Oleh :
Fraktur radius distal merupakan salah satu fraktur yang sering dijumpai. Sejak dulu fraktur pada
regio ini memiliki sebutan khas, yakni fraktur dengan pergeseran ke arah dorsal (fraktur Colles),
fraktur dengan pergeseran ke arah volar (fraktur Smith), fraktur radius disertai dislokasi sendi
radiokarpal (fraktur Barton), fraktur styloid radial (fraktur Chauffeur) dan fraktur intraartikular.
Fraktur Colles paling sering terjadi di antara fraktur tersebut, umumnya pada wanita lansia
akibat osteoporosis. Fraktur ini disebabkan oleh trauma, sering kali akibat jatuh. Mekanisme
trauma dan besaran energi trauma mempengaruhi keparahan fraktur.[1,2]
Fraktur Radius Distal.
Sumber: Ashish j29 dari Wikimedia Commons, 2010
Diagnosis fraktur radius distal dilakukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan radiologis X-ray.
Penatalaksanaan fraktur radius distal meliputi reduksi dan rehabilitasi. Reduksi dapat dilakukan
secara tertutup (reduksi tertutup dan imobilisasi dengan gips), pinning perkutan, atau reduksi
terbuka dan fiksasi internal/ORIF dengan volar locking plate. Rehabilitasi dibagi dalam tiga fase,
yaitu periode pembidaian, mobilisasi, dan penguatan.
Normalnya inklinasi radial (sudut yang dibentuk oleh bagian distal os radius terhadap terhadap
bidang anteroposterior) sebesar 23 derajat, volar tilt sebesar 11 derajat, dan radial height sebesar
12 mm. [1,3] Fraktur akan mengakibatkan perubahan sudut-sudut tersebut. Deviasi dari sudut
normal yang timbul akibat fraktur radius distal akan mengganggu pergerakan sendi radiokarpal.
Fraktur Colles
Fraktur ini sering terjadi ketika seseorang terjatuh lalu berusaha menopang tubuh dengan posisi
pergelangan tangan ekstensi menumpu lantai. Akibat jatuh pada sisi volar, timbul fraktur
transversal dengan pergeseran fragmen distal ke arah dorsal, angulasi radial serta pemendekan.
Energi trauma biasanya rendah sehingga fraktur ini sering kali dialami oleh lansia terutama
wanita terkait osteoporosis postmenopause.
Global
Fraktur radius distal merupakan 18% fraktur yang dialami oleh lansia dan 25% fraktur yang
dialami anak-anak. Insidensi fraktur ini cukup tinggi, sebesar 195,2/100.000 penduduk per tahun.
Fraktur Colles sering dialami pada lansia dan wanita.[
Anamnesis
Hal yang perlu ditanyakan saat anamnesis pada kasus fraktur radius distal adalah sebagai berikut:
Mekanisme trauma
Onset kejadian
Gejala berupa nyeri pada pergelangan tangan, bengkak, keterbatasan rentang gerak,
deformitas
Pemeriksaan Fisik
Sebagaimana fraktur pada umumnya, dapat ditemukan luka terbuka, edema, deformitas,
keterbatasan rentang gerak, nyeri pergelangan tangan saat digerakkan maupun nyeri tekan lokal.
Nyeri tekan anatomical snuffbox dapat mengindikasikan cedera skafoid.[1,2]
Beberapa fraktur memberikan gambaran khas sebagai berikut:
Fraktur Colles
Tampak “dinner fork deformity”.[2]Deformitas ini ditandai dengan penonjolan pada bagian
belakang pergelangan tangan.
Fraktur Smith
Fraktur ini ditandai dengan pergeseran fragmen distal dan menonjol ke arah anterior. Tampak
berkebalikan dari fraktur Colles.
Deformitas “garden-spade”[1]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding fraktur radius distal:
Cedera ligamen[11,12]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi diperlukan untuk menilai fraktur. Beberapa pemeriksaan radiologi yang
dapat dilakukan adalah sebagaimana berikut.
Rontgen
Prinsip utama penilaian fraktur radius distal adalah lokasi fraktur, fraktur simpel atau kominutif,
ditemukan pergeseran atau tidak, ada/tidaknya subluksasi atau dislokasi sendi radioulnar, adanya
cedera jaringan sekitar fraktur, dan gambaran osteopenia.[13]
Pada pemeriksaan x-ray untuk fraktur radius distal, setidaknya diperlukan posisi posteroanterior
(PA) dan lateral.
Radial length Normal ± 12 mm
Radial inclination: Normal ± 23 derajat
(13-30 derajat)
Ulnar variance: Normalnya ulnar
variance negatif. Saat terjadi pemendekan
radial , varian ulnar menjadi positif Volar tilt: Normal ± 11 derajat
Radial translation ratio: Batas ratio Teardrop angle: Sudut normal ± 70
normal 15% derajat
Sumber: dr. Porrino, 2014. [13]
Fraktur radius distal kemungkinan tidak stabil jika pada gambaran radiologi ditemukan
gambaran berikut:
Berikut ini adalah gambaran radiologi khas fraktur Colles dan fraktur Barton.
Fraktur Colles:
Tampak fraktur distal radius mengenai sendi pergelangan tangan hingga dapat tampak subluksasi
pergelangan tangan. Jika terdapat fraktur volar dengan subluksasi ke arah volar/anterior disebut
Barton jika ke arah dorsal disebut reverse Barton.[1]
MRI
MRI membantu menilai ligamen scapholunatum dan unotriquetral, fibrokartilago triangular serta
ada tidaknya kerusakan sendi radioulnar distal.[13]
Klasifikasi
Terdapat banyak sistem klasifikasi untuk fraktur radius distal di antaranya klasifikasi Frykman
dan Malone.
Klasifikasi Frykman
IIB - Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radiokarpal
IIIB - Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radioulnar
IVA - Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiokarpal dan radioulnar
IVB - Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radiokarpal dan radioulnar[3]
Klasifikasi Malone
Tipe I: Tidak terdapat pergeseran empat komponen (shaft radial, styloid radial, medial
dorsal, dan medial volar). Fraktur ini hanya sedikit kominutif dan stabil setelah reduksi tertutup
Tipe II: Pergeseran signifikan kompleks medial dengan kominutif pada metafisis radial.
Fraktur tidak stabil (fraktur die punch)
Tipe III: serupa dengan tipe II tetapi disertai fragmen menonjol pada
komponen shaft radial seringkali proyeksi ke kompartemen fleksor (spike fracture)
Tipe IV: disrupsi berat permukaan artikular radial. Tampak perpisahaan lebar atau rotasi
fragmen medial dorsal dan volar. Terdapat cedera saraf dan kerusakan jaringan lunak sekitar
fraktur yang cukup luas (split fracture)
Tipe V: fraktur disebabkan oleh trauma energi tinggi yang berupa kompresi. Fraktur
kominutif luas bahkan seringkali melibatkan permukaan artikular hingga diafisis
Penatalaksanaan bertujuan untuk fraktur distal radius mengembalikan fungsi gerak normal
semaksimal mungkin. Akan tetapi perlu dilakukan penilaian terlebih dahulu untuk
menentukan ada tidaknya kondisi emergensi berupa gangguan neurovaskular distal. Jika
terdapat kondisi tersebut perlu dilakukan reduksi segera. Reduksi dilakukan agar posisi
tulang kembali sesuai posisi anatomis.[1]
Pemilihan cara reduksi memperhatikan tipe fraktur (ada tidaknya keterlibatan artikular,
pergesaran tulang), tingkat fungsional pasien serta risiko maupun komplikasi tiap tindakan.
[4] Pilihan reduksi pada kasus fraktur radius distal adalah sebagai berikut:
Penatalaksanaan fraktur radius distal merupakan faktor utama yang menentukan prognosis,
apakah terjadi komplikasi malunion atau terjadi union tulang dengan baik.
Edukasi Kesehatan
Edukasi yang penting untuk diberikan adalah terkait latihan fisik dan gips pasca tata laksana
fraktur. Promosi kesehatan juga perlu diberikan terkait osteoporosis serta risiko jatuh pada
pasien.