Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

ANAK DENGAN MASALAH GANGGUAN GIZI BURUK

Dosen pengampu : Soleman Buni Lero, S.Kep.,Ns

Oleh:

1. Irma
2. Iren Letepalido Riang Gesi
3. Crisdayati L. Taka
4. Dolorens Astuti

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN WAIKABUBAK

POLTEKKES KEMENKES KUPANG

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah


memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas INI yang berjudul “LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN
KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN MASALAH GANGGUAN
GIZI BURUK “ ini pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi


tugas dosen pada mata kuliah KEPERAWATAN ANAK. Selain itu
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN MASALAH GANGGUAN GIZI BURUK bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Soleman Buni


Lero, S.Kep.,Ns yang mengajarkan mata kuliah Menajemen Keperawatan
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang


telah membagi pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun, akan
saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Waikabubak, 17 Mei 2023

PENULIS
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................

DAFTAR ISI ........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................

1.1 Latar belakang ......................................................................................

1.2 Rumusan masalah.................................................................................

1.3 Tujuan ..................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................

2.1 Anatomi Dan Fisiologi System Pencernaan?.........................................

2.2 Definisi ................................................................................................

2.3 Etiologi ................................................................................................

2.4 Klasifikasi ...........................................................................................

2.5 Manifestasi Klinis ................................................................................

2.6 Patofisiologi ........................................................................................

2.7 Pathway ...............................................................................................

2.8 Faktor Risiko .......................................................................................

2.9 Pencegahan ..........................................................................................

2.10 Pemeriksaan Diagnostic .....................................................................

2.11 Penatalaksanaan .................................................................................

2.12 Komplikasi ........................................................................................

2.13 Asuhan Keperawatan .........................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Malnutrisi adalah kekurangan gizi yang diperlukan untuk
pertumbuhan, perkembangan, dan kebutuhan energi tubuh. Organisasi
kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan malnutrisi sebagai
“ketidakseimbangan seluler antara pasokan nutrisi dan energi dan kebutuhan
tubuh terhadap mereka untuk menjamin pertumbuhan, pemeliharaan, dan
fungsi tertentu.
Menurut hasil pemantauan Direktorat Bina Gizi Masyarakat
Kementerian Kesehatan selama tahun 2005 sampai tahun 2009 kasus balita
gizi buruk sangat berflutuaksi. Pada tahun 2005-2007 jumlah kasus
cenderung menurun tapi meningkat pesat dari tahun 2007 sampai dengan
2009. Dan mulai menurun pada tahun 2010.
Selain itu data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel (2007)
menunjukkan dari total 193.782 anak dan anak balita di Sumsel, sebanyak
2.061 anak balita digolongkan gizi buruk dan 20.278 anak balita kurang gizi.
Ketersediannya gizi bagi masyarakat merupakan salah-salah satu dari
indicator Indeks Pembangunan Manusia (IPM). jika dilihat dari laporan yang
dikeluarkan United Nations development Programs (UNDP), peringkat IPM
Indonesia mengalami fluktuaktif dimana urutan yang menempatkan
posisi Indonesia selalu naik turun pada tahun 2004 urutan Indonesia berada
pada posisi 108 dari 177 negara. Namun pada tahun 2007 posisi Indonesia
turun 3 ke posisi 111.
Luar biasanya lagi ternyata kasus ini gizi buruk tidak hanya terjadi di
Indonesia. Di seluruh dunia, setiap hari 26.500 anak-anak meninggal. Data
ini menunjukkan:
 Seorang anak meninggal setiap 3 detik
 Setiap 1 menit 18 anak-anak meninggal
 Hampir 10 juta jiwa anak-anak meninggal dalam setahun
 Setidaknya 60 juta anak-anak kehilangan nyawa antara tahun 2001-2006

4
Menurut Badan PBB untuk masalah anak-anak, UNICEF, penyebab
malnutrisi terbagi menjadi tiga, yaitu penyebab langsung (immediate cause),
penyebab tidak langsung (underlying cause) dan penyebab dasar (basic
cause). Penyebab langsung yakni kurangnya asupan makanan dan adanya
penyakit terutama penyakit infeksi yang memengaruhi jumlah asupan
makanan dan penggunaan nutrien oleh tubuh.
Kurangnya asupan makanan terjadi karena kurangnya jumlah
pemberian makanan, kurangnya kualitas makanan yang diberikan dan cara
pemberian makanan yang salah. Oleh karena itu agar kita dapat mencegah
malnutrisi atau gizi buruk dapat kita benehi dari sektor terkecil yang dapat di
lakukan oleh semua pihak, Upaya pemerintah hanyalah mendukung dan
mengatur segala hal program dan pembenehan terhadap masalah gizi,
sedangkan masyarakatlah peran utamanya.
Kemitraan yang luas antara pemerintah Indonesia dan UNICEF
mengatasi masalah gizi di kalangan anak-anak dan Aksi-aksi masyarakat
pun telah didukung dengan adanya pengalokasian anggaran tambahan, seperti
yang terjadi di desa-desa wilayah propinsi Jawa Tengah dan Nusa Tenggara
Timur, dimana di dalamnya termasuk, mempromosikan pemberian ASI yang
lebih baik, termasuk pemberian makanan pendamping ASI, dan juga
memantau status gizi anak-anak, sebagai bagian dari rencana pembangungan
lokal di wilayah mereka melalui program-program perbaikan gizi dan
pengetahuan yang lebih baik tentang praktek makan yang sehat, kemitraan
ini bertujuan untuk meraih
3,8 juta anak-anak dan 800.000 wanita hamil dan menyusui.
1.2 Rumusan Masalah
A. Bagaimana anatomi dan fisiologi system
pencernaan? B. Apa definisi dari malnutrisi?
C. Apa saja etiologi dari malnutrisi?
D. Apa saja klasifikasi dari malnutrisi?
E. Apa saja manifestasi klinis pada pasien
malnutrisi? F. Bagaimana patofisiologi dari
malnutrisi?
G. Bagaimana Pathway dari malnutrisi?
H. Apa saja yang bisa menjadi faktor risiko dari malnutrisi?
5
I. Apa saja pencegahan pada pasien malnutrisi?
J. Apa saja pemeriksaan diagnostic pada pasien
malnutrisi? K. Apa saja penatalaksanaan pada pasien
malnutrisi?
L. Apa saja komplikasi pada pasien malnutrisi?
M. Bagaimana asuhan keperawatan untuk pasien malnutrisi
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan mempelajari tanda dan gejala malnutrisi
yang berhubungan dengan sistem pencernaan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi system pencernaan
2. Untuk mengetahui definisi dari malnutrisi.
3. Untuk mengetahui etiologi dari malnutrisi
4. Untuk mengetahui klasifikasi dari malnutrisi.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari malnutrisi.
6. Untuk mengetahui patofisiologi dan
7. Untuk mengetahui pathway dari malnutrisi.
8. Untuk mengetahui factor risiko dari malnutrisi
9. Untuk mengetahui apa saja pencegahan dari malnutrisi.
10. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostic dari malnutrisi.
11. Untuk mengetahui apa saja penatalaksanaan dari malnutrisi
12. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari malnutrisi.
13. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan untuk
pasien malnutrisi.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi pembaca
Untuk menambah wawasan kita mengenai pengertian,
penyebab, patofisiologi, tanda gejala, serta tatalaksana dari
Malnutrisi tersebut.
1.4.2 Bagi penulis
Terpenuhinya tugas sistem pencernan yang berupa makalah
Malnutrisi.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan fisiologi system Pencernaan


2.1.1 Organ Utama

1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan
dan air pada hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan
umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap
yang berakhir di anus.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan
di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-
bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah
akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan
enzim- enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga
mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang
memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses
menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
2. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk.

7
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu
kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan
merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak
bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya
dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang
belakang
Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring
bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang
telinga, Bagian media disebut orofaring,bagian ini berbatas
kedepan sampai diakar lidah bagian inferior disebut laringofaring
yang menghubungkan orofaring dengan laring
3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata
yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke
dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan
menggunakan proses peristaltic. Esofagus bertemu dengan faring
pada ruas ke-6 tulang belakang.
Menurut histology esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
a. bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
b. bagian tengah (campuran otot rangka dan otot
halus)
c. serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot
halus).
4. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk
seperti kandang keledai.
Terdiri dari 3 bagian yaitu
a. Kardia.
b. Fundus.
c. Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan
melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan
menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya
kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.

8
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang
berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan
enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat
penting:
a. Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa
menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya
tukak lambung.
b. Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam,
yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman
lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang
terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
5. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran
pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar.
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut
zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang
membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan
lemak.
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas
jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan
(ileum). a. Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus
halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya
ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari
merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari
bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.

9
b. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum)
adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas
jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada
manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter,
1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus
penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan
dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua
belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara
hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni
sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk
membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara
makroskopis.
c. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus
halus. Pada sistem pencernaan manusia) ini memiliki panjang
sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan
dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8
(netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12
dan garam-garam empedu.
6. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus
antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah
menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari:
a. Kolon asendens (kanan)
b. Kolon transversum
c. Kolon desendens (kiri)
d. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar
berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan
zat-
1
zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-
zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi
normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar.
Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya
lendir dan air, dan terjadilah diare.
7. Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, meluruskan,
mengatur) adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus
besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini
berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya
rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih
tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh
dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk
buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena
penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf
yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika
defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke
usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika
defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan
pengerasan feses akan
terjadi.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan,
dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk
dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus.
Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses
dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar –
BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

1
2.2.2 Organ Asesori
1. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang
memiliki dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan
serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas
terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan
duodenum (usus dua belas jari).
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam
duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang
dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan
lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang
dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif.
Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran
pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium
bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara
menetralkan asam lambung.
2. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan
manusia dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya
berhubungan dengan pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme
dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan
glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga
memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. Istilah medis
yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat- atau
hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus
yang kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler
ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena
yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai
vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil
di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.
3. Kandung empedu

1
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah
organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml
empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada
manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan
berwarna hijau gelap – bukan karena warna jaringannya,
melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ
ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui
saluran empedu.
Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:
a. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
b. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh,
terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran
sel darah merah dan kelebihan kolesterol.

2.2 Definisi Malnutrisi

Malnutrisi (Gizi salah) adalah kesalahan pangan terutama terletak


dalam ketidakseimbangan komposisi hidangan penyediaan makanan.
(Akhmad Djaeni, 2004).
Malnutrisi merupakan kekurangan konsumsi pangan secara relatif
atau absolute untuk periode tertentu. (Bachyar Bakri, 2002)
Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi
yang cukup, malnutrisi dapat juga disebut keadaaan yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan di antara pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi

1
untuk mempertahankan kesehatan. Ini bisa terjadi karena asupan makan
terlalu

1
sedikit ataupun pengambilan makanan yang tidak seimbang. Selain itu,
kekurangan gizi dalam tubuh juga berakibat terjadinya malabsorpsi makanan
atau kegagalan metabolik (Oxford medical dictionary, 2007).

2.3 Etiologi
1. Penyebab langsung
a. Kurangnya asupan makanan: Kurangnya asupan makanan sendiri
dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah makanan yang diberikan,
kurangnya kualitas makanan yang diberikan dan cara pemberian
makanan yang salah.
b. Adanya penyakit: Terutama penyakit infeksi, mempengaruhi
jumlah asupan makanan dan penggunaan nutrien oleh tubuh.
2. Penyebab tidak
langsung:
a. Kurangnya ketahanan pangan keluarga: Keterbatasan keluarga untuk
menghasilkan atau mendapatkan makanan.
b. Kualitas perawatan ibu dan anak.
c. Buruknya pelayanan kesehatan.
d. Sanitasi lingkungan yang kurang.

2.4 Klasifikasi
1. Zat yang dibutuhkan oleh tubuh
a. Berdasarkan fungsi
Setiap zat gizi memiliki fungsi yang spesifik. Masing-
masing zat gizi tidak dapat berdiri sendiri dalam membangun
tubuh dan menjalankan proses metabolisme. Namun zat gizi
tersebut memiliki berbagai fungsi yang berbeda.
1) Zat yang bersumber energy
Sebagai sumber energi zat gizi bermanfaat untuk
menggerakkan tubuh dan proses metabolisme di dalam
tubuh. Zat gizi yang tergolong kepada zat yang berfungsi
memberikan energi adalah karbohidrat , lemak dan protein.
Bahan pangan yang berfungsi sebagai sumber energi
antara

1
lain : nasi, jagung, talas merupakan sumber karbohidrat;
margarine dan mentega merupakan sumber lemak; ikan,
daging, telur dan sebagainya merupakan sumber
protein. Ketiga zat gizi ini memberikan sumbangan energi
bagi tubuh. Zat-zat gizi tersebut
merupakan penghasil energi yang dapat dimanfaatkan
untuk gerak dan aktifitas fisik serta aktifitas metabolisme
di dalam tubuh. Namun penyumbang energi terbesar dari
ketiga unsur zat gizi tersebut adalah lemak.
2) Zat gizi untuk pertumbuhan dan mempertahankan jaringan
Tubuh
Zat gizi ini memiliki fungsi sebgai pembentuk sel-
sel pada jaringan tubuh manusia. Jika kekurangan
mengkonsumsi zat gizi ini maka pertumbuhan dan
perkembangan manusia akan terhambat. Selain itu zat gizi
ini juga berfungsi untuk menggantikan sel-sel tubuh yang
rusak dan mempertahankan fungsi organ tubuh.
Zat gizi yang termasuk dalam kelompok ini adalah protein,
lemak, mineral dan vitamin. Namun zat gizi yang memiliki
sumber dominan dalam proses pertumbuhan adalah protein
3) Zat gizi sebagai pengatur/ regulasi proses di dalam tubuh
Proses metabolisme di dalam tubuh perlu pengaturan
agar terjadi keseimbangan. Untuk itu diperlukan sejumlah
zat gizi untuk mengatur berlangsungnya metabolisme di
dalam tubuh. Tubuh perlu keseimbangan, untuk itu proses
metabolisme yang terjadi di dalam tubuh perlu di atur
dengan baik. Zat gizi yang berfungsi untuk mengatur
proses metabolisme di dalam tubuh adalah mineral, vitamin
air dan protein. Namun yang memiliki fungsi utama
sebagia zat pengatur adalah mineral dan vitamin.

1
b. Berdasarkan jumlah
Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh zat
gizi terbagai atas dua, yaitu:

1) Zat gizi makro


Zat gizi Makro adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam
jumlah besar dengan satuan gram. Zat gizi yang
termasukkelompok zat gizi makro adalah karbohidrat, lemak
dan protein.
2) Zat gizi mikro
Zat gizi mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan
tubuh dalam jumlah kecil atau sedikit tapi ada dalam
makanan. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi mikro
adalah mineral dan vitamin. Zat gizi mikro menggunakan
satuan mg untuk sebagian besar mineral dan vitamin.
3) Berdasarkan Sumber
Berdasarkan sumbernya zat gizi terbagi dua, yaitu nabati
dan hewani

2. Malnutrisi mikronutrien, yang terpenting adalah kekurangan vitamin


A, kekurangan yodium dan kekurangan zat besi.
Malnutrisi mikronutrien adalah asupan nutrien seperti vitamin A, zat besi
dan yodium yang tidak cukup. Keadaan ini secara fisik sering tidak
terdeteksi tetapi mempengaruhi kesehatan lebih dari 2 milyar orang
di seluruh dunia. Anak-anak serta wanita adalah golongan yang paling
rentan. Penyebab malnutrisi mikronutrien adalah:
a. Defisiensi vitamin A, Penyebab kekurangan vitamin A terutama
pada balita adalah konsumsi makan-makanan yang kurang
mengandung cukup vitamin A. Sumber makanan yang kaya
Vitamin A seperti daun singkong, tomat, daun pepaya, bayam,
kangkung, daun katuk, pepaya, wortel, telur, ikan, hati.

1
b. Defisiensi besi, Akibat paling sering dari defisiensi besi
adalah anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi (kurang
darah karena kekurangan zat besi) sangat banyak dijumpai pada
wanita terutama yang tinggal di pedesaan, anak-anak, wanita
pekerja pabrik.
c. Defisiensi yodium, Keadaan ini sering disebut juga: Gangguan
Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Penyebab GAKY adalah
makanan dan air yang setiap hari digunakan tidak atau
kurang mengandung zat yodium. Kebiasaan keluarga yang tidak
menggunakan garam beryodium dalam makanannya sehari-hari,
khususnya keluarga yang tinggal di daerah gondok endemik.
3. Kekurangan gizi
Gizi buruk atau kekurangan kalori protein (KKP). Ada 3 macam KKP :
a. Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat.
Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi
antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi.

Gambar penderita Marasmus


Marasmus adalah suatu keadaan kekurangan kalori protein
berat. Namun, lebih kekurangan kalori dari pada protein.
Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut:
a) Masukan makanan yang kurang. Marasmus terjadi akibat
masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang
tidak sesuai dengan dianjurkan akibat dari ketidaktahuan
orang tua

1
si anak; misalnya pemakaian secara luas susu kaleng
yang terlalu encer.
b) Infeksi Infeksi yang berat dan lama menyebabkan
marasmus, terutama infeksi enternal misalnya infantile
gastroenteritis, bronchopneumonia, pielonephritis dan
sifilis kongenital.
c) Kelainan struktur bawaan Misalnya: penyakit
jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas
palatum, palatoschizis, micrognathia, stenosis pylorus,
hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas.
d) Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus Pada
keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang akibat
reflek mengisap yang kurang kuat.
e) Pemberian ASI. Pemberian ASI yang terlalu lama
tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup.
f) Ganguan metabolic. Misalnya: renal asidosis,
idiophatic hypercalcemia, galactosemia, lactose
intolerance.

b. Kwashiorkor merupakan suatu bentuk gangguan gizi dengan


penyebab utama penyakit ini adalah akibat defisiensi
protein (catzel & Roberts, 1992; sacharian, 1996; staf pengajar
ilmu kesehatan anak, 2007).
Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein
berat
yang disebabkan oleh intake protein yang inadekuat
dengan intake karbohidrat yang normal atau tinggi. Dibedakan
dengan Marasmus yang disebabkan oleh intake dengan kualitas
yang normal namun kurang dalam jumlah.

1
gambar penderita Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah suatu keadaan di mana tubuh kekurangan
protein dalam jumlah besar. Selain itu, penderita juga mengalami
kekurangan kalori.
Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya
intake protein yang berlansung kronis. Faktor yang dapat
menyebabkan hal tersbut diatas antara lain:
1. Pola makan
Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan
nutrisi anak berperan penting terhadap terjadi
kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI ke
makanan pengganti ASI
2. Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang
tinggi, keadaan sosial dan politik tidak stabil, ataupun
adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu
dan sudah berlansung turun-menurun dapat menjadi hal
yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor
3. Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak
dapat memenuhi kebutuhan berakibat pada
keseimbangan

2
nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun
tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya
c. Marasmus-kwashiorkor, menurut Depkes RI (1999) etiologi
dan tanda-tanda marasmus-kwashiorkor merupakan gabungan
dari marasmus dan kwashiorkor.

Tabel Klasifikasi IMT Menurut WHO:


Klasifikasi IMT (kg/ m2)
Malnutrisi berat <16,0
Malnutrisi sedang 16,0 – 16,7
Berat badan kurang/ malnutrisi ringan 17,0 – 18,5
Berat badan normal 18,5 – 22,9
Berat badan kurang ≥ 23
Dengan resiko 23 – 24,9
Obes I 25 – 29,9
Obes II ≥ 30

2.5 Manifestasi Klinis Malnutrisi


1. Marasmus
a. Emasiasi (kurus),
b. Tinggi dan berat badannya kerdil
c. Tidak ada lemak subkutis, sehingga kulit (khususnya sisi dalam paha)
tergantung berlipat-lipat.
d. Tampak seperti orang tua (kakek sia)
e. Lethargic
f. Kulit berkeriput
g. Ubun-ubun cekung pada bayi
h. Turgor kulit jelek
i. Malaise
j. Apatis
k. Kelaparan

2
l. Golombang peristaltik mudah terlihat melalui dinding abdomen
yang tipis. (Sachrin, 1996), (Suriadi, 2001), dan (Sodikin, 2011).

2. Kwashiorkor
Gejala yang paling penting adalah pertumbuhan terganggu. Berat
dan tinggi badan kurang bila dibandingkan dengan anak sehat.
menegaskan bahwa tinggi badan dapat normal dapat juga tidak, karna hal
ini bergantung pada lamanya penyakit yang tengah berlangsung di
samping riwayat gizi di masa lalu. (Arisaman, 2007)
Rambut kering rapuh, tidak mengkilat, dan mudah dicabut denga
tidak menimbulkan rasa sakit. Rambut yang sebelumnya berombak
berubah menjadi lurus, sementara pigmen rambut berganti warna
menjadi coklat, merah, atau bahkan putih kekuningan. (sodikin, 2011).
Muka sembab, lethargic, edema, jaringan otot mengecil,
jaringan subkutan, tipis dan lembut, kulit kering dan bersisik, alopecia,
anorexia, tampak anemia.

2.6 Patofisiologi
Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat
banyak faktor. Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting
yaitu: tubuh sendiri (host), agent (kuman penyebab), environment
(lingkungan). Memang faktor diet (makanan) memegang peranan penting
tetapi faktor lain ikut menentukan
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha
untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau
energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein
dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan
kehidupan; karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh
sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan
karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi
kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam
dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di
hepar dan di ginjal. Selama puasa

2
jaringan lemak dipecah jadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot
dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi
kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan
mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira
kehilangan separuh dari tubuh. Pada Malnutrisi, di dalam tubuh sudah tidak
ada lagi cadangan makanan untuk digunakan sebagai sumber energi.
Sehingga tubuh akan mengalami defisiensi nutrisi yang sangat berlebihan
dan akan mengakibatkan kematian.
Orang yang kurang gizi sering sekali mengalami edema yang disebut
busung lapar. Sebab utama terjadinya edema adalah kadar albumin serum
yang rendah dan akan menyebabkan tekanan osmotic koloid dari darah
menurun. Hipokalemia juga menyebabkan volume sirkulasi darah yang
rendah, yang selanjutnya merangsang sistem RAAS (rennin-angiotensin,
aldosteron-system) dan menyebabkan retensi natrium dan air, meningkatkan
volume ekstraselulerdan menimbulkan edema.

2
2.7 Pathway
PENYEBAB PENYEBAB TIDAK
LANGSUNG LANGSUNG

Adanya Penyakit Kemiskinan Kurang Lingkungan


pendidikan kotor
Kurangnya
asupan Ex: penyakit
makanan Tidak mampu Kurangnya Oral hygene
infeksi membeli makanan pengetahuan buruk
sehat tentang makanan
Masuk ke dalam sehat
tubuh M.o mudah
masuk
Melalui Variasi makanan
sal.pencernaan sehat kurang Masuk ke
dalam tubuh
Masuk ke
Melalui
lambung
sal.pencernaan
Menginfeksi
lambung Masuk ke
lambung
Nafsu makan
menurun Menginfeksi
lambung

23 Nafsu makan
menurun
Tubuh Kekurangan Asupan
Makanan

Simpanan karbohidrat di Kemampuan Tubuh Setelah 25 jam


tubuh dipecah mnjadi menyimpan karbohidrat terjadi kekurangan
glukosa sebagai bahan sedikit
bakar karbohidrat

Katabolisme protein
Karbohidrat disimpan di
hati dan ginjal mnjd asam amino
menjadi karbohidrat

Otot menggunakan asam


Lemak diubah mnjd asam
lemak dan keton bodies
lemak gliserol dan keton
sbg sumber energi
bodies

Jika keadaan spt ini


berlangsung lama maka
tubuh tidak akan lagi
mpunyai cadangan
makanan

24
MALNUTRISI

Defisiensi Kalori Defisiensi Protein


dan Protein yang Kronis

MARASMUS KWASHIOKOR

Sistem Imun Kadar albumin menurun


Menurun
Tekanan osmotic
Frekuensi BAB Peristaltic usus Infeksi saluran Berisiko koloid darah menurun
meningkat meningkat pencernaan infeksi
volume sirkulasi darah rendah

Cadangan
Defisiensi
nutrisi dan Tidak merangsang sistem RAAS
dehidrasi Nutrisi
asam amino menghasilkan
semakin energi Retensi natrium dan air
MK: Defisit Nutrisi berkurang
MK: Hipovelemia
Lesu, lemah meningkatkan
volume ekstraseluler
MK: G3 Gangguan
kulit keriput, Edema
Tumbuh Kembang
turgor kulit MK: Gangguan MK: Intoleransi
buruk integritas kulit Aktivitas
Turgor kulit Edema
buruk tungkai
25
2.8 Faktor Risiko
Beberapa faktor resiko yang mempengaruhi nutrisi secara umum adalah:
1. Perkembangan
Orang dalam periode pertumbuhan yang cepat yaitu, pada masa bayi dan
masa remaja memiliki peningkatan kebutuhan nutrisi
2. Jenis kelamin
Kebutuhan nutrien pria dan wanita berbeda karena komposisi tubuh dan
fungsi reproduktifnya. Massa otot pria yang lebih besar mengindikasikan
semakin besar kebutuhan kalori dan proteinnya. Karena menstruasi,
wanita lebih banyak memerlukan zat besi daripada pria.
3. Etnis dan budaya
Etnis sering kali menentukan preferensi makanan. Makanan
tradisional (mis, nasi untuk orang Asia, pasta untuk orang Italia).
Preferensi makanan mungkin berbeda di antara individu dengan latar
belakang budaya yang sama, begitu pula secara umum antara individu
dengan latar belakang budaya berbeda.
4. Gaya hidup
Gaya hidup tertentu dihubungkan dengan perikalu yang terkait
dengan makanan. Orang yang selalu berada dalam kesibukan mungkin
membeli bahan makanan yang mudah disiapkan/diolah atau makanan
restoran. Perbedaan individual juga mempengaruhi pola gaya hidup (mis,
keterampilan memasak, perhatian tentang kesehatan).
5. Obat dan terapi
Efek obat-obatan terhadap nutrisi sangat bervariasi. Efeknya dapat
mengganggu selera makan, mengganggu persepsi rasa, atau mengganggu
absorbsi atau ekskresi nutrient
6. Kesehatan
Status kesehatan individual sangat mempengaruhi kebiasaan makan dan
status nutrisi. Misalnya masalah pada gigi, kesulitan menelan (disfagia),
proses penyakit dan pembedahan saluran GI dapat mempengaruhi
pencernaan, absorbsi, metabolisme, dan ekskresi nutrien esensial

2
7. Penyalahgunaan olkohol
Penyalahgunaan alkohol yang berlebihan berperan dalam defisiensi
nutrisi dalam banyak cara. Alkohol dapat menggantika makanan dalam
diet seseorang, dan alkohol dapat juga menekan selera makan
8. Faktor psikologis
Walaupun beberpaa orang makan secara berlebihan jika mereka
mengalami stress, depresi, atau kesepian, ornag yang lain makan sangat
sedikit dalam kondisi yang sama. Anoreksia dan penurunan BB dapat
mengindikasikan terjadinya stress atau depresi berat.
(Buku Ajar Praktik keperawatan Klinis Kozier Erb Oleh Audrey Berman,
Shirlee J. Snyder, Barbara Kozier & Glenora Erb).

2.9 Pencegahan
1) Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan.
Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai
pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih
setelah berumur 2 tahun.
2) Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara
kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan
komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang
dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
3) Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti
program Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan
standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.
4) Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa
ditanyakan kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus
diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
5) Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera
berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula.
Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber
kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak.
Berikan pula suplemen

2
mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali
membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi
bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum.
Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik
yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian
hari.

2.10 Pemeriksaan Diagnostik


 Pemeriksaan laboratorium: kadar gula darah, darah tepi lengkap,
feses lengkap, elektrolit serum, protein serum (albumin, globulin),
feritin. Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan
terutama jenis normositik normokrom karena adanya gangguan
sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sumsum tulang di
samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan,
kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan
kadar albumin serum yang menurun
 Pemeriksaan radiologi (dada, AP dan lateral) juga perlu dilakukan
untuk menemukan adanya kelainan pada paru.
 Tes mantoux
 EKG

3.9 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan pada penderita marasmus adalah pemberian diet
tinggi kalori dan tinggi protein serta mencegah kekambuhan. Penderita
marasmus tanpa komplikasi dapat berobat jalan asal diberi penyuluhan
mengenai pemberian makanan yang baik; sedangkan penderita yang
mengalami komplikasi serta dehidrasi, syok, asidosis dan lain-lain perlu
mendapat perawatan di rumah sakit.
Penatalaksanaan penderita yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa
tahap:
1. Tahap awal yaitu 24-48 jam per-tama merupakan masa kritis,
yaitu tindakan untuk menyelamat-kan jiwa, antara lain mengkoreksi
keadaan dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan intravena.

2
a. Cairan yang diberikan ialah larutan Darrow-Glucosa atau Ringer
Lactat
Dextrose 5%.
b. Cairan diberikan sebanyak 200 ml/kg BB/hari.
c. Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama.
d. Kemudian 140 ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.
2. Tahap kedua yaitu penyesuaian.
Sebagian besar penderita tidak memerlukan koreksi cairan dan
elektrolit, sehingga dapat langsung dimulai dengan penyesuaian terhadap
pemberian makanan. Penatalaksanaan kwashiorkor bervariasi tergantung
pada beratnya kondisi anak. Keadaan shock memerlukan tindakan
secepat mungkin dengan restorasi volume darah dan mengkontrol
tekanan darah. Pada tahap awal, kalori diberikan dalam bentuk
karbohidrat, gula sederhana, dan lemak. Protein diberikan setelah semua
sumber kalori lain telah dapat menberikan tambahan energi. Vitamin dan
mineral dapat juga diberikan. Dikarenan anak telah tidak mendapatkan
makanan dalam jangka waktu yang lama, memberikan makanan per
oral dapat menimbulkan masalah, khususnya apabila pemberian
makanan dengan densitas kalori yang tinggi. Makanan harus diberikan
secara bertahap/ perlahan. Banyak dari anak penderita malnutrisi
menjadi intoleran terhadap susu (lactose intolerance) dan diperlukan
untuk memberikan suplemen yang mengandung enzim lactase.

Secara singkat penatalaksanaan terapeutik untuk anak dengan


malnutrisi adalah:
1. Diet tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin
2. Pemberian terapi elektrolit
3. Penanganan diare bila ada cairan, antidiare, dan antibiotic.
3.10 Komplikasi
 Marasmus: infeksi, tuberculosis, parasitosis, disentri, malnutrisi
kronis, gangguan tumbuh kembang.
 Kwashiorkor: diare, infeksi, anemia, gangguan tumbuh
kembang, hipokalemia dan hipernatremia.

2
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomer
registrasi, diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan
pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada
tungkai, sering diare dan keluhan lain yang menunjukkan terjadinya
gangguan kekurangan gizi.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi
dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-
kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial,
psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji dalam
hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat
kekurangan protein dan kalori dalam waktu relatif lama).
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah
dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan
hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat
mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan
lain- lain.
5. Pengkajian Fisik
Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmik-Kwashiorkor adalah
pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan
atas dan tebal lipatan kulit). Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan
adalah: a. Penurunan ukuran antropometri
a) Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang
dan mudah dicabut).

3
b) Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi),
edema palpebra
b. Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi,
retraksi otot intercostal).
a) Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus
dapat meningkat bila terjadi diare.
c. Edema tungkai
Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement
dermatosis terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong,
fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat paha)
d. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama
jenis normositik normokrom karenaadanya gangguan sistem
eritropoesis akibat hipoplasia kronis sum-sum tulang di samping
karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati
dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin
serum yang menurun.
Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan
adanya kelainan pada paru.

3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang muncul yaitu:
1. Hipovolemia b.d kurang intake cairan
2. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekurangan volume cairan
4. Gangguan tumbuh dan kembang b.d efek ketidak mampuan fisik
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

3
3.3 Rencana Intervensi
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
SDKI SLKI SIKI
Kode D.0023 Kode L. 03028 Kode 1.0116
Hipovolemia b.d Kurang Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia
Intake Cairan tindakan keperawatan Observasi Observasi
3 kali dalam 24 jam di 1. Periksa tanda dan gejala 1. Mengecek tanda dan gejala hipovolemia
harapkan status cairan hipovolemia. penting untuk mengidentifikasi kondisi
membaik Kriteria Hasil 2. Monitor intake dan tersebut dengan lebih akurat
: output cairan 2. Monitoring intake dan output cairan penting
1. Membran mukosa dalam mengevaluasi keseimbangan cairan
lembab meningkat tubuh dan mengidentifikasi kemungkinan
2. Edema anasarka hipovolemia.
menurun
3. Edema perifer
menurun
4. Frekuensi nadi
membaik

32
5. Tekanan darah
membaik
6. Turgor kulit
membaik
7. Jugular venous
pressure membaik
8. Hemoglobin
membaik
9. Hematokrit
membaik
Terapeutik Terapeutik
1. Hitung kebutuhan cairan 1. Menghitung kebutuhan cairan merupakan langkah
2. Berikan asupan cairan penting dalam merencanakan asupan cairan yang
oral tepat untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Kebutuhan cairan seseorang dapat bervariasi
tergantung pada beberapa faktor, seperti usia,
berat badan, tingkat aktivitas, kondisi kesehatan,
dan lingkungan
2.

33
Edukasi Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak 1. Mengganti Cairan Yang Hilang,Memperbaiki
asupan cairan oral Hidrasi,Pemulihan Dari Penyakit
2. Anjurkan menghindari 2. Mengurangi Risiko Pingsan,Mencegah Jatuh,
perubahan posisi Menjaga Keseimbangan Tekanan Darah:
mendadak

Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. Ketika seorang anak mengalami gangguan
cairan IV isotonis (mis: hipovolemia, artinya tubuhnya kekurangan
NaCL, RL) volume darah yang cukup untuk menjalankan
2. Kolaborasi pemberian fungsi-fungsi yang penting. Pemberian cairan
cairan IV hipotonis (mis: pada anak dengan gangguan hipovolemia
glukosa 2,5%, NaCl sangat penting karena cairan dapat membantu
0,4%) mengatasi kekurangan volume darah dan
3. Kolaborasi pemberian memulihkan keseimbangan cairan tubuh
cairan koloid (albumin,
plasmanate)

34
4. Kolaborasi pemberian
produk darah

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


SDKI SLKI SIKI
Kode D.0019 Kode L. 03030 Kode 1.03119
Defisit Nutrisi b.d Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
ketidakmampuan mencerna tindakan Observasi Observasi
makanan keperawatan 3 kali 1. Identifikasi status nutrisi 1. Mengetahui status nutrisi pasien membantu
dalam 24 jam di 2. Identifikasi alergi dan perawat dalam merencanakan perawatan yang
harapkan status intoleransi makanan sesuai. Hipovolemia atau kekurangan volume
nutrisi membaik 3. Identifikasi makanan darah dapat mempengaruhi keseimbangan nutrisi
Kriteria Hasil : yang disukai pasien. Identifikasi status nutrisi seperti berat
1. Porsi makan 4. Identifikasi kebutuhan badan, persentase lemak tubuh, dan asupan nutrisi

yang kalori dan jenis nutrien sebelumnya membantu dalam menentukan

35
5. Identifikasi perlunya kebutuhan nutrisi saat ini dan merencanakan
penggunaan selang penggantian cairan dan nutrisi yang sesuai. Memaham
nasogastrik 2. alergi dan intoleransi makanan pasien penting untuk
6. Monitor asupan makanan mencegah reaksi alergi atau gejala intoleransi yang da
7. Monitor berat badan Monitor memperburuk kondisi pasien. Perawat perlu mengump
8. hasil informasi tentang alergi makanan yang diketahui atau
pemeriksaan laboratorium intoleransi yang dialami pasien dan menghindari
memberikan makanan yang dapat menyebabkan reaks
negatif

Terapeutik Terapeutik
1. Fasilitasi menentukan 1. Memenuhi kebutuhan nutrisi dan mencegah komplikas
pedoman diet (mis: piramida 2. Meningkatkan nafsu makan: Sajian makanan yang men
makanan) secara visual dapat merangsang nafsu makan pasien,M
2. Sajikan makanan secara mencapai kebutuhan nutrisi: Suhu yang sesuai saat me
menarik dan suhu yang sesuai makanan penting untuk memastikan bahwa makanan t

36
3. Berikan makanan tinggi dalam kondisi yang aman untuk dikonsumsi dan
serat untuk mencegah memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
konstipasi
4. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
5. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
6. Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasogastik jika asupan
oral dapat ditoleransi

Edukasi Edukasi
1. Ajarkan posisi duduk, jika 1. kenyamanan, pemulihan, dan mencegah
mampu komplikasi
2. Ajarkan diet yang 2. mengelola nutrisi mereka secara efektif, memenuhi
diprogramkan kebutuhan spesifik, mencegah komplikasi, dan
mempercepat pemulihan.

37
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. Dengan melakukan kolaborasi pemberian medikasi
medikasi sebelum makan sebelum makan, perawat dapat bekerja sama
(mis: Pereda nyeri, dengan tim medis untuk memastikan bahwa obat
antiemetik), jika perlu diberikan pada waktu yang tepat, mengoptimalkan
2. Kolaborasi dengan ahli absorpsi dan efektivitas obat, serta menghindari
gizi untuk menentukan interaksi obat-makanan yang merugikan
jumlah kalori dan jenis 2. Ahli gizi memiliki pengetahuan yang mendalam
nutrien yang dibutuhkan, tentang kebutuhan nutrisi manusia berdasarkan
jika perlu kondisi medis, usia, berat badan, dan faktor-faktor
lain yang relevan. Kolaborasi dengan ahli gizi
membantu memastikan bahwa pasien dengan
hipovolemia mendapatkan jumlah kalori yang
sesuai dan jenis nutrien yang diperlukan untuk
pemulihan mereka. Kebutuhan nutrisi yang tepat
membantu mempercepat pemulihan,
mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit, dan meminimalkan komplikasi.

38
39
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
SDKI SLKI SIKI
Kode D.0129 Kode L. 14125 Kode 1.01153
Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan Perawatan integritas
b.d kekurangan volume tindakan keperawatan 3 kulit
cairan kali dalam 24 jam di Observasi Observasi
harapkan status nutrisi 1. Identifikasi 1. Gangguan integritas kulit, seperti luka atau dekubitus,
membaik Kriteria Hasil penyebab gangguan dapat menjadi komplikasi yang serius. Identifikasi
: integritas kulit penyebab gangguan integritas kulit membantu
1. Kerusakan jaringan mengidentifikasi faktor risiko yang dapat
menurun menyebabkan terjadinya masalah tersebut. Dengan
2. Kerusakan lapisan mengetahui penyebabnya, langkah-langkah
kulit menurun pencegahan yang tepat dapat diambil untuk mencegah
terjadinya gangguan integritas kulit atau
meminimalkan risikonya.
Terapeutik Terapeutik
1. Ubah posisi setiap 2 1. Posisi tidur yang tidak berubah atau tirah baring yang
jam jika tirah baring lama dapat menyebabkan tekanan yang berlebihan
pada area tertentu pada tubuh, terutama di area yang

40
2. Lakukan pemijatan menopang tubuh seperti tulang belikat, tulang pinggul,
pada area tumit, dan area belakang kepala. Tekanan yang
penonjolan tulang, berlebihan ini dapat menyebabkan terjadinya
jika perlu dekubitus atau ulkus tekan yang dapat mengganggu
3. Bersihkan perineal integritas kulit. Dengan mengubah posisi secara teratur
dengan air hangat, setiap 2 jam, tekanan pada area tersebut dapat
terutama selama dikurangi, meminimalkan risiko terjadinya gangguan
periode diare integritas kuli
4. Gunakan produk
berbahan petroleum
atau minyak pada
kulit kering
5. Gunakan produk
berbahan
ringan/alami dan
hipoalergik pada
kulit sensitive
6. Hindari produk
berbahan dasar

41
alkohol pada kulit
kering

Edukasi Edukasi
1. Anjurkan 1. Penggunaan pelembab membantu menjaga
menggunakan kelembaban alami kulit dan mencegah kulit menjadi
pelembab (mis: kering dan pecah-pecah. Kelembaban yang cukup
lotion, serum) penting untuk memelihara integritas kulit dan
2. Anjurkan minum air memfasilitasi penyembuhan luka atau iritasi kulit,
yang cukup Melindungi kulit dari iritasi
3. Anjurkan
2. Agar tidak terjadi dehidrasi
meningkatkan
asupan nutrisi
4. Anjurkan
meningkatkan
asupan buah dan
sayur

42
5. Anjurkan
menghindari
terpapar suhu
ekstrim
6. Anjurkan
menggunakan tabir
surya SPF minimal
30 saat berada
diluar rumah
7. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya

43
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
SDKI SLKI SIKI
Kode D.0106 Kode L. 10101 Kode 1.10339
Gangguan tumbuh dan Setelah dilakukan tindakan Perawatan
kembang b.d efek ketidak keperawatan 3 kali dalam 24 Perkembangan
mampuan fisik jam di harapkan status Observasi Observasi
cairan membaik Kriteria 1. Identifikasi 1. Melalui identifikasi pencapaian tugas
Hasil : pencapaian tugas perkembangan anak, kita dapat mengenali dan
1. Keterampilan/perilaku perkembangan anak menghargai keunikan setiap anak serta
sesuai usia meningkat 2. Identifikasi isyarat memberikan dukungan yang tepat untuk
2. Kemampuan melakukan perilaku dan membantu mereka mencapai potensi dan
perawatan diri fisiologis yang perkembangan optimal.
meningkat ditunjukkan bayi 2. Melalui identifikasi isyarat perilaku dan
(mis: lapar, tidak fisiologis anak, kita dapat memahami dan
nyaman) merespons kebutuhan mereka dengan lebih
baik.

Terapeutik Terapeutik

44
1. Berikan sentuhan 1. Sentuhan gentle dapat membantu membangun
yang bersifat gentle koneksi emosional antara bayi prematur dan
dan tidak ragu-ragu orang yang merawatnya. Sentuhan lembut dan
2. Pertahankan penuh kasih sayang dapat memberikan rasa
kenyamanan anak nyaman, keamanan, dan kehangatan pada bayi
3. Fasilitasi anak prematur. Ini dapat membantu meningkatkan
melatih keterampilan ikatan emosional antara bayi dan orang yang
pemenuhan merawatnya, yang penting untuk
kebutuhan secara perkembangan sosial dan emosional mereka.
mandiri (mis: makan,
2. Memberikan kenyamanan pada anak penting
sikat gigi, cuci
untuk menjaga kesejahteraan fisik mereka. Ini
tangan, memakai
termasuk memastikan bahwa anak merasa
baju)
nyaman secara fisik dengan memastikan suhu
ruangan yang tepat, memberikan pakaian yang
sesuai, memberikan makanan dan minuman
yang cukup, serta memastikan kenyamanan
tidur dan istirahat yang memadai.

45
3. Melatih anak untuk memenuhi kebutuhan
mereka sendiri secara mandiri adalah langkah
penting dalam pengembangan kemandirian
mereka. Ini membantu mereka
mengembangkan kemampuan untuk merawat
diri sendiri dan menjadi lebih mandiri dalam
aktivitas sehari-hari, seperti makan,
berpakaian, membersihkan diri, atau
menggunakan toilet. Keterampilan ini akan
membantu anak menjadi lebih percaya diri dan
merasa lebih mampu mengatasi tantangan
sehari-hari di masa depan.

Edukasi Edukasi
1. Jelaskan orang tua 1. Jelaskan tentang milestone perkembangan
dan/atau pengasuh anak membantu orang tua dan/atau pengasuh
tentang milestone memahami apa yang diharapkan dalam
perkembangan anak perkembangan anak pada setiap tahap usia.
dan perilaku anak Mereka akan mengetahui apa yang dianggap

46
sebagai pencapaian perkembangan yang
normal dan apa yang harus mereka harapkan
dalam perilaku, kemampuan motorik, bahasa,
kognisi, dan sosial anak. Ini memungkinkan
mereka untuk mengamati anak dengan lebih
baik dan mengidentifikasi apakah ada
keterlambatan atau perkembangan yang tidak
wajar yang mungkin perlu perhatian lebih
lanjut.
Kolaborasi Klaborasi
1. Rujuk untuk 1. Ahli konseling memiliki pengetahuan,
konseling, jika perlu keterampilan, dan pengalaman dalam
membantu individu mengatasi tantangan
emosional, mental, dan perilaku. Dengan
merujuk individu untuk konseling, mereka
dapat mendapatkan dukungan profesional
yang tepat untuk memahami dan mengatasi
masalah yang mereka hadapi. Ahli konseling
dapat memberikan pemahaman yang

47
mendalam, teknik pengelolaan stres, strategi
pemecahan masalah, dan pendekatan
terapeutik yang sesuai dengan kebutuhan
individu.

48
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
SDKI SLKI SIKI
Kode D.0056 Kode L. 05047 Kode 1.05178
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Menajemen Energi
berhubungan dengan tindakan Observasi Observasi
kelemahan keperawatan 3 kali 1. Identifikasi gangguan 1. dengan mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang
dalam 24 jam di fungsi tubuh yang mungkin menjadi penyebab kelelahan, Anda dapat
harapkan aktivitas mengakibatkan membantu menentukan diagnosis yang lebih akurat.
meningkat dengan kelelahan Kelelahan dapat menjadi gejala dari berbagai kondisi
Kriteria Hasil : 2. Monitor kelelahan medis, seperti gangguan tidur, penyakit kronis,
1. Keluhan Lelah fisik dan emosional gangguan hormonal, gangguan tiroid, gangguan imun,
menurun atau gangguan metabolik. Dengan mengidentifikasi dan
2. Dispnea saat memahami penyebab yang mendasari, Anda dapat
aktivitas mengarahkan langkah-langkah penanganan yang tepat
menurun dan sesuai.
3. Dispnea setelah 2. Dengan memantau kelelahan fisik dan emosional, Anda
aktivitas dapat mengawasi kesejahteraan pribadi Anda secara
menurun keseluruhan. Ini memungkinkan Anda untuk mengenali
dan menghargai tanda-tanda kelelahan sebelum

49
4. Frekuensi nadi mencapai tingkat yang berbahaya atau mengganggu
membaik kehidupan sehari-hari. Dengan memantau kelelahan
secara teratur, Anda dapat mengambil tindakan
preventif untuk menjaga kesehatan fisik dan mental
Anda.
Terapeutik Terapeutik
1. Berikan aktivitas 1. Dedikasikan waktu sejenak untuk duduk tenang,
distraksi yang menenangkan pikiran, dan fokus pada pernapasan
menenangkan

Edukasi Edukasi
1. Anjurkan tirah baring 1. untuk pemulihan tubuh dan mengatasi kelelahan.

Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan 1. Ahli gizi memiliki pengetahuan mendalam tentang
ahli gizi tentang cara nutrisi dan kebutuhan makanan yang tepat. Mereka
meningkatkan asupan dapat mengevaluasi kebutuhan nutrisi individu dan
makanan memberikan saran yang spesifik sesuai dengan kondisi
kesehatan, usia, dan kebutuhan individu. Kolaborasi
dengan ahli gizi memastikan bahwa Anda mendapatkan

50
informasi yang akurat dan berbasis evidensiasi tentang
cara meningkatkan asupan makanan.

51
3.4 Implementasi
Pada tahap implementasi, lakukan semua intervensi keperawatan sesuai
dengan jadwal yang sudah direncanakan. Sesuaikan kondisi pasien dengan
tindakan yang akan dilakukan. Tindakan yang dilakukan harus seefektif
mungkin.

3.5 Evaluasi
1. Kekurangan volume cairan teratasi, ditandai dengan membrane
mukosa lembab, turgor kulit baik.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan
kriteria klien mampu menunjukkan peningkatan berat badan mencapai
tujuan dengan bilai laboratorium normal dan tidak mengalami malnutrisi.
3. Kerusakan integritas kulit teratasi ditandai dengan turgor kulit baik.
4. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan teratasi, asupan kalori dan
protein yang adekuat.
5. Intoleransi aktivitas teratasi, partisipasi pasien meningkat dalam
beraktivitas dan mandiri.

5
DAFTAR PUSTAKA

Sodikin. 2011. Asuhan keperawatan anak: gangguan sistem


gastrointestinaldan hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika.

Sibuea, Herdin. Dkk. 2005. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta:

EGC.

Suriady. Rita Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak (Ed. 1).
Jakarta: Fajar Interpratama.

Doenges, Marilyn E. dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPN

Anda mungkin juga menyukai