Anda di halaman 1dari 18

A.

PENGKAJIAN GIZI KLIEN

1. Balita
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau
lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H, 2006).
Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah istilah umum bagi
anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak
masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti
mandi, buang air dan makan.
Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun
kemampuan lain masih terbatas. Masa balita merupakan periode penting dalam proses
tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi
penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya.
Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak
akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan.

2. Overweight
Overweight dan obesitas merupakan dua hal yang berbeda. Overweight adalah
berat badan yang melebihi berat badan normal, sedangkan obesitas adalah
kelebihan akumulasi lemak dalam tubuh. Tetapi karena lemak tubuh sulit untuk
diukur, berat badan tubuh yang berlebihan dianggap akumulasi lemak (CDC,
2010).
Kelebihan berat badan pada anak dapat terjadi karena adanya masukan energi
yang lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran energi. Kelebihan energi
tersebut kemudian disimpan dalam bentuk lemak. Walaupun dalam masa
pertumbuhan tubuh memerlukan kalori yang lebih banyak, tetapi apabila adanya
masukan kalori secara berlebihan dan terus menerus akan mengakibatkan
akumulasi jaringan adiposa yang berlebihan.
Penentuan kelebihan berat badan pada orang dewasa berbeda dengan
penentuan kelebihan berat badan pada anak. Pada orang dewasa dapat ditentukan
berdasarkan hitungan Indeks Masa Tubuh (IMT) yaitu berat badan (kg) dibagi
dengan tinggi badan kuadrat (m2 ). Dikatakan overweight apabila hasil
perhitungan IMT antara 25-29,9 dan obesitas apabila hasil IMT antara 30-39,9.
Sedangkan pada anak, dilakukan perhitungan IMT terlebih dahulu kemudian
diproyeksikan ke dalam kurva z-score WHO IMT untuk usia 5-19 tahun.
Dikatakan overweight apabila hasil z-score antara +1SD dan +2SD sedangkan
obesitas apabila hasil zscore di atas +2SD (WHO, 2007).

Tabel 1
Kebutuhan Gizi Balita Normal Berdasarkan Usia, Panjang Badan, Tinggi Badan
serta Berat Badan Menurut AKG 2013
TB/PB BB Energi Protein Lemak
Umur KH (gr)
(cm) (cm) (kkal) (gr) (gr)
0-66 Bln 61 6 550 12 34 58
7-11 Bln 71 9 725 18 36 82
1-3 Thn 91 13 1125 26 44 155
4-5 Thn 112 19 1600 35 62 220

B. TUJUAN UMUM
Adapun tujuan umum dari konseling gizi balita overweight adalah untuk
mengetahui gambaran mengenai balita yang mengalami status gizi overweight.

C. TUJUAN KHUSUS
1. Menjelaskan perngertian balita overweight
2. Mengetahui tanda dan gejala balita yang mengalami overweight
3. Mengetahui penyebab balita overweight
4. Mengetahui faktor yang mempengaruhi balita overweight
5. Mengetahui dampak balita overweight
6. Mengetahui cara bagaimana mencegah balita overweight

D. SASARAN
Sasaran dari perencanaan konseling gizi adalah balita usia 0-5 tahun yang
mengalami overweight.

E. MATERI
1. Balita
Pengertian Balita Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas
satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun
(Muaris.H, 2006). Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah
istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun).
Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan
kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara
dan berjalan sudah bertambah baik.
Namun kemampuan lain masih terbatas. Masa balita merupakan periode penting
dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa
itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode
selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung
cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau
masa keemasan.

2. Karakteristik Balita
Menurut karakteristik, balita terbagi dalam dua kategori yaitu anak usia 1 – 3
tahun (batita) dan anak usia prasekolah (Uripi, 2004). Anak usia 1-3 tahun
merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang
disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia pra-
sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Namun perut
yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya
dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang usianya lebih besar. Oleh karena
itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.
Pada usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat
memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul dengan
lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga anak mengalami beberapa
perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan mencapai fase gemar
memprotes sehingga mereka akan mengatakan “tidak” terhadap setiap ajakan.
Pada masa ini berat badan anak cenderung mengalami penurunan, akibat dari
aktivitas yang mulai banyak dan pemilihan maupun penolakan terhadap makanan.
Diperkirakan pula bahwa anak perempuan relative lebih banyak mengalami
gangguan status gizi bila dibandingkan dengan anak laki-laki (BPS, 1999).

3. Overweight
Overweight dan obesitas merupakan dua hal yang berbeda, namun keduanya
sama-sama menunjukkan adanya penumpukan lemak yang berlebihan dalam tubuh
yang ditandai dengan peningkatan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) di atas normal
(Misnadierly, 2007). Overweight dan obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan
yang menunjukkan terjadinya ketidakseimbangan antara tinggi badan dan berat
badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan
yang melampaui ukuran ideal (Sumanto, 2009).
4. Tanda dan Gejala Balita Mengalami Overweight
Pada dasarnya balita akan terlihat lebih gemuk dan lebih besar daripada balita
lain seusianya. Meski begitu, penyebaran lemak tubuh bisa berbeda-beda di setiap
anak. Terlebih, bisa saja balita memang memiliki postur badan yang tinggi besar
secara genetik.
Cara pasti untuk memastikan apakah balita mengalami gejala overweight
adalah dengan rutin memeriksakan anak ke dokter atau Puskesmas untuk
memantau tinggi dan berat badannya sesuai grafik tumbuh kembangnya di
KMS. Jika grafik sudah mengikuti garis hijau artinya anak Anda memiliki berat
badan normal, tapi jika berada di atas garis hijau artinya anak memiliki berat
badan berlebih.

5. Faktor Penyebab Balita Mengalami Overweight


1. Genetik
Genetik alias keturunan adalah salah satu komponen terbesar yang bisa
memicu overweight..Dalam penelitian yang dipublikasikan di Journal of Clinical
Investigastion diketahui bahwa orang yang membawa gen FTO biasanya
cenderung banyak makan makanan berlemak dan tinggi gula. Selain itu orang
dengan gen tersebut juga biasanya membutuhkan waktu lebih lama untuk merasa
kenyang.hal tersebutlah yang menyebabkan orang dengan gen FTO lebih mungkin
untuk mengalami overweight.
Meski begitu bukan berarti overweight sepenuhnya ditentukan oleh
genentik. Pasalnya, apa yang Anda konsumsi juga memiliki efek besar pada gen
yang dapat memicu obesitasSebaliknya, jika Anda memiliki gen obesitas, tapi
Anda secara teratur menerapkan pola hidup sehat dengan memerhatikan asupan
makanan serta rajin olahraga, maka risiko Anda terkena obesitas pun akan
menurun.
2. Junk food
Umumnya anak dan remaja merupakan golongan yang sering memakan junk
food. Seorang ahli menyatakan bahwa terlalu banyak memakan junk food merupakan
salah satu faktor yang mengkontribusi terjadinya obesitas pada anak. Orang tua
biasanya mengenali kebanyakan junk food seperti permen, biscuit, donat, sereal, es
krim, soda, dan minuman buah, namun biasanya orangtua tak terlalu
memperhatikannya.
Sebagai tambahan, junk food tidak hanya makanan yang mengandung banyak
gula, tetapi juga yang mengandung tinggi garam, atau tinggi kalori yang tidak
mengandung nilai kalori seperti serat, vitamin dan mineral. Juga perlu diingat bahwa
junk food bisa mengandung banyak kalori yang berasal dari gula atau lemak. Contoh
junk food selain permen dan snack antara lain : hamburger daging, hamburger keju,
tacos, roti lapis ayam, kentang goreng, nugget, nachos, keripik kentang, pizza.

3. Malas gerak
Dengan adanya televisi, komputer, video game, ponsel, dan perangkat
kenyamanan modern lainnya, dapat memperdaya anak-anak untuk tidak melakukan
aktivitas fisik seperti bermain diluar rumah.kurangnya aktivitas fisik dapat
menyebabkan perlambatan metabolisme dalam tubuh. Semakin sedikit aktivitas fisik
semakin sedikit pula kalori yang dikeluarkan. Akibatnya, kalori akan lebih banyak
menumpuk di dalam tubuh. Bahkan tak hanya soal kalori saja. Aktivitas fisik yang
minum juga memengaruhi kinerja hormon insulin dalam tubuh. Jika kadar insulin
dalam tubuh tidak stabil, maka erat kaitannya dengan penambahan berat badan.

4. Tidak cukup tidur


Penelitian telah menemukan bahwa jika tidak cukup tidur, dapat berisiko dua
kali lipat untuk mengalami kelebihan berat badan. Risiko ini berlaku untuk orang
dewasa dan anak-anak. Hal ini berdasarkan penelitian dilakukan di Warwick Medical
School di University of Warwick.
6. Dampak Balita Overweight
1. Komplikasi kesehatan

Pada umumnya komplikasi kesehatan akibat obesitas pada anak erat kaitannya
dengan perkembangan penyakit degeneratif, di antaranya:

 Gejala prediabetes. Kondisi ini menyebabkan tubuh anak tidak dapat mencerna
glukosa secara optimal dan meningkatkan kadar glukosa di dalam darah. Jika
kondisi ini terus berlangsung maka pada saat usia remaja anak tersebut dapat
menderita diabetes mellitus.
 Sindrom metabolik. Sindrom metabolik merupakan kumpulan gejala
perkembangan penyakit degeneratif seperti tingginya tekanan darah, tingginya
kadar kolesterol “jahat” atau LDL (low density lipoprotein) dan rendahnya
kolesterol “baik” atau HDL (high density lipoprotein) dan penumpukan lemak di
sekitar perut anak.
 Gejala asma. Anak yang mengalami obesitas lebih berisiko mengalami asma.
Menurut para peneliti, salah satu yang menyebabkan hal ini adalah obesitas dapat
menyebabkan inflamasi pada sistem kardiovaskuler di mana jaringan lemak di
sekitar pembuluh darah paru-paru menyebabkan paru lebih sensitif terhadap
rangsangan udara dari luar dan menyebabkan gejala asma.
 Gangguan tidur. Dikenal juga dengan sleep apnea yang merupakan gangguan
pernapasan yang terhenti untuk sesaat akibat penimbunan lemak pada anak yang
mengalami obesitas.
 Hepatic steatosis. Kondisi liver berlemak atau yang dikenal juga sebagai fatty liver
disease merupakan penyebab penumpukan lemak di tubuh dan di dalam pembuluh
darah. Meskipun tidak menimbulkan gejala yang serius di waktu muda namun
dapat menimbulkan kerusakan liver.
 Pubertas lebih awal. Merupakan gejala yang lebih banyak dialami oleh perempuan
karena ditandai dengan menstruasi dini. Hal ini merupakan tanda
ketidakseimbangan hormonal yang nantinya dapat menimbulkan masalah
kesehatan perempuan setelah dewasa.

2. Gangguan pertumbuhan musculoskeletal

Berat badan yang berlebihan akan mengganggu pertumbuhan tulang, sendi,


dan otot pada anak. Pada masa anak-anak, tulang dan sendi sedang mengalami
pertumbuhan sehingga belum memiliki bentuk dan kekuatan yang optimal, apabila
seorang anak mengalami berat badan berlebih maka akan merusak area pertumbuhan
tulang dan dapat mencederai tulang.

Berikut beberapa gangguan kesehatan tulang yang berisiko dialami oleh anak
dengan obesitas:

 Slipped capital femoral epiphysis (SCFE). Merupakan kondisi tulang paha (femur)
yang mundur ke belakang akibat area pertumbuhan tulang tidak dapat menahan berat
badan. Pada kasus yang serius kaki yang mengalami gangguan ini tidak dapat
menahan berat badan sedikit pun.
 Penyakit Blount. Gangguan ini ditandai dengan kaki yang bengkok akibat perubahan
hormon dan tekanan yang terlalu berat pada kaki yang sedang mengalami
pertumbuhan sehingga mengalami kecacatan.
 Patah tulang. Anak yang mengalami obesitas berisiko mengalami patah tulang akibat
berat badan berlebih dan tulang yang tidak terlalu kuat akibat jarang beraktivitas fisik.
 Flat feet. Adalah istilah untuk menggambarkan kondisi kaki yang mudah lelah
sehingga tidak berjalan dengan jarak yang jauh.
 Gangguan koordinasi. Anak yang mengalami obesitas cenderung sulit untuk
menggerakan anggota tubuh dan memiliki kemampuan keseimbangan tubuh yang
buruk seperti tidak dapat melompat dan berdiri dengan satu kaki.

3. Masalah dalam interaksi sosial


Anak yang mengalami obesitas cenderung mendapat stigma dan kurang
diterima di lingkungan sosial seusianya. Mereka juga cenderung mengalami
pandangan negatif, diskriminasi, hingga perilaku bully oleh teman-temannya karena
kondisi badan mereka. Anak yang obesitas juga cenderung terpinggirkan dalam
permainan yang membutuhkan kekuatan fisik, karena mereka bergerak cenderung
lambat dibandingkan anak lain seusianya.

Kondisi sosial yang buruk seperti ini juga berpotensi mendorong mereka
untuk menarik diri dari lingkungan dan lebih memilih untuk tinggal di rumah.
Dengan jumlah teman yang lebih sedikit maka akan lebih sedikit aktivitas di luar
rumah dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk aktivitas sendetari sehingga
mengurangi waktu mereka untuk beraktivitas fisik.

4. Gangguan psikologis

Gangguan psikologis dari anak dengan obesitas merupakan hasil dari stigma dan
diskriminasi sosial, diantaranya:

 Minder – merupakan kecenderungan merasa rendah diri bahkan kehilangan rasa


percaya diri akibat body image yang dimiliki.
 Masalah perilaku dan gangguan belajar – anak yang overweight cenderung memiliki
kemampuan berinteraksi dan memiliki kecemasan dan cenderung menarik diri di
lingkungan sosial, misalnya lingkungan sekolah. Hal ini dapat berdampak kepada
kemampuan akademik di sekolah.
 Depresi – disebabkan oleh akumulasi dari masalah psikologis yang dipicu oleh
interaksi sosial. Tidak hanya menarik diri, anak yang mengalami depresi akan
kehilangan semangat dalam beraktivitas. Masalah depresi pada anak sama beratnya
dengan depresi pada orang dewasa.
7. Pencegahan Overweight
Pencegahan dilakukan melalui pendekatan kepada balita serta orang-orang
yang ada disekitarnya. Untuk mempromosikan gaya hidup sehat meliputi pola dan
prilaku makan serta aktivitas fisik. Strategi pendekatan dilakukan pada semua anak
baik yang beresiko menjadi kegemukan maupun tidak.
Usaha pencegahan dimulai dari lingkungan keluarga,masyarakat dan
fasilitas pelayanan kesehatan. Tujuan pencegahan ini adalah terjadinya perubahan
pola dan prilaku makan meliputi meningkatkan kebiasaan konsumsi buah dan
sayur,mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis, mengurangi konsumsi
makanan tinggi energy dan lemak, mengurangi konsumsi junk food, serta
peningkatan aktivitas fisik dan mengurangi sedentary life style.

POLA HIDUP SEHAT CEGAH KEGEMUKAN ( Overweight )


 Konsumsi buah dan sayur ≥5 porsi per hari
 Membatasi menonton tv,bermain computer,game/playstation <2 jam/hari
 Tidak menyediakan TV dikamar anak
 Mengurangi makanan dan minuman manis
 Mengurangi makanan berlemak dan gorengan
 Kurangi makan diluar
 Biasakan makan pagi dan membawa makanan bekal ke sekolah
 Biasakan makan bersama keluarga minimal 1x sehari
 Makanlah makanan sesuai dengan waktunya
 Tingkatkan aktivitas fisik minimal 1 jam/hari
 Melibatkan keluarga untuk perbaikan gaya hidup untuk pencegahan gizi
lebih
 Target penurunan BB yang sehat.
8. Kebutuhan Gizi Balita
Air susu ibu (ASI) adalah satu-satunya makanan yang mengandung semua zat
gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi 0-6 bulan. ASI eksklusif tanpa
ditambah cairan atau makanan lain merupakan makanan pertama dalam kehidupan
manusia yang bergizi seimbang. Namun sesudah usia 6 bulan kebutuhan gizi bayi
meningkat dan harus ditambah bahan makanan lain sehingga ASI tidak lagi bergizi
seimbang. Sampai usia 2 tahun merupakan masa kritis dan termasuk dalam periode
window of opportunity. Pada periode kehidupan ini sel- sel otak tumbuh sangat cepat
sehingga saat usia 2 tahun pertumbuhan otak sudah mencapai lebih 80% dan masa
kritis bagi pembentukan kecerdasan. Oleh karena itu jika pada usia ini kekurangan
gizi maka perkembangan otak dan kecerdasan terhambat dan tidak dapat diperbaiki.
Pola makan bergizi seimbang sangat diperlukan dalam bentuk pemberian ASI dan
MP-ASI yang benar.
Ketika memasuki usia 1 tahun, laju pertumbuhan mulai melambat tetapi
perkembangan motorik meningkat, anak mulai mengeksplorasi lingkungan sekitar
dengan cara berjalan kesana kemari, lompat, lari dan sebagainya. Namun pada usia
ini anak juga mulai sering mengalami gangguan kesehatan dan rentan terhadap
penyakit infeksi seperti ISPA dan diare sehingga anak butuh zat gizi tinggi dan gizi
seimbang agar tumbuh kembangnya optimal. Sementara ketika masuk usia 3 tahun,
anak mulai bersifat ingin mandiri dan dalam memilih makanan sudah bersikap
sebagai konsumen aktif dimana anak sudah dapat memilih dan menetukan makanan
yan ingin dikonsumsinya. Pada rentang usia 3- 5 tahun kerap terjadi anak menolak
makanan yang tidak disukai dan hanya memilih makanan yang disukai sehingga perlu
diperkenalkan kepada mereka beranekaragam makanan.
Saat ini banyak ditemukan anak yang terlalu gemuk sekaligus kurus, sekitar
14% balita di Indonesia kurus (6% nya sangat kurus) dan sekitar 12% gemuk.
Aktivitas bermain yang meningkat dan mungkin mulai masuk sekolah membuat anak
menunda waktu makan, bahkan orang tua yang tidak memperhatikan bisa saja
membuat anak minta makan menjelang tidur saat ia terlalu lelah beraktivitas seharian
dan baru lapar ketika malam. Pada usia ini anak juga mulai banyak bermain dengan
teman-temannya sehingga mudah tertular penyakit sehingga perlu ditanamkan
kebiasaan makan beragam dan bergizi serta pola hidup bersih.
1. Makanan untuk usia 6-12 bulan
a. Usia 6 bulan.
Pada usia ini sudah diberikan makanan tambahan pendamping ASI (MP-ASI).
Hal ini sudah boleh dilakukan karena bayi sudah mempunyai reflek mengunyah
dengan pencernaaan yang lebih kuat. Makanan tambahan diberikan dalam bentuk
lumat dan rendah serat, misalnya pisang yang dilumatkan, sari jeruk, labu, papaya
dan biscuit yang dilumatkan dengan susu. Pola pemberian dilakukan secara bertahap
sebanyak 2 sendok makan per waktu makan dan diberikan 2 kali sehari. aKenalkan
setiap jenis makanan 2-3 hari baru lanjutkan mengenalkan jenis makanan yang lain.
b. Usia 7 bulan.
Pada usia 7 bulan mulai dikenalkan bubur tim saring dengan campuran
sayuran dan protein hewani-nabati. Sehingga pola menunya terdiri dari buah lumat,
bubur susu dan tim saring.
c. Usia 8 bulan.
Mulai usia 8 bulan sudah bisa diberi tim cincang untuk membantu
merangsang pertumbuhan gigi, meskipun belum tumbuh gigi, bayi dapat mengunyah
dengan gusi. Untuk meningkatkan kandungan gizi, makanan pada usia ini dapat
ditambah minyak. Minyak akan menambah kalori dan meningkatkan penyerapan
vitamin A dan zat gizi lain.
d. Usia 9 bulan.
Secara bertahap mulai dikenalkan makanan yang lebih kental dan berikan
makanan selingan 1 kali sehari. Makanan selingan berupa: bubur kacang hijau,
pudding susu, biscuit susu.
e. Usia 10 bulan.
Kepadatan makanan ditingkatkan mendekati makanan keluarga, mulai dari
tim lunak sampai akhirnya nasi pada usia 12 bulan. Apa yang harus diperhatikan
dalam pemberian MP-ASI?
- Buatlah makanan dari bahan segar yang bebas pestisida dan pengawet.
- Jangan menggunakan MSG, untuk menggantinya dapat digunkan keju atau
kaldu.
- Kenalkan gula dan garam saat usia 12 bulan.
- Variasikan sehingga anak tidak bosan sehingga kelak anak terhindar dari
kesulitan makan di usia berikutnya.
- Jika membeli makanan bayi dalam kemasan: perhatikan tanggal kadaluarsa.

2. Makanan anak usia 1-5 tahun


Pada usia ini anak sudah harus makan seperti pola makan keluarga, yaitu:
sarapan, makan siang, makan malam dan 2 kali selingan. Porsi makan pada usia ini
setengah dari porsi orang dewasa. Memasuki usia 1 tahun pertumbuhan mulai lambat
dan permasalahan mulai sulit makan muncul. Sementara itu aktivitas mulai
bertambah dengan bermain sehingga makan dapat dilakukan sambil bermain. Namun
selanjutnya akan lebih baik kalau makan dilakukan bersama seluruh anggota keluarga
dengan mengajarkannya duduk bersama di meja makan. Beberapa hal yang harus
diperhaikan dalam pemberian makan anak usia 1-5 tahun:
- Selalu variasikan makanan yang diberikan meliputi makanan pokok, lauk
pauk, sayuran dan buah. Usahakan protein yang diberikan juga berganti sehingga
semua zat gizi terpenuhi. 8
- Variasikan cara mengolah sehingga semua bahan makanan dapat masuk,
misalnya anak tidak mau makanbayam maka bayam dapat dibuat dalam telur dadar.
- Berikan air putih setiap kali habis makan.
- Hindari memberikan makanan selingan mendekati jam makan utama.
- Ketika masuk usia 2 tahun jelaskan manfaat makanan yang harus dimakan
sehingga dapat mengurangi rasa tidak sukanya.
F. METODE
Metode yang digunakan dalam konsultasi gizi pada balita overweight adalah
1. Diskusi adalah suatu proses yang teratur dengan melibatkan sekelompok orang
dalam interaksi tatap muka yang informaldengan berbagai pengalaman atau
informasipengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah.
2. Tanya jawab adalah adalah suatu cara penyampaian pelajaran oleh konselor
dengan jalan mengajukan pertanyaan dan pasien menjawab.
G. MEDIA
Media yang digunakan dalam konsultasi gizi pada balita overweight adalah
Leaflet.
DAFTAR PUSTAKA

https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/tanda-anak-obesitas/
http://gizi.depkes.go.id/gaya-baru-konseling-gizi-yang-efektif
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/42494/Chapter%20II.pdf;js
essionid=77319142642BFAB45F0C989430F2D9A2?sequence=4
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132048525/pengabdian/gizi-seimbang-dan-
makanan-sehat-untuk-anak-usia-dini.pdf
http://repository.ump.ac.id/3662/4/Ibnu%20Budi%20Sayoga%20BAB%20II.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/116/jtptunimus-gdl-muksing2a2-5767-2-
babii.pdf

Anda mungkin juga menyukai