Anda di halaman 1dari 21

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batu Saluran Kemih
2.1.1 Definisi
Batu Saluran Kemih (BSK) adalah batu yang terbentuk dari berbagai
macam proses kimia di dalam tubuh manusia dan terletak di dalam ginjal serta
saluran kemih pada manusia seperti ureter (Pharos Indonesia, 2012).
Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan material
keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih
atas (ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah (buli-buli dan uretra) yang dapat
menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi.Batu ini
bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam buli-buli (batu buli-
buli). Batu ini terbentuk dari pengendapan garam kalsium, magnesium, asam urat
dan sistein (Chang E, 2009).
BSK menurut tempatnya digolongkan menjadi batu ginjal, batu ureter,
batu buli-buli dan batu uretra. Batu ginjal merupakan keadaan tidak normal di
dalam ginjal, mengandung komponen kristal dan matriks organik. BSK sebagian
besar mengandung batu kalsium oksalat ataupun kalsium fosfat, secara bersama
dijumpai sampai sebesar 65-68% dari jumlah keseluruhan batu ginjal
(Medicafarma, 2012).
Ukuran dan bentuk batu pada penderita BSK menimbulkan gejala yang
berbeda sesuai letak dan ukuran batu tersebut.Batu yang berukuran kecil biasanya
tidak menimbulkan gejala dan biasanya dapat keluar bersamaan dengan air kemih
saat berkemih.Batu yang berada di saluran kemih atas (ginjal dan ureter)
menimbulkan nyeri kolik dan jika batu berada di saluran kemih bagian bawah
(buli-buli dan uretra) dapat menghambat berkemih. Hal ini bisa disebabkan karena
kontraksi peristaltik otot-otot saluran kemih terhadap batu yang dapat
menimbulkan rasa nyeri kolik yang hebat (Depkes RI, 2008).


4
2.2. Sistem Saluran kemih
Sistem urogenitalia atau genitourinaria terdiri atas sistem organ
reproduksi dan saluran kemih. Keduanya dijadikan satu kelompok sistem
urogenitalia, karena mereka saling berdekatan, berasal dari embriologi yang
sama, dan menggunakan saluran yang sama sebagai alat pembuangan, misalkan
uretra pada pria (Purnomo BB, 2011).
Sistem saluran kemih atau disebut juga sebagai sistem ekskretori adalah
sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan air kemih.Pada
manusia normal, organ ini terdiri ginjal beserta sistem pelvikalises, ureter, buli-
buli, dan uretra.Sistem organ genitalia atau reproduksi pria terdiri atas testis,
epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan penis. Pada
umumnya organ urogenitalia terletak di rongga retroperitoneal dan terlindungi
oleh organ lain yang berada di sekitarnya, kecuali testis, epididimis, vas deferens,
penis dan uretra (Purnomo BB, 2011).

Gambar 2.1. Sistem Saluran Kemih Pada Manusia
Sumber :www.medicastore.com






5
2.2.1 Saluran Kemih Atas
a.Ginjal
Ginjal berasal dari metanefros yang terdiri atas bagian dorsal mesonefros
dan tonjolan ureter.Metanefros ini membentuk ureter, pielum, kaliks ginjal, dan
jaringan parenkim ginjal.Struktur ini naik ke arah dorsokranial sewaktu
perkembangannya sekitar minggu ke delapan menyatu dengan blastema dan
mengalami rotasi, sehingga akhirnya pielum dan hilusnya terletak disebuah
medial (Sjamsuhidajat R& Wim de J ong, 1997).
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga
retroperitoneal bagian atas.Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya
menghadap ke medial. Cekungan ini disebut sebagai hilus renalis, yang di
dalamnya terdapat apeks pelvis renalis dan struktur lain yang merawat ginjal,
yakni pembuluh darah, sistem limfatik, dan sistem saraf (Purnomo BB, 2011).

Gambar 2.2. Gambaran batu pada ginjal dan saluran kemih
Sumber :pancrease-kidney.com sumber :surgery.about.com


Fungsi ginjal adalah mengatur komposisi dan volume cairan ekstrasel.
Secara spesifik fungsi ginjal mempertahankan cairan ekstrasel dengan cara
mempertahankan keseimbangan air seluruh tubuh dengan mempertahankan
volume plasma yang tepat melalui pengaturan eksresi garam dan air yang
berdampak pada pengaturan tekanan darah jangka panjang dan membuang hasil
akhir dari proses metabolisme seperti ureum, kreatinin, dan asam urat yang bila
kadarnya meningkat di dalam tubuh dapat bersifat toksik (Kuntarti, 2006).
6
Ginjal memerankan berbagai fungsi tubuh yang sangat penting bagi
kehidupan, yakni menyaring (filtrasi) sisa hasil metabolisme dan toksin darah,
serta mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit tubuh, yang kemudian
dibuang melalui air kemih.Fungsi tersebut diantaranya: (1) mengontrol sekresi
hormon aldosteron dan ADH (anti diuretic hormone) yang berperan dalam
mengatur jumlah cairan tubuh; (2) mengatur metabolisme ion kalsium dan vitamin
D; serta (3) menghasilkan beberapa hormon,antara lain: eritropoietin yang
berperan dalam pembentukan sel darah merah,renin yang berperan dalam
mengatur tekanan darah,serta hormon prostaglandin yang berguna dalam berbagai
mekanisme tubuh (Purnomo BB, 2011).

B.Ureter
Ureter adalah organ berbentuk saluran kecil yang berfungsi mengalirkan
air kemih dari pielum (pelvis) ginjal ke dalam buli-buli. Pada orang dewasa
panjangnya lebih kurang 25-30 cm, dan diameternya 3-4 mm. Dindingnya terdiri
atas: (1) mukosa yang dilapisi oleh sel transisional, (2) otot polos sirkuler, dan (3)
otot polos longitudinal. Kontraksi dan relaksasi kedua otot polos itulah yang
memungkinkan terjadinya gerakan peristaltik ureter guna mengalirkan air kemih
ke dalam buli-buli. J ika karena suatu sebab terdapat sumbatan pada lubang ureter
sehingga menyumbat aliran air kemih, otot polos ureter akan berkontraksi secara
berlebihan, yang bertujuan untuk mendorong atau mengeluarkan sumbatan itu dari
saluran kemih. Kontraksi itu dirasakan sebagai nyeri kolik yang datang secara
berkala, sesuai dengan irama peristaltik ureter (Purnomo BB, 2011).

2.2.2 Saluran Kemih Bawah
a. Buli-buli
Buli-buli atau vesika urinaria adalah organ berongga yang terdiri atas 3
lapis otot detrusor yang saling beranyaman, yakni (1) terletak paling dalam adalah
otot longitudinal, (2) ditengah merupakan otot sirkuler, dan (3) paling luar
merupakan otot longitudinal. Mukosa buli-buli terdiri atas sel transisional yang
sama seperti pada mukosa pelvis renalis, ureter, dan uretra posterior. Buli-buli
7
berfungsi menampung air kemih dari ureter dan kemudian mengeluarkannya
melalui uretra dalam mekanisme miksi (berkemih). Dalam menampung air kemih,
buli-buli mempunyai kapasitas maksimal, yang volumenya untuk orang dewasa
lebih kurang adalah 300-450 ml (Purnomo BB, 2011).

b.Uretra
Uretra merupakan saluran yang menyalurkan air kemih ke luar dari buli-
buli melalui proses miksi. Secara anatomis uretra dibagi menjadi dua bagian, yaitu
uretra posterior dan uretra anterior. Pada pria, organ ini berfungsi juga dalam
menyalurkan cairan mani. Uretra dilengkapi dengan katup uretra interna yang
terletak pada perbatasan buli-buli dan uretra,serta katup uretra eksterna yang
terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior (Purnomo BB, 2011).
Mukosa uretra yang meliputi dari glans penis dibentuk oleh lapisan
skuamos epithelium. Pada bagian proksimalnya dibentuk oleh tipe lapisan
transisional (Emil,Tanagho.A, 2008).
Katup uretra interna terdiri atas otot polos yang dipersarafi oleh sistem
simpatik sehingga pada saat buli-buli penuh, katup ini terbuka.Katup uretra
eksterna terdiri atas otot bergaris yang dipersarafi oleh sistem somatik.Aktivitas
katup uretra eksterna ini dapat diperintah sesuai dengan keinginan seseorang.Pada
saat berkemih katup ini terbuka dan tetap terutup pada saat menahan rasa ingin
berkemih.Panjang uretra wanita kurang lebih 3-5 cm, sedangkan uretra pria
dewasa kurang lebih 23-25 cm (Purnomo BB, 2011).

2.2.3 Teori Penyebab Pembentukan Batu Saluran Kemih
Faktor pasti yang mempengaruhi pembentukan BSK belum secara pasti
diketahui, namun banyak teori dan faktor yang bisa mempengaruhi terhadap
pembentukan BSK yaitu :




8
a. Teori Vaskuler
Pada penderita BSK sering didapat penyakit hipertensi dan kadar
kolesterol darah yang tinggi, maka Stoller mengemukakan teori vaskuler untuk
terjadinya BSK (Purnomo BB, 2011), yaitu :
a.1Hipertensi
Pada penderita hipertensi 83% mempunyai perkapuran ginjal sedangkan
pada orang yang tidak hipertensi yang mempunyai perkapuran ginjal sebanyak
52%.Hal ini disebabkan aliran darah pada papilla ginjal berbelok 180 dan aliran
darah berubah dari aliran laminar menjadi aliran turbulensi.Pada penderita
hipertensi aliran turbulen tersebut berakibat terjadinya pengendapan ion-ion
kalsium papilla (Ranalls plaque) biasa disebut juga perkapuran ginjal yang dapat
berubah menjadi batu (Purnomo BB, 2011).

a.2 Kolesterol
Tingginya kadar kolesterol di dalam darah akan disekresikan melalui
glomerulus ginjal dan tercampur di dalam air kemih. Adanya butiran kolesterol
tersebut akan merangsang agregasi dengan kristal kalsium oksalat dan kalsium
fosfat sehingga terbentuk batu yang bermanifestasi klinis (Purnomo BB, 2011).
Lebih dari 80% BSK terdiri atas batu kalsium, baik yang berikatan dengan
oksalat maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium
fosfat; sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat,batu magnesium ammonium
fosfat (batu infeksi), batu xantin,batu sistein,dan batu jenis lainnya. Meskipun
patogenesis pembentukan batu-batu di atas hampir sama tetapi suasana di dalam
saluran kemih yang memungkinkan terbentuknya jenis batu itu tidak sama. Dalam
hal ini misalkan batu asam urat mudah terbentuk dalam suasana asam,sedangkan
batu magnesium ammonium fosfat terbentuk karena urine bersifat basa (Purnomo
BB, 2011).




9
b. Teori Fisiko-Kimiawi
Hal yang melatarbelakangi terbentuknya BSK ini adalah karena adanya
terbentuknya proses kimia, fisika maupun gabungan fisiko kimiawi. Dari hal
tersebut diketahui bahwa terjadinya BSK erat kaitannya oleh konsentrasi substansi
pembentuk batu di saluran kemih. Berdasarkan faktor fisiko kimiawi dikenal
dengan teori pembentukan BSK (Purnomo BB, 2011) , yaitu :
b.1 Teori Epitaksi
Pada teori ini dikatakan bahwa kristal dapat menempel pada kristal lain
yang berbeda sehingga akan cepat membesar dan menjadi batu campuran.
Keadaan ini disebut dengan nukleasi heterogen dan merupakan kasus yang paling
sering yaitu kristal kalsium oksalat yang menempel pada kristal asam urat yang
ada (Purnomo BB, 2011).

b.2. Teori Supersaturasi
Supersaturasi air kemih dengan garam-garamnya pembentuk batu
merupakan dasar terpenting dan merupakan syarat terjadinya pengendapan.
Apabila kelarutan suatu produk tinggi dibandingkan titik endapannya maka terjadi
supersaturasi sehingga menimbulkan terbentuknya kristal dan pada akhirnya akan
terbentuk batu (Purnomo BB, 2011).
Supersaturasi dan kristalisasi dapat terjadi apabila ada penambahan suatu
bahan yang dapat mengkristal di dalam air dengan pH dan suhu tertentu yang
suatu saat akan terjadi kejenuhan dan terbentuklah kristal. Tingkat saturasi dalam
air kemih tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah bahan pembentuk BSK yang larut,
tetapi juga oleh kekuatan ion, pembentukan kompleks dan pH air kemih (Purnomo
BB, 2011).






10
b.3 Teori Kombinasi
Beberapa ahli maupun pakar dibidang urologi berpendapat bahwa BSK
dapat terbentuk berdasarkan campuran dari beberapa teori yang ada (Purnomo
BB, 2011).


b.4 Teori Tidak Adanya Inhibitor
Telah dikenal adanya 2 jenis inhibitor yaitu organik dan anorganik.Pada
inhibitor organik terdapat bahan yang sering terdapat dalam proses penghambat
terjadinya batu yaitu asam sitrat, nefrokalsin, dan tamma-horesefall glikoprotein.
Sedangkan yang jarang terdapat adalah glikosamin glikans dan uropontin
(Purnomo BB, 2011).
Pada inhibitor anorganik terdapat bahan pirofosfat dan zinc. Inhibitor yang
paling kuat adalah sitrat, karena sitrat akan bereaksi dengan kalsium membentuk
kalsium sitrat yang dapat larut dalam air. Inhibitor mencegah terbentuknya kristal
kalsium oksalat dan mencegah perlengketan kristal kalsium oksalat pada
membran tubulus. Sitrat terdapat pada hampir semua buah-buahan tetapi kadar
tertingginya pada buah jeruk (Purnomo BB, 2011).

b.5 Teori Infeksi
Terbentuknya BSK dapat juga terjadi karena adanya infeksi dari beberapa
kuman tertentu. Pengaruh infeksi pada proses terjadinya BSK adalah teori
terbentuknya batu struvit yang dipengaruhi oleh pH air kemih >7 dan terjadinya
reaksi sintesis ammonium dengan molekul magnesium dan fosfat sehingga
terbentuk magnesium ammonium fosfat (batu struvit) misalnya saja pada bakteri
pemecah urea yang menghasilkan urease. Bakteri yang menghasilkan urease yaitu
Proteus spp,Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphilococcus
(Bahdarsyam, 2011).
Teori pengaruh infeksi lainnya adalah teori nano bakteria dimana
penyebab pembentukan BSK adalah bakteri berukuran kecil dengan diameter 50-
200 nanometer yang hidup dalam darah, ginjal dan air kemih.Bakteri ini tergolong
11
gram negatif dan sensitif terhadap tetrasiklin. Dimana dinding pada bakteri
tersebut dapat mengeras membentuk cangkang kalsium kristal karbonat apatit dan
membentuk inti batu, kemudian kristal kalsium oksalat akan menempel yang lama
kelamaan akan membesar. Dilaporkan bahwa 90% penderita BSK mengandung
nano bakteria (Patologi Bahdarsyam, 2011).

b.6 Teori Matrik
Di dalam air kemih terdapat protein yang berasal dari pemecahan
mitokondria sel tubulus renalis yang berbentuk laba-laba. Kristal batu oksalat
maupun kalsium fosfat akan menempel pada anyaman tersebut dan berada di sela-
sela anyaman sehingga berbentuk batu. Benang seperti laba-laba terdiri dari
protein 65%, heksana 10%, heksosamin 2-5% sisanya air. Pada benang menempel
kristal batu yang seiring waktu batu akan semakin membesar. Matriks tersebut
merupakan bahan yang merangsang timbulnya batu (Purnomo BB, 2011).

2.2.4 Klasifikasi Batu Saluran Kemih
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat
atau kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium fosfat (MAP), xantin,dan
sistin, silikat, dan senyawa lainnya. Data mengenai kandungan/komposisi zat yang
terdapat pada batu sangat penting untuk usaha pencegahan terhadap kemungkinan
timbulnya batu residif (Purnomo BB, 2011).
a. Batu Kalsium
Batu Kalsium ini jenis batu yang banyak dijumpai dan merupakan
tampilan ion yang besar dalam kristal kemih. Hanya 50% dari kalsium plasma
yang terionisasi dan tersedia untuk difiltrasi di glomerulus. Lebih dari 95%
kalsium difiltrasi di glomerulus kemudian di reabsorbsi kembali di kedua tubulus
proksimal dan distal tubulus dan jumlahnya terbatas di tubulus pengumpul (Stoller
,Marshall L , 2008).



12
b. Batu Asam Urat
Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih.Di
antara 75-80% batu asam urat terdiri atas asam urat murni dan sisanya merupakan
campuran kalsium oksalat.Penyakit batu asam urat banyak diderita oleh pasien-
pasien penyakit gout, penyakit mieloproliferatif, pasien yang mendapatkan terapi
antikanker, dan yang banyak mempergunakan obat urikosurik diantaranya adalah
sulfinipirazone, thiazide, dan salisilat.Kegemukan, peminum alkohol, dan diet
tinggi protein mempunyai peluang yang lebih besar untuk mendapatkan penyakit
ini (Purnomo BB, 2011).

c. Batu Struvit
Sekitar 10-15% dari total, terdiri dari magnesium ammonium fosfat (batu
struvit) dan kalsium fosfat.Batu ini terjadi sekunder terhadap infeksi saluran
kemih yang disebabkan bakteri pemecah urea.Batu dapat tumbuh menjadi lebih
besar membentuk batu staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan kaliks ginjal.Batu
ini bersifat radioopak dan mempunyai densitas yang berbeda. Di urin kristal batu
struvit berbentuk prisma empat persegi panjang. Dikatakan bahwa batu staghorn
dan struvit mungkin berhubungan erat dengan destruksi yang cepat dan ginjal hal
ini mungkin karena proteus merupakan bakteri urease yang poten (Harrisons,
2008).

d. Batu Sistin
Lebih kurang 1-2% dari seluruh BSK. Batu ini jarang dijumpai (tidak
umum, berwarna kuning jeruk dan berkilau. Sedang kristal sistin di air kemih
tampak seperti plat segi enam,sangat sukar larut dalam air. Bersifat radioopak
karena mengandung sulfur (Harrisons, 2008).

e. Batu Xantin
Batu Xantin sangat jarang terjadi bersifat herediter karena defisiensi xantin
oksidase. Namun bisa bersifat sekunder karena pemberian alopurinol yang
berlebihan. Enzim normalnya dikatalisasi dan dioksidasi dari hypoxantin menjadi
13
xantin dan dari xantin kemudian diproses menjadi asam urat. Gambaran batunya
biasanya adalah radiolusen dan berwarna kuning (Stoller,Marshall L,2008).

2.3. Gejala Klinis Penderita Batu Saluran Kemih
Gejala klinis pada penderita BSK bervariasi bergantung kepada adanya
obstruksi, infeksi, dan edema. Keluhan yang disampaikan oleh pasien tergantung
kepada : posisi atau letak batu, besar batu, dan penyulit yang telah terjadi. Nyeri
ini mungkin bisa berupa nyeri kolik ataupun bukan kolik.Nyeri kolik terjadi karena
adanya aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter meningkat
dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih.Peningkatan peristaltik
itu menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi
perenggangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri. Nyeri non kolik
terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau infeksi
pada ginjal (Purnomo BB, 2008)
Batu saluran kemih dibagian atas biasanya menyebabkan rasa
nyeri.Karakteristik nyerinya tergantung kepada lokasi. Batu yang cukup kecil
yang turun kedalam ureter biasanya akan mengalami kesulitan dan rasa nyeri saat
batu melewati persimpangan ureteropelvik (Stoller,Marshall L,2008).
Gejala klinis yang bisa dirasakan oleh pasien BSK adalah :
a. Rasa Nyeri
Rasa nyeri dapat dirasakan oleh setiap pasien penderita BSK. Rasa nyeri
yang dialami dapat bervariasi tergantuk lokasi nyeri dan letak batu.Rasa nyeri
yang berulang (kolik) tergantung lokasi batu.Bila nyeri mendadak menjadi akut,
disertai rasa nyeri tekan diseluruh area kostovertebral, tidak jarang disertai mual
dan muntah, maka pasien tersebut sedang mengalami kolik ginjal.Batu yang
berada di ureter dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut dan kolik yang
menyebar ke paha dan daerah genitalia.Pasien sering mengeluhkan ingin selalu
berkemih, namun hanya sedikit air kemih yang keluar, dan biasanya air kemih
disertai dengan darah, maka pasien tersebut mengalami kolik ureter (Purnomo
BB, 2011).

14
b. Mual dan muntah
Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) seringkali
menyebabkan mual dan muntah (Marshall L.Stoller,MD, 2008).

c. Demam
Demam terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah
sehingga menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal
tubuh.Gejala ini disertai takikardi,hipotensi,dan vasodilatasi pembuluh darah di
kulit (Marshall L.Stoller, MD, 2008).

d. Hematuria dan kristaluria
Terdapatnya sel darah merah bersama dengan air kemih (hematuria) dan
air kemih yang berpasir (kristaluria) dapat membantu menegakkan diagnosis
adanya penyakit BSK (Purnomo BB, 2011).

e. Infeksi
BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat
obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan saluran kemih.Infeksi yang terjadi
di saluran kemih karena kuman Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobacter,
Pseudomonas, dan Staphilococcus.

2.4 Pemeriksaan Kontras Radiologi BNO-IVP
2.4.1 Definisi
Pemeriksaan diagnostik kontras radiologi BNO-IVP adalah ilmu yang
mempelajari prosedur atau tata cara pemeriksaan ginjal, ureter, dan buli-buli
menggunakan sinar-x dengan melakukan injeksi media kontras melalui vena. Pada
saat media kontras diinjeksikan melalui pembuluh vena pada tangan pasien, media
kontras akan mengikuti peredaran darah dan dikumpulkan dalam ginjal dan
saluran kemih, sehingga ginjal dan saluran kemih menjadi berwarna putih.
Dengan IVP, dokter ahli radiologi dapat melihat dan mengetahui anatomi serta
fungsi ginjal, ureter dan buli-buli. Pada pemeriksaan khusus BNO ditemukan
15
adanya cacat pengisian dan pada IVP batu ginjal atau buli-buli serta hidronefrosis
pada pemeriksaan sonografi (Anggari, Luthfy Kharisma, 2011).


2.4.2 Tujuan Pemeriksaan BNO-IVP
Tujuan dari pemeriksaan kontras radiologi BNO-IVP adalah untuk
mendapatkan gambaran radiologi dari letak anatomi dan fisiologi serta
mendeteksi kelainan patologis dari ginjal, ureter,dan buli-buli. Pemeriksaan ini
juga bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal.Selain itu BNO-IVP
dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non opak yang tidak dapat
terlihat oleh foto polos abdomen. J ika BNO-IVP belum dapat menjelaskan
keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai
penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograde (Purnomo BB, 2011).
BNO-IVP mampu mendokumentasikan aliran kontras pada batu ginjal atau
BSK dan juga dapat melihat aliran kontras pada saluran kemih bagian atas.Hasil
foto radiologi tersebut dapat diinterpretasikan oleh dokter ahli radiologi.
Ketidaksiapan dalam mempersiapkan pasien untuk dilakukan pemeriksaan foto
BNO-IVP dapat menyebabkan terjadinya kesalahan prosedur dan menghasilkan
hasil foto radiologi yang tidak diharapkan (Marshall L.Stoller,MD 2008).

Gambar 2.3. Foto BNO dengan persiapan pasien yang baik (tidak tampak
visualisasi udara / faeces di rongga abdomen)
Sumber : Radiologi Diagnostik FK UI


16

Gambar 2.4. Foto BNO dengan persiapan pasien yang kurang baik
(tampak visualisasi udara / feses di rongga abdomen)
Sumber : Radiologi Diagnsotik FK UI

Gambaran planar yang standar dari seri BNO-IVP menunjukkan bahwa
hanya kesatuan sistem yang berperan dalam melakukan pengumpulan zat yaitu
ginjal dan ureter. Disamping itu juga, data tomografi komputer yang diperoleh
sebelumnya digunakan untuk mendapat alasan klinis yang terpisah dan sebagai
pembukti hanya berfungsi pada satu sistem pengumpul ginjal. Pada awalnya,
tampak bahwa baik pelvis ginjal dan ureter duplikasi disebabkan oleh fenomena
yang sama dan karena itu dapat digambarkan sebagai salah satu artefak tunggal
(Rowberry, Benjamin, 2011)
Indikasi pemeriksaan BNO-IVP ini antara lain untuk melihat batu ginjal,
batu saluran kemih, radang ginjal, radang pada saluran kemih, batu ureter, tumor,
dan hipertrofi prostat (Purnomo BB, 2011).

2.4.3 Prosedur Persiapan dan Pelaksanaan BNO-IVP
Pemeriksaan BNO-IVP memerlukan persiapan, yaitu malam sebelum
pemeriksaan diberikan kastor oli (catharsis) atau laksansia untuk membersihkan
kolon dari feses yang menutupi daerah ginjal (Nurlela Budjang, 2010).
Berikut adalah tahap persiapan dan pemeriksaan radiologi BNO-IVP :




17
a. Persiapan BNO-IVP
- Pemeriksaan ureum kreatinin (Kreatinin maksimum 2)
- Malam sebelum pemeriksaan pasien diberi laksansia untuk membersihkan
kolon dari feses yang menutupi daerah ginjal
- Pasien tidak diberi minum mulai jam 22.00 malam sebelum pemeriksaan
untuk mendapatkan keadaan dehidrasi ringan
- Keesokan harinya pasien harus puasa, mengurangi bicara dan merokok
untuk menghindari gangguan udara usus saat pemeriksaan
- Pada bayi dan anak diberi minum yang mengandung karbonat untuk
mendistensikan lambung dan gas
- Pada pasien rawat inap dapat dilakukan lavement(klisma)
- Skin test subkutan untuk memastikan bahwa penderita tidak alergi
terhadap penggunaan kontras (Nurlela Budjang, 2010)

b. Pelaksanaan BNO-IVP
- Pasien diminta mengosongkan buli-buli
- Dilakukan foto BNO
- Injeksi kontras IV (setelah cek tensi dan cek alergi), beberapa saat dapat
terjadi kemerahan, rasa asin di lidah, sakit kepala ringan, gatal, mual dan
muntah (Radiologi Diagnostik FK USU, 2010).
- Diambil foto pada menit ke-5, 15, 30 dan 45
- Menit ke-5 : menilai nefrogram dan mungkin sistem pelviokalises
(SPC)
- Menit ke-15 : menilai sistem pelviokalises sampai dengan kedua
ureter
- Menit ke-30 : Menilai ureter dengan buli-buli
- Menit ke-45 : menilai buli-buli (Nurlela Budjang, 2010).




18
2.4.4 Hasil Pemeriksaan Foto BNO-IVP
a. Foto BNO
Setiap pemeriksaan saluran kemih sebaiknya dibuat terlebih dahulu foto
polos abdomen. Yang harus diperhatikan pada foto polos abdomen ini adalah
bayangan, besar (ukuran), dan posisi kedua ginjal. Dapat pula dilihat kalsifikasi
dalam kista dan tumor, batu radioopak dan perkapuran dalam ginjal. Harus
diperhatikan batas ototPsoas kanan dan kiri (Nurlela Budjang, 2010).

Gambar 2.5. Foto BNO-IVP polos
Sumber : Radiologi Diagnostik FK UI

Menurut Meschan,digunakan film bucky antero-posterior abdomen setelah
penyuntikan, ulangi pemotretan film antero-posterior abdomen dengan jarak
waktu setelah disuntik kontras intravena,masing-masing adalah :
1. Empat sampai 5 menit :
Dilakukan foto pada 5 menit pertama dengan area jangkauan pada
pertengahan proccecus xyphoideus dan pusat. Foto ini untuk melihat
perjalanan kontras mengisi sistem kalises pada ginjal. Memakai ukuran kaset
24 x 30 cm dengan posisi antero-posterior sama seperti foto abdomen.
Penekanan ureter dilakukan dengan tujuan untuk menahan kontras media tetap
berada pada sistem pelvikalises dan bagian ureter proksimal.Penekanan ureter
diketatkan setelah dilakukan pengambilan foto menit kelima (Nurlela
Budjang, 2010).

19

Gambar 2.6. Foto menit ke-5
Sumber : Radiologi Diagnostik FK UI

2. Delapan sampai 15 menit
Bila pengambilan gambar pada pelvikalises di menit ke lima kurang baik,
maka foto diambil kembali pada menit ke 10 dengan tomografiuntuk
memperjelas bayangan. Menggunakan kaset 24 x 30 cm mencakup gambaran
pelviokaliseal, ureter dan buli-buli mulai terisi media kontras dengan posisi
antero-posterior sama seperti foto abdomen, pertengahan di antara proccesus
xyphoideus dengan umbilicus (Nurlela Budjang, 2010).


Gambar 2.7. Foto menit ke-15
Sumber : radiologi Diagnostik FK UI

20
3. Duapuluh lima sampai 30 menit
Setelah menit ke- 30 kompresi dibuka dan diambil gambar dengan
menggunakkan kaset ukuran 30 x 40 cm. Di beberapa Rumah Sakit setelah
menit ke -30 diharuskan meminum air yang banyak. Foto ini digunakan untuk
mengevaluasi kemampuan ginjal mensekresikan bahan kontras, tapi di
beberapa Rumah Sakit tidak dengan posisi antero-posterior sama seperti foto
abdomen (Nurlela Budjang, 2010).

Gambar 2.8. Foto menit ke-30
Sumber : Radiologi Diagnostik FK UI

4. Foto terlambat, jika konsentrasi dan ekskresi sangat kurang pada 1-8 jam
Setelah masuk ke menit 60 dibuat foto BNO lagi dengan kaset 30 x 40 cm.
Setelah hasil rontgen dikonsultasikan pada dokter ahli radiologi dan
dinyatakan normal maka pasien diharuskkan berkemih kemudian di foto
kembali. J ika dokter ahli radiologi menyatakan ada gangguan biasanya
dilakukan foto 2 jam. Dengan posisi antero-posterior sama seperti foto
abdomen.
21

Gambar 2.9. Foto menit ke 60 atau lebih
Sumber : Radiologi Diagnostik FK UI

5. Foto terakhir biasanya film berdiri atau foto setelah berkemih / Post Void
Yang terakhir lakukan foto post void dengan posisi AP supine atau erect untuk
melihat kelainan kecil yang mungkin terjadi di daerah buli-buli. Dengan posisi
erect dapat menunjukan adanya ren mobile (perpindahan posisi ginjal yang
tidak normal) pada kasus posthematuri.

Gambar 2.10. Foto Post Void
Sumber : Radiologi Diagnostik FK UI


2.5 Penatalaksanaan Medis Penderita Batu Saluran Kemih
Obstruksi karena batu saluran kemih yang telah menimbulkan hidroureter
atau hidronefrosis dan batu yang sudah menyebabkan infeksi saluran kemih, harus
segera dikeluarkan.Indikasi untuk melakukan tindakan atau terapi pada BSK
adalah jika batu telah menimbulkan obstruksi, infeksi, atau harus diambil karena
sesuatu indikasi sosial (Purnomo BB, 2011).
22
2.5.1 Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5
mm, karena diharapkan batu dapat keluar secara spontan.Terapi yang diberikan
bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran air kemih dengan
pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar
dari saluran kemih (Purnomo BB, 2011).

2.5.2 ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithoripsy)
ESWL banyak digunakan dalam penanganan BSK. Prinsip dari ESWL
adalah memecah batu di saluran kemih dengan menggunakan gelombang kejut
yang dihasilkan oleh mesin luar tubuh. Gelombang kejut yang dihasilkan oleh
mesin yang di luar tubuh dapat difokuskan ke arah batu dengan berbagai cara.
Setelah itu, gelombang kejut tadi akan melepas energinya. Diperlukan beberapa
ribu kali gelombang kejut untuk memecah batu hingga menjadi pecahan-pecahan
kecil, agar bisa keluar saat berkemih tanpa adanya rasa nyeri (Purnomo BB,
2011).

2.5.3 Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasive minimal untuk
mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke
dalam saluran kemih.Alat ini dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil
pada buli.Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan
memakai energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi
laser.Beberapa tindakan endourologi itu adalah :
1. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha untuk mengeluarkan
batu yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat
endoskopi ke sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian
dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
23
2. Litotripsi adalah tindakan memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan
memasukkan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu
dikeluarkan dengan evakuator Ellik.
3. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah tindakan memasukkan alat
ureteroskopi per-uretram guna melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks
ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter
maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi
atauureterorenoskopi ini.
4. Ekstraksi Dormia adalah tindakan mengeluarkan batu ureter dengan
menjaringnya melalui keranjang Dormia (Basuki B.Purnomo, 2011).

2.5.4 Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat sedang
berkembang.Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter (Purnomo BB,
2011).

2.5.5 Bedah Terbuka
Pada umumnya, di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang
memadai untuk tindakan-tindakan endourologi, laparoskopi, maupun ESWL,
pengambilan batu masih dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pembedahan
terbuka itu antara lain adalah: pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil
batu pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang
pasien harus menjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karena
ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya sudah
sangat tipis, atau mengalami pengkerutan akibat BSK yang menimbulkan
obstruksi dan infeksi yang menahun (Purnomo BB, 2011).






24

Anda mungkin juga menyukai