Imam Haryoko
ABSTRAK
Latar belakang: Aktivitas sehari-hari dan gaya hidup saat ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan
masyarakat,terutama pada saat melakukan aktivitas yang melibatkan kontraksi dari otot tersebut
secara berulang. Pemakaian ototyang dilakukan secara terus menerus dapat menyebabkan otot bekerja
secara overload, yang akan menimbulkan spasme, terutama pada kasus piriformis syndrome. Tujuan
:dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Perbedaan penambahan Hold Relax Stretching
padaintervensi Ultrasound terhadap gangguan gerak dan fungsi ekstremitas bawah akibat Piriformis
Syndrome. Metode: Metode penelitian ini bersifat kuasi eksperimental pre and post test group design
dengan tekhnik pengambilan sampel purposive sampling. Populasi adalah karyawan di Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang masing-masing perlakuan selama 6 kali dalam 2 minggu pada bulan Juli
2018.Dengan perhitungan rumus Pocock diperoleh 16 orang dibagi menjadi 2 kelompok masing-
masing 8 orang. Kelompok kontrol dengan Ultrasound, kelompok perlakuan dengan penambahan
Hold relax Stretching. Hasil: diperoleh pengumpulan data dilakukan dengan mengukur nilai Skala
nyeri menggunakan skala VAS (verbal analogue scale) pada saat sebelum dan setelah perlakuan.
Kesimpulan: Ada perbedaan penambahan Hold Relax Stretching padaintervensi Ultrasound terhadap
gangguan gerak dan fungsi ekstremitas bawah akibat Piriformis Syndrome.
ABSTRACT
Background : Daily activities and current lifestyle are very contrary to public health, especially when
carrying out activities that involve repeated contractions of the muscles. The use of muscle can cause
excessive muscle, which will cause muscle spasm, especially in the case of piriformis syndrome.
Purpose : To determine the differences additional Hold Relax Stretching in Ultrasound intervention
against motion disorders and lower limb function due to Piriformis Syndrome. Method :The design of
the study is pre experiment with pre test and post test control group desing approach. The Population
of this study were all employee in Muhammadiyah Hospital Palembang. Each group will be treat for 6
times in 2 weeks at July 2018. Based on Pocock formula obstain 16 samples devide into 2 groups, each
group contain 8 samples. Control groups with Ultrasound intervention and treatment group with Hold
Relax Stretching as an additonal intervention. Result : there are differences in additional Hold Relax
Stretching in Ultrasound intervention against motion disorders and lower limb function due to
Piriformis Syndrome.
Tabel 1.
Distribusi Sampel Kelompok Perlakuan 1 dan
Kelompok Perlakuan 2 Berdasarkan Umur
Kelompok kontrol Kelompok perlakuan
Umur
No n % n %
1 15-25 tahun 0 0 2 25
2 26-35 tahun 4 50 3 37,5
3 36-45 tahun 4 50 3 37,5
Jumlah 8 100 8 100
Tabel 2.
Distribusi Sampel Kelompok Perlakuan 1 dan Kelompok Perlakuan 2
Berdasarkan Jenis Kelamin
Kelompok kontrol Kelompok perlakuan
Jenis kelamin
No n % n %
1 Laki-laki 3 37,5 2 25
2 Perempuan 5 62,5 6 75
Jumlah 8 100 8 100
Tabel 3.
Hasil Uji Normalitas
Saphiro wilk test
Kelompok data
p value ket
Sebelum - kelompok control 0,757 Normal
Sesudah - kelompok perlakuan 0,415 Normal
Sebelum - kelompok control 0,052 Normal
Sesudah - kelompok perlakuan 0,430 Normal
Selisih - kelompok control 0,577 Normal
Selisih - kelompok perlakuan 0,256 Normal
Uji statistik didapatkan dari hasil maka akan digunakan uji t-Test
Saphiro wilk test pada tabel diatas. Untuk Independent, sedangkan jika data
hipotesis I dan II bila data terdistribusi terdistribusi tidak normal akan digunakan
normal digunakan uji Paired Sampelt-Test, uji Mann-Whitney U Test
sedangkan bila data terdistribusi tidak Dengan demikian ditetapkan bahwa:
normal digunakan uji Wilcoxon Sign Rank a. Uji hipotesis I menggunakan paired-
Test. Sedangkan untuk hipotesis III samples t test
menguji kemaknaan komparatif dua b. Uji hipotesis II menggunakan paired-
sampel yang tidak berpasangan samples t test
(independent) guna mencari beda pengaruh c. Uji hipotesis III
pada kelompok kontrol dan kelompok menggunakanIndependent sample t-
perlakuan, jika data terdistribusi normal test
Tabel 4.
Hasil Uji Homogenitas
Data p value Ket
Sebelum – kelompok kontrol dan
0,675 Homogen
kelompok perlakuan
Tabel 5.
Hasil Uji Paired Sample T-Test
Paired Different
Data Mean Std. Dev p Value
Sebelum – kelompok
4,97 1,142
kontrol
0,000
Sesudah – kelompok
4,97 1,142
kontrol
Tabel 6.
Hasil Uji Paired Sample T-Test
Paired Different
Data Mean Std. Dev p Value
Sebelum – kelompok
4,97 1,142
perlakuan
0,000
Sesudah – kelompok
4,97 1,142
perlakuan
Tabel 7.
Hasil Uji Independent Sample T-test
Variabel t df p Value
menunjukkan bahwa ada tidak pengaruh (LGS). Dengan penguluran maksimal dan
yang signifikan pada penambahan hold LGS yang bertambah ini diharapkan
relax pada intervensi ultrasound therapy jaringan saraf juga terjadi penguluran
terhadap penurunan nyeri piriformis sehingga terjadi perbaikan intraneural dan
syndrome. nyeri berkurang.
Menurut Suwarko (2007) penurunan Menurut Setyawan (2010) jaringan
nyeri terjadi karena pengaruh vibrasi saraf dan pembuluh darahnya memiliki
micromassage yang mampu mempercepat sifat mudah menyesuaikan terhadap
reaksi kimiawi sehingga mempercepat perubahan panjang dan tekanan akibat dari
proses metabolisme zat iritan nyeri yang beberapa faktor seperti : geseran, tekukan,
mengakibatkan turunnya rasa nyeri. penguluran, kehilangan elastisitas. Pada
Pengaruh yang paling nyata pada jaringan saraf ini juga memungkinkan
penerapan Ultrasound adalah efek untuk terjadi gerakan longitudinal
mekanik yang menyebabkan terjadinya (memanjang).
kerusakan jaringan secara fisiologis Teori yang mendukung lainnya
yang mengakibatkan terjadinya reaksi adalah LGS mengalami peningkatan
radang yang diikuti dengan proses dikarenakan adanya penurunan nyeri yang
penyembuhan jaringan yang mengalami terjadi mulai dari terapi pertama hingga
cidera. Hal ini dapat menurunkan nyeri terapi terakhir berlangsung. Setelah
seiring dengan penyembuhan jaringan dilakukan terapi berupa latihan Hold
setelah beberapa waktu dalam penggunaan Relax Stretch telah didapatkan hasil
Ultrasound. bahwa Hold Relax Stretch dapat
Sedangkan menurut Adel (2011) menurunkan ketegangan otot yang
bahwa mobilisasi saraf ini bermanfaat mengalami pemendekan sehingga dapat
dalam penurunan nyeri dan menurunkan meningkatkan fleksibilitas, mengurangi
disabilitas. Hal ini sejalan dengan hasil spasme dari otot tersebut dan dapat
penelitian ini. Menurut Goldsping dan meningkatkan kekuatan otot sehingga
Williams dalam Fendy (2012) dengan dapat mengurangi resiko trauma pada
peregangan teratur dari waktu ke waktu, otot dengan menggunakan teknik inhibisi
jumlah sarkomer ini diyakini akan (tahanan) untuk membantu memfasilitasi
meningkat secara seri, dengan sarkomer pemanjangan otot, sehingga dapat
baru ditambahkan ke akhir miofibril yang menambah LGS yang mengalami
ada, sehingga dapat meningkatkan panjang keterbatasan akibat dari kondisi Piriformis
otot secara maksimal dan luas gerak sendi Syndrome (Kisner, 2014).
DAFTAR PUSTAKA
Adel, M.S. 2011. Efficiacy of Neural Mobilization in Treatment of Low Back Dysunction.
Journal of Ameican Science. 2011;7 (4)
Adler, Susan S.,et al.,2014. PNF In Practice. Springer
Barzu, Mariana. dkk. 2013. Diagnostic Methods in Piriformis Syndrome. Timisoara
Physical Education and Rehabilitation Journal. Vol6. No11.
Boyajian, Lori A. 2008. Diagnostic and Management of piriformis Syndrome. J. A m
Osteopath Assoc.Vol 108. No11.
Destyana Fardilah. 2014. Perbandingan Antara Intervensi Hold Relax Stretching Dengan
Intervensi Transverse Friction Massage Pada Terapi Modalitas Ultrasound
Terhadap Penurunan Nyeri Pada Kasus Piriformis Syndrome Di Klinik Fisioterapi
Merdeka Medical Center Bali. Vol1. No1.
Dorland.W. A. Newman. 2012. Kamus Saku Kedokteran Dorland edisi 28. Jakarta :
Kedokteran EGC.
Mahar Mardjono dan Priguna Sidharta. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : PT Dian
Rakyat
Feland, J. Brent. dkk. 2001. Acute Changes In Hamstring Flexibility : PNF Versus Static
Stretch In Senior Athletes. Physical Therapy In Sport Vol2. No.186-193.
Fishman, M Loren. dkk. 2002. Piriformis Syndrome : Diagnosis, Treatment, and Outcome–a
10 Year Study. Arch Phys Med Rehabil.Vol 83.No 295–301.
KEPMENKESRI.2001.KEPMENKESRINo.1363.Jakarta:KEPMENKES
Kisner,Carolyn dan Lynn Allen Colby. 2012. Therapeutic Exercise Foundations and
Techniques.USA : F–A Davis Company.
Lamury, Marcelinus Thobias F. 2010. Beda Efek Penerapan Muscle Energy Tehnique dan
Micro Wave Diathermy (MWD) Terhadap Pengurangan Nyeri Pada Kasus
Piriformis Syndrome. Skripsi Sarjana, Prodi DIV Fisioterapi Fakultas Fisioterapi
Universitas Esa Unggul, Jakarta.
Partono, Muki dan Sugijanto. 2016. Pengaruh Penambahan Transverse Friction pada
Intervensi Ultrasound Terhadap Pengurangan Nyeri Akibat Tennis Elbow Tipe II.
Jakarta : Universitas Indonusa Esa Unggul
Pearce, EvelynC. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia.
Putz, Rdan R.Pabst.2016. Sobotta Atlas Anatomi Manusia Jakarta: Kedokteran EGC.
Setiawan. 2010. Mata Kuliah Saraf Tepi. Poltekkes: Surakarta.
Slamet Riyono. 2013. Nyeri Pinggang. http: //www.fisioteraphy.blogspot.co.id/
2013/09/syndroma.piriformis(Diaksespadatanggal11Januari2017)
Tonley, Jason C. dkk. 2010. Treatment of An Individual with Piriformis Syndrome
Focusing on Hip Muscle Strengthening And Movement Reeducation. Journal of
Orthopaedic and Sports Therapy.Vol 40. No2.
Trisnowiyanto, Bambang. 2012. Instrumen Pemeriksaan Fisioterapi dan Penelitian
Kesehatan.Yoyakarta : Nusa Medika.
W. Hayes, Karen & Kathy D Hall. 2015. Agents modalitas untuk Praktik Fisioterapi edisi 6 .
Jakarta : Kedokteran EGC