. Jakata: Salemba
Medika

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2017.Standar


Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018.Standar


Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018.Standar


Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat

Sodikin. 2011.Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem


Gastrointestinal dan Hepatobilier. Jakarta: Salemba
Medika

Sudaryat, 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta:


Sagung Seto
Suriadi dan Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada
Anak.Edisi 2. Jakarta: Sagung Seto
BAB III

HASIL KAJIAN LAPANGAN

3.1 Pengkajian
1. INFORMASI UMUM
Hari/Tanggal Pengkajian: selasa, 14 september 2021
Waktu: 18.00 WITA

IDENTITAS DIRI PASIEN

Nama: Ny. MD RM: 20. 34. 73

Umur: 38 tahun SukuBangsa: Indonesia

Tanggal Lahir: Denpasar, 01 mei 1983 Agama: hindu

TanggalMasuk: 14 September 2021 Pendidikan Terakhir: SMA

Jenis kelamin: Perempuan Pekerjaan: Wiraswasta

Alamat: Jln. Serma Made DII No 32 Denpasar

INDETITAS PENANGGUNG JAWAB / WALI / KELUARGA

Nama: Tn. KA Umur: 43 tahun

18
Pekerjaan: Dokter Hubungan: Anggota keluarga

No. Telp: Jenis kelamin: Laki-laki

Alamat: Jln. Serma Made DII No 32 Denpasar

RIWAYAT KESEHATAN

DiagnosaMedis: Gastroenteritis Akut


KeluhanUtama: pasien mual, muntah, demam, dan BAB konsistensi cair

Riwayat Kesehatan Saat Ini:


Pasien masuk ruang ratna pada 14 september 2021 pukul 17.31 wita dengan
diagnose Gastroenteritis. Hasil pengkajian pasien mengeluh mual, muntah,
demam, pasien MRS melalui IGD dengan keluhan mual, muntah, demam

19
RiwayatKesehatanSebelumnya :
Pasien memiliki Riwayat penyakit sebelumnya

RiwayatAlergi:
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi obat, makanan ataupun
lingkungan.

RiwayatPenyakit:
Pasien mengatakan keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit keturunan
seperti hipertensi maupun diabetes mellitus
FaktorResiko:
Lingkungan

Pengobatan yang sedang dijalani :


IVFD RL 500 ml, paracetamol 500 gr per oral, ranitidine 1 amp per iv,

20
ondancentron 1 amp per iv, antasida syr per oral
Paracetamol 500 mg per oral
Ranitidine 1 amp 50 mg/2 ml
Ondancentron 1 amp 4mg/2 ml
Antasida syr peroral
Antipiretik = menurunkan demam
Anti emetik = mengurangi mual muntah
Riwayat Operasi/Kemoterapi/Radioterapi :
Tidak Ada

HasilPemeriksaanPenunjang:
Tidak Ada

HasilPemeriksaanLaboratorium :
Imunologi Antigen Sars-cov-2 : negative
Darah lengkap: (hematologi)
Wbc: 1.80 10^3/ul (rendah), nilai rujukan: 3.80-10.60 10^3/ul
Eosinophil: 0,0% (rendah). Nilai rujukan : 2.0-4.0

21
Limposit: 23,3% (rendah) nilai rujukan 25,0-40,0
PLT: 67 10^3/ul (rendah) nilai rujukan 150-440

2. DATA BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL

OKSIGENASI
Data Subjektif
Pasien mengatakan tidak merasa sesak, batuk dan tidak terpasang oksigen

Data Objektif
Inspeksi : tidak terdapat penggunaan alat otot bantu pernapasan, tidak terpasang

22
oksigen,pergerakan dada simetris, RR : 20 x/menit, tidak ada otot bantu napas

Auskultasi : terdengar suara vesikuler , tidak ada suara napas tambahan

Perkusi :terdengar suara sonor

Palpasi :tidak ditemukan edema, krepitasi tidak ada, memar tidak ada, nyeri tekan
tidak ada

SIRKULASI
Data Subjektif
Pasien mengatakan mengeluh lemas dan pusing
Data Objektif
Inspeksi : konjungtiva anemis distensi vena jugularis tidak ada, mukosa bibir kering,
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Perkusi : -

Auskultasi : S1 S2 reguler, suara jantung lub dup. Td: 90/60 mmHg. Hr: 98x/menit

NUTRISI
Data Subjektif
Pasien mengatakan mengeluh mual dan muntah
Data Objektif

23
Inspeksi : pasien tampak terpasang infuse RL 500 ml 20 tpm, diet tinggi kalori
Palpasi : nyeri abdomen tidak ada, masa abdomen tidak ada, tidak terjadi
pembesaran hepar
Perkusi : -

Auskultasi : bising usus 8 x/menit

ELIMINASI
Data Subjektif
Pasien mengatakan sering BAB, telah BAB dengan frekuensi 7 kali sejak pagi hari
Data Objektif
Inspeksi : BAB encer, tidak ada darah, BAB normal jernih dengan frekuensi 4 kali

Palpasi :vesika urinaria teraba kosong, tidak ada distensi vesika urinarius

Perkusi : tidak ditemukan nyeri tekan

Auskultasi : bising usus 8x/menit

AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT


Data Subjektif
Pasien mampu melakukan ADL mandiri, kualitas tidak terjaga, terkadang pasien
sudah tidur pada malam hari, durasi tidur 4-5 jam pada malam hari

24
Data Objektif
Inspeksi : pasien beraktivitas normal

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, suhu 37,9


Perkusi :-

Auskultasi :
-
Data tambahan :
Kemampuan rentang gerak
Kepala Fleksi Ektensi Rotasi

Bahu Elevasi Depresi

Ekstermitas atas kanan


Flexi Ekstensi Abduksi Aduksi

Supinasi Pronasi

25
Ekstermitas atas kiri
Flexi Ekstensi Abduksi Aduksi

Supinasi Pronasi

Ekstermitas bawah kanan


Fleksi abnormal dengan rangsangan nyeri

Ekstermitas bawah kiri


Fleksi abnormal dengan rangsangan nyeri X

Kekuatan otot Segmen Kanan Kiri


Ekstremitas atas 4444 4444
Ekstremitas bawah 4444 4444

PROTEKSI DAN PERLINDUNGAN


Data Objektif :
Suhu 37,9˚c,
Luka Ya /Tidak: ya
Balutan : luka pada jari kaki

26
Rongga : -
Eksudat : -
Warnaeksudat : -
Bau : -
Presentasi luka : 25%
Perdarahan : sudah berhenti
Tanda tanda infeksi : adanya pembengkakan
Jenis Luka : Ulkus diabetikum grade 1
Risiko Jatuh
Skor Penilaian Skala Jatuh Pada Pasien (Morse)
1. Riwayat Jatuh
Tidak
0
Ya
2. Diagnosis Sekunder Tidak
15
Ya

3. Bantuan Ambulasi Tidakada/ bedrest/ bantuan

0
Kruk/tongkat/walker
Furniture
4. IV/Heparin Lock Tidak

27
Ya 20

5. Mobilisasi/Gaya Normal/bedrest/kursi roda


berjalan Lemah
Lemah 15
Gangguan

6. Status Mental Orientasi pada kemampuan sendiri 0

Level Risiko Jatuh : 40 (Resiko lemah)


Level Risiko Skore Morse Fall Tindakan
Tidak ada risiko 0-24 Tidak ada

Risiko lemah Lakukan intervensi


25-50
pencegahan risiko
rendah
Risiko tinggi <51 Lakukan intervensi
pencegahan risiko
jatuh

28
SENSORI
Fisik
Nyeri P:
Q: tidak ada
R:
S:
T:
Penglihatan: pasien mengatakan tidak memiliki atau merasakan gangguan pada
Pendengarannya

Pengecapan: pasien mengatakan tidak merasakan gangguan pada pengecapnya

Pendengaran : pasien mengatakan tidak ada gangguan pendengaran

CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Intake Output
Bubur saring : 1500 ml Urine : 1800 cc
(NaCl)
Intravena RL : 1500 ml Feses : 500 cc
Air : 150 ml IWL :+/- 150

Total : 2450 Total : 2450

29
Balance :+550 ml

Tanda Dehidrasi
Distensi vena jugularis
NEUROLOGI
Fisik

Status Mental ENDOKRIN: composmentis


FisikGCS : E4 V5 M6 = 15
Ingatan : Baik, tidak ada masalah ingatan
Kalenjar tiroid
Informasi Pembesaran: tidak ada pembesaran kelenjar
: baik, dapat tiroid kembali
mengulang
Bahasa : Indonesia
Tremor : pasien tidak tumor
Kognisi
Pankreas : triase Dm tidak ada : baik
Orientasi : baik

REPRODUKTIF SEKSUALITAS

S : Pasien mengatakan memiliki dua orang anak, pasien mengatakan tidak ada
keluhan dengan sistem reproduksinya
O : Tidak terkaji

MEKANISME KOPING

Pasien mengatakan jika memiliki masalah atau ada yang diinginkan selalu
menceritakan kepada keluargaya
KEYAKINAN DAN NILAI

30
Pasien mengatakan beragama hindu pasien hanya bisa melakukan persembahyangan
di tempat tidur, keluarga berkeyakinan bahwa penyakit pasien akan sembuh, nilai
positif yang dimiliki pasien adalah doa para keluarga

KONSEP DIRI
a. Physical Self
Pasien mengatakan seorang wanita yang sudah berkeluarga, sebagai ibu rumah
tangga

b. Personal Self
Pasien mengatakan ingin segera pulih dan pulang kerumahnya

FUNGSI PERAN

Peran pasien dikeluarga dan masyarakat baik dan mampu diterima oleh keluarga dan
masyarakat

INTERDEPENDENSI
Pasien mengatakan menerima keadaannya saat ini

31
32
3. ANALISA DATA
No Data fokus Etiologi Problem
1 Ds :pasien mengatakan factor makan Deficit Nutrisi
mual dan muntah, tidak
nafsu makan
penyerapan serat
DO : krama tau nyeri
makanan tidak
abdomen, bising usus
adekuat
hiperaktif dan diare

isi rongga usus


berlebihan

meningkatnya
bising usus

kesempatan usus
menyerapa

33
makanan
berkurang

inflamasi saluran
pencernaan

mual

anoreksia

Deficit Nutrisi

2. hipertermi

34
DS: - factor makanan

DO: suhu tubuh diatas nilai


normal ( 37,9), takikardi penyerapan
(98x/menit) kulit teraba makanan tidak
hangat adekuat

isi rongga usus


berlebihan

meningkatnya
bisisng usus

kesempatan usus
menyerap
makanan
berkurang Resiko Jatuh

35
inflamasi saluran
cerna

meningkatnya
suhu tubuh

3 DS:- Faktor makanan Diare

DO: defekasi lebih dari tiga


kali dalam 24 jam, feses
Penyerapan sari

36
cair, nyeri/kram abdomen makanan tidak
adekuat

Zat makanan
tidak dapat
diserap

Tekanan osmotik
meningkat

Reabsorbsi usus
tergaggu

37
diare

3.2 Diagnosa Keperawatan


4. DIAGNOSA KEPERAWATAN (BERDASARKAN PRIORITAS)
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ( infeksi ) ditandai dengan suhu tubuh diatas nilai normal ( 37,9 ),
takikardia (98x/menit), kulit teraba hangat
2. Diare berhubungan dengan inflamasi gastroenteritis ditandai dengan defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam, feses
lembek atau cair, nyeri/ kram abdomen
3.3 Intervensi keperawatan
5. INTERVENSI KEPERAWATAN
No
No Tgl/jam Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional Paraf
Dx
1 Setelah dilakukan Tindakan 1. Identifikasi penyebab 1. Untuk mengetahui
keperawatan selama 3 x 24 hipertermia penyebab hipertermi
jam diharapkan suhu tubuh 2. Monitor suhu tubuh 2. Memberikan penanganan
Kembali normal dengan 3. Moniter pengeluaran kondisi hipertermi
kreteria hasil: urin 3. Mencegah terjadinya
4. Monitor komplikasi suhu tubuh
1. Denyut nadi dalam
akibat hipertermia
batas normal

38
2. Suhu tubuh normal 5. Berikan cairan oral
3. Tekanan darah 6. Lakukan pendinginan
normal eksternal
7. Anjurkan tirah baring
8. Kolaborasikan
pemberian cairan dan
elektrolit intravena

2 08.30 2 Setelah diberikan asuhan 1. Identifikasi penyebab 1. Untuk mengidentifikasi


WITA keperawatan selama diare penyebab diare
3x24jam diharapkan proses 2. Monitor warna, volume, 2. Untuk melakukan
defekasi normal dengan frekuesi, dan konsistensi penanganan diare untuk
pengeluaran feses mudah tinja mencegah keparahan
dan konsistensi, frekuensi 3. Monitor tanda dan gejala 3. Untuk mengetahui tanda
serta bentuk feses normal hypovolemia dan gejala hypovolemia
dengan kriteria hasil: 4. Monitor jumlah 4. Untuk mengetahui
pengeluaran diare pengeluaran feses
1. Keluhan defekasi
5. Berikan asupan cairan 5. Unruk memenuhi
lama dan sulit
oral kebutuhan cairan oral
menurun
6. Pasang jalur intravena 6. Untuk memenuhi nutrisi
2. Distensi abdomen

39
menurun 7. Berikan cairan intravena melalui cairan
3. Nyeri dan kram 8. Anjurkan menghindari
abdomen menurun makanan pembentuk gas,
pedas, laktosa

40
3.4 Implementasi keperawatan
6. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No.
No Tgl/jam Implementasi Respon Paraf
Dx
DS: pasien mengatakan bersedia
1. Mengidentifikasi penyebab hipertermia di periksa
2. Memonitor suhu tubuh
DO: pasien tampak kooperatif
3. Memonitor pengeluaran urine
dan mengikuti intruksi yang
14 sep 4. Memonitor komplikasi hipertermia
diberikan
1 2021 5. Memberikan caran oral
1
6. Melakukan pendinginan eksternal S: 37,9
19.00
7. Menganjukan tirah baring
Pengeluaran urine normal
8. Kolaborasikan pemberian cairan dan elektrolit intravena
Asupan cairan oral adekuat

2 1. Mengidentifikasi penyebab diare DS: pasien kooperatif mengikuti


2. Memonitor warna, volume, frekuensi, konsistensi tinja anjuran yang diberikan
3. Memonitor tanda dan gejala hypovolemia
DO: diare disebabkan oleh
4. Memonitor jumlah pengeluaran feses
meradangnya usus, tidak terjadi

41
5. Memberikan asupan cairan oral
6. Memasang jalur intravena
tanda dan gejala hypovolemia,
7. Memberikan cairan intravena
telah diberikan IFUD RL 500 ml
8. Menganjurkan menghindari makanan pembentuk gas,
20 tpm
pedas, atau mengandung mukosa

DS: pasien kooperatif dan

1. Memonitor suhu tubuh mengikuti intruksi yang

15 sep 2. Memonitor cairan oral dianjurkan


1
2021 3. Menganjurkan tirah baring DO: suhu 37,7, pengeluaran
Kolaborasikan pemberian cairan dan elektrolit intravena urine normal, asuhan cairan oral
adekuat
DS: pasien kooperatif dan
1. Memonitor suhu tubuh
mengikuti intruksi yang
2. Memonitor cairan oral
dianjurkan
2 3. Menganjurkan tirah baring
DO: suhu 37,2, pengeluaran
4. Kolaborasikan pemberian cairan dan elektrolit
urine normal, asuhan cairan oral
intravena
adekuat

42
DS: pasien kooperatif dan

1. Memonitor suhu tubuh mengikuti intruksi yang


16 sep
2. Memonitor cairan oral dianjurkan
2021
1
3. Menganjurkan tirah baring DO: suhu 36 , pengeluaran urine
09.00
4. Kolaborasikan pemberian cairan dan elektrolit intravena normal, asuhan cairan oral
adekuat
1. Memonitor warna, volume, frekuensi, konsistensi tinja
DS: pasien kooperatif mengikuti
2. Memonitor tanda dan gejala hypovolemia
anjuran yang diberikan
3. Memonitor jumlah pengeluaran diare
DO: tidak terjadi tanda dan
2 4. Memberikan asupan cairan oral
gelaja hypovolemia, telah
5. Memberikan cairan intravena
diberikan IFUD RL 20 tpm 500
6. Menganjurkan menghindari makanan pembentuk gas,
ml, asupan oral adekuat
pedas, dan laktosa

3.5 Evaluasi Keperawatan


7. EVALUASI KEPERAWATAN
No.
No Tgl/jam Evaluasi (SOAP) Paraf
Dx
1 17 sep 1 S: -
2021

43
20.00 O: warna kulit normal, frekuensi pernapasan normal (16 x/menit), denyut nadi normal (80x/menit.
Suhu tubuh normal (36), tekanan darah normal (100/70 mmHg)

A: hipertermia teratasi

P: pertahankan intervensi

2 20.00 2
S: pasien mengatakan nyeri dan kram abdomen tidak ada

O: konsistensi feses padat, frekuensi defekasi < 3x/sehari

A: Diare teratasi

P: pertahankan intervensi

44
45
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari kasus yang dilakukan pada Ny. DM dengan Gastroenteritis di Ruang Ratna di
Rumah sakit Tk II Udayana, Denpasar mulai tanggal 14 September 2021 dalam
memberikan asuhan keperawatan. Pembahasan ini akan dibahas sesuai dengan proses
keperawatan yang dimulai dari melakukan pengkajian sampai pada evaluasi
keperawatan

4.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan landasan dari proses keperawatan
(Remedios, 2019) dalam pengkajian Ny.DM dengan diagnosa Gastroenteritis
pada tanggal 14 September 2021 di ruang Ratna Rumah sakit TK II Udayana,
Denpasar melalui sumber data di dapatkan dari pasien, keluarga, rekam medis
dan tenaga kesehatan.
demam pada penderita gastroenteritis dikarena cairan dalam tubuh tidak
terpenuhi/terjadi dehidrasi, sehingga pasien mengalami demam pada saat diare.
Demam dapat terjadi akibat kekurangan cairan dalam tubuh, dimana tubuh akan
mengalami peningkatan suhu. Peningkatan suhu tubuh pada penderita
gastroenteritis diakibatkan karena gangguan metabolisme dalam tubuh berupa
gangguan osmotik, sekresi dan motilitas pada usus yang menyebabkan cairan
banyak hilang melalui BAB dengan konsistensi cair dan frekuensi lebih dari
3x/hari.
Selain pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik, dalam penelitian
ini tidak memunculkan balance cairan. Dimana balance cairan merupakan suatu
tindakan yang harus dilakukan pada pasien yang bertujuan untuk memantau
intake dan output pasien (Utami & Wulandari, 2017).

4.2 Diagnosa Keperawatan


Pada gastroenteritis biasanya terjadi gangguan motalitas dimana pada gangguan
ini terjadinya hiperperistaltik yang mampu memberikan kesempatan yang sangat
47

sedikit untuk menyerap makanan/air (Haryono,2012). Dan dari sini akan muncul
tanda-tanda dehidrasi yang disebabkan oleh cairan yang hilang seperti, takikardi,
nadi lemah, akral dingin, ubun-ubun dan mata cekung, mukosa bibir kering dan
turgor kulit menurun (Haryono, 2012).
Adapun komponen dalam penegakan diagnosa antara lain, masalah (problem),
indikator diagnostic (penyebab/etiologi, tanda/sign dan gejala/symptom) (SDKI,
2016). Sehingga dalam menegakan diagnosa keperawatan merupakan suatu
proses yang sistematis yang terdiri atas tiga tahap yaitu Analisa data, identifikasi
masalah dan perumusan diagnois. Dimana dalam analisa data dapat melakukan
pengelompokan data dan membandingkan dengan nilai normal.
Berdasarkan teori dalam menegakkan diagnosa pada kasus gastroenteritis
menggunakan diagnosa aktual, dimana dalam penegakan diagnosanya ada
beberapa hal yang harus diperhatikan seperti masalah, penyebab, tanda dan
gejala yang muncul pada pasien gastroenteritis.
Berdasarkan teori dan hasil asuhan keperawatan dalam penelitian ini terdapat
kesenjangan pada analisa data dan hasil pengkajian, serta dalam menegakkan
diagnosa pada hasil penelitian yang digunakan masih menggunakan Nanda
sementara saat ini dalam penegakkan diagnosa menggunakan SDKI.

4.3 Intervensi keperawatan


Dari analisa yang dilakukan pada intervensi keperawatan dalam penelitian ini yaitu
pasien diberikan intervensi yang sama. Perencanaan yang dilakukan pada pasien
Ny.Dm sudah sesuai dengan teori yang ada, dimana pada diagnose dalam kasus ini
memiliki rencana pencaipain kriteria hasil 3 x 24 jam. Dimana hal tersebut dilakukan
untuk memantau keadaan pasien Gastroenteritis dalam mencegah berbagai
kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi. Pada penelitian ini peneliti telah
menyusun intervensi sesuai dengan teori, dimana pasien diberikan intervensi
keperawatan.
48

4.4 Implementasi keperawatan


Dari analisa yang dilakukan pada implementasi keperawatan ini sudah sesuai
dengan teori yang ada dan sesuai dengan intervensi yang diberikan

4.5 Evaluasi keperawatan


Evaluasi dilakukan untuk menilai kualitas, nilai, kelayakan, suatu asuhan
keperawatan. Dalam proses keperawatan evaluasi adalah langkah akhir dari proses
keperawatan tetapi bukan merupakan langkah akhir dari proses karena informasi yang
diperoleh saat evaluasi digunakan untuk memulai siklus baru (Wedho, dkk, 2018)
(Remedios, 2019).

Pada tahap terakhir dari asuhan keperawatan yaitu evalusai pada setiap tindakan yang
diberikan kepada pasien. Dimana dalam menganalisa penelitian ini pada tahap
evaluasi, di teori terdapat SOAP dan dalam penelitian ini tidak terdapat kesenjangan
dengan yang dilakukan terhadap teori yang ada. Kesesuain teori dengan yang
dilakukan peneliti dalam penelitian ini dapat dilihat dari hasil evaluasi terakhir
49

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Gastroenteritis atau diare sampai saat ini masih merupakan masalah
kesehatan, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju.Menurut
Suharyono (2008) gastroenteritis akut didefinisikan sebagai buang air besar
dengan tinja yang cair atau lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal,
berlangsung kurang dari 14 hari. Sedangkanmenurut Priyanto (2008)
gastroenteritis kronik yaitu yang berlangsung lebih dari 14 hari. Gastroenteritis
atau diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi.

5.2 Saran
Untuk melakukan asuhan keperawatan agar mampu melakukannya tindakan
keperawatan sesuai standar operating prosedur dan diharapkan data ini bisa
sebagai sumber refrensi bagaimana melaksanakan asuhan keperawatan pada
pasien dengan gastroenteritis
DAFTAR PUSTAKA

Chrisanto, E.Y, Rashmawati, M dan Yulendasari, R (2020) Penyuluhan manfaat buah


naga merah dalam menurunkan kadar gula darah penderita diabetes mellitus.
Indonesia Berdaya, 1 (2) : 86-94
Hasdianah dan Sentot Imam Suprapto (2014) Patologi dan patofisiologi penyakit.
Yogyakarta. Nuha Medika
Kowalak, Jennifer P. (2011). Buku Ajar Patofisiologi.Jakarta:EGC
Nur, Aini dan Ledy Martha Aridiana (2016) Asuhan Keperawatan Pada Sistem
Endokrin dengan Pendekatan NANDA NIC NOC.Jakarta : Salemba Medika
Nugraheni, A. (2010). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Sadari Dengan
Perilaku Sadari Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswa D-Iii
Kebidanan Kharisma Husada Binjai Tahun 2017. Jurnal Riset Hesti Medan
Akper Kesdam I/BB Medan, 2(2), 117. https://doi.org/10.34008/jurhesti.v2i2.78
Remedios, M. D. F. Dos. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN KOMPREHENSIF
PADA PASIEN Ny. Y.G DENGAN CA MAMMAE DI RUANG CEMPAKA
RSUD PROF.Dr.W.Z JOHANES KUPANG. In SSRN Electronic Journal (Vol.
5). https://doi.org/10.4324/9781315853178
Rendi, M. Clevo dan Margareth.(2012).Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
penyakit Dalam.Yogyakarta: Nuha Medika
PPNI.(2018).Standar Diagnosis keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, edisi 1.Jakarta: DPP PPNI
Setgiawan, B.D (2020) Asuhan Keperawatan Pada Tn.T yang mengalami Diabetes
Mellitus dengan masalah keperawatan Kerusakan Integritas Jaringan di
Puskesmas Kota Kulon Kabupaten Bondowoso.Jember: Universitas
Muhammadiyah Jember
PPNI.(2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Luaran keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
keperawatam, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Tombokan, V. (2015) Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan
berpendapat Pasien Diabetes Mellitus Pada Praktik Dokter Keluarga di Kota
Tornohon.JIKMU. 5 (3)
Trisnadewi, N. W., dan Pramesti, T.A (2020) Hubungan pengetahuan Manajemen
DM Pasein dengan Kadar Glukosa Darah Puasa. Jurnal Kesehatan. 11 (2) :
115-120

Anda mungkin juga menyukai