Anda di halaman 1dari 15

Nama Kelompok Ankle :

1. Getriyana Sekar Murti J120160011


2. Kurnia Ade Riani J120160014
3. Dyah Sekaringtyas J12060016
4. Maryam Amirotuzakiyah J120160019
ANATOMI
Tulang pembentuk :
• Os talus
• Os calcaneus
• Os navicularis
• Os cuboideus
• Ossa cuneiforme (lateral–middle–medial)
• Ossa metatarsalia (5 buah)
• Ossa phalang (14 buah)
Otot :
ANTERIOR
• M. Tibialis anterior
• M. extensor digitorum longus ,
• M. extensor hallucis longus
POSTERIOR
• M. Gastrocnemius
• M. Soleus
• M. Flexor digitorum
• M. Flexor hallucis
MEDIAL
• M. Tibialis posterior
LATERAL
• M. Peroneus longus
• M. Peroneus brevis
ANAMNESIS
Hal-hal yang perlu dipertanyakan adalah :
• Letak atau lokalisasi nyeri
• Bagaimana terjadinya nyeri
• Kapan terjadi nyeri
• Faktor yang memperbera tdan yang
mengurangi nyeri (provokasi)
• Sifat dari nyeri
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Hal-hal yang perlu di inspeksi adalah :
1) Kulit dan jaringan di bawah kulit
2) Otot dan tendon, dapat di inspeksi dalam bentuk :
- Kontur, kelainan yang timbul berupa perubahan ukuran yang membesar
/ mengecil
- Keadaan kontraksi, pembesaran otot dan tendon tergantung dari ukuran
pemakain,tidak selalu ada latarbelakang kelainan / patologi
3) Struktur tulang
4) Postur tubuh
• Perhatikan posisi/sikap tubuh spt scoliosis, lordosis dan kiphosis,
lumbale-pelvic dan femur (quadrant), Coxa valga/vara, genu
valgum/varum/recurvatum, kaki dlm club foot/flat foot, hallux
valgus/varus
5) Anggota gerak dan bagian tubuh yang lainnya
2. Palpasi
• Bone palpation
– Malleolus medialis & lateralis
– Os Calcaneus, Talus, navicularis & Cuboideus
• Joint palpation
– Ankle joint
– Calcaneocubid joint, Talonavicular joint
– Tarsometatarsal joints
– Metatarso phalangeal joint
– Proximal – Distal interphalangeal joints
• Muscle palpation
– Gastrocnemius m
– Tibialis anterior m.
– Peroneus langus and brevis ms.
– Plantar m. and Plantar fascia
• Tendon Palpation
- Palpasi tendon archilles
- Palpasi malleolus
• Ligament Palpation
- Ligamentum talofibularis
Pemeriksaan Gerak Dasar
AKTIF DORSAL FLEXI
• Posisi Supine Laying, Pasien melakukan sendiri gerakan dorsi fleksi secara
aktif.
• ROM : 20˚
AKTIF PLANTAR FLEXI
• Posisi Supine Laying, Pasien melakukan sendiri gerakan plantar fleksi secara
aktif.
• ROM : 50˚
AKTIF INVERTION
• Posisi Supine laying, Pasien melakukan gerakan inversi sendiri secara aktif
• ROM : 20˚
AKTIF EVERTION
• Posisi Supine Laying, Pasien melakukan gerakan elevasi sendiri secara aktif
• ROM : 30˚
PASSIVE DORSAL FLEXI
• Pasien Supine Laying .
• Salah satu tangan terapis melakukan fiksasi pada tendon achiles, dan
tangan yang lain melakukan mobilisasi pada metatarsal bagian
plantar.
• Terapis melakukan mobilisasi dengan melakukan gerakan dorsi fleksi
pada ankle.
• ROM : 20˚ elastic end feel
PASSIVE PLANTAR FLEXI
• Pasien Supine Laying.
• Salah satu tangan terapis melakukan fiksasi pada tendon achiles, dan
tangan yang lain melakukan mobilisasi pada metatarsal bagian
plantar.
• Terapis melakukan mobilisasi dengan melakukan gerakan plantar
fleksi pada ankle.
• ROM : 50˚ Hard end feel
PASSIVE INVERTION
• Pasien Supine Laying .
• Salah satu tangan terapis melakukan fiksasi pada tendon achiles, dan tangan
yang lain melakukan mobilisasi pada sisi plantar ankle.
• Terapis melakukan mobilisasi dengan melakukan gerakan inversi pada ankle.
• ROM : 20˚ Hard end feel

PASSIVE EVERTION
• Pasien Supine Laying.
• Salah satu tangan terapis melakukan fiksasi pada tendon achiles, dan tangan
yang lain melakukan mobilisasi pada sisi plantar ankle.
• Terapis melakukan mobilisasi dengan melakukan gerakan eversi pada ankle.
• ROM : 30˚ Hard end feel
ISOMETRIC DORSAL FLEXI
• Posisi Supine Laying.
• Pasien melakukan gerakan dorsi fleksi dengan melawan tahanan yang
diberikan oleh terapis.
• m.tibialis anterior
ISOMETRIC PLANTAR FLEXI
• Posisi Supine Laying.
• Pasien melakukan gerakan plantar fleksi dengan melawan
tahanan yang diberikan oleh terapis.
• m.tibialis posterior
ISOMETRIC INVERTION
• Posisi Supine Laying.
• Pasien melakukan gerakan inversi dengan melawan tahanan
yang diberikan oleh terapis.
• m.tibialis anterior
ISOMETRIC EVERTION
• Posisi Supine Laying.
• Pasien melakukan gerakan Eversi dengan melawan tahanan
yang diberikan oleh terapis
• m.peroneus longus dan brevis
Tes Spesifik
• 1. COMPRESSION TEST (Pemeriksaan pada tulang)

a. Tujuan : untuk mengetahui adanya fracture


b. Posisi Pasien : Supine Laying dengan posisi kaki
extensi.
c. Posisi terapis : Berada di depan bed memposisikan
ankle joint sambil mencatat lokasi nyeri.
d. Action : Terapis menekan tibia dan fibula diluar area
nyeri.
e. Positive Finding : Nyeri pada daerah luka mungkin
terindikasi adanya fracture, saat diberikan penekanan
pada dua tulang bisa memperbesar nyeri pada daerah
tersebut.
2. ANTERIOR DRAWER TEST (Pemeriksaan pada
ligament)
a. Tujuan : Untuk menguji integritas ligamen talofibular
anterior, yang sering mengalami cedera saat sprain
inversi ankle
b. Posisi pasien : duduk dengan posisi flexi knee 90˚
dan posisi kaki rileks atau pasien juga bisa dengan
posisi tidur tengkurap
c. Posisi terapis :terapis menyetabilkan bagian tibia dan
fibula bagian distal dengan satu tangan dan tangan
satunya menggenggam calcaneus
d. Action : terapis memberi tahanan ke arah anterior
pada calcaneus dan tallus.
E. Positive finding : Nyeri atau peningkatan kelemahan
sendi di ankle menunjukkan gangguan ligamen
talofibular anterior
3. Thompson tes
a. Tujuan : untuk mengetahui adanya ruptur dari
tendon achiles
b. Posisi Pasien : tengkurap dengan
pergelangan kaki di tepi bed
c. Posisi Terapis :berada di samping kaki yang
diperiksa
d. Action : terapis memijat otot betis (
gastrocnemius )
e. Positive finding : positif bila kaki pasien tidak
ada gerakan plantar fleksi ketika otot betis di
pijat
4. TINEL ‘S SIGN
a. Tujuan : untuk mengetahui adanya tarsal tunnel
syndrome
b. Posisi pasien : supine laying
c. Posisi terapis : berada di depan kaki yang
diperiksa
d. Action : terapis menekan jari-jari bagian medial
dimana terletaknya nervus tibialis posterior.
e. Positive finding : terjadinya nyeri yang menjalar
di jari-jari dan kaki saat ditekan pada nervus
tibialis posterior maka terindikasi terjadi tarsal
tunnel syndrome.
5. SWING TEST
A. Tujuan : untuk mengetahui adanya subluxation
pada tibiotalar posterior
b. Posisi pasien : duduk dengan high sitting
c. Posisi terapis : terapis di depan pasien dan kedua
tangan diatas dorsal ankle pasien dengan menjaga
kaki pasien agar tidak menempel pada lantai. Terapis
palpasi anterior talus pasien.
D. Action : pasif flexi dorsal dan plantar ankle dan
memeriksa ROM dari pergerakan terutama gerakan
dorsal flexi.
E. Positive Finding : positif jika adanya gerakan
melawan dorsi flexi terindikasi adanya subluxation
pada tibiotalar posterior

Anda mungkin juga menyukai