Anda di halaman 1dari 10

Dislokasi Shoulder

Anatomi shoulder

Bahu adalah sendi bola dan soket. sebagian besar gerakan bahu terjadi ketika bola di
bagian atas tulang lengan humerus masuk ke dalam soket glenoid, yang merupakan bagian dari
skapula tulang belikat. lengan biasanya dipegang di soket oleh jaringan yang pas di atas sendi
seperti kaus kaki. ini distabilkan oleh jaringan fibrosa di kapsul, dan oleh otot dan tendon yang
memutar lengan.

Sendi Bahu merupakan salah satu sendi besar yang paling sering berdislokasi.Ini disebabkan
karena banyaknya rentang gerakan sendi bahu,mangkuk sendi glenoid yang dangkal serta adanya
longgarnya ligament. Dislokasi terjadi ketika bola ditarik keluar dari soketnya. kekuatan yang
diperlukan untuk melakukan ini juga dapat merobek atau merobek sebagian otot, ligamen dan /
atau kapsul bahu yang mengelilingi sendi. Posisi tersebut memang membuat lengan mampu
bergerak ke banyak arah, tetapi juga berarti sendi bahu menjadi tidak terlalu stabil. Pada
beberapa kasus, jaringan di sekitarnya yang menyokong sendi bahu dapat tertarik atau terobek.
Dislokasi bahu membutuhkan 12-16 minggu untuk sembuh setelah bahu diletakkan kembali ke
tempatnya.

Tanda dan gejala dislokasi shoulder

Beberapa tanda dan gejala dari dislokasi bahu, di antaranya:

 Adanya benjolan atau tonjolan di bahu, atau di luar tempat seharusnya apalagi jika pasien
tidak terlalu berotot maka dapat diraba tepat dibawah klavikula

 Pembengkakan atau memar


 Sakit yang intens

 Ketidakmampuan menggerakkan sendi

 Nyeri hebat

Dislokasi sendi dapat menyebabkan kesemutan, kelemahan, atau mati rasa di dekat daerah
cedera, seperti leher atau lengan. Otot di bahu dapat kejang sehingga seringkali meningkatkan
intensitas rasa sakit.
Patofisiologi

Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada posisi tangan yang salah. Humerus terdorong ke
depan, merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi. Terkadang bagian
posterolateral kaput hancur. Walaupun jarang processus acromion dapat mengungkit kaput ke
bawah dan menimbulkan luksasio erekta.

Penyebab dslokasi

Beberapa penyebab dislokasi bahu yang umumnya terjadi, antara lain:

 Cedera olahraga. Dislokasi bahu merupakan salah satu cedera yang sering terjadi dalam
olahraga yang menggunakan banyak kontak tubuh, seperti sepak bola dan hoki, serta
olahraga dengan risiko jatuh, seperti ski, senam, dan bola voli. Pemain basket dan
sepakbola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak
sengaja menangkap bola dari pemain lain.

 Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga. Benturan kencang pada bahu saat
kecelakaan kendaraan bermotor merupakan penyebab umum dari dislokasi.

 Penderita bisa saja mengalami dislokasi bahu ketika jatuh, seperti jatuh dari tangga atau
tersandung karpet.
Pria remaja atau yang berusia 20-an merupakan kelompok aktif secara fisik sehingga mempunyai
risiko yang tinggi untuk mengalami dislokasi sendi bahu.

Klasifikasi dislokasi

a). Congenital
Congenital dislocation berhubungan dengan congenital deformities
b). Traumatic
Dislokasi yang biasanya disertai benturan keras. Berddasarkan tipe kliniknya dibagi menjadi:

1. Dislokasi akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi
2. Dislokasi kronik
3. Dislokasi berulang

Macam-macam dislokasi pada shoulder :

1. Dislokasi anterior
Kondisi ketika caput humeri dari cavitas articular shoulder yang dangkal. Dislokasi
shoulder joint anterior biasanya terjadi setelah cedera akut karena dipaksa abduksi,
berotasi eksternal dan ekstensi shoulder (Suartono, 2002).
Pada dislokasi anterior kedudukan os humerus eksorotasi dan elbow joint menjauhi
tubuh, caput humerus dapat diraba pada kedudukan di bawah atau di bagian medial
processus coracoid. Penderita tidak mampu menyentuh telinga berlawanan arah dengan
sendi yang mengalami gangguan. Dislokasi shoulder yang berulang-ulang hampir selalu
merupakan dislokasi anterior. Berbagai faktor yang memengaruhi dislokasi ini yaitu
avulasi labrum glenoidal bagian anterior, sehingga kestabilan humerus melakukan
abduksi dan rotasi eksternal terganggu . (Ethel Slonane, 1999).

2. Dislokasi subcoracoid
Dislokasi yang disebabkan oleh kekuatan abduksi dan rotasi eksternal pada lengan,
sampai caput humerus terdorong kebawah dan keluar dari dalam glenoid cavity, sampai
merobek bagian inferior capsula shoulder, kemudian caput humerus berada di sebelah
anterior di bawah processus coracoid. Dilokasi subcoracoid merupakan dislokasi yang
sering terjadi. (Pradip R. Patel, 2007).

3. Dislokasi Posterior
Dislokasi posterior pada shoulder joint ditandai dengan adanya bagian penuh dari bawah
scapula dan oleh keterbatasan rotasi eksternal. Dalam hal ini caput humerus lebih susah
diraba.
Lebih dari 95% dari semua kasus dislokasi pada shpulder joint terjadi jenis dislokasi
anterior atau pada subcoracoid, sedangkan dislokasi posterior merupakan sisanya.
Terjadinya komplikasi pada sendi bahu mencakup fraktur tuberculum mayus disertai
dengan pergeseran fragmen fraktur, kerusakan pada nervus aksilaris atau trunkus nervus
yang menyertai dan kompresi avulsi glenois anterior. (Ethel Slonane, 1994).

Komplikasi

Komplikasi dini

1. Cedera saraf aksila, sehingga pasien tidak dapat mengerutkan otot deltoid dan mungkin
terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tersebut
2. Cedera pembuluh darag, arteri aksila dapat rusak

Komplikasi lanjut

1. Fraktur dislokasi
Pada komplikasi lanjut pada sendi bahu, imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan
kekakuan sendi bahu, kelemahan otot, dan dislokasi yang berulang

Diagnosis dislokasi

Pemeriksaan subyektif dan obyektif menyeluruh darifisioterapis biasanya cukup untuk


mendiagnosis dislokasi bahu.Pemeriksaan X-ray biasanya diperlukan untuk menentukanapakah
ada patah tulang yang berhubungan dengan dislokasidan untuk penunjang diagnosis.Pemeriksaan
lebih lanjut seperti CT scan, USG atau MRImungkin diperlukan untuk membantu diagnosis
danmenentukan kemungkinan keterlibatan struktur lainnya.

Pemeriksaan foto rongent meliputi tampak AP, tampak lateral scapula, dan tampak
axillar. Pada pemeriksaan ini dapat menunjukkan adanya Hill-Sach lession pada caput humeral
dan dapat juga menunjukkan lepasnya tulang pada permukaan anterior glenoid. Pemeriksaan
MRI dapat menunjukkan robekan pada labrum anerior inferior glenoid. Peningkatan sinyal yang
menunjukkan defisit struktural dan peradangan jaringan pada terlihat pada gambaran setinggi T2.
Adanya rotator cuff tear pada pasien tua tampak pada MRI. CT dapat digunakan untuk menilai
adanya kecacatan tulang dalam dua dimensi. CT rekonstruksi merupakan pemeriksaan tiga
dimensi, dapat digunakan untukmenilai besarnya kecacatan tulang pada humerus maupun
permukaan glenoid ketika pemeriksaan x-ray standar gagal menilai lesi.

Treatment

Tindakan penanganan dari dislokasi bahu meliputi:


Tujuan utama penanganan dislokasi adalah:
1. Menjaga integritas stabilisasi bedah kore
2. Memulihkan ROM fungsional secara full
3. Meningkatkan stabilitas dinamik
4. Kembali aktivitas yang tak dibatasi dan olahraga

 Reduksi tertutup

Dokter akan memberikan obat tidur dosis rendah atau obat penahan sakit sebelum menggeser
tulang lengan atas secara perlahan kembali ke kantungnya. Rasa sakit yang diderita biasanya
akan segera menghilang segera setelah sendi bahu kembali ke tempatnya.

 Imobilisasi

Penderita harus menjaga bahunya untuk tetap diam dengan menggunakan splint atau sling.


selama beberapa minggu setelah ditangani ke posisi yang benar. Foto rontgen akan dilakukan
setelah reduksi untuk mengonfirmasi bahwa sendi bahu telah berada di tempatnya.

 Obat-obatan

Selama masa penyembuhan, dokter mungkin akan memberikan obat pereda nyeri, seperti
ibuprofen atau acetaminophen. Kompres es juga berguna untuk membantu meredakan rasa sakit
dan pembengkakan.

 Rehabilitasi

Setelah splint atau sling telah dilepaskan, maka program rehabilitasi akan dimulai secara


bertahap untuk mengembalikan rentang gerak, kekuatan, dan stabilitas dari sendi bahu.
 Operasi

Pada kasus yang berat, operasi mungkin diperlukan. Pendekatan ini merupakan upaya terakhir
dan hanya digunakan pada situasi di mana bahu tidak kembali ke tempatnya setelah dilakukan
reduksi tertutup, atau jika terdapat kerusakan berat pada pembuluh darah dan otot di
sekitarnya.Operasi juga akan dilakukan jika pasien memiliki sendi bahu yang lemah dan
cenderung untuk mengalami kembali dislokasi bahu walaupun telah dilakukan latihan penguatan
dan rehabilitasi dengan benar. Operasi juga dapat memperbaiki ligamen atau tendon yang robek
pada bahu.

Program Fisioterapi

1. Tahap 1
Mengurangi pembengkaan
Durasi: Hari 0-7. Bahu harus diimobilisasi dalam gendongan untuk 1-3 minggu
tergantung pada tingkat keparahan kerusakan.Selama periode imobilisasi, latihan
pendular lembut diperbolehkan ,dipandu oleh fisioterapis. Lakukan latihan
pergelangan tangan dan jari-2 seperti menggerakkan jari masing-masing melalui
jangkauan gerak dan mengepalkan tangan untuk mencegah kekakuan dan
memperlancar peredaran darah. Lanjutkan dengan pemberiaan es untuk
mengurangi rasa sakit dan pembengkakan. Panas, alkohol dan pijat juga harus
dihindari pada cidera 72 jam periode awal berikut atau ketika tanda-tanda
inflamasi yang hadir.
2. Tahap 2
Mulai untuk memobilisasi bahu
Durasi: 2-4 Minggu. Ketika nyeri berkurang sehingga memungkinkan untuk
mulai latihan mobilitas sendi bahu.Latihan diberikan apabila tidak ada nyeri.
Hindari gerakan gabungan dari abduction dan rotasi eksternal karena hal ini
sering posisi cedera terjadi kembali sampai 6 minggu. Terus memakai sling ketika
tidak melakukan latihan .Ice setelah latihan jika terjadi pembengkakan.Penekanan
khusus harus ditempatkan pada penguatan otot rotator untuk meningkatkan
stabilitas sendi bahu.Latihan untuk memperbaiki postur tubuh dan stabilitas
scapula .Dimulai isometric exercise shoulder joint.Untuk fleksi-ekstensi, ekternal
– internal rotasi, abd-add shoulder. Tahan selama 5 detik. Lakukan 3 set, dengan
10 kali pengulangan. (Tammy , MS, PT, dan Phyllis Clapis, PT, DHSc, OCS,
2009).
3. Tahap 3
Mencapai rentang gerak penuh dan mulai memperkuat otot
Durasi: 4-6 Minggu. Mulailah latihan penguatan isometrik (tanpa gerakan)
apabila tidak ada nyeri. Mulai bergerak bahu ke abduction dan rotasi eksternal
jika nyaman untuk melakukannya, tetapi tidak melakukan latihan penguatan
dalam posisi ini. Continue with mobility exercisesCobalah untuk mencapai
gerakan full ROM (range of motion) serta bisa melepas sling.
4. Tahap 4
Mengembalikan kekuatan otot dan mempertahankan mobilitas.
Dilakukan penguatan rotasi eksternal dalam posisi abduction jika nyaman.
Lanjutkan dengan latihan mobilitas untuk mempertahankan LGS yang
full.Diberikan latihan proprioception (PNF).
5. Tahap 5
Kembali untuk olahraga
Mulai kegiatan fungsional seperti melempar (start ketiak dan peningkatan) dan
menangkap. Mulailah kembali secara bertahap untuk olahraga, dimulai dengan
latihan pemanasan, non-kontak dan perlahan-lahan meningkatkan aktivitasbahu

Problematika Fisioterapi

1. Impairment a. Nyeri b. Penurunan kekuatan otot c. Keterbatasan LGLS

2. Fungtional Limitation Adanya keterbatasan aktivitas fungsional pada penderita post


immobilisasi dislokasi acromion clavicula joint ini yaitu berupa (1) Sulit menyuap makanan ke
mulut, (2) Sulit menyisir rambut, (3) Sulit mengancing baju, (4) Sulit mengambil sesuatu dari
tempat yang tinggi, (5) Sulit meragah dompet
3. Disability Disability yaitu ketidakmampuan pasien untuk melakukan aktivitas yang
berhubungan dengan pekerjaan dan aktivitas sosial dengan masyarakat sebagai akibat dari
Impairment dan Functional Limitation

Teknologi Intervensi Fisioterapi

1. Infra Red (IR) Tujuan menggunakan IR adalah: vasodilatasi pembuluh darah, meningkatkan
proses metabolism, pengaruh terhadap jaringan otot, mengurangi nyeri atau rasa sakit, indikasi
dan kontra indikasi. Indikasi dari IR antara lain : (1) Artritis : osteoarthritis, rheumatoid arthritis,
myalgia, lumbago, neuralgia, neuritis. (2) Radang sub-acut : trauma, muscle sprain/ strain,
kontusio. (3) Penyakit kulit : folliculitis, wuond, furuncolosi. (4) Gangguan sirkulasi darah :
thrombo angitis obliterans, thromboplebitis. (5) Persiapan untuk melakukan terapi latihan dan
massage.

2. Terapi Latihan Terapi latihan adalah gerak tubuh atau bagian tubuh untuk mengurangi tanda
dan gejala atau meningkatkan fungsi (Licht, 1978). Latihan untuk kasus acromion clavicula joint
dextra antara lain: Shoulder wheel. Shoulder wheel adalah suatu alat berbentuk roda yang
ditempelkan di dinding pada as / poros roda yang kira-kira setinggi bahu. Pegangan diletakkan di
sudut kanan padasalah satu jeruji roda. Shoulder wheel mempunyai baut atau screw yang
berfungsi untuk mengatur besarnya tahanan yang ada pada alat. Shoulder wheel digunakan untuk
meningkatkan LGS secara aktif dengan gerakan yang kompleks. Tahanan yang dihasilkan saat
latihan dengan shoulder wheel diperoleh dengan cara mengencangkan atau mengendorkan baut
pada poros shoulder wheel. Pada posisi awal, roda pada shoulder wheel bisa berputar bebas tanpa
tahanan dan tahanan bisa ditambah dengan memutar baut pengencang poros roda ke kanan.
Dengan adanya tahanan, maka shoulder wheel juga dapat digunakan untuk meningkatkan
kekuatan otot sekitar bahu (Kisner & Colby, 1996)

3. Latihan Passive Movement Gerakan passive movement ini dibagi menjadi 2 yaitu: a. Relaxed
passive movement Ini adalah gerakan yang terjadi oleh kekuatan dari luar tanpa diikuti kerja otot
dari bagian tubuh itu sendiri (Kisner, 1996). Dosis lalihan 2 x 8 hitungan tiap gerakan b. Forced
passive movement Adalah gerakan yang terjadi oleh karena kekuatan dari luar tanpa diikuti kerja
otot tubuh itu sendiri tetapi pada akhirnya gerakan diberikan penekanan. Gerakan ini bertujuan:
(1) mengurangi pembentukan perlengketan jaringan lunak, (2) menjaga elastisitas jaringan, (3)
mengurangi kontraktur, (4) mengurangi nyeri (Kisner, 1996).
Prognosis Dislokasi

Penanganan dengan fisioterapi yang tepat dan kembali ke fungsi normal,dapat memakan waktu
berminggu-minggu sampai berbulan-bulan untuk mencapai hasil yang optimal.Karena tingkat
keparahan cidera dan luas kerusakan jaringanikat yang terkait dengan kondisi ini, pasien akan
mengalamilatihan jangka panjang.Efek yang paling umum jangka panjang dislokasi bahu
adalahkemungkinan terjadinya re-dislokasi dengan trauma yangrelatif kecil.Dalam kasus
dislokasi bahu berulang, tindakan bedah untukperbaikan dari kapsul sendi bahu dapat
diindikasikan.Hal ini biasanya diikuti dengan program rehabilitasi yang intensif.

Cara pencegahan

Untuk membantu mencegah terjadinya dislokasi bahu, sebaiknya lakukan hal-hal berikut:

 Hindari terjatuh

 Gunakan bantalan pelindung ketika melakukan olahraga

 Olahraga secara teratur untuk menjaga kekuatan dan fleksibilitas pada sendi dan otot

Ketika mengalami dislokasi dari sendi bahu, penderita akan memiliki risiko mengalami hal
serupa ke depannya. Untuk menghindari pengulangan, ikuti latihan kekuatan dan stabilitas yang
didiskusikan bersama dokter.

Sumber

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI DENGAN TERAPI LATIHAN DAN INFRA RED


(IR) PADA KONDISI POST DISLOKASI SENDI ACROMIOCLAVICULAR DEXTRA oleh
Heru Bahari Samudro

https://www.sehatq.com/penyakit/dislokasi-bahu 15 maret

https://fdokumen.com/document/fisioterapi-pada-dislokasi-shoulder-56327e087352e.html
https://slideplayer.info/slide/2973916/

https://www.slideshare.net/mycats23/269245793-tatalaksanadislokasipadadislokasianteriorbahu-
1

Anda mungkin juga menyukai