KELOMPOK 6
FKM UNAND
apa itu KEP...???
1. Hasil Riskesdas (2013) menunjukkan besaran masalah gizi di Indonesia seperti
masalah KEP yaitu gizi kurang, pendek dan kurus dimana prevalensi gizi kurang
terjadi peningkatan sebesar 18,4% pada tahun 2007 menjadi 19,6% pada tahun 2013
2. begitu juga halnya dengan prevalensi pendek pada anak balita sebesar 36,8% pada
tahun 2007 meningkat menjadi 37,3% pada tahun 2013
3. tetapi untuk prevalensi kurus terjadi penurunan dimana pada tahun 2007 sebesar
13,6% menjadi 12,1% pada tahun 2013.
4. Selain status gizi sebagai salah satu faktor besaran masalah gizi di Indonesia, faktor
kunjungan anak balita untuk menimbang secara rutin ke posyandu juga akan
berpengaruh terhadap besaran masalah gizi di Indonesia
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak
tampak kurus. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar
dapat dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor atau marasmur
kwashiokor.Tanpa mengukur/melihat BB bila disertai oudema yang
bukan karena penyakit lain adalah KEP berat/gizi buruk tipe
kwashiorkor.
Epidemilogi gangguan pertumbuhan atau kurang gizi pada anak balita selalu
berhubungan erat dengan keterbelakangan dalam pembangunan social
ekonomi. Kekurangan gizi tidak terjadi secara acak dan tidak terdistribusi
secara merata ditingkat masyarakat, tetapi kekurangan gizi sangat erat
hubungannya dengan sindroma kemiskinan. (Gopalan, C. 1987).
FAKTOR YG
SANITASI
MEMPENGARUHI PENDIDIKAN
LINGKUNGAN
KEP BALITA...
PEKERJAAN
Pemantapan UPGK dengan: meningkatkan upaya pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan balita melalui kelompok dan dasa wisma.
Penanganan khusus KEP berat secara lintas program dan lintas sektoral.
Pengembangan sistem rujukan pelayanan gizi di Posyandu dalam rehabilitasi gizi terutama
di daerah miskin.
Peningkatan gerakan sadar pangan dan gizi melalui KIE yang berkesinambungan.
Penanggulangan KEK (Kurang Energi Kronik) pada ibu hamil didasarkan hasil penilaian
dengan alat ukur LILA (Lingkar Lengan Atas).
Balita
Ibu