CLINICAL STUDY
DEPARTEMEN KEPERAWATAN DASAR
OLEH:
Rian Issac Arfendo Padana
( 1614314201039 )
LAPORAN
CLINICAL STUDY
DEPARTEMEN KEPERAWATAN ANAK
Pembimbing Institusi
i
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Laporan
Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Defisit Volume Cairan” dengan baik dan tidak ada
halangan apapun. Laporan ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
sehingga kami mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. Tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ns.Regista Trigantara,M.Kep selaku dosen pembimbing clinical study departemen
Keperawatan Anak yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan arahan
dan bimbingan dalam penyusunan tugas ini.
2. Kedua orang tua kami yang senantiasa memberi semangat dan dukungan kepada kami.
3. Dan semua pihak yang telah membantu serta membimbing kami dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa hasil diskusi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu jika tedapat kekurangan kami memohon maaf dan mengharapkan
kritik dan saran yang akan membangun makalah ini. Akhirnya, semoga tugas ini dapat berguna
bagi kita semua.
Penyusun
iii
BAB I
PENDAHULUAN
2
keseimbangan cairan tubuh adalah ginjal. Jika keseimbangan cairan tidak baik,
ginjal akan mengalami masalah (Corwin, 2009). Menurut Hierarki Maslow
kebutuhan cairan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pertama yang
harus dipenuhi. Masalah ini harus segera diatasi karena kelebihan volume
cairan apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan beban sirkulasi
berlebihan, edema, hipertensi dan gagal jantung kongestif (Hedrman, 2015).
Tipe Dasar keseimbangan cairan adalah isotonik dan osmolar. Kekurangan
atau kelebihan isotonik terjadi jika air dan elektrolit diperoleh atau hilang
dalam proporsi yang sama. Ketidakseimbangan isotonik meliputi kekurangan
volume cairan dan kelebihan volume cairan. Kelebihan volume cairan terjadi
saat air dan natrium dipertahankan dalam proposi isotonik sehingga
menyebabkan hipervolemia tanpa desertai perubahan kadar elektrolit serum.
Seseorang beresiko mengalami kelebihan volume cairan meliputi seseorang
yang menderita gagal jantung kongestif, gagal ginjal dan sirosis.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Melakukan Asuhan Keperawatan pada Pasien Thalasemia pada Anak
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Apa Definisi Cairan?
2. Apa Komposisi Cairan?
3. Apa Pertukaran Cairan?
4. Apa Sistem yang Berperan dalam Kebutuhan Cairan?
5. Apa Pengaturan Cairan ?
6. Apa Pengeluaran Cairan?
7. Apa saja Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan?
8. Apa saja Gangguan keseimbangan Cairan ?
1.3 Manfaat
1. Untuk mengetahui Definisi Cairan
2. Untuk mengetahui Komposisi Cairan
3. Untuk mengetahui Pertukaran Cairan
4. Untuk mengetahui Sistem yang Berperan dalam Kebutuhan Cairan
3
5. Untuk mengetahui Pengaturan Cairan
6. Untuk mengetahui Pengeluaran Cairan
7. Untuk mengetahui Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan
8. Untuk mengatahui Gangguan keseimbangan Cairan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
usia. Pada individu yang berusia lebih dari 60 tahun, air tubuh menurun
sampai sekitar 50%. Jaringan lemak pada intinya bebas air, sementara
jaringan tanpa lemak mengandung sejumlah air secara bermakna. Air
memberikan presentase, lebih besar pada berat tubuh orang kurus
dibandingkan orang gemuk. Wanita, yang secara proporsional memiliki
lebih banyak lemak dibandingkan pria, memiliki persentasi air tubuh yang
lebih rendah. Namun demikian, besar kandungan air tergantung dari usia,
jenis kelamin,dan kandungan lemak.
Untuk mempertahankan kesehatan dibutuhkan keseimbangan
cairan, elektrolit,dan asam basa di dalam tubuh. Keseimbangan ini
dipertahankan oleh asupan, distribusi, dan haluaran air dan elektrolit, serta
pengaturan komponenkomponen tersebut oleh sistem renal dan paru.
Banyak faktor yang dapat meenyebabkan ketidakseimbangan, salah satunya
adalah karena penyakit. Oleh karena itu asuhan keperawatan untuk beragam
klien meliputi pengkajian dan perbaikan ketidakseimbangan atau upaya
mempertahankan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa.
6
CES menyusun sekitar 20% berat tubuh (Price dan Wilson, 1986).
Menurut Abdul (2008) CES terdiri dari 3 kelompok yaitu :
a. Cairan intravaskuler (plasma) yaitu cairan di dalam
sistem vaskuler.
b. Cairan intersitial yaitu cairan yang terletak diantara sel.
c. Cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti
cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi
saluran cerna.
2.3.2 Osmosis
7
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan
tersebut lebih rendah dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air
murni dengan volume yang sama. Hal ini terjadi karena tempat
molekul air telah ditempati oleh molekul substansi terseubt. Jadi bila
konsentrasi zat yang telarut meningkat, konsentrasi air akan
menurun. Bila suatu larutan dipisahkan oleh suatu membran yang
semipermeabel dengan larutan yang bolumenya sama namun
berbeda konsentrasi zat yang terlarut, maka terjadi perpindahan
air/zat pelarut dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut, maka
terjadi perpindahan air/zat pelarut dari larutan dengan konsentrasi
zat terlarut yang rendah ke larutan dengan konsentrasi zat terlarut
lebih tinggi.
2.3.3 Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang
yang dibatasi oleh membran. Cairan akan keluar dari daerah yang
bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Jumlah cairan yang
keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas permukaan
membran, dan permeabilitas membran. Tekanan yang mempengarui
filtrasi ini disebut tekanan hidrostatik.
8
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam
mengatur kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada
fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam
dalam darah, pengatur keseimbangan asam-basa dara, dan ekskresi
bahan buangan atau kelebihan garam. Proses pengaturan kebutuhan
keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian ginjal, seperti
glomerulus, dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter
darah mengandung 500cc plasma yang mengalir melalui
glumerulus, 10 persennya disaring keluar. Cairan yang tersaring
(filtrat glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang
selselnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine
yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron
dengan ratarata 1 ml/kg/bb/jam.
2.4.2 Kulit
Kulit merupakan bagian penting pengaturan cairan yang
terkait dengan proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat
pengatur panas yang disarafi oleh vasodilatasi dan vasokontriksi.
Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan.
Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung pada
banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam
kulit. Proses pelepasan panas lainnya dapat dilakukan melalui cara
pemancaran panas ke udara sekitar, konduksi (yaitu, pengalihan
panas ke benda yang disentuh), dan konveksi (yaitu,pengaliran
udara panas ke permukaan yang lebih dingin).
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di
bawah pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat ini
suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat dilepaskan,
kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat
yang dihasilkan dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu
lingkungan, dan kondisi suhu tubuh yang panas. Disebut juga
isensible water loss (IWL) sekitar 15-20 ml/24jam.
2.4.3 Paru
9
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengam menghasilkan
insensible water loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran
cairan terkait dengan respons akibat perubahan upaya kemampuan
bernafas. Meningkatnya cairan yang hilang sebagai respons
terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman nafas akibat
pergerakan atau demam.
2.4.4 Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang
berperan dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan
pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam
sistem ini sekitar 100-200 ml/hari. Perhitungan IWL secara
keseluruhan adalah 10-15 cc/kgBB/24jam dengan kenaikan 10%
dari IWL pada setiap kenaikan temperatur 1 derajat Celcius.
Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui sistem endokrin, seperti sistem
hormonal (anti diuretik hormon-ADH) , aldosteron, prostagladin, glukokortikoid,
dan mekanisme rasa haus.
2.4.5 Antiduretik Hormon (ADH)
Hormon ini dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam
neurophispofisis pada hipofisis posterior. Stimuli utama untuk
sekresi ADH adalah peningkatan osmolaritas dan penurunan cairan
ekstrasel. Hormon ini meningkatkan reabsopsi air pada duktus
pengumpul sehingga dapat menahan air dan mempertahankan
volume cairan ekstrasel. Hormon ini memiliki peran dalam
meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan
keseimbangan air dalam tubuh. ADH juga disebut sebagai
vasopresin karena mempunyai efek vasokontriksi minor pada
arteriol yang dapat meningkatkan tekanan darah.
2.4.6 Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada
tubulus ginjal untuk meningkatkan absorpsi natrium. Retensi
natrium mengakibatkan retensi air. Pelepasan aldosteron dirangsang
oleh perubahan konsentrasi kalium, natrium serum, dan sistem renin
10
angiostensin serta sangat efektif dalam mengendalikan
hiperkalemia.
2.4.7 Prostaglandin
Prostagladin adalah asam lemak alami yang terdapat dalam
banyak jaringan dan berfungsi dalam merespons radang,
pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan mobilitas
gastrointestinal. Dalam ginjal, prostagladin berperan mengatur
sirkulasi ginjal , respon natrium, dan efek ginjal pada ADH.
2.4.8 Glukokortiroid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsporpsi natrium
dan air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi
retensi natrium. Perubahan kadar glukokortoid menyebabkan
perubahan pada keseimbangan volume darah.
2.4.9 Mekanisme Rasa Haus
Rasa haus adalah keinganan yang disadari terhadap kebutuhan
cairan.rasa haus biasanya muncul apabila osmolaritas plasma
mencapai 295 mOsm/kg. Bila osmolaritas meningkat, sel akan
mengkerut dan sensasi rasa haus akan muncul akibat kondisi
dehidrasi
2.5 Pengaturan Volume Cairan
Rasa haus adalah keinganan yang disadari terhadap kebutuhan cairan.rasa
haus biasanya muncul apabila osmolaritas plasma mencapai 295 mOsm/kg.
Bila osmolaritas meningkat, sel akan mengkerut dan sensasi rasa haus akan
muncul akibat kondisi dehidrasi
2.5.1 Asupan Cairan
Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau di tambah dari
makanan lain. Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini
menggunakana mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus dalam
rangka mengatur keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila
terjadi ketidakseimbangan volume cairan tubuh dimana asupan
cairan kurang atau adanya perdarahan, maka curah jantung
menurun, menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah.
11
2.5.2 Pengeluaran Cairan
Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan
pengawasan asupan dan pengeluaran cairan secara khusus.
Peningkatan jumlah dan kecepatan pernafasan, demam, keringat,
diare dapat menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan.
Kondisi lain yang dapat menyebabkan kehilangan cairan secara
berlebihan adalah muntah secara terus menerus. Hasil pengeluaran
cairan adalah:
a. Urine
Pembentukan urine terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui
vesika urinaria (kandung kemih). Proses ini merupakan proses
pengeluaran cairan tubuh yang utama. Cairan dalam ginjal
disaring di glomerolus dan dalam tubulus ginjal untuk kemudian
diserap kembali ke dalam aliran darah. Hasil ekskresi terakhir
proses ini disebut urine. Dalam kondisi normal output urine
sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30 – 50 ml per jam.
b. Keringat
Keringat terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh
suhu panas. Keringat banyak mengandung garam,urea,asam
laktat, dan ion kalium. Banyaknya jumlah keringat yang keluar
akan mempengaruhi kadar natrium dalam plasma.
c. Feses
Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk
padat. Pengeluaran air melalui feses merupakan pengeluaran
cairan yang paling sedikit jumlahnya. Jika cairan yang keluar
melalui feses jumlahnya berlebihan, maka dapat mengakibatkan
tubuh menjadi lemas. Jumlah rata –rata pengeluaran cairan
melalui feses antara 100-200 ml perhari, yang diatur melalui
mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (Kolon).
12
2.6.1. Usia
Pada bayi atau anak anak, keseimbangan cairanm dan elektrolit
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya adalah asupan cairan
yang besar di diimbangi dengan haluaran yang besar pula,
metabolisme tubuh yang tinggi, masalah yang muncul akibat
imaturitas fungsi ginjal, serta banyaknya cairan yang keluar melalui
ginjal , paru-paru , dan proses penguapan.
2.6.2. Temperature
Lingkungan yang panas menstimulus sistem saraf simpatis dan
menyebabkan seseorang berkeringat. Pada cuaca yang sangat panas,
seseorang akan kehilangan 700-2000 ml air/jam dan 15-30gr
garam/hari. Suhu tubuh meningkat dan individu beresiko mengalami
keletihan akibat panas atau mengalami heatstroke.
2.6.3. Diet
Diet dapat mempengaruhi asupan cairan dan elektrolit. Asupan
nutrisi yang tidak adekuat dapat berpengaruh terhadap kadar
albumin serum. Jika albumin serum menurun, cairan interstisial
tidak bisa masuk ke pembuluh darah sehingga menjadi edema
2.6.4. Stress
Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel,
konsenrasi darah,dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat
menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan
produksi ADH dan menurunkan produksi urine.
2.6.5. Sakit
Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga
untuk memperbaiki sel yang rusak tersebut dibutuhkan adanya
proses pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup. Keadaan sakit
menimbulkan ketidakseimbangan hormonal, yang dapat
,menganggu kesesimbangan kebutuhan cairan
13
2.7 Gangguan Keseimbangan Cairan
Hal ini terjadi apabila mekanisme kompensasi tubuh tidak mampu
mempertahankan homeostatis. Gangguan keseimbangan cairan dapat berupa
defisit volume cairan atau sebaliknya.
2.7.1. Defisit Volume Cairan
Defisit volume cairan adalah suatu kondisi ketidakseimbangan
yang ditandai dengan defisiensi cairan dan elektrolit di ruang
ektrasel, namun proporsi antara cairan dan elektrolit mendekati
normal. Kondidi ini dikenal juga dengan hipovolemia. Pada keadaan
hipovolemia, tekanan osmotik mengalami perubahan sehingga
cairan interstisial menjadi kosong dan cairan intrasel masuk ke ruang
intersitial sehingga menganggu kehidupan sel. Secara umum, kondsi
defist volume cairan dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Dehidrasi isotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang
hilang sebanding dengan jumlah elektrolit yang hilang.
Kadar Na+ dalam plasma 130-145 mEq/l.
b. Dehidrasi hipotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang
hilang lebih sedikit daripada jumlah elektrolit yang hilang.
Kadar Na+ dalam plasma adalah 130 mEq/l.
Kondisi dehidrasi dapat digolongkan menurut derajat
keparahannya menjadi:
a) Dehidrasi ringan. Pada kondisi ini, kehilangan cairan
mencapai 5% dari berat tubuh atau sekitar 1,5-2 liter.
Kehilangan cairan yang lebih dapat berlangsung melalui
kulit, saluran pencernaan, perkemihan, paru-paru, atau
pembuluh darah.
b) Dehidrasi sedang. Kondisi ini terjadi apabila kehilangan
cairan mencapai 510% dari berat tubuh atau sekitar 2-4
liter. Salah satu gejalanya adalah mata cekung.
c) Dehidrasi berat, kondisi ini terjadi apabilaa kehilangan
cairan mencapai 1015% dari berat tubuh atau sekitar 4-6
14
liter. Pada kondisi ini penderita dapat mengalami
hipotensi.
Pertama, tingkat keparahan dehidrasi dapat dihitung dari
penurunan berat badan sebagaimana dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Penilaian A B C
Lihat Baik,sadar Gelisah,rewel Lesu,lunglai,atau
keadaan tidak sadar
umum
Mata Normal Cekung Sangat cekung
dan kering
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan Basah Kering Sangat kering
lidah
Rasa haus Minum Haus dan Malas minum
biasa, ingin banyak dan tidak bisa
tidak haus minum minum
Periksa Kembali Kembali Kembali sangat
turgor kulit cepat lambat lambat
Hasil Tanpa Dehidrasi Dehidrasi berat.
pemeriksaan dehidrasi ringan/sedang. Bila ada 1 tanda
Bila ada 1 , ditambah 1 atau
tanda lebih tanda lain
ditambah 1
atau lebih
tanda lain
Sumber : Manjoer dkk,2003
15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pathway
Faktor penyebab
Arbovirus Diare
Nefrotik sindrom
Munurunya tekanan
osmotik plasma
Ke ekstravaskuler
Cairan intravaskuler
Abdomen berpindah ke intertisial
edema
ascites
16
MK: Kelebihan volume
MK: Mual, muntah
cairan
3.2 Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1. DS: pasien mengatakan BAB lebih dari 5 Kekurangan volume cairan Diare
kali dalam sehari
DO: Frekuensi BAB meningkat
a. Pasien tampak lesu
b. Mata cowong Kehilangan cairan dan elektrolit
c. Penurunan turgor kulit
d. Mukosa kering Gangguan kesimbangan cairan dan
e. BB turun
Elektrolit
f. Lemah
g. Hb turun
Dehidrasi
h. Kalium kurang
i. Natrium kurang
Kekurangan volume cairan
17
2. DS: Kelebihan volume cairan Nefrotik sindrome
DO:
a. Terdapat edema Perubahan permeabilitas glomerulus
b. Kenaikan BB dalam periode singkat
c. Hb turun
d. Natrium berlebih Protein terfiltrasi bersama urine
e. Perubahan berat jenis urine
Hipoalbumin
Edema
18
b. Pasien mengatakan muntah setiap Inveksi virus dengue
pagi selama 3 hari ini
DO: Aktivitas sistem komplemen
a. Kulit pucat, dingin,dan basah
b. Mual (+) Membentuk da melepasakn C3a & Csa
c. Nafsu makan hilang
d. Lemas Peningkatan permeabilitas membran
Kebocoran plasma
Ke ekstravaskuler
Abdomen
Ascites
Mual muntah
19
3. Mual, muntah
20
2. Kelebihan volume cairan Kesimbangan Cairan (0601) Manajemen Cairan (4120)
(Domain 2, Kelas 5, kode Skala target outcome : 5 Aktivitas-aktivitas
00026) Indikator 1 2 3 4 5 1. Timbang berat badan setiap
060127 Output urin 1 2 3 4 5
Definisi: Peningkatan asupan hari dan monitor status
060110 Asites 1 2 3 4 5
dan/ retensi cairan 060116 turgor kulit 1 2 3 4 5 pasien
060112 Edema perifer 1 2 3 4 5 2. Catat output pasien
3. Monitor status hidrasi
4. Monitor tanda-tanda vital
5. Berikan terapi IV seperti
yang ditentukan
6. Konsultasikan dengan dokter
jika tanda-tanda dan gejala
kelebihan volume cairan
menetap atau memburuk
3. Mual, muntah Mual & Muntah: Efek yang Mengganggu Manajemen Muntah (1100)
(2106) Aktivitas-aktivitas:
Skala Target Outcome: 5 1. Kaji emesis terkai dengan
Indikator 1 2 3 4 5 warna, konsitensi, akan
210601 Asupan cairan 1 2 3 4 5 adanya darah, waktu, dan
menurun
210604 Perubahan 1 2 3 4 5
keseimbangan cairan
21
210603 Output urin 1 2 3 4 5 sejauh mana kekuatan
menurun
kekuatan emesis
210606 Perubahan asam 1 2 3 4 5
basa 2. Ukur atau perkiraan volume
210625 kehilangan selera emesis
makan
210608 Penurunan berat 3. Identifikasi faktor-faktor
badan yang dapat menyebabkan
atau berkontribusi terhadap
muntah
4. Pastikan obat antiemetik
yang efektif diberikan untuk
menecag muntah bila
memungkinkan
5. Monitor keseimbangan
cairan dan elektrolit
22
2. Menjaga intake yang akurat dan catat Pasien mengatakan BAB
output pasien lebih dari 5 kali dalam sehari
3. Memonitor status hidrasi O:
4. Memonitor tanda-tanda vital a. Pasien tampak lesu
5. Memonitor makanan/cairan yang b. Mata cowong
dikonsumsi dan hitung asupan kalori c. Penurunan turgor kulit
harian d. Mukosa kering
6. Memberikan terapi IV seperti yang e. BB turun
ditentukan f. Lemah
g. Hb turun
h. Kalium kurang
i. Natrium kurang
A:
Masalah kekuranagn volume
cairan teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi nomer
1-6
23
2. Kelebihan volume cairan 1. Menimbang berat badan setiap hari dan S:
monitor status pasien O:
2. Mencatat output pasien a. Terdapat edema
b. Kenaikan BB dalam
3. Memonitor status hidrasi
periode singkat
4. Memonitor tanda-tanda vital c. Hb turun
d. Natrium berlebih
5. Memberikan terapi IV seperti yang
e. Perubahan berat jenis
ditentukan urine
A:
6. Mengkonsultasikan dengan dokter jika
Masalah kelebihan volume
tanda-tanda dan gejala kelebihan
cairan teratasi sebagian
volume cairan menetap atau memburuk
P:
Intervensi dilanjutkan nomer
1-6
3. Mual, muntah 1. Mengkaji emesis terkai dengan warna, S:
konsitensi, akan adanya darah, waktu, a. Paisen mengatakan
dan sejauh mana kekuatan kekuatan merasa mual setelah
emesis makan
2. Mengukur atau perkiraan volume b. Pasien mengatakan
emesis muntah setiap pagi
selama 3 hari ini
24
3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang
dapat menyebabkan atau berkontribusi O:
terhadap muntah a. Kulit pucat, dingin,dan
4. Memastikan obat antiemetik yang basah
efektif diberikan untuk menecag b. Mual (+)
muntah bila memungkinkan c. Nafsu makan hilang
5. Memonitor keseimbangan cairan dan d. Lemas
elektrolit A:
Masalah mual,muntah teratasi
sebagian
P:
Intervensi dilanjutkan nomer
1-5
25
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Cairan dan elektrolit merupakan komponen tubuh yang berperan dalam
memelihara fungsi tubuh dan proses homeostatis. Tubuh kita terdiri atas sekitar
60% air yang tersebar didalam sel maupun luar sel. Proporsi tubuh manusia
yang terdiri atas cairan yang sangat besar. Sekitar 46% sampai 60% berat badan
rata-rata orang dewasa adalah air, cairan tubuh primer. Bila tubuh sehat maka
volume ini relatif konstan dan berat badan individu bervariasi kurang dari 0,2
kg dalam 24 jam, tanpa memperhatikan jumlah cairan yang dikonsumsi.
Usia, jenis kelamin dan lemak tubuh mempengaruhi air dalam tubuh total.
Bayi memiliki proporsi air terbesar, yaitu 70% sampai 80% dari berat
tubuhnya, tetapi proporsi air tubuh menurun seiring dengan pertambahan usia.
Pada individu yang berusia lebih dari 60 tahun, air tubuh menurun sampai
sekitar 50%. Jaringan lemak pada intinya bebas air, sementara jaringan tanpa
lemak mengandung sejumlah air secara bermakna. Air memberikan presentase,
lebih besar pada berat tubuh orang kurus dibandingkan orang gemuk. Wanita,
yang secara proporsional memiliki lebih banyak lemak dibandingkan pria,
memiliki persentasi air tubuh yang lebih rendah. Namun demikian, besar
kandungan air tergantung dari usia, jenis kelamin,dan kandungan lemak.
4.2 Saran
Penulis mengharapkan agar mahasiswa dapat mengetahui dan
memanfaatkan makalah ini untuk menambah wawasan dan ilmu tentang
diagnosa defisit volume cairan
26
DAFTAR PUSTAKA
27