Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEBIJAKAN KESEHATAN NASIONAL

“MENERAPKAN PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT PADA


TATANAN PELAYANAN KESEHATAN”

Dosen Pembimbing:

Hj. Umi Kalsum, S.Pd.,M.Kes

Disusun Oleh:

Kelompok 8

1. Evie Herlinda : P07220221080

2. Fallentina Bengan : P07220221081

3. Magdalena Yupitasari : P07220221092

4. Marselinus Febriadi : P07220221097

5. Nova Karlina : P07220221113

6. Prasetiawan : P07220221114

PROGRAM ALIH JENJANG SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALTIM
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat Nya penyusun
masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul “Menerapkan Pembinaan Gizi Masyarakat Pada Tatanan
Pelayanan Kesehatan” ini disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa dari mata kuliah
Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Kardiopulmonal diprogram studi sarjana
terapan keperawatan.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan
makalah ini dimasa akan datang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan
untuk menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan pembaca.

Kutai Barat, Oktober 2021

Kelompok 8
DAFTAR ISI
Halaman Judul.............................................................................................................
Kata Pengantar.............................................................................................................
Daftar Isi.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................................
C. Tujuan.............................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI........................................................................................
A. Pengertian Gizi..........................................................................................................
B. Fungsi dari Gizi..............................................................................................
C.  Gizi dalam Kesehatan Masyarakat................................................................
D. Definisi Satatus Gizi.......................................................................................
E. Indikator Status Gizi.......................................................................................
F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Seseorang.............................
G. Akibat yang Ditimbulkan karena Gizi Salah (Malnutrisi).............................
H. Pencegahan Masalah Gizi...............................................................................
I. Masalah Gizi di Indonesia ...............................................................................
J. Program Perbaikan Gizi dan Kesehatan Masa Depan......................................
BAB III PENUTUP......................................................................................................
A. Kesimpulan.....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Status gizi merupakan ekspresi dari keseimbangan dalam bentuk variable tertentu
atau indicator baik buruk nya penyedian makanan sehari-hari. Status gizi yang baik
diperlukan untuk mempertahankan derajat kesehatan dan membantu pertumbuhan bagi anak.
(Irianto 2007)

Berbagai masalah kesehatan sering dijumpai dikalangan anak prasekolah/tk,


diantaranya kurang nya pertumbuhan fisik secara optimal. Salah satu factor yang sangat
menentukan yaitu factor gizi. Kurang gizi pada masa ini akan mengakibatkan terganggunya
pertumbuhan badan,mental,kecerdasan dan mudah terserang penyakit infeksi. Disamping itu
jugan ditemukan juga masalah pada anak yang disebabkan oleh gizi lebih,yang dapat
mengakibatkan kegemukan dan anak beresiko menderita penyakit degenerative seperti
penyakit hiprtensi,penyakit jantung dan lain-lain. (Santoso,2009)

Gizi baik merupakan fondasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas
karena berkaitan erat dengan peningkatan kapasitas belajar, kemampuan kognitif dan
intelektualitas seseorang. Gizi baik juga merupakan penanda keberhasilan pembangunan dan
terpenuhinya hak azasi manusia terhadap pangan dan kesehatan. Perbaikan gizi masyarakat
merupakan sarana untuk memutus rantai kemiskinan melalui meningkatkan pertumbuhan
ekonomi sehingga berdampak pada kesejahteraan di tingkat masyarakat, keluarga dan individu.

Masalah gizi di Indonesia meliputi masalah kekurangan gizi dan kelebihan gizi.
Masalah kekurangan gizi yang mendapat banyak perhatian akhir-akhir ini adalah masalah
kurang gizi kronis dalam bentuk anak pendek atau “stunting”, kurang gizi akut dalam bentuk
anak kurus atau “wasting”. Kemiskinan dan rendahnya pendidikan dipandang sebagai akar
penyebab kekurangan gizi. Masalah kegemukan terkait dengan berbagai penyakit tidak
menular (PTM), seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes, stroke dan kanker paru-paru
dianggap masalah negara maju dan kaya, bukan masalah negara berkembang dan miskin.
Kenyataan menunjukkan bahwa kedua masalah gizi tersebut saat ini juga terjadi di negara
berkembang. Dengan demikian negara berkembang dan miskin saat ini mempunyai beban
ganda akibat kedua masalah gizi tersebut.
Hasil Riskesdas menunjukkan bahwa 30.8% balita Indonesia mengalami stunting
dan sekitar 10.2% balita mengalami gizi kurang (wasting). Anak-anak yang mengalami
masalah gizi tersebut memiliki risiko 11.6 kali lebih tinggi untuk mengalami kematian
dibanding anak-anak yang memiliki status gizi baik. Pun jika anak-anak dengan masalah
gizi tersbut mampu bertahan tetapi akan berisiko untuk mengalami masalah
pertumbuhan, perkembangan dan masalah kesehatan lainnya di sepanjang tahap
kehidupannya.

Selain itu, masalah kekurangan zat gizi mikro masih mendominasi permasalah gizi
di Indonesia yang ditunjukkan dengan semakin meningkatnya prevalensi anemia pada
ibu hamil dari 37.1% pada tahun 2013 menjadi 48.9% pada tahun 2018. Ibu hamil yang
mengalami anemia berisiko tinggi untuk melahirkan bayi premature, bayi dengna berat
lahir rendah juga mengalami perdarahan pada saat melahirkan bahkan dapt
mengakibatkan kematian. Sementara disisi lain, masalah gizi lebih dan obesitas pada
usia dewasa juga meningkat secara signifikan dari 15% di tahun 2013 menjadi 22% di
tahun 2018 (Riskesdas, 2018)
Remaja adalah adalah periode sensitif kedua untuk pertumbuhan fisik yang
cukup pesat. Pada fase ini juga terjadi perubahan psikososial dan emosional yang cukup
mendalam serta tercapainya kapasitas intektual dan kemampuan kognitif.
Kelompok usia remaja sangat rentan untuk mengalami masalah gizi kurang
maupun gizi lebih. Diperkirakan hampir sepertiga remaja puteri Indonesia akan
memasuki fase kehamilan dalam keadaan kurang gizi atau sebagai ibu hamil berisiko
tinggi karena kelebihan berat badan (oeverweight). Riskesdas 2018 melaporkan bahwa
overweight pada kelompok umur 16 – 18 tahun meningkat cukup tajam dari 1.4% tahun
2010 menjadi 7.3% tahun 2013.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Gizi ?
2. Apa Saja Fungsi dari Gizi ?
3. Bagaimana Gizi dalam Kesehatan Masyarakat ?
4. Apa Definisi Satatus Gizi?
5. Apa saja Indikator Status Gizi
6. Apa Saja Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Seseorang
7. Apa Akibat yang Ditimbulkan karena Gizi Salah (Malnutrisi)
8. Bagaimana Pencegahan Masalah Gizi
9. Apa Saja Masalah Gizi di Indonesia
10. Apa Program Perbaikan Gizi dan Kesehatan Masa Depan ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum

Dapat menambah pengetahuan mahasiswa mengenai Menerapkan Gizi


Masyarakat Pada Tatanan Pelayanan Kesehatan.

2. Tujuan Khusus

Tujuan Khusus dari pembuatan makalah ini adalah :

a) Mahasiswa mampu menngetahu dan menerapkan cara peningkatan status gizi


masyarakat

b) Mahasiswa mampu mengetahui pencegahan masalah gizi


c) Mahasiswa mampu mengetahui masalah - masalah gizi di Indonesia
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Gizi
Secara etimologi, kata “gizi” berasal dari bahasa Arab “ghidza”, yang berarti
“makanan”. Menurut dialek Mesir, “ghidza” dibaca “ghizi”.
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan
dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Gizi adalah proses makhluk hidup menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses digesti (penyerapan), absorpsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan.

B. Fungsi dari Gizi


Gizi memiliki beberapa fungsi yang berperan dalam kesehatan tubuh makhluk hidup,
yaitu:
1. Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan/perkembangan serta mengganti jaringan
tubuh yang rusak
2. Memperoleh energi guna melakukan kegiatan sehari-hari
3. Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air, mineral dan cairan
tubuh yang lain
4. Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit (protein).
Tak satu pun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang mampu membuat
seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Oleh karena itu, setiap orang
perlu mengkonsumsi anekaragam makanan; kecuali bayi umur 0-4 bulan yang cukup
mengkonsumsi Air Susu Ibu (ASI) saja. Bagi bayi 0-4 bulan, ASI adalah satu-satunya
makanan tunggal yang penting dalam proses tumbuh kembang dirinya secara wajar dan
sehat.
Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan
yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan
tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa disebut triguna
makanan yaitu, makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur.
Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis
makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi makan makanan
yang beraneka ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat
pembangun dan zat pengatur.
Makanan sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,
kentang, sagu, roti dan mi. Minyak, margarin dan santan yang mengandung lemak juga dapat
menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga menunjang aktivitas sehari-hari.
Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati adalah
kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah telur, ikan, ayam,
daging, susu serta hasil olahan, seperti keju. Zat pembangun berperan sangat penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang.
Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan
ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya
fungsi organ-organ tubuh.

C.  Gizi dalam Kesehatan Masyarakat


Terkait erat dengan ”gisi kesehatan masyarakat” adalah ”kesehatan gizi masyarakat,”
yang mengacu pada cabang populasi terfokus kesehatan masyarakat yang memantau diet,
status gizi dan kesehatan, dan program pangan dan gizi, dan memberikan peran
kepemimpinan dalam menerapkan publik kesehatan prinsip-prinsip untuk kegiatan yang
mengarah pada promosi kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pengembangan
kebijakan dan perubahan lingkungan.
Definisi Gizi kesehatan masyarakat merupakan penyulingan kompetensi untuk gizi
kesehatan masyarakat yang disarankan oleh para pemimpin nasional dan internasional
dilapangan.
Gizi istilah dalam kesehatan masyarakat mengacu pada gizi sebagai komponen dari
cabang kesehatan masyarakat , ”gizi dan kesehatan masyarakat” berkonotasi koeksistensi
gizi dan kesehatan masyarakat, dan gizi masyarakat mengacu pada cabang kesehatan
masyarakat yang berfokus pada promosi kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat
dengan menyediakan layanan berkualitas dan program-program berbasis masyarakat yang
disesuaikan dengan kebutuhan yang unik dari komunitas yang berbeda dan populasi. Gizi
masyarakat meliputi program promosi kesehatan, inisiatif kebijakan dan legislatif,
pencegahan primer dan sekunder, dan kesehatan di seluruh rentang hidup.

D. Definisi Satatus Gizi


Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu
atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan indikator baik-buruknya penyediaan
makanan sehari-hari. Adapun definisi lain menurut Suyatno, Ir. Mkes, Status gizi yaitu
Keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan (“intake”) zat gizi
dan jumlah yang dibutuhkan (“requirement”) oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis:
(pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya). Status
gizi yang baik diperlukan untuk mempertahankan derajat kebugaran dan kesehatan,
membantu pertumbuhan bagi anak, serta menunjang pembinaan prestasi olahragawan. Status
gizi ini menjadi penting karena merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya kesakitan
atau kematian. Status gizi yang baik pada seseorang akan berkontribusi terhadap
kesehatannya dan juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan kesehatan. Status gizi
juga dibutuhkan untuk mengetahui ada atau tidaknya malnutrisi pada individu maupun
masyarakat. Dengan demikian, status gizi dapat dibedakan menjadi gizi kurang, gizi baik,
dan gizi lebih.

E. Indikator Status Gizi


Indikator status gizi yaitu tanda-tanda yang dapat memberikan gambaran tentang
keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh. Indikator status gizi
umumnya secara langsung dapat terlihat dari kondisi fisik atau kondisi luar seseorang.
Contoh: pertumbuhan fisik → ukuran tubuh → antropometri (berat badan, tinggi
badan, dan lainnya).

F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Seseorang


1.  Faktor Lingkungan
Lingkungan yang buruk seperti air minum yang tidak bersih, tidak adanya saluran
penampung air limbah, tidak menggunakan kloset yang baik, juga kepadatan penduduk
yang tinggi dapat menyebabkan penyebaran kuman pathogen. Lingkungan yang
mempunyai iklim tertentu berhubungan dengan jenis tumbuhan yang dapat hidup sehingga
berhubungan produksi tanaman.
2.   Faktor Ekonomi
Di banyak negara yang secara ekonomis kurang berkembang, sebagian besar
penduduknya berukuran lebih pendek karena gizi yang tidak mencukupi dan pada umunya
masyarakat yang berpenghasilan rendah mempunyai ukuran badan yang lebih kecil.
Masalah gizi di negara-negara miskin yang berhubungan dengan pangan adalah
mengenai kuantitas dan kualitas. Kuantitas menunjukkan penyediaan pangan yang tidak
mencukupi kebutuhan energi bagi tubuh. Kualitas berhubungan dengan kebutuhan tubuh
akan zat gizi khusus yang diperlukan untuk petumbuhan, perbaikan jaringan, dan
pemeliharaan tubuh dengan segala fungsinya.
3.  Faktor Sosial-Budaya
Sifat yang diwariskan memegang kunci bagi ukuran akhir yang dapat dicapai oleh
anak. Keadaan gizi sebagian besar menentukan kesanggupan untuk mencapai ukuran yang
ditentukan oleh pewarisan sifat tersebut. Di negara-negara berkembang memperlihatkan
perbaikan gizi pada tahun-tahun terakhir mengakibatkan perubahan tinggi badan yang
jelas.
4. Faktor Biologis atau Keturunan
Sifat yang diwariskan memegang kunci bagi ukuran akhir yang dapat dicapai oleh
anak. Keadaan gizi sebagian besar menentukan kesanggupan untuk mencapai ukuran yang
ditentukan oleh pewarisan sifat tersebut. Di negara-negara berkembang memperlihatkan
perbaikan gizi pada tahun-tahun terakhir mengakibatkan perubahan tinggi badan yang
jelas.

G.  Akibat yang Ditimbulkan karena Gizi Salah (Malnutrisi)


Gizi salah berpengaruh negatif terhadap perkembangan mental, perkembangan fisik,
produktivitas, dan kesanggupan kerja manusia. Gizi salah yang diderita pada masa periode
dalam kandungan dan periode anak-anak, menghambat kecerdasan anak. Anak yang
menderita gizi salah tingkat berat mempunyai otak yang lebih kecil daripada ukuran otak
rata-rata dan mempunyai sel otak yang kapasitasnya 15%-20% lebih rendah dibandingkan
dengan anak yang bergizi baik. Studi di beberapa negara menunjukkan bahwa anak yang
pernah menderita gizi salah, hasil tes mentalnya kurang bila dibandingkan dengan hasil tes
mental anak lain yang bergizi baik. Anak yang menderita gizi salah mengalami kelelahan
mental serta fisik, dan dengan demikian mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi di dalam
kelas, dan seringkali ia tersisihkan dari kehidupan sekitarnya.
Anak yang berasal dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi rendah telah diteliti
memiliki persentase di bawah ukuran normal bagi tinggi dan berat badan anak sehat.
Sedangkan hubungan antara zat gizi dan produktivitas kerja telah dikenal baik sejak satu
abad yang lalu oleh orang-orang yang mempunyai budak belian yang melihat bahwa gizilah
berarti penurunan nilai modal. Produktivitas pekerja yang disiksa atau mendapat tekanan
akan memberikan hasil yang lebih rendah bila dibandingkan dengan keadaan yang diurus
dengan baik, dalam artian diberikan makanan yang bergizi cukup baik.
Gizi salah merupakan sebab-sebab penting yang berhubungan dengan tingginya angka
kematian di antara orang dewasa meskipun tidak begitu mencolok bila dibandingkan dengan
angka kematian di antara anak-anak yang masih muda. Dampak relatif yang ditimbulkan
oleh gizi salah ialah melemahkan daya tahan tehadap penyakit yang biasanya tidak
mematikan dan perbaikan gizi adalah suatu faktor utama yang membantu meningkatkan daya
tahan terhadap penyakit. Status gizi juga berhubungan langsung dengan lamanya waktu yang
diperlukan untuk penyembuhan setelah menderita infeksi, luka, dan operasi yang berat.

H. Pencegahan Masalah Gizi


Direktorat Gizi Masyarakat sebagai unit teknis di Kementerian Kesehatan memiliki
tanggung jawab untuk menyusun program gizi yang generik dan teknis terkait intervensi
gizi spesifik yang menyasar langsung kelompok sasaran prioritas yaitu kelompok 1000
hari pertama kehidupan, mulai dari ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan baduta ditambah
kelompok remaja terutama remaja puteri. Program gizi yang telah dilakukan dalam
kurun 5 (lima) tahun terakhir ( 2015 - 2019 ) meliputi kegiatan yang sudah terbukti
efektif memiliki daya ungkit terhadap perbaikan gizi masyarakat terutama pencegahan
stunting, yaitu:
1. Pemberian Tablet Tambah Darah untuk Remaja Putri
2. Pemberian Tablet Tambah Darah untuk Ibu Hamil
3. Pemberian Makanan Tambahan untuk Ibu Hamil KEK
4. Promosi/Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (IMD, ASI EKkslusif,
MP- ASI dan Menyusui sampai usia 2 tahun atau lebih)
5. Pemberian Vitamin A untuk bayi dan Balita

6. Pemantauan Pertumbuhan
7. Pemberian Makanan Tambahan untuk Balita Gizi Kurang
8. Manajement Terpadu Balita Gizi Buruk

I. Masalah Gizi di Indonesia


Hasil Riskesdas menunjukkan bahwa 30.8% balita Indonesia mengalami stunting
dan sekitar 10.2% balita mengalami gizi kurang (wasting). Anak-anak yang mengalami
masalah gizi tersebut memiliki risiko 11.6 kali lebih tinggi untuk mengalami kematian
dibanding anak-anak yang memiliki status gizi baik. Pun jika anak-anak dengan masalah
gizi tersbut mampu bertahan tetapi akan berisiko untuk mengalami masalah
pertumbuhan, perkembangan dan masalah kesehatan lainnya di sepanjang tahap
kehidupannya.

Selain itu, masalah kekurangan zat gizi mikro masih mendominasi permasalah gizi
di Indonesia yang ditunjukkan dengan semakin meningkatnya prevalensi anemia pada
ibu hamil dari 37.1% pada tahun 2013 menjadi 48.9% pada tahun 2018. Ibu hamil yang
mengalami anemia berisiko tinggi untuk melahirkan bayi premature, bayi dengna berat
lahir rendah juga mengalami perdarahan pada saat melahirkan bahkan dapt
mengakibatkan kematian. Sementara disisi lain, masalah gizi lebih dan obesitas pada
usia dewasa juga meningkat secara signifikan dari 15% di tahun 2013 menjadi 22% di
tahun 2018 (Riskesdas, 2018)
Remaja adalah adalah periode sensitif kedua untuk pertumbuhan fisik yang cukup
pesat. Pada fase ini juga terjadi perubahan psikososial dan emosional yang cukup
mendalam serta tercapainya kapasitas intektual dan kemampuan kognitif.
Kelompok usia remaja sangat rentan untuk mengalami masalah gizi kurang
maupun gizi lebih. Diperkirakan hampir sepertiga remaja puteri Indonesia akan
memasuki fase kehamilan dalam keadaan kurang gizi atau sebagai ibu hamil berisiko
tinggi karena kelebihan berat badan (oeverweight). Riskesdas 2018 melaporkan bahwa
overweight pada kelompok umur 16 – 18 tahun meningkat cukup tajam dari 1.4% tahun
2010 menjadi 7.3% tahun 2013.
Terdapat 3 faktor penyebab tidak langsung terjadinya masalah beban ganda gizi di Indonesia
(double burden of malnutrition):
1. asupan/konsumsi makanan yang tidak adekuat. Hampir setengah dari masyarakat
Indonesia (45.7%) menkonsumsi energi kurang dari 70% dari Angka Kecukupan Gizi
(AKG) yang dianjurkan, dan sekitar 36.1% masyarakat mengkonsumsi protein
kurang dari 80% AKG.
2. terkait dengan pola penyakit, akses ke fasilitas pelayanan kesehatan, akses air bersih
dan sanitasi. Prevalensi penyakit menular masih cukup tinggi dan sangat terkait
dengan masalah gizi, terutama gizi kurang. Penyakit tidak menular meningkat
sebagai akibat dari naiknya prevalensi obesitas yang menambah beban sistem
pelayanan kesehatan.
3. tidak adekuatnya praktik Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA),
kurangnya asupan makanan bergizi pada ibu hamil dan menyusui, serta pola asuh
yang kurang baik.
Jadi, dapat disimpulkan ada 3 Jenis Masalah Gizi di Indonesia :
1. Gizi Kurang / Buruk
Gizi kurang dan gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang
kekurangan nutrisi, atau nutrisinya dibawah rata-rata. Gizi kurang adalah
kekurangan bahan-bahan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak, dan vitamin
yang dibutuhkan oleh tubuh (Krisnansari, 2010). Cara menilai status gizi dapat
dilakukan dengan pengukuran antropometri, klinik, biokimia dan biofisik.
Pengukuran antropometri dapat dilakukan dengan beberapa macam pengukuran
yaitu pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan sebagainya.
Dari beberapa pengukuran tersebut, pengukuran Berat Badan (BB) sesuai
Tinggi Badan (TB) merupakan salah satu pengukuran antropometri yang baik
dengan mengadopsi acuan Harvard dan World Health Organization–National Center
For Health Statistics (Yetty Nency, et al., 2005).
2. Stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat dari kekurangan gizi
kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi
dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting
baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita pendek (stunted) dan sangat pendek
(severely stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U)
menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre
Growth Reference Study) 2006. Sedangkan definisi stunting menurut Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai zscorenya kurang dari
-2SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari – 3SD (severely stunted).
3. Gizi Berlebih
Gizi lebih adalah keadaan gizi yang melampaui batas normal dalam waktu yang
cukup lama dan dapat dilihat dari berat badan yang berlebih. Kegemukan dan obesitas
termasuk ke dalam gizi lebih. Dampak masalah gizi lebih tampak dengan semakin
meningkatnya penyakit degeneratif, seperti jantung koroner, diabetes mellitus (DM),
hipertensi, dan penyakit hati.
Status gizi lebih merupakan keadaan tubuh seseorang yang mengalami kelebihan
berat badan, yang terjadi karena kelebihan jumlah asupan energi yang disimpan dalam
bentuk cadangan berupa lemak. Ada yang menyebutkan bahwa masalah gizi lebih
identik dengan kegemukan. Kegemukan dapat menimbulkan dampak yang sangat
berbahaya yaitu dengan munculnya penyakit degeneratif, seperti diabetes mellitus,
penyakit jantung koroner, hipertensi, gangguan ginjal dan masih banyak lagi.

J. Program Perbaikan Gizi dan Kesehatan Masa Depan


Rencana aksi Gizi Kemenkes 2020 - 2024 :
a) Arah dan Kebijakan Pembinaan Gizi Masyarakat RPJMN 2020 - 2024
Komitmen pemerintah untuk upaya pembinaan gizi masyarakat sangat
tinggi yang tercermin dengan menetapkan stunting dan wasting sebagai sasaran
utama pembangunan kesehatan dalam RPJMN 2020 – 2024. Hal tersebut
didukung dengan ditetapkannya arah pembinaan gizi masyarakat untuk
pencegahan dan penanggulangan permasalah beban gizi ganda yang mencakup:
1. percepatan penurunan stunting dengan peningkatan efektivitas intervensi
spesifik, perluasan dan penajaman intervensi sensitif secara terintegrasi;
2. peningkatan intervensi yang bersifat life saving dengan didukung data yang
kuat (evidence based policy) termasuk fortifikasi dan pemberian multiple
micronutrient;
3. penguatan advokasi, komunikasi sosial dan perubahan perilaku hidup sehat
terutama mendorong pemenuhan gizi seimbang berbasis konsumsi pangan
(food based approach);
4. penguatan sistem surveilans gizi;
5. peningkatan komitmen dan pendampingan bagi daerah dalam intervensi
perbaikan gizi dengan strategi sesuai kondisi setempat; dan respon cepat
perbaikan gizi dalam kondisi darurat.

b) Rencana Strategi KEMENKES 2020 - 2024

Kementerian Kesehatan melalui Rencana Strategis Kementerian tahun 2020 –


2024 berkomitmen untuk mendukung pencapaian target perbaikan gizi yang
tercantum daam RPJMN 2020 - 2024 yaitu menurunkan prevalensi stunting dan
wasting pada balita masing-masing menjadi 14% dan 7% pada tahun 2024, maka
Salah satu tujuan Kementerian Kesehatan tahun 2020- 2024 yang tercantum dalam
peta strateginya adalah ‘Peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui
pendekatan siklus hidup’. Tujuan ini harus didukung melalui program generik dan
teknis yang tercantum di dalam sasaran strategisnya.

c) Sasaran Strategi Pembinaan Gizi Masyarakat

Tujuan pembinaan gizi masyarakat adalah meningkatkan cakupan


kualitas pelayanan kesehatan dan gizi terpadu untuk mengatasi
masalah kekurangan dan kelebihan gizi atau beban gizi ganda (double
burden of malnutrition). Pendekatan yang dilakukan untuk
melaksanakan kegiatan tersebut adalah pendekatan siklus hidup yang
mencakup ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita, remaja, orang dewasa
dan lansia.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka disusun sasaran
strategis sebagai berikut:
1. Meningkatkan status gizi wanita usia subur usia 15 – 49 tahun, termasuk ibu
hamil dan ibu menyusui
2. Meningkatkan status gizi bayi dan balita
3. Mengatasi permasalahan kekurangan zat gizi mikro
4. Meningkatkan akses terhadap pelayanan manajemen terpadu tata laksana gizi
buruk
5. Meningkatkan kapasitas fasyankes dan tenaga kesehatan untuk pelayanan gizi
yang berkualitas
6. Meningkatkan kesadaran gizi masyakarat melalui pendidikan gizi, kampanye
dan komunikasi perubahan perilaku
7. Meningkatkan respon cepat penanganan gizi pada situasi bencana
8. Meningkatkan sistem monitoring, evaluasi dan surveilans
9. Menguatkan penyusunan regulasi dan kebijakan gizi dengan dukungan bukti-
bukti ilmiah terkini (evidence-based decision making)
10. Meningkatkan advokasi, koordinasi dan kerja sama dengan lintas program dan
sektor terkait

d) Indikator Kinerja

Untuk mengukur tingkat keberhasilan dari implementasi strategi


opeasional pembinaan gizi masyarakat maka ditetapkan indikator kinerja
program (IKP) dan indikator kinerja kegiatan (IKK) pembinaan gizi
masyarakat yang sebagai berikut:

Indikator Kinerja Program (IKP) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)


2020 2021 2022 2023 2024
1
Persentase ibu hamil Kurang 16 14.5 13 11.5 10
Energi Kronik (KEK)
2 Persentase Kabupaten/kota 51 70 80 100 100
yang Melaksanakan
Surveilans Gizi
3 Persentase Puskesmas 10 20 30 45 60
Mampu Tatalaksana Gizi
4 Cakupan
Buruk Ibu Nifas
pada Balita 70 73 76 79 82
Target 4 Mendapat Kapsul Vitamin A
Persentase bayi usia kurang 40 45 50 55 60
dari 6 bulan mendapat ASI
5 Persentase Bayi dengan
Eksklusif 5,4 4,6 3,8 3 2,5
Berat Badan Lahir Rendah
Capaian Indikator Kinerja
(berat badan < 2500 Kegiatan
gram) Pembinaan Gizi Masyarakat Tahun 2020-2024

NO
6 Cakupan INDIKATOR
Bayi Baru Lahir 54 58 TARGET
62 66 70
Mendapat Inisiasi Menyusu 2020 2021 2022 2023 2024
1 Persentase Ibu Hamil 45 42 39 36 33
Dini (IMD)
Anemia
7 Cakupan Bayi Usia 6 Bulan 35 40 45 50 55
2 Cakupan Ibu Hamil yang 80 81 82 83 84
Mendapat ASI Eksklusif
Mendapat Tablet Tambah
8 Darah (TTD)
Cakupan Minimal
Balita 90
6-59 bulan 86 87 88 89 90
Tablet Selama
mendapat MasaVitamin A
Kapsul
Kehamilan
9 Cakupan Balita Gizi Kurang 85 85 85 85 85
3 Mendapat
Cakupan Ibu Hamil Kurang
Makanan 80 80 80 80 80
Energi Kronik
Tambahan (KEK) yang
Mendapat Makanan
10 Cakupan
TambahanKasus Balita Gizi 80 84 86 88 90
Buruk mendapat Perawatan 24,1 21,1 18,4 16 14

11 Jumlah balita yg 90,000 140,000 190,000 240,000 290,000


mendapatkan suplementasi
gizi mikro

12 Cakupan Balita yang di 60 70 75 80 85


Timbang Berat Badannya
(D/S)

13 Cakupan Balita memiliki 60 70 75 80 85


Buku Kesehatan Ibu Anak
(KIA)/Kartu Menuju Sehat
(KMS) (K/S)

14 Cakupan Balita ditimbang 80 82 84 86 88


yang Naik Berat Badannya
(N/D)

15 Prevalensi berat badan 16 15 14 13 12


kurang (Berat badan kurang
dan sangat kurang) pada
balita
16 Prevalensi Stunting
(pendek dan sangat
pendek) pada balita
17 Prevalensi Wasting (Gizi 8,1 7,8 7,5 7,3 7
Kurang dan Gizi Buruk)
pada balita

18 Cakupan Remaja Putri 50 52 54 56 58


mendapat Tablet Tambah
Darah (TTD)

19 Cakupan Rumah Tangga 82 84 86 88 90


Mengonsumsi Garam
Beriodium

e) Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat Tahun 2020 - 2024

Kegiatan pembinaan gizi masyarakat tahun 2020 - 2024, terbagi ke dalam pokok
kegiatan yaitu:

1. Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK) Pembinaan Gizi Masyarakat

Kegiatan penyusunan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK)


bertujuan untuk menyediakan aturan atau ketentuan yang dipakai sebagai
tatanan, acuan yang dipakai sebagai patokan; metode atau tata cara, serta
ukuran yang dipergunakan menjadi dasar dalam melaksanakan suatu
kegiatan.

2. Pelatihan dan Pendidikan


Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku
serta keterampilan praktis dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pengelola
program dan petugas kesehatan, khususnya petugas gizi, pada kegiatan
pembinaan gizi masyarakat. Pelaksanaan kegiatan ini diselenggarakan sesuai
dengan kebijakan, pedoman atau modul yang dikeluarkan oleh Kementerian
Kesehatan.
Lingkup kegiatan sumber daya manusia kesehatan yang ditingkatkan
kapasitasnya meliputi sosialisasi, orientasi dan pelatihan.
3. Sarana Bidang Kesehatan
Kegiatan ini bertujuan untuk memenuhi sarana dan prasarana gizi yang
dibutuhkan oleh masyarakat.
4. Bantuan Masyarakat
Kegiatan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya
kelompok tertentu terhadap suplementasi gizi, seperti balita kurus, ibu hamil
KEK, anak sekolah dasar serta dalam kondisi darurat bencana.
5. Fasilitasi dan Pembinaan Pemerintah Daerah
Kegiatan bimbingan teknis dan evaluasi bertujuan untuk memantau dan
mengevaluasi pelaksanaan NSPK gizi di daerah, sebagai dasar
penyempurnaan NSPK gizi. Selain itu pelaksanaan bimbingan teknis adalah
untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dan dihadapi sehingga
penyelesaiannya dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Lokasi pelaksanaan kegiatan ini meliputi
tingkat provinsi, kabupaten/kota, puskesmas hingga posyandu
6. Pemantauan Masyarakat dan Kelompok Masyarakat

Kegiatan surveilans gizi untuk memantau secara terus menerus


perkembangan masalah gizi dan pencapaian pelaksanaan kegiatan
pembinaan gizi. Kegiatannya meliputi: pengumpulan data, pengolahan dan
analisis data dan desiminasi informasi serta melakukan tindak lanjut
(respon).
7. Dukungan Layanan Manajemen
Dukungan layanan manajemen diperlukan untuk memfasilitasi dan
memperlancar proses, yang dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi program pembinaan gizi masyarakat.
8. Koordinasi, advokasi dan sosialisasi yang mendukung percepatan
penurunan stunting dan peningkatan gizi masyarakat
Kegiatan advokasi, sosialisasi, koordinasi dan penguatan program gizi
bertujuan untuk penyebaran informasi, penyamaan persepsi,
memperolehkesepakatan bersama, serta memperoleh dukungan terhadap
upaya pemecahan masalah gizi demi kelancaran implementasi program gizi
yang dilaksanakan di tingkat pusat sampai tingkat masyarakat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi.
Definisi Gizi kesehatan masyarakat merupakan penyulingan kompetensi
untuk gizi kesehatan masyarakat yang disarankan oleh para pemimpin nasional
dan internasional dilapangan.
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk
variabel tertentu atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan indikator
baik-buruknya penyediaan makanan sehari-hari. Indikator status gizi yaitu tanda-
tanda yang dapat memberikan gambaran tentang keadaan keseimbangan antara
asupan dan kebutuhan zat gizi oleh tubuh.
Beberapa faktor yang memengaruhi status gizi seseorang yaitu faktor
lingkungan, faktor ekonomi, faktor sosial-budaya, faktor biologis/keturunan, dan
faktor religi.
Akibat yang ditimbulkan karena gizi salah (malnutrisi) akan berpengaruh
negatif terhadap perkembangan mental, perkembangan fisik, produktivitas, dan
kesanggupan kerja manusia. Tiga Masalah Gizi di Indonesia yaitu Gizi Kurang /
Buruk, Stunitng, dan Gizi Berlebih
Program Perbaikan Gizi Masyarakat yaitu dengan melakukan pembinaan
kegiatan Gizi kepada Masyarakat.

B. Saran

Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga
penulis mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari pembaca sehingga
makalah ini bisa mendekati kata sempurna. Opini dari para pembaca sangat
berarti bagi kami guna evaluasi untuk menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Gizi Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian


Kesehatan,2020, Rencana Aksi Kegiatan Direktorat Gizi Masyarakat Tahun 2020-
2025
Djauhari Thontowi NS, 2017, Jurnal Gizi dan 1000 HPK,Vol 13, 123 -131
Suharsa, Hari .,Sahnaz, ( 2016 ), Jurnal Lingkar Widyaswara, Status Gizi Lebih dan
Faktor-faktor lain yang Berhubungan pada Siswa Sekolah Dasar Islam Tirtayasa, 3
(1), 54-76, https://Aljen%20Blok%202/kkn/tugas%20kelompok/jurnal%20gizi
%20lebih.pdf
http://jurnal.fk.unand.ac.id
http://www.academia.edu/4311779/Konsep_Ilmu_Kesehatan_Masyarakat
http://ph.fk.ugm.ac.id/index.php?mod=pendidikan&sub=gk&act=view&typ=html

Anda mungkin juga menyukai