Anda di halaman 1dari 10

Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 Imam Haryoko

PERBEDAAN PENAMBAHAN HOLD RELAX STRETCHING PADA INTERVENSI


ULTRASOUND TERHADAP GANGGUAN GERAK DAN FUNGSI
EKSTREMITAS BAWAH AKIBAT PIRIFORMIS SYNDROME

Imam Haryoko

Program Studi DIII Fisioterapi, STIKes Muhammadiyah Palembang


imam.haryoko@stikesmp.ac.id

ABSTRAK
Latar belakang: Aktivitas sehari-hari dan gaya hidup saat ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan
masyarakat,terutama pada saat melakukan aktivitas yang melibatkan kontraksi dari otot tersebut
secara berulang. Pemakaian ototyang dilakukan secara terus menerus dapat menyebabkan otot bekerja
secara overload, yang akan menimbulkan spasme, terutama pada kasus piriformis syndrome. Tujuan
:dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Perbedaan penambahan Hold Relax Stretching
padaintervensi Ultrasound terhadap gangguan gerak dan fungsi ekstremitas bawah akibat Piriformis
Syndrome. Metode: Metode penelitian ini bersifat kuasi eksperimental pre and post test group design
dengan tekhnik pengambilan sampel purposive sampling. Populasi adalah karyawan di Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang masing-masing perlakuan selama 6 kali dalam 2 minggu pada bulan Juli
2018.Dengan perhitungan rumus Pocock diperoleh 16 orang dibagi menjadi 2 kelompok masing-
masing 8 orang. Kelompok kontrol dengan Ultrasound, kelompok perlakuan dengan penambahan
Hold relax Stretching. Hasil: diperoleh pengumpulan data dilakukan dengan mengukur nilai Skala
nyeri menggunakan skala VAS (verbal analogue scale) pada saat sebelum dan setelah perlakuan.
Kesimpulan: Ada perbedaan penambahan Hold Relax Stretching padaintervensi Ultrasound terhadap
gangguan gerak dan fungsi ekstremitas bawah akibat Piriformis Syndrome.

Kata Kunci: Piriformis Syndrome, Ultrasound, Hold Relax Stretching,nyeri.

ABSTRACT
Background : Daily activities and current lifestyle are very contrary to public health, especially when
carrying out activities that involve repeated contractions of the muscles. The use of muscle can cause
excessive muscle, which will cause muscle spasm, especially in the case of piriformis syndrome.
Purpose : To determine the differences additional Hold Relax Stretching in Ultrasound intervention
against motion disorders and lower limb function due to Piriformis Syndrome. Method :The design of
the study is pre experiment with pre test and post test control group desing approach. The Population
of this study were all employee in Muhammadiyah Hospital Palembang. Each group will be treat for 6
times in 2 weeks at July 2018. Based on Pocock formula obstain 16 samples devide into 2 groups, each
group contain 8 samples. Control groups with Ultrasound intervention and treatment group with Hold
Relax Stretching as an additonal intervention. Result : there are differences in additional Hold Relax
Stretching in Ultrasound intervention against motion disorders and lower limb function due to
Piriformis Syndrome.

Keywords : Piriformis Syndrome, Ultrasound, Hold Relax Stretching, Pain.

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 208


Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 Imam Haryoko

PENDAHULUAN yang tepat dan efisien untuk mengurangi


Pemakaian otot yang dilakukan keterbatasan tersebut. Intervensi non
secara terus menerus dapat menyebabkan surgical dan non farmalogical sangat
otot bekerja secara overload, yang akan dibutuhkan seperti tindakan fisioterapi.
menimbulkan spasme, terutama pada Ultrasound (US) adalah salah satu
kasus piriformis syndrome. Spasme yang modalitas fisioterapi yang menggunakan
terjadi pada otot piriformis akan menekan gelombang suara dengan getaran mekanis
sciatic nerve dan akhirnya akan membentuk gelombang longitudinal dan
menghasilkan nyeri di daerah bokong berjalan melalui medium tertentu
(Barzu, 2013). Sedangkan menurut dengan frekuensi yang bervariasi
Fishman (2002) sedikitnya sekitar 6% (Sugijantodan Bimantoro, 2008). Hold
sampai 8% dari penderita nyeri punggung Relax Stretching merupakan salah satu
bawah biasanya disertai dengan adanya teknik dari metode Proprioceptive
Piriformis Syndrome. Neuromuscular Facilitation (PNF) yang
Piriformis syndrome merupakan berfungsi untuk rileksasi otot,
suatu patologi dimana otot piriformis meningkatkan range of motion (ROM),
menyebabkan iritasi pada sciatic nerve meningkatkan fleksibilitas dan penguluran
atau saraf ischiadicus. Gejala yang dapat otot (Felandetal, 2001). Hold Relax
ditimbulkan pada kasus Piriformis Stretching menggunakan kontraksi
Syndrome ini biasanya terdiri dari nyeri isometric dari otot antagonis dalam
pada bagian bokong atau lipatan bokong, melakukan treatment,kontraksi tersebut
nyeri pada paha bagian belakang dan dapat dilakukan selama 6 detik
dapat menjalar hingga kearah tungkai dikarenakan pada saat 6 detik otot akan
bagian belakang paha bawah. Biasanya melakukan proses metabolic yang terjadi
nyeri dapat bertambah ketika duduk atau pada otot sehingga kontraksi otot
berdiri, dan pada umumnya orang-orang antagonis akan diikuti rileksasi dari otot
yang menderita Piriformis Syndrome agonisnya (Kisner, 2016).
biasanya akan mengalami nyeri saat Pada saat otot piriformis memendek
berjalan karena nyeri yang dirasakannya atau spasme akibat trauma atau overuse
(Tonley, 2010). Apabila permasalahan maka otot tersebut dapat menekan atau
yang ditimbulkan tidak diberi intervensi menjepit saraf sciatic yang berada diantara
maka akan menyebabkan ketidakmampuan otot tersebut. Pada umumnya, kondisi ini
yang lebih lanjut seperti kegiatan sehari- dikenal sebagai “nerve entrapment atau
hari. Oleh karena itu diperlukan intervensi entrapment neuropathi”. Kondisi

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 209


Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 Imam Haryoko

khususnya dikenal sebagai sindrome efek mekanik yang menyebabkan


piriformis yang menunjukkan gejala- terjadinya kerusakan jaringan secara
gejala sciatica yang bukan berasal dari fisiologis yang mengakibatkan terjadinya
akar saraf spinal dan/atau kompresi diskus reaksi radang yang diikuti dengan proses
spinal, tetapi melibatkan otot piriformis penyembuhan jaringan yang mengalami
diatasnya. Sekitar15-30% populasi cidera. Hal ini dapat menurunkannyeri
memiliki saraf sciatic yang berjalan seiring dengan penyembuhan jaringan
melalui atau memotong otot piriformis, setelah beberapa waktu dalam penggunaan
lebih banyak dari pada lewat dibawahnya Ultrasound (Suwarko, 2007).
oto tpiriformis. Beberapa penelitian telah Dengan pemberian intervensi
melaporkan bahwa orang-orang dengan fisioterapi Hold Relax Stretching
struktur anatomi tersebut memiliki diharapkan bisa memperbaiki
insiden sindrome piriformis yang tinggi problematika yang terjadi. Dimana
dari pada populasi umum (Barzu,2013). penguluran pada yang disertai dengan
Gejala-gejala yang sering terjadi tahanan otot tersebut dapat meningkatkan
pada kondisi Piriformis Syndrome yaitu kekuatan otot sehingga dapat mengurangi
terasa nyeri di daerah bokong khususnya resiko trauma pada otot dengan
di daerah otot piriformis, meningkatnya menggunakan teknik inhibisi (tahanan)
nyeri setelah duduk dalam waktu 15-20 untuk membantu memfasilitasi
menit, terkadang di sertai dengan sulit pemanjangan otot, sehingga dapat
berjalan.Timbulnya nyeri pada Piriformis menambah LGS yang mengalami
Syndrome karena otot mengalami lokal keterbatasan akibat dari kondisi Piriformis
iscemic, tidak lancarnya aliran darah di Syndrome (Kisner, 2014).
area otot piriformis karena adanya spasme
otot, stiffness, tenderness, bahkan METODE PENELITIAN
kelemahan otot piriformis itu sendiri Penelitian ini bersifat quasi
(Boyajian dkk, 2007). eksperimen menggunakan pendekatan
Penurunan nyeri terjadi karena komparatif pre dan post group design
pengaruh vibrasi micromassage yang yang bertujuan untuk memperlajari
mampu mempercepat reaksi kimiawi perbedaan dari penurunan nilai VAS
sehingga mempercepat proses metabolism mengguanakan dua intervensi yang
zat iritan nyeri yang mengakibatkan berbeda yaitu ultrasound dan penambahan
turunnya rasa nyeri. Pengaruh yang paling Hold Relax Stretching. Pemilihan metode
nyata pada penerapan Ultrasound adalah yang berisfat eksperimental dilihat dari

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 210


Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 Imam Haryoko

fenomena korelasi sebab-akibat pada dua Kriteria Eksklusi


kelompok perlakuan dari objek penelitian. a) Pasien yang mengalami kondisi
Kelompok kontrol akan diberikan kontraindikasi jika diberikan
ultrasound, sedangkan kelompok ultrasound therapy.
perlakuan akan diberikan penambahan b) Pasien yang mengalami kondisi
Hold Relax Stretching. kontraindikasi jika diberikan hold
Penelitian ini dilaksanakan di relaz stretching.
Poliklink Fisioterapi RS Muhammadiyah c) Subjek dengan adanya perubahan
Palembang pada bulan Juli 2018. patologi, seperti SCI, spondylosis,
Penelitian dimulai dengan proses perizinan hernia nucleus pulposus,
terlebih dahulu. Kemudian langkah awal spondylolisthesis.
adalah pemilihan responden menjadi d) Subjek yang mendapatkan terapi obat
sample melalui penentuan kriteria sampel. analgesik atau anti inflamasi dalam 3
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan hari sebelumnya.
fisioterapi sebagai upaya penegakan e) Subjek yang mendapatkan terapi
diagnosa melalui pemeriksaan. Hasil modalitas fisioterapi lain dalam 7 hari
pemeriksaan ini akan dimasukkan kedalam sebelumnya.
form pre test dan post test. Dalam Pemilihan metode yang bersifat
penelitian ini metode pengambilan eksperimental dilihat dari korelasi sebab-
sampling yaitu purposive sampling karena akibat pada dua kelompok dari objek
pemilihan sampel dilakukan atas penelitian. Kelompok kontrol dalam
pertimbangan tertentu sesuai dengan penelitian ini diberikan intervensi
kriteria yang ditetapkan berdasarkan ulrasound therapy sedangkan kelompok
variabel yang diteliti. perlakuan diberikan hold relax stretching
Kriteria Inklusi dan ultrasound therapy.
a) Pasien mengeluhkan nyeri pada Alat ukur yang digunakan dalam
panggul dengan keluhan menjalar atau penelitian ini yaitu skala nyeri VAS.Hasil
tidak. pengukuran dianalisa sebelum dan sesudah
b) Pasien merupakan pria dan wanita intervensi. Selanjutnya data VAS pre dan
yang berusia 15 – 45 tahun. post pada dua kelompok dimasukkan
c) Subjek bersedia bekerja sama dan kesoftware dan dihitung nilai statistiknya
mengikuti seluruh program penelitian menggunakan uji analisis t-test.
dengan perlakuan yang telah disebut
diatas.

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 211


Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 Imam Haryoko

HASIL PENELITIAN karakteristik sampel penelitian, dapat


Dari sampel penelitian yang di dilihat pada tabel sebagai berikut:
peroleh dapat dideskripsikan beberapa

Tabel 1.
Distribusi Sampel Kelompok Perlakuan 1 dan
Kelompok Perlakuan 2 Berdasarkan Umur
Kelompok kontrol Kelompok perlakuan
Umur
No n % n %
1 15-25 tahun 0 0 2 25
2 26-35 tahun 4 50 3 37,5
3 36-45 tahun 4 50 3 37,5
Jumlah 8 100 8 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat kontrol dan kelompok perlakuan.


terlihat bahwa range usia sampel adalah Distribusi sampel kelompok perlakuan 1
15-45 tahun. Dimana usia tersebut masih dan kelompok perlakuan 2 berdasarkan
terkategori produktif. Dan sebagian besar jenis kelamin, dapat dilihat pada table
sampel berusian 26-45 tahun dan berikut.
terdistribusi seimbang antara kelompok

Tabel 2.
Distribusi Sampel Kelompok Perlakuan 1 dan Kelompok Perlakuan 2
Berdasarkan Jenis Kelamin
Kelompok kontrol Kelompok perlakuan
Jenis kelamin
No n % n %
1 Laki-laki 3 37,5 2 25
2 Perempuan 5 62,5 6 75
Jumlah 8 100 8 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat Uji Persyaratan Analisis


Berikutuji persyaratan analisis tiap
terlihat bahwa sampel dengan jenis
variable sebelum dan sesudah intervensi,
kelamin perempuan lebih banyak daripada
dapat terlihat pada table sebagai berikut.
sampel berjenis kelamin laki-laki. Hal ini
senada dengan penelitian-penelitian
sebelumnya tentang rasio kejadian sampel.

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 212


Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 Imam Haryoko

Tabel 3.
Hasil Uji Normalitas
Saphiro wilk test
Kelompok data
p value ket
Sebelum - kelompok control 0,757 Normal
Sesudah - kelompok perlakuan 0,415 Normal
Sebelum - kelompok control 0,052 Normal
Sesudah - kelompok perlakuan 0,430 Normal
Selisih - kelompok control 0,577 Normal
Selisih - kelompok perlakuan 0,256 Normal

Uji statistik didapatkan dari hasil maka akan digunakan uji t-Test
Saphiro wilk test pada tabel diatas. Untuk Independent, sedangkan jika data
hipotesis I dan II bila data terdistribusi terdistribusi tidak normal akan digunakan
normal digunakan uji Paired Sampelt-Test, uji Mann-Whitney U Test
sedangkan bila data terdistribusi tidak Dengan demikian ditetapkan bahwa:
normal digunakan uji Wilcoxon Sign Rank a. Uji hipotesis I menggunakan paired-
Test. Sedangkan untuk hipotesis III samples t test
menguji kemaknaan komparatif dua b. Uji hipotesis II menggunakan paired-
sampel yang tidak berpasangan samples t test
(independent) guna mencari beda pengaruh c. Uji hipotesis III
pada kelompok kontrol dan kelompok menggunakanIndependent sample t-
perlakuan, jika data terdistribusi normal test

Tabel 4.
Hasil Uji Homogenitas
Data p value Ket
Sebelum – kelompok kontrol dan
0,675 Homogen
kelompok perlakuan

Berdasarkan tabel hasil pengujian Hasil Uji Paired Sample T-Test


Berikut Hasil Uji Paired Sample T-
homogenitas dengan Levene’s Test di atas,
Test tiap variable sebelum dan sesudah
dapat dilihat bahwa nilai p = 0,675(p >
intervensi, dapat terlihat pada table sebagai
0,05) yang berarti bahwa varian kedua
berikut.
kelompok bersifat homogen.

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 213


Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 Imam Haryoko

Tabel 5.
Hasil Uji Paired Sample T-Test
Paired Different
Data Mean Std. Dev p Value
Sebelum – kelompok
4,97 1,142
kontrol
0,000
Sesudah – kelompok
4,97 1,142
kontrol

Pada pengujian hipotesis I, menurunkan skala nyeri kasus piriformis


didapatkan nilai sig = 0,000 (sig < 0,05), syndrome.
yang berarti Ho ditolak dan disimpulkan
bahwa intervensi Ultrasound dapat

Tabel 6.
Hasil Uji Paired Sample T-Test
Paired Different
Data Mean Std. Dev p Value
Sebelum – kelompok
4,97 1,142
perlakuan
0,000
Sesudah – kelompok
4,97 1,142
perlakuan

Pada pengujian hipotesis II, bahwa hold relax tretching dapat


didapatkan nilai sig = 0,000 (sig < 0,05), menurunkan skala nyeri kasus piriformis
yang berarti Ho ditolak dan disimpulkan syndrome.

Tabel 7.
Hasil Uji Independent Sample T-test
Variabel t df p Value

Selisih – kelompok kontrol


-1.433 9.883 0,183
Selisih - kelompok perlakuan

Pada pengujian hipotesis III, menurunkan skala nyeri kasus piriformis


didapatkan nilai sig = 0,183 (sig > 0,05), syndrome.
yang berarti Ho diterima dan bermakna
PEMBAHASAN
bahwa tidak ada perbedaan penambahan
Berdasarkan hasil uji hipotesis
penambahan hold relax stretching
Independent sample T-Test diperoleh nilai
padaintervensi Ultrasound dalam
p Value sebesar 0,183. Hal ini

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 214


Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 Imam Haryoko

menunjukkan bahwa ada tidak pengaruh (LGS). Dengan penguluran maksimal dan
yang signifikan pada penambahan hold LGS yang bertambah ini diharapkan
relax pada intervensi ultrasound therapy jaringan saraf juga terjadi penguluran
terhadap penurunan nyeri piriformis sehingga terjadi perbaikan intraneural dan
syndrome. nyeri berkurang.
Menurut Suwarko (2007) penurunan Menurut Setyawan (2010) jaringan
nyeri terjadi karena pengaruh vibrasi saraf dan pembuluh darahnya memiliki
micromassage yang mampu mempercepat sifat mudah menyesuaikan terhadap
reaksi kimiawi sehingga mempercepat perubahan panjang dan tekanan akibat dari
proses metabolisme zat iritan nyeri yang beberapa faktor seperti : geseran, tekukan,
mengakibatkan turunnya rasa nyeri. penguluran, kehilangan elastisitas. Pada
Pengaruh yang paling nyata pada jaringan saraf ini juga memungkinkan
penerapan Ultrasound adalah efek untuk terjadi gerakan longitudinal
mekanik yang menyebabkan terjadinya (memanjang).
kerusakan jaringan secara fisiologis Teori yang mendukung lainnya
yang mengakibatkan terjadinya reaksi adalah LGS mengalami peningkatan
radang yang diikuti dengan proses dikarenakan adanya penurunan nyeri yang
penyembuhan jaringan yang mengalami terjadi mulai dari terapi pertama hingga
cidera. Hal ini dapat menurunkan nyeri terapi terakhir berlangsung. Setelah
seiring dengan penyembuhan jaringan dilakukan terapi berupa latihan Hold
setelah beberapa waktu dalam penggunaan Relax Stretch telah didapatkan hasil
Ultrasound. bahwa Hold Relax Stretch dapat
Sedangkan menurut Adel (2011) menurunkan ketegangan otot yang
bahwa mobilisasi saraf ini bermanfaat mengalami pemendekan sehingga dapat
dalam penurunan nyeri dan menurunkan meningkatkan fleksibilitas, mengurangi
disabilitas. Hal ini sejalan dengan hasil spasme dari otot tersebut dan dapat
penelitian ini. Menurut Goldsping dan meningkatkan kekuatan otot sehingga
Williams dalam Fendy (2012) dengan dapat mengurangi resiko trauma pada
peregangan teratur dari waktu ke waktu, otot dengan menggunakan teknik inhibisi
jumlah sarkomer ini diyakini akan (tahanan) untuk membantu memfasilitasi
meningkat secara seri, dengan sarkomer pemanjangan otot, sehingga dapat
baru ditambahkan ke akhir miofibril yang menambah LGS yang mengalami
ada, sehingga dapat meningkatkan panjang keterbatasan akibat dari kondisi Piriformis
otot secara maksimal dan luas gerak sendi Syndrome (Kisner, 2014).

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 215


Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 Imam Haryoko

KESIMPULAN DAN SARAN Saran

Kesimpulan 1. Bagi Pasien


1. Intervensi ultrasound therapy dapat Pasien hendaknya mampu mengulangi
menurunkan nyeri kondisi piriformis dan mengikuti latihan hold relax
syndrome dengan nilai P Value 0,000. stretching dengan mandiri dirumah
2. Intervensi hold relax stretching dapat untuk mengurangi keluhan nyeri.
menurunkan nyeri kondisi piriformis 2. Bagi Peneliti
Untuk peneliti selanjutnya agar
syndrome dengan nilai P Value 0,000.
memperhatikan prosedur hold relax
3. Tidak ada perbedaan penambahan hold
stretching dengan tepat agar efektifitas
relax stretching pada intervensi
terapi dapat dicapai dan penurunan
ultrasound therapy terhadap penurunan
nyeri dapat lebih efektif dan
nyeri kondisi piriformis syndrome
sempurna.
dengan nilai P Value 0,183

DAFTAR PUSTAKA

Adel, M.S. 2011. Efficiacy of Neural Mobilization in Treatment of Low Back Dysunction.
Journal of Ameican Science. 2011;7 (4)
Adler, Susan S.,et al.,2014. PNF In Practice. Springer
Barzu, Mariana. dkk. 2013. Diagnostic Methods in Piriformis Syndrome. Timisoara
Physical Education and Rehabilitation Journal. Vol6. No11.
Boyajian, Lori A. 2008. Diagnostic and Management of piriformis Syndrome. J. A m
Osteopath Assoc.Vol 108. No11.
Destyana Fardilah. 2014. Perbandingan Antara Intervensi Hold Relax Stretching Dengan
Intervensi Transverse Friction Massage Pada Terapi Modalitas Ultrasound
Terhadap Penurunan Nyeri Pada Kasus Piriformis Syndrome Di Klinik Fisioterapi
Merdeka Medical Center Bali. Vol1. No1.
Dorland.W. A. Newman. 2012. Kamus Saku Kedokteran Dorland edisi 28. Jakarta :
Kedokteran EGC.
Mahar Mardjono dan Priguna Sidharta. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : PT Dian
Rakyat
Feland, J. Brent. dkk. 2001. Acute Changes In Hamstring Flexibility : PNF Versus Static
Stretch In Senior Athletes. Physical Therapy In Sport Vol2. No.186-193.
Fishman, M Loren. dkk. 2002. Piriformis Syndrome : Diagnosis, Treatment, and Outcome–a
10 Year Study. Arch Phys Med Rehabil.Vol 83.No 295–301.
KEPMENKESRI.2001.KEPMENKESRINo.1363.Jakarta:KEPMENKES

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 216


Volume 3, Nomor 2, Februari 2019 Imam Haryoko

Kisner,Carolyn dan Lynn Allen Colby. 2012. Therapeutic Exercise Foundations and
Techniques.USA : F–A Davis Company.
Lamury, Marcelinus Thobias F. 2010. Beda Efek Penerapan Muscle Energy Tehnique dan
Micro Wave Diathermy (MWD) Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Kasus
Piriformis Syndrome. Skripsi Sarjana, Prodi DIV Fisioterapi Fakultas Fisioterapi
Universitas Esa Unggul, Jakarta.
Partono, Muki dan Sugijanto. 2016. Pengaruh Penambahan Transverse Friction pada
Intervensi Ultrasound Terhadap Pengurangan Nyeri Akibat Tennis Elbow Tipe II.
Jakarta : Universitas Indonusa Esa Unggul
Pearce, EvelynC. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia.
Putz, Rdan R.Pabst.2016. Sobotta Atlas Anatomi Manusia Jakarta: Kedokteran EGC.
Setiawan. 2010. Mata Kuliah Saraf Tepi. Poltekkes: Surakarta.
Slamet Riyono. 2013. Nyeri Pinggang. http: //www.fisioteraphy.blogspot.co.id/
2013/09/syndroma.piriformis(Diaksespadatanggal11Januari2017)
Tonley, Jason C. dkk. 2010. Treatment of An Individual with Piriformis Syndrome
Focusing on Hip Muscle Strengthening And Movement Reeducation. Journal of
Orthopaedic and Sports Therapy.Vol 40. No2.
Trisnowiyanto, Bambang. 2012. Instrumen Pemeriksaan Fisioterapi dan Penelitian
Kesehatan.Yoyakarta : Nusa Medika.
W. Hayes, Karen & Kathy D Hall. 2015. Agents modalitas untuk Praktik Fisioterapi edisi 6 .
Jakarta : Kedokteran EGC

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 217

Anda mungkin juga menyukai