PENDAHULUAN
saat ini mempengaruhi segala bidang, salah satunya adalah bidang kesehatan. Hal
ini dapat dilihat dari berkembangnya berbagai keluhan akibat aktivitas kerja yang
berlebihan. Keluhan tersebut bisa berupa keluhan nyeri pada anggota gerak tubuh
yang sering digunakan untuk beraktivitas. Keluhan nyeri merupakan sensasi yang
tidak menyenangkan yang dirasakan oleh setiap individu serta bersifat subjektif.
sensori subjektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait
terjadinya kerusakan (IASP, 2014). Nyeri bisa terjadi bila ada stimulus yang
memenuhi syarat yang dimediasi atau difasilitasi oleh bahan kimiawi tertentu
tanduk belakang medulla spinalis, batang otak, mesensefalon, korteks serebri dan
korteks asosiasinya untuk kemudian disadari baik mengenai sifat, lokasi maupun
1
2
Keluhan nyeri bisa dirasakan oleh seluruh jaringan tubuh, karena sebagian
besar sistem informasi dalam tubuh dipengaruhi oleh sistem saraf yang bisa
Faktor pencetus dari nyeri tersebut bisa disebabkan karena aktivitas duduk yang
terlalu lama, posisi saat duduk, atau kebiasaan dalam meletakkan dompet dibawah
pantat. Aktivitas duduk yang terlalu lama yakni lebih dari 2 jam dalam satu hari
ketegangan pada otot tersebut, sehingga munculah nyeri di area pantat yang
oleh kondisi abnormal otot piriformis (Digiovanna dkk, 2005). Gejala klinisnya
dan bursitis trokanterika. Hasil evaluasi dan pemeriksaan penyakit akibat kerja
terkait dengan keluhan nyeri kronik di pinggang bawah (MMWR, 2001). Hal ini
& Khan, 2004). Piriformis Syndrome paling sering terjadi selama empat sampai
pekerjaan dan aktivitas (Beaton & Anson, 2008). Dilaporkan tingkat insiden
untuk Piriformis Syndrome antara pasien dengan nyeri pinggang bawah bervariasi
3
luas, dari 5% menjadi 36% (Papadopoulos & Khan, 2004). Piriformis Syndrome
lebih sering terjadi pada wanita daripada pria, mungkin karena terkait dengan
biomekanika otot quadriceps femoris yang lebih luas anglenya, yaitu,"Q sudut" di
coxae os pelvis dari wanita (Pace, 1976). Berdasarkan data kunjungan pasien di
Klinik “P” Denpasar tahun 2014 sedikitnya 2%-3% pasien dengan keluhan nyeri
Piriformis Syndrome paling sering disebabkan oleh makro trauma pada area
pantat yang menyebabkan peradangan jaringan lunak, kejang otot, atau keduanya,
dengan mengakibatkan kompresi saraf (Digiovanna dkk, 2005). Namun, bisa juga
disebabkan oleh mikro trauma akibat dari terlalu sering menggunakan otot
Piriformis, seperti dalam jarak jauh berjalan atau berlari atau dengan kompresi
langsung, misalnya dompet neuritis, yaitu trauma berulang dari duduk pada
permukaan yang keras. Keluhan utama pasien dengan Piriformis Syndrome yaitu
rasa sakit meningkat setelah duduk lama lebih dari 15 sampai 20 menit. Banyak
pasien mengeluh sakit pada bagian atas otot piriformis terutama di sakrum dan
medial trokanter yang lebih besar. Gejala muncul secara tiba-tiba atau bertahap,
biasanya berhubungan dengan spasme otot Piriformis atau kompresi saraf sciatic.
Pasien mungkin mengeluh kesulitan berjalan dan nyeri ketika melakukan gerakan
dan kelemahan otot (Boyajian dkk, 2008). Pendekatan holistik untuk diagnosis
4
myofascial release technique, muscle energy technique, dan latihan lingkup gerak
dalam sebuah medium yang mudah berubah bentuk atau elastis dengan frekuensi
antara 20 dan 20.000 Hertz. Gelombang suara yang digunakan adalah gelombang
longitudinal yang dalam frekuensi tersebut dapat diregistrasi oleh telinga manusia.
Dosis terapi yang digunakan untuk mengurangi nyeri yakni 1-2W/cm2 dengan
arus kontinyu terhadap serabut saraf selama 3-5 menit, sedangkan untuk efek
terhadap akar saraf dan ganglia adalah 0.5-1 W/cm2 kontinyu selama 3-4 menit
5
atau pulsed selama 6-8 menit diberikan selama 15 menit di setiap pengobatan
didefinisikan sebagai fasilitasi potensi adaptif mekanik, saraf dan psiko fisiologis
menghilangkan fasia abnormal atau fasia yang mengalami keketatan. Indikasi dari
Myofascial Release Technique yakni nyeri akut atau kronis yang tidak dapat
spesifik yang tidak mengikuti arah dermatom, myotom atau nyeri pola rujukan
otot. Adapun kontra indikasi dari Myofascial Release Technique yakni pasien
dengan angina yang tidak stabil, dermatitis, pasien yang mengonsumsi alkohol,
pasien dengan penyakit menular atau infeksi. Manfaat dari teknik tersebut adalah
technique. Muscle Energy Technique (MET) merupakan salah satu teknik dengan
mengurangi nyeri otot, spasme, kelemahan otot, otot yang mengalami trauma
akibat kecelakaan, keram atau kejang otot serta keterbatasan lingkup gerak sendi
dan postur (Chaitow, 2001). Mekanisme kerja dari teknik ini yakni menggunakan
prinsip isometrik kosentrik dengan kontraksi otot sekitar 25% kemudian secara
dilakukannya teknik ini adalah pasien dengan disertai gangguan patologis dari
technique adalah Lewit, Dia mengutip hasil dalam satu rangkaian pasien di
kliniknya sendiri yakni 351 kelompok otot yang mengalami nyeri, diperlakukan
analgesia segera dicapai dalam 330 kasus dan tidak ada efek hanya 21 kasus. Ini
adalah hasil yang luar biasa dengan standar apapun (Lewit, 1999).
Sejauh ini masih banyak teman sejawat fisioterapis yang belum mengetahui
manfaat dari pemberian terapi Ultra Sound dan Muscle Energy Technique pada
kasus Piriformis Syndrome. Dari keadaan ini peneliti ingin mengetahui lebih
apakah pemberian intervensi Ultra Sound dan Muscle Energy Technique lebih
7
1.2.1 Apakah intervensi Ultra Sound dan Muscle Energy Technique dapat
1.2.2 Apakah intervensi Ultra Sound dan Myofascial Release Technique dapat
1.2.3 Apakah intervensi Ultra Sound dan Muscle Energy Technique lebih baik
“P” Denpasar.
8
“P” Denpasar.
Denpasar.
1.4.1 Teoritis
dan sebagai bahan acuan untuk referensi penelitian selanjutnya yang akan
1.4.2 Praktisi