Di Ajukan Untuk Memenuhi Pembelajaran Mata Kuliah Keperawatan Anak Sehat Dan Sakit Akut
Disusun Oleh :
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
yang telah memberikan kita nikmat sehat. Tidak lupa kami mengucapkan Terimakasih
kepada Ibu Wiwik Utami, M.Kep. selaku dosen pengampu mata kuliah yang telah
membimbing kami, sehingga Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini dapat
tersusun sampai dengan selesai.
Kami sangat berharap semoga Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini
dapat menambah wawasan pengetahuan serta pemahaman bagi pembaca. Kami berharap
bahwasanya Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat untuk
pembaca.
Bagi kami sebagai penyusun Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini
merasa bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan penyusunan Laporan Pendahuluan
dan Asuhan Keperawatan ini. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan Laporan Pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
bayi dan balita adalah infeksi pada saluran digestif. Faktor infeksi dapat
mempengaruhi status gizi anak. Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
kejadian diare pada balita adalah penggunaan air bersih dan jamban sehat. Air yang
tercemar mengandung banyak bakteri, salah satunya adalah Escerichia coli yang
merupakan bakteri penyebab diare. Sumber air bersih merupakan salah satu sarana
sanitasi yang berhubungan erat 3 dengan penyakit diare. Sebagian kuman yang dapat
menimbulkan infeksi sebagai penyebab diare ditularkan melalui fecal oral
(Notoatmodjo, 2015.).
Faktor – faktor penyebab diare dibagi menjadi 2, yaitu penyebab langsung
dan tidak langsung. Penyebab tidak langsung salah satunya adalah hygiene dan
sanitasi. Hygiene dan sanitasi yang berpengaruh terhadap kejadian diare pada balita
adalah kebiasaan cuci tangan. Berdasarkan latar belakang masalah tentang faktor
penyebab diare, maka penelitian ini dibatasi pada hubungan kebiasaan cuci tangan
dengan kejadian diare pada balita karena kedua faktor tersebut berkontribusi
terhadap kejadian diare pada balita (Rohmah, 2016)
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam laporan pendahuluan ini yaitu :
1. Apa itu diare ?
2. Apa anatomi fisiologi dari diare ?
3. Apa etiologic dari diare ?
4. Apa klasifikasi dari diare?
5. Bagaimana pathway/WOC dari diare?
6. Bagaimana manifestasi klinis penyakit diare?
7. Bagaimana komplikasi pada penyakit diare ?
8. Apa pemeriksaan penunjang untuk penyakit diare ?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit diare ?
10. Apa itu keperawatan anak ?
11. Apa prinsi prinsip keperawatan anak
12. Apa peran perawat dalam keperawatan anak ?
5
4. Untuk mengetahui apa klasifikasi dari diare
5. Untuk mengetahui bagaimana pathway/woc dari diare
6. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis penyakit diare
7. Untuk mengetahui bagaimana komplikasi pada penyakit diare
8. Untuk mengetahui apa pemeriksaan penunjang untuk penyakit diare
9. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari penyakit diare
10. Untuk mengetahui apa itu keperawatan anak
11. Untuk mengetahui apa prinsi prinsip keperawatan anak
12. Untuk mengetahui apa peran perawat dalam keperawatan anak
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diare adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah
yang berlangsumg dari satu minggu (Subagyo, Bambang dan Narjtahjo, 2012).
Menurut simadibrata dan daldiyono (2006) diare adalah buang air besar
(defekasi)dengan tija cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja
lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram/24 jam. Definisi lain memiliki
kriteria frekuensi yaitu buang air besar encer lebih dari tiga kali per hari. Buang air
besar ecer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah (simadibrata dan daldiyono,
2006).
Tinja bayi normal atau sehat berbentuk lembut dan tidak padat. Bayi buang air
besar lebih sering pada 1 – 2 bulan pertama, karena itu sulit untuk mengatakan
apakah bayi menerita diare atau tidak. Kebnyakan bayi memiliki pola feses yang
khas. Pola ini dapat beruba perlahan lahan dari waktu ke waktu. Beberapa tanda bayi
menglami diare diantaranya seperti frekuensi secara tiba tiba lebih dari satu kali
BAB per sekali makan, kotoran menjadi lebih encer, nafsu Kaman memburuk, dan
7
mengalamai hidung tersumbat atu demam juga menunjukkan kecenderungan diare
(subagyo, Bambang dan Nurtjahjo,2012).
2.1.3 Etiologi
a. Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70-80%).
Beberapajenis virus penyebab diare akut antara lain Rotavirus serotype 1, 2,
8, dan 9 pada manusia, Norwalk V'irus,Astrovirus, Adenovirus (tipe 40,41),
Small bowel structure virus, Cytomegalovirus.
b. Bakteri
Enterotoxigenic E.coli (ETEC), Enteropathogenic E.coli (EPEC).
Enteroaggregative E.coli (EaggEC), Enteroinvasive E coli (EIEC),
Enterohemorragic E.coli (EHEC), Shigella spp., Camphylobacterjejuni
(Helicobacter jejuni), Vibrio cholera O1, dan V. Cholera 0139, salmonella
(non-thypoid).
c. Parasit
Protozoa, Giardia lambia, Entamoeha histolityca. Balantidium coli,
Cryptasporidium. Microsporidiun spp. Isaspora belli, Cyclospona
cayatanensis.
d. Heliminths
8
Strongyloides sterocoralis, Schitasoma spp., Capilaria
philippinensis.Trichuris trichuria.
e. Non Infeksi
Malabsorbsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas,
imonodefisiensi, obat dan lain-lain.
2.1.4 Klasifikasi
a. Diare akut
Diare akut adalah diare yang terjadinya mendadak dan berlangsung kurangdari
2 minggu. Gejalanya antara lain: tinja cair, biasanya mendadak,disertai lemah
dan kadang-kadang demam atau muntah. Biasanya berhentiatau berakhir dalam
beberapa jam sampai beberapa hari. Diare akut dapatterjadi akibat infeksi virus,
infeksi bakteri, akibat makanan.
b. Diare kronis
Diare kronis adalah diare yang melebihi jangka waktu 15 hari sejak awaldiare.
Berdasarkan ada tidaknya infeksi, diare dibagi menjadi 2 yaitu diarespesifik dan
diare non spesifik. Diare spesifik adalah diare yangdisebabkan oleh infeksi virus,
bakteri, atau parasit. Diare non spesifikadalah diare yang disebabkan oleh
makanan (Wijaya, 2010).
2.1.5 Pathway/WOC
9
2.1.6 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala awal diare ditandai dengan anak mejadi cengeng, gelisah, suhu
meningkat, nafsu makan menurun, tinja cair (lendir dan tidak menutup kemungkinan
diikuti keluarnya darah, anus lecet, dehidrasi(bila terjadi dehidrasi berat maka
volume darah berkurang nadi cepat dan kecil, denyut jantung cepat, tekana darah
turn, keadaan menurun diakhiri dengan syok), berat badan menurun, turgor kulit
menurun, mata dan ubun ubun cekung,mukut dan kulit menjadi kering (octa dkk,
2014).
2.1.7 Komplikasi
Menurut Maryunani (2010) sebagi akibat dari diare akan terjadi beberapa hal
sebagai berikut.
10
muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40% pada bayi dan 50% pada
anak anak.
4. Gangguan Gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan oleh
makanan sering dihentikan pleh orang tua karena takut diare atau muntah yang
bertambah hebat. Walaupun susu diteruskan sering diberikan
denganpengeluaran dan susu yang encer ini diberikan teralalu lama, makanamn
diberikan sering tidak dapat dicerna dan diarbsobsi dengann baik karena adanya
hiperparistaltik.
5. Gangguan Sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi ranjatan (shock) hipovolemik, akibatnya
pervusi jaringanberkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat
mengakibatkan perdarahn otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi
klien akan meninggal
Menurut ngastiyah (2014) sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan
terjadi kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolic, hipokalamia), [gangguan
gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran beratmbah), hipoglikemia,
gangguan sirkulasi darah.
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopi dan mikroskopi
b. PH dan kadar gula paa tinja
c. Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbanga asam basa darah, dengan menentukan pH
dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3. Pemeriksaan kadar uretum dan kreatin untuk mengetahui faal ginjal
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, kalsium dan posfat
11
lengkap, kadar elektrolit serum, ureum dan kreanin. Pemeriksaan tinja dan
pemeriksaan enzyme-linkid immunosorbent assay (ELISA) mendeteksi giardiasis
dan test serologic amerbasis dan foto x-ray abdomen.
1. Terapi Farmakologik
a. Antibiotic
Diberikan jika terdapat indikasi seperti kolera, diare berdarah, atau diare
dangan disertai penyakit lain (Depkes RI, 2011).
Menurut Suratmaja (2007) pengobatan yang tepat terhadap penyakit
diarediberikan setelah diketahui penyebab diare dengan memperhatikan
umur penderita, perjalanan penyakit, sifat tinja. Pada penderita diare,
antibiotic boleh diberikan bila :
a) Ditemukan bakteri patogenpada pemeriksaan mikroskopik dana tau
biakan.
b) Pada pemeriksaan mikroskopikdan atau mokroskopik ditemukan
darah pada tinja.
c) Secara klinis terdapat tanda-tanda yang menyokong adanya infeksi
maternal.
d) Didaerah edemic kolera
e) Neonates yang diduka infeksi nosocomial
b. Obat antipiretik
Menurut suratmaja (2007) obat antipiretik seperti preparat silisilat
(asetol, aspirin) dalam dosis rendah (25 mg/tahun/kali) selain berguna
untuk menurunkanpanas akibat dehidrasi atau panas karena infeksi, juga
mengurangi sekresi cairan yag keluar bersama tinja.
c. Pemberian zink
12
Pemberian zink selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan
tingkat keparahan diare, menngurangi frekuensi buang air besar (BAB),
mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan diare pada tiga
bulan berikutnya (Lintas diare,2011)
Terapi rehidrsi oral terdiri dari rehidrasi yaitu mengganti kehilangan air dan
elektrolit: terapi cairan rumatan yaitu mnejaga kehilangan cairan yang sedang
berlangsung. Bahkan pada kondisi diare berat air dan garam diserat terus menerus
melalui arbsobsi aktif natrim, kalium, glukos, dan air dalam jumlah yang seimbang,
glukosa diperlukan untuk meningkatjan arbsorbsi elektrolit (Wiffen, 2014).
Oralit diberikan untuk mengganti cairan elektrolit yang banyak dibuang dalam
tubuhyang terbuang pada saat diare. Meskipun air sangat penting untuk mencegah
dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan elektrolot dalam tubuh sehingga lebih diutamakan
oralit. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat diresap
dengan baik oleh usus penderita diare (Depkes RI, 2011).
Table 1 Kebutuhan Oralit Perkelompok Umur
13
2.2 Konsep Keperawatan Anak
2.2.1 Keperawatan Anak
keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandanagan yang dimiliki
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang berfokus
pada keluarga (family cantered care) pencegahan terhadap trauma (atraumatic
care), dan manajemen kasus. Dalam du nia keperawatan anak, perawat perlu
memahami mengingat adanya beberapa prinsip yang berbeda dalam penerapan
asuhan dikarenakan anak bukan miniature orang dewasa sebagai individu yang
unik (Hidayat, 2005).
2.2.2 Prinsip – Prinsip Keperawatan Anak
menurut Hidayat (2005) ada prinsip atau dasar dalam keperawatan anak yang
dijadikan sebagai pedoman dalam memahami filosofi dalam keperawatan anak.
Perawat harus mampu memahami, mengingat ada bebarapa prinsip yang berbeda
dalam penerapan asuhan, diantaranya :
1. pertama, anak bukan miniature orang dewasa tetapi sebagai individuyang unik
yang berarti bahwa tidak boleh memandang anak dari ukuran fisik saja
sebagaimana orang dewasa melainkan anak sebagai individu yang unik yang
mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan menuju proses
kematangan.
2. Kedua, anak sebagai individu yang unik mempunyai kebutuhan yang sesuai
dengan tahap perkembangan, kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan
fisiologis meliputi nutrisi, cairan aktifitas, eliminasi, istirahat, tidur dan lain
lain. Dan kebutuhan psikologis, seperti social dan spiritual.
3. Ketiga, pelayanan keperawatan anak berioentasi pada upaya pencegahan
penyait dan peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya mengobati orang
yang sakit.
4. Keempat, keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang
berfokus pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara
komperhensif dalam membeikan asuhan keperawatan anak.
5. Kelima, paraktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan
keluarga untik mencegah, mengkaji, mengintervensi, dan meningkatkan
kesejahteraan hidup dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuai
dengan aspek moral dan aspek hukum.
14
6. Keenam, tujuan keperawatan anak dan remaja untuk 3 meningkatkan
maturase atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai makhluk
biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan masyarakat.
7. Ketujuh, pada masa ynag akan dating kecenderungan keperawatan anak
berfokud pada ilmu tumbuh kembang karena akan mempelajari aspek
kehidupan anak.
2.2.3 Peran Perawat Dalam Keperawatan Anak
1. pemberi perawatan
merupakan peran utama perawat yaitu memberii pelayanan keperawatan
kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat sesuai dengan masalah
yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai yang
kompleks.
2. Sebgai advokat keluarga
Sebagai klken advokat, perawat bertanggung jawab untuk membantu klient
dan keluarga dalam menginterpresrasikan informasi dari berbagi pemberi
pelayanan dan informasi yang diperlukan untuk mengambil persetujuan tas
tidakan keperawatan yang diberikan kepadanya.
3. Pendidik
Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu
keprawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan
lainnya. Memberi pennyuluhan kesehatan tentang penangnan diare
merupakan saah satu contoh peran perawat sebagai pendidik (healt educator).
4. Konseling
Konseling diberikan kepada individu, keluarga dalam mengintegrasikan
pengalaman kesehatan dengan pengalaman masa lalu. Pemecahan masalah
dofokuskan pada; masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup sehat
(perubahan pola interaksi)
5. Kalaborasi
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan lain berupaya
mengidentifikasi peayanan kesehatan yang diperlukan termasuk tukar
pendapat terhadap pelayanan yang diperlukan klien, pemberian dukungan,
paduan keahlian keterampilan dari berbagai profesiaonal pemberi pelayanan
kesehatan
6. Peneliti
15
Sesorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (innovator) dalam
ilmu keperawatan karena ia memiliki kreativitas, inisiatif, cepat tanggap
terhadap rangsangan dari lingkungannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan
konsistesi feses yang lembek sampai cair dan bertambahnya frekuensi buang air besar
lebih dari 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah
atau feses yang berdarah. Sampai saat ini diare merupakan masalah kesehatan
masyarakat dan penyebab kematian di dunia, terhitung 5 sampai 10 juta kematian per
tahun. Penyakit diare masih menjadi masalah global dengan tingkat morbiditas dan
mortalitas yang tinggi di berbagai Negara terutama di Negara berkembang. Pada saat ini
angka mortalitas yang disebabkan diare adalah 3,8 per 1000 per tahun dengan 3,2
episode anak per tahun pada anak usia di bawah 5 tahun.
3.2 Saran
Diharapkan masyarakat dapat memiliki pengetahuan yang baik tentang diare
sehingga dapat memberikan pertolongan awal yang tepat pada keluarga yang menderita
diare. Dan untuk tenaga kesehatan diharap memberikan promosi kesehatan sehingga
masyarakat mengerti serta mampu mencegah dan menanggulangi kejadian diare.
16
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, K. M. A., & Islam, M. R. (2014). Etiological Agents of Diarrhea Among Under-Five
Children in Bangladesh: A Review. Journal of Health, Population, and Nutrition,
32(4), 580-591.
Faruk, M. O., & Kabir, M. A. (2016). Prevalence of Diarrhoea Among Under-Five Children
in Bangladesh. Journal of Community Health Research, 5(3), 188–195.
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Pedoman Pengendalian Diare pada Anak. Balai Penerbit
Kesehatan.
Oyo-Ita, A., Irimem, K., & Oringanje, C. (2016). Interventions for Treating Diarrhoea in
Children: A Cochrane Review. International Journal of Evidence-Based Healthcare,
14(3), 107-110.
Prado, M. S., Cairncross, S., & Strina, A. (2017). The Relationship Between Water and
Sanitation and Diarrhoea in Children Under Five Years Old in Rural Brazil.
International Journal of Epidemiology, 46(4), 1528–1538.
UNICEF. (2012). Pemberian Makanan dan Cairan Serta Pencegahan Terhadap Diare pada
Anak Balita. United Nations Children's Fund.
WHO. (2017). Diarrhoeal disease. World Health Organization. https://www.who.int/news-
room/fact-sheets/detail/diarrhoeal-disease
17