Anda di halaman 1dari 4

PATOFISIOLOGI DISARTRIA

Disartria adalah gangguan bicara yang diakibatkan cidera neuromuscular, gangguan


bicara ini diakibatkan luka pada system saraf, yang pada gilirannya mempengaruhi
bekerja baiknya satu atau beberapa otot yang diperlukan untuk berbicara.” (Rheni
Dharma Perwira, 2000. 5.)

 Patofisiologi
Gangguan artikulasi (disatria)

Untuk dapat mengucapkan kata-kata sehingga bahasa yang didengar dapat


ditangkap dengan jelas dan tiap suku kata dapat mendengar secara terperinci, maka
mulut, lidah, bibir, palatum molle dan pita suara serta otot-otot pernafasan harus
melakukan gerakan tangkas , agar timbulah cara berbahasa (verbal) yang jelas.

Gejala disatria biasanya disebabkan oleh karena integrasi gerakan otot-otot


pernafasan di dalam mekanisme mengeluarkan kata-kata dalam kalimat tidak
sempurna. Ada Kalanya lidah atau mulut sakit karena adanya stomatitis sehingga
lidah dan mulut tidak dapat ditutup sebaik-baiknya. Juga dalam hal ini kata-kata tidak
dapat diucapkan dengan jelas. Soal pengucapan kata-kata secara jelas dan tegas
dinamakan artikulasi. Gangguan artikulasi dinamakan disatria. Pada disatria hanya
cara mengucapkannya saja yang terganggu tetapi tata bahasanya baik.

Disatria terjadi karena adanya lesi pada UMN (Upper Motor Neuron). Pembagian
disatria ada beberapa diantaranya :

1. Lesi UMN unilateral :

Gejala bagian dari hemiparesis, dijumpai disatria yang ringan sekali. Dalam hal
ini terbatasnya kebebasan lidah untuk bergerak kesatu sisi merupakan sebab dari
gangguan artikulasi.

2. Lesi UMN bilateral :


Gejala terjadi akibat lesi UMN bilateral yaitu disatria yang berat. Contoh pada
paralisis pseudobulbaris, disitu lidah sukar dikeluarkan dan umumnya kaku
untuk digerakan keseluruh arah. Orang awam berpendapat lidahnya menjadi
pendek .

Lesi UMN lain yang bias menimbulkan disatria terletak dijaras-jaras yang
menghantarkan implus koordinatif yang bersumber pada serebelum, atau yang
menyalurkan implus dari ganglia basalis. Pada disartria sereberal, kerja sama gerak
antara otot lidah, bibir, pita suara dan otot-otot yang membuka dan menutup mulut
bersimpang siur, sehingga kelancaran dan konyinuitas kalimat yang diucapkan sangat
terganggu,

Cara berbahasa penyakit serebelum disebut ekplosif, karena kata-kata yang diucapkan
terputus-putus dengan nada yang berdentam. Disatria yang dijumpai pada penyakit
Parkinson, disebabkan oleh karena gerakan otot yang lamban dan kaku. Sehingga
cara berbahasanya lambat dan kaku. Sehingga cara berbahasanya lambat ,monoton,
lemah, dan menggetar.

Pada disatria LMN akan terdengar berbagai macam disatria tergantung pada
kelompok otot yang terganggu. Pada penderita dengan paralisis bulbaris terutama
lidah yang lumpuh dan cara berbicara dengan lidah yang lumpuh dikenal sebagai
“pelo”. Jika palatum mole lumpuh, disatria yang timbul bersifat sengau. Hal ini
sering dijumpai miestania gravis. Penyakit-penyakit yang dapat membangkitkan
disatria ialah polineuritis, difteria, siringobulbia, distrofia muskulorum progresiva dan
mistenia gravis.

Nervus hipoglossus (XII), Nervus ini mempersarafi otot lidah. Lesi LMN akan
mengakibatkan atrofi unilateral atau bilateral dan fasikulasi, yang paling baik dinilai
saat lidah berada didasar mulut dalam keadaan istirahat. Saat menjulurkan lidah,
kelemahan unilateral mengakibatkan deviasi lidah kearah lesi. Gerakan lidah ke sisi
kiri-kanan dapat terganggu dan menjadi lambat pada atrofi dan kelemahan bilateral,
tetapi hal ini lebih sering merupakan tanda kerusakan UMN bilateral (kortikobulbar).

Beberapa akibat yang terjadi akibat lesi di otak antara lain :

 Paralisis palatum – bicara sengau (seperti bicara lewat hidung)


 Lesi serebelum – bicara tidak jelas, dengan pola stakato atau skrining ireguler
 Lesi ekstrapiramidal – bicara dengan nada monoton dan lemah
 Kerusakan kortikobulbar bilateral – bicara lambat, menggerutu, ‘spastik’.
Daftar Pustaka

1.

Anda mungkin juga menyukai