Anda di halaman 1dari 6

Jurnal PENA Vol.32 No.

2 Edisi September 2018

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI


PIRIFORMIS SYNDROME DEKSTRA DENGAN MODALITAS TENS,
FRICTION DAN METODE TERAPI LATIHAN DI RSUD BENDAN

Bayu Aji, Eko Budi Prasetyo


Program Studi Diploma III Fisioterapi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pekalongan
Email : bayuaji1604@yahoo.co.id, hasan143173@gmail.com

ABSTRACT

Piriformis syndrome is a reversible compression of sciatic nerve by piriformis muscle. This


condition can cause deep and intense pain in the buttocks, hip, and sciatica, with radiation of pain
towards the thighs, legs, feet and toes, painful symptoms in the buttocks, especially in the
piriformis muscle area, increased pain after sitting in time 15-20 minutes, sometimes with
difficulty walking, and pain during internal hip rotation. Factors that influence the primary and
secondary factors.To determine the effect of physiotherapy management in reducing pain, spasm,
increased muscle strength, and functional activity in the right cerebral palsy syndrome condition
using the tens, friction, and exercise modalities.

Keywords: right piriformis syndrome, tens, friction and exercise therapy

PENDAHULUAN internal rotasi hip. Timbulnya nyeri


Piriformis syndrome adalah pada piriformis syndrome karena otot
gangguan neuromuskular yang mengalami lokal iskemik, tidak
terjadi karena saraf sciatica (nervus lancarnya aliran darah di area otot
ischiadicus) terkompresi atau piriformis karena berbagai macam
teriritasi oleh otot piriformis seperti adanya spasme otot, stiffness,
sehingga menimbulkan nyeri, tenderness, bahkan kelemahan otot
kesemutan, pada area bokong sampai piriformis itu sendiri (Boyajian,
perjalanan saraf sciatica. Sekitar 2007).
15% dari populasi kasus sciatica Fisioterapi berperan dalam
(ischialgia) adalah sindroma penyembuhan kasus ini karena
piriformis ( Douglas, 2002). fisioterapi salah satu bentuk
Sedikitnya sekitar 6% - 8% pelayanan kesehatan yang ditujukan
dari 750 penderita nyeri pinggang untuk individu dan atau kelompok
bawah disertai dengan adanya dalam upaya mengembangkan,
piriformis syndrome (Jonathan cluett, memelihara, dan memulihkan gerak
2004). dan fungsi sepanjang daur kehidupan
Gejala-gejala yang sering terjadi den menggunakan modalitas,
pada piriformis syndrome yaitu mekanis, gerak dan komunikasi.
terasa nyeri di daerah bokong Modalitas yang dapat digunakan
khususnya di area otot piriformis, dalam menyelesaikan problematika
meningkatnya nyeri setelah duduk pada piriformis syndrome adalah
dalam waktu 15-20 menit, terkadang dengan menggunakan modalitas
disertai sulit berjalan, dan nyeri saat Transcutaneous Elektrical Nerve

18
Jurnal PENA Vol.32 No.2 Edisi September 2018

Stimulation (TENS) ,friction dan yaitu cara menganalisa,


metode terapi latihan. mendeskripsikan data-data yang
TENS yang menjadi salah satu bersifat umum dan bersifat khusus
modalitas yang digunakan dalam sehingga fisioterapis dapat
penanganan kasus piriformis menentukan program terapi untuk
syndrome ini efektif mengurangi dapat mencapai tujuan dari terapi.
nyeri melalui aktivasi saraf Desain penelitian ini dilakukan
berdiameter besar dan kecil melalui dengan cara melakukan interview
kulit yang selanjutnya akan dan observasional pada seorang
memberikan informasi sensoris ke pasien secara langsung yang
saraf pusat. TENS menghilangkan dilakukan di poli RSUD BENDAN.
nyeri dikaitkan melalui sistem
reseptor nosiseptif dan Gambaran desain penelitian
mekanoreseptor. Sistem reseptor sebagai berikut :
nosiseptif bukan akhiran saraf bebas,
melainkan fleksus saraf halus tak X Y
bermyelin yang mengelilingi
jaringan dan pembuluh darah
(Hardhono 2007 ).
Friction yaitu metode untuk Z
memproduksi traumatic hyperemia
dengan meningkatkan suplai darah di Keterangan:
area otot yang spasme dengan cara X : Keadaan pasien sebelum
mengurangi nodule dan melemaskan diberikan program fisioterapi
struktur serat otot yang spasme. Hal Y : Keadaan pasien setelah
ini dapat mempengaruhi efektifitas diberikan program fisioterapi
gerakan dari serat otot seperti Z : Program fisioterapi
memanjang dan otot akan mudah
digerakan kembali sehingga Problematika yang muncul
peredaran darah dan metabolisme pada kasus ini meliputi adanya nyeri,
disekitar otot tersebut dapat berjalan spasme otot, penurunan kekuatan
lebih lancar. otot dan penurunan aktivitas
Secara umum tujuan terapi fungsional. sebelumnya pasien
latihan ialah mencegah disfungsi dilakukan pemeriksaan fisioterapi
seperti mengembangkan, berupa pemeriksaan nyeri dengan
meningkatkan, memperbaiki dan skala VAS, spasme dengan palpasi,
memelihara kekuatan, daya tahan kekuatan otot dengan MMT, dan
dan kesegaran kardiovaskular, aktifitas fungsional dengan Index
mobilitas dan fleksibilitas, stabilitas, oswestry.
koordinasi, keseimbangan dan Instrumen penelitian dalam
keterampilan fungsional (Kisner, penelitian ini sebagai berikut :
1990). Nyeri
Dengan skala VAS : yakni
METODOLOGI PENELITIAN menanyakan nyeri kepada
Penelitian ini penulis pasien, pasien disuruh
menggunakan metode deskriptif menunjukkan satu titik pada

19
Jurnal PENA Vol.32 No.2 Edisi September 2018

garis skala nyeri (0 – 10 cm). Data Sekunder


Salah satu ujung menunjukkan Studi Dokumentasi
tidak nyeri dan ujung yang lain Dalam studi dokumentasi
menunjukkan nyeri hebat, ada penulis mengamati dan mempelajari
tiga hasil dalam pengukuran ini data-data medis dan fisioterapi dari
yaitu nyeri diam, tekan, gerak. awal sampai akhir.
Spasme otot Studi Pustaka
Penilaian spasme dengan Dalam penelitian ini diambil
palpasi adalah sebagai berikut : dari sumber-sumber diambil dari
0 : tidak ada spasme buku, jurnal / internet, yang
1 : spasme berkaitan dengan kondisi penyakit
Kekuatan otot piriformis sindrom.
Dengan cara melakukan
gerakanya secara aktif yaitu OBJEK YANG DIBAHAS
dengan kriteria nilai, 0 : tidak Nyeri
ada kontraksi, 1 : ada Nyeri ini timbul dapat berupa
kontraksi, 2 : ada gerakan tidak nyeri tekan, gerak dan diam. Hal ini
full ROM, 3 : full ROM diakibatkan karena rangsangan
melawan grafitasi tidak ada respon sensoris tubuh oleh karena
tahanan, 4 : full ROM, kerusakan jaringan dan juga bisa
melawan grafitasi, tahanan terjadi karena penekanan saraf
minimal, 5 : normal. . sensoris karena desakan jaringan
Aktivitas fungsional yang membengkak (Ganong, 2003).
Untuk mengetahui adanya Spasme Otot
permasalahan pada aktivitas Spasme otot dapat terjadi
fungsional dapat dilakukan karena reaksi spontan dari suatu otot
pemeriksaan dengan index karena proteksi terhadap rasa nyeri,
oswestry. reaksi proteksi lain adalah penderita
berusaha menghindari dari gerakan
Prosedur Pengambilan Data yang menyebabkan gerakan nyeri
Data Primer sehingga akan mengganggu proses
Pemeriksaan Fisik latihan atau terapi. Apabila dibiarkan
Bertujuan untuk mengetahui terus menerus akan mengakibatkan
keadaan fisik pasien, keadaan fisik kekakuan sendi, pemendekan otot
terdiri dari vital sign, inspeksi, atau atrofi dan gangguan fungsional
palpasi, perkusi dan auskultasi. pada tungkai (Ganong, 2003 ).
Metode ini digunakan untuk Kekuatan otot
mengumpulkan data dengan cara Dalam pengukuran kekuatan
tanya jawab antara terapis dengan otot dapat di ukur dengan
sumber data / pasien, yaitu dengan menggunakan MMT (manual muscle
auto anamnesis. testing), ada lima nilai untuk
Observasi menentukan hasil dari kekuatan otot.
Dilakukan untuk mengamati Aktivitas fungsional
perkembangan pasien sebelum terapi, Parameter aktivitas fungsional
selama terapi dan sesudah diberikan dapat di ukur dengan menggunakan
terapi index oswestry, pemeriksaan

20
Jurnal PENA Vol.32 No.2 Edisi September 2018

aktivitas fungsional di sesuaikan Hasil data sebagai berikut pada


dengan kemampuan pasien dan T1 NIlai 1 = ada spasme, T2 Nilai =
dilakukan untuk menilai seberapa 1 ada spasme, T3 nilai = 0 tidak ada
besar tingkat kemandirian pasien. spasme, T4 = 0 tidak ada spasme,
ada penurunan yang signifikan dari
HASIL DAN PEMBAHASAN T1 sampai T4.
Evaluasi nyeri dengan skala VAS Menurut Cyriax dan Russel
Evaluasi pemeriksaan nyeri 1980, dengan pemberian frcition
dengan menggunakan skala VAS di mobilisasi jaringan otot piriformis itu
mulai dari terapi satu sampai empat. sendiri akan kembali normal dengan
Grafik 1. Evaluasi nyeri cara mengurangi nyeri di titik nyeri
10 otot. Hal ini penting untuk
mengembalikan fungsi metabolisme
aliran darah yang tidak lancar ,
5 nyeri diam
sehingga membuat aktifasi nosiseptif
nyeri tekan
nyeri gerak seperti enkefalin, endorphin,
0 serotonin, dan noradrenalin
Terapi Terapi Terapi Terapi meningkat dan dapat sampai di otot
1 2 3 4 yang spasme.
Pada T1 ( nyeri diam = 0,
Nyeri tekan = 4,5, nyeri gerak = 2, Evaluasi kekuatan otot dengan MMT
pada T2 ( nyeri diam = 0, Nyeri Pemeriksaan kekuatan otot
tekan = 2, Nyeri gerak = 2, pada T3 ( dilakukan dengan MMT dari terapi 1
Nyeri diam = 0, Nyeri tekan = 3, sampai dengan terapi 4.
Nyeri gerak = 1,5) pada T4 ( Nyeri
diam = 0, Nyeri tekan = 3, Nyeri Grafik 3. Evaluasi kekuatan otot
gerak = 1,5). 5
Menurut Susanto Hardhono
2007, bahwa dengan pemberian tens 4
pada kasus piriformis syndrome 3
kekuatan
dapat menghilangkan nyeri dikaitkan 2 otot
melalui sistem reseptor nosiseptif
1
dan mekanoreseptor. Sistem reseptor
nosiseptif bukan akhiran saraf bebas, 0
melainkan fleksus saraf halus tak Terapi 1Terapi 2Terapi 3Terapi 4
bermyelin yang mengelilingi Didapati hasil T1 = 4, T2 = 4,
jaringan dan pembuluh darah. T3 =5, T3 = 5, T4 = 5. Ada peubahan
Evaluasi spasme dengan palpasi yang signifikan dari T1- T4.
Pemeriksaan spasme dilakukan Menurut kisner 1990, dengan
dengan penilaian 0 = tidak ada pemberian terapi latihan secara
spasme dan 1 = ada spasme. Dari teratur dan adanya keterkaitan
terapi 1 sampai 4 di dapatkan hasil langsung latihan dengan pasien pada
penurunan spasme. kasus piriformis syndrome dapat
Grafik 2. Evaluasi spasme meningkatkan kekuatan otot.
1

0.5
spasme

0 21
Terapi 1 Terapi 2 Terapi 3 Terapi 4
Jurnal PENA Vol.32 No.2 Edisi September 2018

Evaluasi aktivitas fungsional dengan 2. Adanya penurunan spasme dari


index oswestry terapi 1 sampai ke 4
Pemeriksaan aktifitas 3. Adanya peningkatan kekuatan
fungsional dengan menggunakan otot dari terapi 1 sampi terapi ke 4
index oswestry di lakukan dengan 4. Adanya peningkatan aktivitas
tanya jawab secara langsung dengan fungsional dari terapi 1 sampai ke
pasien. Ada 10 item yang nantinya 4.
ditanyakan kepada pasien.
Grafik 4. Evaluasi aktivitas DAFTAR PUSTAKA
fungsional Cyriax, JH dan Russel, G. 1980.
Treatment by manipulation
Grafik Nilai Oswestry massage and injection in
textbook of ortjopaedic
20% medicine. University of
10%
Virginia : Bailliere Tindal.
Nilai
Hal 13-31.
0%
Mr Clain, Rance L. . 2007. Diagnosis
and Management of
Piriformis Syndrome : An
Di dapati hasil T1 = 16%, T2 = Osteopathic Approach,
15%, T3 = 11% kemudian T4= 11% Review Article, Vol. 108
terdapat penurunan hasil
ketergantungan ringan yang Lori A. Boyajian et al,
dihasilkan. 2007. Diagnosis and
Menurut Mr Clain, Rance L Management of Piriformis
2007 bahwa dengan pemberian terapi Syndrome : An Osteopathic
latihan dapat mencegah disfungsi Approach, Review Article,
seperti mengembangkan, Vol. 108.
meningkatkan, memperbaiki dan
memelihara kekuatan, daya tahan Jonathan cluett, 2004.piriformis
dan kesegaran kardiovaskular, syndrome
mobilitas dan fleksibilitas. Sehingga orthopedics.about.com/cs/
sangat cocok diberikan pada kasus sprainsstrains/a/piriformis.ht
piriformis syndrome untuk m.updated Mei 5, 2013.
meningkatkan aktivitas fungsional.
Douglas Sara, 2002. Sciatic Pain and
SIMPULAN Piriformis Syndrome,
Pada penatalaksanaan fisioterapi http://Gateway/d/Kalindra/
yang telah dilakukan terhadap pasien piri_np.htm, acces at April,
dengan diagnosis piriformis sindrom 30, 2013.
sebanyak 4 kali terapi didapatkan
kesimpulan bahwa : Susanto, Hardhono 2007. Tens
1. Adanya penurunan rasa nyeri dari exercise and muscle mass in
terapi 1 sampai terapi ke 4. women aged 50 years
onward, Artikel jurnal

22
Jurnal PENA Vol.32 No.2 Edisi September 2018

kedokteran UI. Indonesia,


volume 42 nomor 2 - #5
Kisner C. 1990. Therapeutic
exercise: foundations and
techniques 2th ed.F. A.
Ganong, William F. 2003. Review of
Medical Phisiology. In: HM.

23

Anda mungkin juga menyukai