ABSTRAK
Latar belakang : Prevalensi Bell’s Palsy (BP) di beberapa negara cukup tinggi. Di Inggris dan
Amerika berturut-turut 22,4 dan 22,8 penderita per 100,000 penduduk per tahun. Di Belanda
(1987) 1 penderita per 5000 orang dewasa dan 1 penderita per 20,000 anak per tahun. Data yang
dikumpulkan di 4 buah rumah sakit di Indonesia diperoleh frekuensi BP sebesar 19,55% dari
seluruh kasus neuropati, dan terbanyak terjadi pada usia 21-30 tahun. Penderita diabetes
mempunyai resiko 29% lebih tinggi, dibanding non-diabetes. Metode penelitian yang digunakan
adalah quasi eksperimen jenis pretest-posttest. Intervensi yang diberikan berupa terapi infra red,
massage dan mirror exercise. Tujuan : tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
penggunaan infra red, massage dan mirror exercise pada bell’s palsy Hasil : hasil uji normalitas
menunjukkan bahwa penelitian ini memiliki distribusi data normal karena nilai sig. untuk Ugo
fish score sebelum terapi 0.652 dan untuk setelah terapi 0.95 yang berada pada > 0,05.
Sedangkan untuk uji hipotesis didapatkan nilai sig. 2 tailed sebesar 0,000 yang berada pada <
0,05 sebagai batas kritis, yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Maka hasil terapi ini
menunjukkan terjadi peningkatan nilai kekuatan otot wajah yang signifikan antara sebelum
dengan sesudah terapi. Kesimpulan : Pada penelitian ini menunjukkan hasil bahwa penggunaan
infra red, massage dan mirror exercise efektif dalam meningkatkan kekuatan otot serta
perbaikan nervus facialis partisipan.
ABSTRACT
Background: BP prevalence in some countries is quite high. In Britain and America, 22.4 and
22.8 patients per 100,000 population per year, respectively. In the Netherlands (1987) 1 sufferer
per 5000 adults and 1 sufferer per 20,000 children per year. Data collected in 4 hospitals in
Indonesia obtained BP frequency of 19.55% of all cases of neuropathy, and most occurred at the
age of 21-30 years. Diabetics have a 29% higher risk than non-diabetics, the method is quasi
experiment with pretest-postest. The intervention provided was in the form of infra red therapy,
massage and mirror exercise. Objective: The purpose of this study was to determine the effect of
using infra red, massage and mirror exercise on palsy bells Results: the results of the normality
Pengaruh Infra Red, Massage Dan Mirror Exercise Pada ... | Zainal Abidin dkk hlm18-25 18
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 1, No. 2, Tahun 2017, ISSN 2548-8716
test indicate that this study has a normal data distribution because of the sig value. for the Ugo
fish score before therapy 0.652 and for after therapy 0.95 which is at> 0.05. Whereas for the
hypothesis test the sig value is obtained. 2 tailed is 0,000 which is at <0.05 as the critical limit,
which means that Ho is rejected and Ha is accepted. So the results of this therapy showed an
increase in the value of facial muscle strength that was significant between before and after
therapy. Conclusion: In this study, the results showed that the use of infra red therapy, massage
and mirror exercise was effective in increasing muscle strength and participants' facial nerve
repair.
Pengaruh Infra Red, Massage Dan Mirror Exercise Pada ... | Zainal Abidin dkk hlm18-25 19
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 1, No. 2, Tahun 2017, ISSN 2548-8716
dan Amerika berturut-turut 22,4 dan 22,8 Kondisi ini menyebabkan ketidakmampuan
penderita per 100,000 penduduk per tahun. penderita menggerakkan separuh wajahnya
Di Belanda (1987) 1 penderita per 5000 secara sadar (volunter) pada sisi yang sakit
orang dewasa dan 1 penderita per 20,000 (Mujaddidah, 2017).
anak per tahun. Data yang dikumpulkan di 4 Masalah yang ditimbulkan oleh Bell’s
buah rumah sakit di Indonesia diperoleh palsy yaitu seperti kelain bentuk ekspresi
frekuensi BP sebesar 19,55% dari seluruh wajah diantara bibir tidak asimetris, lalu
kasus neuropati, dan terbanyak terjadi pada pasien tidak dapat menutup mata secara
usia 21-30 tahun. Penderita diabetes penuh, pasien tidak dapat mengerutkan dahi,
mempunyai resiko 29% lebih tinggi, saat tersenyum mulut masih asimetris, itu
dibanding non-diabetes. BP mengenai laki- semua di karenakan adanya lesi pada nervus
laki dan wanita dengan perbandingan yang fasialis.
sama. Akan tetapi, wanita muda yang Tindakan fisioterapi yang diberikan
berumur 10-19 tahun lebih rentan terkena pada problematika bell’s palsy sinistra pada
daripada laki-laki pada kelompok umur yang penelitian ini adalah infra red, Massage, dan
sama. Pada kehamilan trisemester ketiga dan mirror exercise. Tindakan tersebut bertujuan
2 minggu pasca persalinan kemungkinan untuk meningkatkan kekuatan otot wajah
timbulnya BP lebih tinggi daripada wanita sisi sinistra, menggurangi spasme otot,
tidak hamil, bahkan bisa mencapai 10 kali meningkatkan aktifitas fungsional otot
lipat. Penyakit ini dapat terjadi pada semua wajah, dan meningkatkan aktifitas
umur, dan setiap saat tidak didapatkan fungsional.
perbedaan insidensi antara iklim panas
maupun dingin. Meskipun begitu pada METODE PENELITIAN
beberapa penderita didapatkan riwayat
Penelitian ini menggunakan sampel
terkena udara dingin, baik kendaraan dengan
sebanyak 8 orang partisipan dilakukan di
jendela terbuka, tidur di lantai, atau
RSUD K.R.M.T Wongsonegoro dengan
bergadang sebelum menderita BP
metode pretest-posttest dengan quasi
(Bahrudin. Moch, 2011).
eksperimen. Intervensi yang diberikan
Bell’s palsy adalah kelemahan atau
berupa infra red, massage dan mirror
kelumpuhan saraf perifer wajah (nervus
exercise.
fasialis) secara akut pada sisi sebelah wajah.
Pengaruh Infra Red, Massage Dan Mirror Exercise Pada ... | Zainal Abidin dkk hlm18-25 20
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 1, No. 2, Tahun 2017, ISSN 2548-8716
Terapi infra red adalah radiasi dari wajah dan leher, 2 menit massage melingkar
panjang gelombang yang lebih panjang (efflurage) menggunakan tiga jari tengah
daripada ujung merah spectrum yang gerakan dari pusat ke arah luar wajah.
terlihat, meluas ke wilayah microwave , dari Jempol bergerak di bagian dalam pipi yang
770 nm menjadi sekitar 12500 nm. Infra red terkena dari wajah dengan tiga jari untuk
sangat bermanfaat karena meningkatkan menarik ke arah mulut (finger kneeding) 2
sirkulasi dan dengan demikian mengurangi menit. Tekanan dalam toleransi pasien
tekanan edema. Aplikasi infra red digunakan untuk membersihkan
menghasilkan vasodilatasi local dari bagian membersihkan titik pemicu apapun yang
yang diradiasi dan karena pasien ditemukan. Efflurage diterapkan selama 2
mendapatkan sirkulasi yang lebih baik yang menit diikuti dengan memijat, mengambil
menyebarkan eksudat inflamasi (Sciences, dan meremas untuk meningkatkan sirkulasi,
Univrsity, & Medical, 2013). mengurangi kontribusi involunter dan
Massage adalah satu unsur yang sangat mobilisasi otot selama 2 menit. Gerakan
penting dan berharga dalam latihan-latihan terakhir dengan teknik tapotement tepukan
bagi para olahragawan dengan efek ringan untuk mendistribusikan secara merata
rangsangan terhadap fungsi-fungsi tubuh eritema selama 1 menit. 30 detik terakhir
dan penyesuaiannya terhadap latihan-latihan dilakukan efflurage lagi (Alakram &
yang makin lama menjadi semakin berat. Puckree, 2011).
Tujuan yang lain, yaitu untuk memulihkan Stroking adalah manipulasi gosokan
kondisi badan yang lelah dengan waktu yang yang ringan dan halus tanpa adanya
secepat-cepatnya ke dalam keadaan seperti penekanan dan biasanya digunakan untuk
semula. Masase akan menimbulkan suatu meratakan pelicin. Eufflurage adalah
pengaruh fisiologis dan mekanis yang manipulasi gosokan dengan penekanan yang
mendatangkan suatu relaksasi atau rasa sakit ringan dan halus dengan menggunakan
yang berkurang akibat adanya seluruh permukaan tangan, sebaiknya
pembengkakan. (dewi, 2013) diberikan dari dagu ke atas kepelipisdan dari
Massage diaplikasikan selama 10 menit tengah dahi turun ke bawah menuju ke
pada kedua sisi wajah dan leher. Urutan telinga ini harus dikerjakan dengan lembut
massage wajah termasuk 30 detik gerakan dan menimbulkan rangsangan pada otot
stroking secara bersamaan dikedua sisi wajah.
Pengaruh Infra Red, Massage Dan Mirror Exercise Pada ... | Zainal Abidin dkk hlm18-25 21
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 1, No. 2, Tahun 2017, ISSN 2548-8716
Finger kneading adalah pijatan yang melalui pengamatan bagian tubuh yang tidak
dilakukan oleh jari-jari dengan cara terpengaruh saat individu melakukan
memberikan tekanan dan gerakan serangkaian gerakan. (Pandeiroth, 2014).
melingkar, diberikan keseluruh otot wajah
yang terkena lesi dengan arah gerakan
menuju ke telinga.
Tapotement adalah manipulasi yang
diberikan dengan tepukan yang ritmis
dengan kekuatan tertentu, untuk daerah
wajah terutama pada sisi lesi tapotement ini
dilakukan di ujung jari-jari. Pada kasus ini,
peneliti melakukan teknik stroking, Gambar 2 Contoh Latihan Mirror Exercise
efflurrage dan tapotement untuk wajah sisi Tampak anterior
(Jhun myung lee, 2014)
yang lesi (kiri) dan stroking, efflurrage dan
finger kneeding pada wajah sisi yang sehat
(kanan).
Tabel 1 Kriteria penilaian Skala Ugo Fisch Pada Tabel 5 menunjukkan nilai sig.
(Trisnowiyanto, 2012)
Persentasi Keterangan untuk Ugo fish score sebelum terapi 0.652
0% Asimetris komplit, tidak ada gerakan
volunteer dan untuk setelah terapi 0.95 yang berada
30 % Simetris ringan, kesembuhan cenderung
asimetris, ada gerakan volunteer pada > 0,05 sebagai batas kritis, yang
70 % Simetris sedang, kesembuhan cenderung
normal berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini
100 % Simetris komplit
berarti distribusi data pada penelitian ini
Tabel 2 Skor normal dengan Skala Ugo normal. Berdasarkan data tersebut dilakukan
Fisch
Posisi wajah Nilai uji hipotesis dengan menggunakan paired
Saat istirahat 20 sample t test dengan hasil yang dapat dilihat
Mengerutkan dahi 10
Menutup mata 30 pada Tabel 6.
Tersenyum 30
Bersiul 10
Tabel 6 Uji hipotesis skor ugo fish
Paired Differences
HASIL DAN PEMBAHASAN 95% Confidence Sig.
Std.
Interval of the t df (2-
Mean Std. Dev Error
Difference tailed)
Mean
Lower Upper
sebelum -
Penelitian ini menggunakan skor ugo -29.875 12.449 4.401 -40.283 -19.467 -6.788 7 .000
sesudah
dilakukan uji normalitas dengan hipotesis nilai sig. 2 tailed sebesar 0,000
menggunakan saphiro wilk test karena yang berada pada < 0,05 sebagai batas kritis,
jumlah partisipan < 50 dengan hasil yang yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima.
Tabel 4 Total Skor Ugo Fish signifikan antara sebelum dengan sesudah
n = partisipan terapi. Berdasarkan hasil tersebut maka
n1 n2 n3 n4 n5 n6 n7 n8
Sebelum terapi 18 33 50 36 43 25 35 50 intervensi yang diberikan berupa infra red,
Sesudah terapi 69 71 74 64 66 54 44 87
massage dan mirror exercise efektif dalam
Tabel 5 Uji normalitas skor ugo fish meningkatkan kekuatan otot serta perbaikan
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk nervus facialis partisipan.
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
UFS_sebelum .138 8 .200* .944 8 .652
UFS_sesudah .185 8 .200* .972 8 .915
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Pengaruh Infra Red, Massage Dan Mirror Exercise Pada ... | Zainal Abidin dkk hlm18-25 23
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 1, No. 2, Tahun 2017, ISSN 2548-8716
Pengaruh Infra Red, Massage Dan Mirror Exercise Pada ... | Zainal Abidin dkk hlm18-25 24
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 1, No. 2, Tahun 2017, ISSN 2548-8716
Pengaruh Infra Red, Massage Dan Mirror Exercise Pada ... | Zainal Abidin dkk hlm18-25 25