ABSTRAK
Latar belakang: Nyeri punggung bawah (NPB) miogenik merupakan permasalahan umum yang terjadi oleh karena stress
pada otot punggung bawah. Penanganan fisioterapi dibutuhkan pada kasus NPB miogenik meliputi pemberian modalitas.
Tujuan: untuk mengetahui perbedaan pengaruh pemberian ultrasound dan infrared terhadap penurunan nyeri pada kasus
NPB miogenik. Metode: Penelitian eksperimental dengan rancangan pre and post test control group design. Subjek
penelitian merupakan pasien poliklinik rawat jalan fisioterapi RS Balimed, berjumlah 24 pasien dibagi menjadi 2 kelompok.
Kelompok 1 mendapatkan terapi Infrared dan kelompok 2 mendapatkan terapi Ultrasound. Nyeri diukur sebelum perlakuan
dan setelah 8 kali perlakuan dengan menggunakan Visual Analog Scale (VAS). Hasil: Berdasarkan hasil uji Independent
sample t-test menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna rerata nyeri setelah perlakuan antar kelompok dengan nilai
p<0,05. Simpulan: Disimpulkan bahwa pemberian ultrasound lebih baik daripada infrared terhadap penurunan nyeri pada
kasus NPB miogenik.
ABSTRACT
Background: Lower back pain (LBP) myogenic is a common problem that occurs due to stress on the lower back muscles.
Physiotherapy is needed in LBP myogenic cases including modality. Purpose: to determine the difference in the effect of
ultrasound and infrared administration on pain reduction in LBP myogenic cases. Methods: An experimental study with a
pre and post-test control group design. The research subjects were outpatients in Polyclinic of physiotherapy at Balimed
Hospital. Total sample was 24 patients divided into 2 groups. Group 1 received infrared therapy and group 2 received
ultrasound therapy. Pain is measured before treatment and after 8 treatments using Visual Analog Scale (VAS). Results:
Based on the results of the Independent sample t-test, there was a significant difference in the average pain after treatment
between groups with p value <0.05. Conclusion: It was concluded that the administration of ultrasound was better than
infrared in reducing pain in LBP myogenic case.
Korespondensi: Riwayat Artikel:
Ni Putu Devi Sulistyawati K. Diterima 10 Oktober 2019
Email: devisulistyawati@iikmpbali.ac.id Disetujui 30 November 2019
Dipublikasikan 31 Desember 2019
Bali Health Journal
Pemberian Ultrasound Lebih baik Daripada Infrared
BHJ 3(2) Supplement 1 2019
S31
Bali Health Journal
Sulistyawati, Wiguna & Aritama
BHJ 3(2) Supplement 1 2019
menit dengan jarak 50 cm, sedangkan terbanyak pada usia 40-50 tahun dengan
kelompok 2 mendapatkan terapi jumlah pasien pada masing-masing
ultrasound 3x/minggu hingga 8x kelompok yaitu 7 pasien (58,3%) pada
perlakuan dengan treatment head 3cm2, kelompok 1 dan 9 pasien (75%) pada
intensitas 1.5 watt/cm2 dengan frekuensi kelompok 2. Sedangkan berdasarkan jenis
1MHz, menggunakan teknik kontak, kelamin perempuan lebih banyak
sirkuler, terus-menerus dan lama dibandingkan laki laki, dengan jumlah
pengobatan 5-10 menit. Penelitian ini subjek penelitian berjenis kelamin
dilakukan di poliklinik rawat jalan perempuan sebanyak 7 pasien (58,3%)
Fisioterapi RS Balimed. Pengukuran nyeri pada kelompok 1 dan 9 pasien (75%) pada
dilakukan sebelum perlakuan dan setelah kelompok 2. Sebagai prasyarat untuk
8x perlakuan dengan menggunakan alat menentukan uji statistik yang akan
ukur Visual Analoge Scale (VAS). digunakan maka terlebih dahulu dilakukan
uji normalitas dan homogenitas data hasil
HASIL pengukuran nyeri dengan VAS sebelum
dan setelah perlakuan
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
bahwa keluhan nyeri punggung bawah
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa nilai p>0,05. Oleh sebab itu uji yang
data pengukuran nyeri sebelum dan digunakan untuk pengujian hipotesis
sesudah perlakuan pada kedua kelompok adalah uji statistik parametrik.
berdistribusi normal dan merupakan data
yang homogen yang ditunjukkan dengan
S32
Bali Health Journal
Pemberian Ultrasound Lebih baik Daripada Infrared
BHJ 3(2) Supplement 1 2019
Tabel 4. Uji komparasi hasil nyeri antara kedua kelompok menggunakan independent t-test
Kelompok 1* Kelompok 2*
Pengukuran Nyeri p
Rerata ± SB Rerata ± SB
Setelah perlakuan 4,15±1,11 2,94 ±0,71 0,005
*Kelompok 1 : Kelompok perlakuan dengan Infrared
*Kelompok 2 : Kelompok perlakuan dengan Ultrasound
S33
Bali Health Journal
Sulistyawati, Wiguna & Aritama
BHJ 3(2) Supplement 1 2019
nosiseptor akan turun. Jadi perjalanan komparasi antar kedua kelompok setalah
impuls nyeri tidak langsung dikirim ke perlakuan yaitu p=0,005 (p<0,05).
otak tetapi lebih banyak dimodulasi yang Berbagai metode telah digunakan untuk
mengakibatkan nyeri berkurang[6]. meng-inaktivasi trigger point dan
Pemberian ultrasound dapat menurunan mereleksasikan taut band. Ultrasound
nyeri pada kasus nyeri punggung bawah merupakan modalitas pengobatan non-
miogenik. invasif yang dapat menghasilkan efek
Keluhan nyeri yang dirasakan oleh thermal dan non termal[8].
penderita nyeri punggung bawah miogenik Frekuensi yang digunakan untuk
terjadi karena nosiseptor pada daerah menghasilkan efek teraputik dari
tersebut terpicu oleh rangsangan kimia, ultrasound yakni frekuensi 3 MHz untuk
mekanik maupun termal. Pemberian area superficial dan frekuensi 1 MHz
ultrasound dapat mempengaruhi aktifitas untuk area yang lebih dalam. Dalam
nosiseptor tersebut. Hal tersebut sesuai penelitian ini menggunakan frekuensi 1
dengan teori bahwa ultrasound dengan MHz untuk menjangkau otot yang lebih
intensitas 1 sampai 2 watt/cm2 akan dalam. Efek thermal menghasikan
mengurangi kecepatan hantaran serabut peningkatan suhu permukaan kulit yang
saraf tipe C penghantar nyeri, karena meningkatan metabolisme, melancarkan
serabut saraf ini mudah dipengaruhi oleh aliran darah, mengurangi peradangan
energi ultrasonic[7]. ringan, mengurangi kejang otot,
Selain nyeri pada penderita nyeri mengurangi rasa nyeri dan
punggung bawah miogenik juga meningkatkan lingkup gerak sendi. Efek
ditemukan adanya spasme otot-otot mekanik dari ultrasound dapat
punggung bawahnya. Hal itu terjadi karena menghasilkan micromassage yang akan
impuls nyeri yang mencapai medula menurunkan sensitivitas reseptor
spinalis, akan memicu reflek spinal (mechanoreseptor dan muscle spindle)
segmental yang menyebabkan spasme otot dan mengubah viscoelastisitas otot,
dan vasokontriksi. Ultrasound mempunyai sehingga akan menurunkan ketegangan
efek biologis yang terbagi efek termal dan otot, meningkatkan lingkup gerak sendi
non termal. Efek termal yang dan memberikan efek sedatif pada saraf,
menghasilkan panas dapat meningkatkan sehingga nyeri menurun pada kasus nyeri
aktivitas metabolik aliran darah dan efek punggung bawah miogenik[9].
analgesik pada saraf, serta dapat Pada penelitian sebelumnya yang
meningkatkan ekstensibilitas jaringan berjudul Short-term effects of high-
kolagen[7]. Efek ultrasound, setiap 10C intensity laser therapy versus ultrasoud
peningkatan suhu dari jaringan therapy in the treatment of low back pain :
meningkatkan rata-rata metabolisme dalam a randomized controlled trial dengan
jaringan, dan peningkatan 20C - 30C dapat subjek 30 orang dibagi menjadi 2
mengurangi spasme otot[8]. kelompok, 15 subjek mendapat perlakuan
ultrasound dan 15 subjek mendapat
Pemberian ultrasound lebih baik perlakuan laser terapi. Kedua kelompok
dibandingkan infrared dalam menurunkan subjek mendapat perlakuan sebanyak 15
nyeri pada kasus nyeri punggung bawah kali selama 3 minggu. Pada penelitian ini
miogenik. didapatkan pengurangan nyeri yang di
Dalam penelitian ini kami ukur dengan VAS dengan hasil p<0,001 (p
mendapatkan pemberian ultrasound lebih <0,05) [7].Begitu pula penelitianb yang
baik dibandingkan infrared terhadap berjudul Therapeutic ultrasound in
penurunan nyeri pada kasus nyeri chronic low back pain treatment dengan
punggung bawah miogenik ditunjukkan 31 subjek dibagi menjadi 2 kelompok, 16
dengan hasil nilai probabilitas pada uji subjek mendapat perlakuan ulrasound dan
S34
Bali Health Journal
Pemberian Ultrasound Lebih baik Daripada Infrared
BHJ 3(2) Supplement 1 2019
DAFTAR RUJUKAN
S35