CLINICAL STUDY
DEPARTEMEN KEPERAWATAN ANAK
OLEH:
Rian Issac Arfendo Padana
( 1614314201039 )
CLINICAL STUDY
DEPARTEMEN KEPERAWATAN ANAK
Pembimbing Institusi
2
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan..........................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................................ii
Kata Pengantar..................................................................................................................iii
BAB I..................................................................................................................................2
Pendahuluan......................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang................................................................................................2
1.2 Tujuan...............................................................................................................3
1.3 Manfaat.............................................................................................................3
BAB II.................................................................................................................................4
Tinjauan Pustaka..............................................................................................................4
2.1 Definisi Inkontinensia Urin............................................................................4
2.2 Etiologi Inkontinensia Urin............................................................................5
2.3 Patofisiologi Inkontinensia Urin ...................................................................6
2.4 Klasifikasi Inkontinensia Urin ......................................................................7
2.5 Manifestasi Inkontinensia Urin .....................................................................8
2.6 Penatalaksanaan Inkontinensia Urin ...........................................................9
2.7 Pemeriksaan Penunjang Inkontinensia Urin................................................11
BAB III...............................................................................................................................12
Asuhan Keperawatan........................................................................................................12
3.1 Kasus.................................................................................................................12
3.2 Pathway............................................................................................................13
3.3 Analisis Data....................................................................................................14
3.4 Diagnosa Keperawatan Prioritas...................................................................14
3.5 NOC dan NIC...................................................................................................15
3.6 Implementasi dan Evaluasi.............................................................................18
BAB IV...............................................................................................................................21
Penutup...............................................................................................................................21
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................21
4.2 Saran.................................................................................................................21
Daftar Pustaka...................................................................................................................22
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Laporan
Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada” dengan baik dan tidak ada halangan
apapun. Laporan ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
sehingga kami mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. Tidak
lupa kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ns. Risna Yekti Mumpuni,S.Kep.,M.Kep. selaku dosen pembimbing clinical study
departemen Keperawatan Anak yang telah berkenan meluangkan waktu untuk
memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan tugas ini.
2. Kedua orang tua kami yang senantiasa memberi semangat dan dukungan kepada
kami.
3. Dan semua pihak yang telah membantu serta membimbing kami dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa hasil diskusi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu jika tedapat kekurangan kami memohon maaf dan mengharapkan
kritik dan saran yang akan membangun makalah ini. Akhirnya, semoga tugas ini dapat
berguna bagi kita semua.
Penyusun
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
5
Melakukan Asuhan Keperawatan pada ibu Hamil dengan diagnosa Inkontinenesia
urin
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Apa Definisi Inkontinensia Urin?
2. Apa Etiologi Inkontinensia Urin?
3. Apa Patofisiologi Inkontinensia Urin?
4. Apa Klasifikasi Inkontinensia Urin?
5. Apa Manifestasi Klinis Inkontinensia Urin?
6. Apa Penatalaksanaan Inkontinensia Urin?
7. Apa Pemeriksaan Penunjang Inkontinensia Urin?
1.3 Manfaat
1. Untuk mengetahui Definisi Inkontinensia Urin
2. Untuk mengetahui Etiologi Inkontinensia Urin
3. Untuk mengetahui Patofisiologi Inkontinensia Urin
4. Untuk mengetahui Klasifikasi Inkontinensia Urin
5. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Inkontinensia Urin
6. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Inkontinensia Urin
7. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang Inkontinensia Urin
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
Inkontinensia urin ini terjadi apabila urin dengan secara tidak terkontrol
keluar akibat peningkatan tekanan di dalam perut, melemahnya otot dasar
panggul, operasi dan penurunan estrogen. Pada gejalanya antara lain keluarnya
urin sewaktu batuk, mengedan, tertawa, bersin, berlari, atau hal yang lain yang
meningkatkan tekanan pada rongga perut.
2.5.3 Inkontinensia overflow
Pada keadaan ini urin mengalir keluar dengan akibat isinya yang sudah
terlalu banyak di dalam kandung kemih, pada umumnya akibat otot detrusor
kandung kemih yang lemah. Biasanya hal ini bisa dijumpai pada gangguan
saraf akibat dari penyakit diabetes, cedera pada sumsum tulang belakang, dan
saluran kemih yang tersumbut. Gejalanya berupa rasanya tidak puas setelah
berkemih (merasa urin masih tersisa di dalam kandung kemih), urin yang
keluar sedikit dan pancarannya lemah.
2.5.4 Inkontinensia refleks
Hal ini terjadi karena kondisi sistem saraf pusat yang terganggu, seperti
demensia. Dalam hal ini rasa ingin berkemih dan berhenti berkemih tidak ada.
2.5.5 Inkontinensia fungsional
Dapat terjadi akibat penurunan yang berat dari fungsi fisik dan kognitif
sehingga pasien tidak dapat mencapai ke toilet pada saat yang tepat. Hal ini
terjadi pada demensia berat, gangguan neurologi, gangguan mobilitas dan
psikologi.
10
Gejala dari inkontinensia jenis ini adalah keluhan keluarnya urin sedikit
dan tanpa sensasi bahwa kandung kemih sudah penuh, distensi kandung
kemih.
2.6.4. Inkontinensia refleks
Orang yang mengalami inkontinensia refleks biasanya tidak menyadari
bahwa kandung kemihnya sudah terisi, kurangnya sensasi ingin berkemih, dan
kontraksi spasme kandung kemih yang tidak dapat dicegah.
2.6.5. Inkontinensia fungsional
Mendesaknya keinginan berkemih sehingga urin keluar sebelum mencapai
toilet merupakan gejala dari inkontinensia urin fungsional.
2.6 Penatalaksanaan Inkontinensia Urin
Penatalaksanaan inkontinensia urin menurut Aspiani (2014) yaitu dengan mengurangi
faktor risiko, mempertahankan homeostatis, mengontrol inkontinensia urin, modifikasi
lingkungan, medikasi, latihan otot pelvis, dan pembedahan. Dari beberapa hal tersebut,
dapat dilakukan sebagai berikut :
2.8.1. Pemanfaatan kartu catatan berkemih
Yang dicatat dalam kartu catatan yaitu waktu berkemih, jumlah urin yang
keluar baik secara normal maupun karena tak tertahan. Banyaknya minuman
yang diminum, jenis minuman yang diminum, dan waktu minumnya juga
dicatat dalam catatan tersebut.
2.8.2. Terapi non farmakologi
Terapi ini dilakukan dengan cara mengoreksi penyebab timbulnya
inkontinensia urin, seperti hiperplasia prostat, infeksi saluran kemih, diuretik,
dan hiperglikemi. Cara yang dapat dilakukan adalah :
a. Melakukan latihan menahan kemih (memperpanjang interval waktu
berkemih) dilakukan dengan teknik relaksasi dan distraksi sehingga
waktu berkemih 6-7x/hari. Lansia diharapkan mampu menahan
keinginan berkemih sampai waktu yang ditentukan. Pada tahap awal,
diharapkan lansia mampu menahan keinginan berkemih satu jam,
kemudian meningkat 2- 3 jam.
b. Promited voiding yaitu mengajari lansia mengenali kondisi berkemih.
Hal ini bertujuan untuk membiasakan lansia berkemih sesuai dengan
kebiasaannya. Apabila lansia ingin berkemih diharapkan lansia
11
memberitahukan petugas. Teknik ini dilakukan pada lansia dengan
gangguan fungsi kognitif
c. Melakukan latihan otot dasar panggul atau latihan kegel. Latihan kegel
ini bertujuan untuk mengencangkan otot-otot dasar panggul dan
mengembalikan fungsi kandung kemih sepenuhnya serta mencegah
prolaps urin jangka panjang
2.8.3. Terapi farmakologi
Obat yang dapat diberikan pada inkontinensia dorongan (urge) yaitu
antikolenergik atau obat yang bekerja dengan memblokir neurotransmitter,
yang disebut asetilkolin yang membawa sinyal otak untuk mengendalikan otot.
Ada beberapa contoh obat antikolenergik antara lain oxybutinin, propanteline,
dyclomine, flsavoxate, dan imipramine. Pada inkontinensia tipe stress
diberikan obat alfa adregenic yaitu obat untuk melemaskan otot. Contoh dari
obat tersebut yaitu pseudosephedrine yang berfungsi untuk meningkatkan
retensi urethra. Pada sfingter yang mengalami relaksasi diberikan obat
kolinergik agonis yang bekerja untuk meningkatkan fungsi neurotransmitter
asetilkolin baik langsung maupun tidak langsung. Obat kolinergik ini antara
lain bethanechol atau alfakolinergik antagonis seperti prazosin untuk
menstimulasi kontraksi.
2.8.4. Terapi pembedahan
Terapi ini bisa dipertimbangkan pada inkontinensia tipe stress dan urge,
bila terapi non farmakologis dan farmakologis tidak berhasil. Pada
inkontinensia overflow biasanya dilakukan pembedahan untuk mencegah
retensi urin. Terapi ini biasanya dilakukan terhadap tumor, batu, divertikulum,
hiperplasia prostat, dan prolaps pelvis.
2.8.5. Modalitas lain
Terapi modalitas ini dilakukan bersama dengan proses terapi dan
pengobatan masalah inkontinensia urin, caranya dengan menggunakan
beberapa alat bantu bagi lansia antara lain pampers, kateter, dan alat bantu
toilet seperti urinal dan bedpan.
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Artinawati (2014) terdapat beberapa pemeriksaan penunjang untuk masalah
inkontinensia urin, antara lain :
2.9.1. Urinalis
12
Spesimen urin yang bersih diperiksa untuk mengetahui penyebab
inkontinensia urin seperti hematuria, piuria, bakteriuria, glukosuria, dan
proteinuria
2.9.2. Pemeriksaan darah
Dalam pemeriksaan ini akan dilihat elektrolit, ureum, kreatinin, glukosa,
dan kalsium serum untuk menentukan fungsi ginjal dan kondisi yang
menyebabkan poliuria.
2.9.3. Tes laboratorium tambahan
Tes ini meliputi kultur urin, blood urea nitrogen, kreatinin, kalsium,
glukosa, dan sitologi.
2.9.4. Tes diagnostik lanjutan
a. Tes urodinamik untuk mengetahui anatomi dan fungsi saluran
kemih bagian bawah
b. Tes tekanan uretra untuk mengukur tekanan di dalam uretra
saat istirahat dan saat dinamis
c. Imaging tes untuk saluran kemih bagian atas dan bawah
2.9.5. Catatan berkemih (voiding record)
Catatan berkemih ini dilakukan selama 1-3 hari untuk mengetahui pola
berkemih. Catatan ini digunakan untuk mencatat waktu dan jumlah urin
saat mengalami inkontinensia urin dan tidak inkontinensia urin, serta
gejala yang berhubungan dengan inkontinensia urin.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus
Identitas Klien Nama:NY Usia:35 thn Alasan kunjungan ke rumah sakit: datang ke
Poliklinik KIA Puskesmas Polehan tanggal 27 Februari 2019 untuk kontrol kehamilan
pasien mengatakan sering BAK terutama malam hari sehingga mengganggu tidur.
Keluhan utama saat ini : pasien mengatakan sering BAK terutama malam hari sehingga
mengganggu tidur. Pasien mengatakan selama kehamilan tidak boleh makan
menggunakan piring ukuran besar karena dikhawatirkan ukuran plasenta akan besar.
13
Palpasi Leopold I : TFU 30 cm, teraba bulat lebar dan tidak melenting TFU: TFU 30
cm .berisi teraba bulat lebar dan tidak melenting. Leopod II: teraba datar memanjang di
bagian abdomen kanan, dan teraba bagian-bagian kecil di abdomen kiri. Leopold III :
presentasi teraba keras bulat melenting dan tidak bisa digoyangkan. Leopold IV : Tangan
konvergen.
3.2 Pathway
Perubahan pada ibu
hamil
Perubahan fisiologis
Sistem perkemihan
Penekanan VU
Peningkatan frekuensi
BAK
14
inkontinensia Urin
2. DS: pasien mengatakan tidur terganggu di Gangguan pola tidur Peningkatan frekuensi BAK
malam hari karena sering terbangun untuk
kencing
kencing di malam hari
DO:
Pasien tampak lelah di pagi hari gangguan pola tidur
Mata pasien sembab
15
3.5 NOC dan NIC
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Inkontinensia urin dorongan Kontinensia Urine (0502) Latihan Otot Pelvis (0560)
Definisi: pengeluaran urin Skala target dipertahankan pada 3 Aktivas-aktivitas:
involunter yang terjadi segera ditingkatkan ke 5 1. Instruksikan pasien untuk
setelah suatu rasa dorongan Indikator 1 2 3 4 5 menahan otot-otot sekitar
kuat untuk berkemih 050201 mengenal keinginan 1 2 3 4 5 uretra dan anus, kemudian
untuk berkemih
050203 respon berkemih 1 2 3 4 5 relaksasi, seolah-olah ingin
sudah tepat waktu menahan buang air kecil
050209 mengosongkan 1 2 3 4 5
kantung kemih sepenuhnya atau buang air besar
050222 jaga area perinial 1 2 3 4 5 2. Instruksikan pasien untuk
bersih dan kering
tidak mengkontraksikan
perut, pangkal paha dan
pinggul, menahan nafasa
atau mengejan selama
latihan
3. Instruksikan pasien untuk
mengidentifikasi letak
levator ani dan otot-otot
urogenital dengan
16
meletakkan jari di vagina
dan menekannya
4. Informasikan kepada klien
bahwa latihan ini akan
efektif jika dilakukan selama
6-12 minggu
5. Berikan umpan balik positif
selama latihan dilakukan
6. Sediakan informasi
mengenai latihan otot pelvis
ini dalam bentuk tulisan
mengenai langkah-langkah
pelaksanaannya
2. Gangguan pola tidur Tidur (0004) Peningkatan Tidur (1850)
Definisi: interupsi jumlah Skala target dipertahankan pada 3 Aktivitas-aktivitas:
waktu dan kualitas tidur ditingkatkan ke 5 1. Monitor/catat pola tidur
akibat faktor eksternal Indikator 1 2 3 4 5 pasien dan jumlah jam tidur
000403 pola tidur 1 2 3 4 5 2. Monitor pola tidur pasien
000404 kualitas tidur 1 2 3 4 5
000405 efisiensi tidur 1 2 3 4 5 dan catat kondisi fisik
000406 tidur yang terputus 1 2 3 4 5 (frekuensi BAK)
000423 buang air kecil di 1 2 3 4 5
17
malam hari 3. Sesuaikan lingkungan
(misalnya cahaya,
kebisingan, suhu, kasur dan
tempat tidur) untuk
meningkatkan tidur
4. Anjurkan untuk tidur siang ,
jika diindikasikan untuk
memenuhi kebutuhan tidur
5. Ajarkan pasien dan keluarga
mengenal faktor yang
berkontribusi terjadinya
gangguan pola tidur
Manajemen Lingkungan (6480)
Aktivitas-aktivitas:
1. Sediakan tempat tidur dan
lingkungna yang bersih dan
nyaman
2. Sesuaikan suhu lingkungan
dengan kebutuhan pasien
3. Kendalikan atau cegah
18
kebisingan yang tidak di
inginkan
4. Berikan musik pilihan
5. Manipulasi cahanya untuk
manfaat terapeutik
19
jari di vagina dan menekannya
4. Menginformasikan kepada klien bahwa
latihan ini akan efektif jika dilakukan
selama 6-12 minggu
5. Memberikan umpan balik positif selama
latihan dilakukan
6. Menyediakan informasi mengenai
latihan otot pelvis ini dalam bentuk
tulisan mengenai langkah-langkah
pelaksanaannya
2. Gangguan Pola Tidur 1. Memonitor/catat pola tidur pasien dan S: pasien mengatakan tidur
jumlah jam tidur terganggu di malam hari
2. Memonitor pola tidur pasien dan catat karena sering terbangun
kondisi fisik (frekuensi BAK) untuk kencing
3. Menyesuaikan lingkungan (misalnya O:
cahaya, kebisingan, suhu, kasur dan Pasien tampak lelah di
pagi hari
tempat tidur) untuk meningkatkan tidur
Mata pasien sembab
4. Menganjurkan untuk tidur siang , jika A: masalah gangguan Pola
diindikasikan untuk memenuhi Tidur teratasi sebagian
kebutuhan tidur P: intervensi dilanjutkan
20
5. Mengajarkan pasien dan keluarga nomer 1-10
mengenal faktor yang berkontribusi
terjadinya gangguan pola tidur
6. Menyediakan tempat tidur dan
lingkungna yang bersih dan nyaman
7. Menyesuaikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan pasien
8. Mengendalikan atau cegah kebisingan
yang tidak di inginkan
9. Memberikan musik pilihan
10. Memanipulasi cahanya untuk manfaat
terapeutik
21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Inkontinensia urin merupakan pengeluaran urin yang tidak terkendali pada waktu
yang tidak dikehendaki dan tidak melihat jumlah maupun frekuensinya, keadaan ini
dapat menyebabkan masalah fisik, emosional, sosial dan kebersihan (Kurniasari, 2016).
Menurut Soeparman & Wapadji Sarwono, (2001) dalam Aspiani, (2014) faktor
penyebab inkontinensia urin antara lain :
1. Poliuria
2. Nokturia
3. Faktor Usia
4. Penurunan Produksi Esterogen (pada Wanita)
5. Operasi pengangkatan rahim
6. Frekuensi Kehamilan
7. Merokok
8. Konsumsi Alkohol dan Kafein
9. Obesitas
10. Infeksi Saluran Kemih
Menurut Cameron (2013), inkontinensia urin dapat dibedakan menjadi:
1. Inkontinensia urge
2. Inkontinensia stress
3. Inkontinensia overflow
4. Inkontinensia refleks
5. Inkontinensia fungsional
4.2 Saran
Penulis mengharapkan agar mahasiswa dapat mengetahui dan memanfaatkan makalah
ini untuk menambah wawasan dan ilmu tentang penyakit inkontinensia urin
DAFTAR PUSTAKA
22
Barry D, Weiss M D. 1998. Problem oriented diagnosis: Diagnostic evaluation of
urinary incontinence in geriatric patients. American Academy of Family Physicians.
Bradway C, Hernly S, the NICHE faculty. 1998. Urinary incontinence in older adults
admitted to acute care. Geriatric Nursing. 19(2): 98-101.
23