Anda di halaman 1dari 6

BHJ 3(2) Supplement 1 2019

BALI HEALTH JOURNAL


ISSN 2599-1280 (Online); ISSN 2599-2449 (Print)
http://ejournal.iikmpbali.ac.id/index.php/BHJ

PEMBERIAN ULTRASOUND LEBIH BAIK DARIPADA INFRARED


TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA KASUS NYERI PUNGGUNG
BAWAH MIOGENIK
Devi Sulistyawati K.1 , I Nyoman Agus Pradnya Wiguna2, I Putu Kharismawan
Aritama3
1,3
Program Studi Fisioterapi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Bali Internasional
2
Program Studi Fisioterapi, Universitas Udayana

ABSTRAK

Latar belakang: Nyeri punggung bawah (NPB) miogenik merupakan permasalahan umum yang terjadi oleh karena stress
pada otot punggung bawah. Penanganan fisioterapi dibutuhkan pada kasus NPB miogenik meliputi pemberian modalitas.
Tujuan: untuk mengetahui perbedaan pengaruh pemberian ultrasound dan infrared terhadap penurunan nyeri pada kasus
NPB miogenik. Metode: Penelitian eksperimental dengan rancangan pre and post test control group design. Subjek
penelitian merupakan pasien poliklinik rawat jalan fisioterapi RS Balimed, berjumlah 24 pasien dibagi menjadi 2 kelompok.
Kelompok 1 mendapatkan terapi Infrared dan kelompok 2 mendapatkan terapi Ultrasound. Nyeri diukur sebelum perlakuan
dan setelah 8 kali perlakuan dengan menggunakan Visual Analog Scale (VAS). Hasil: Berdasarkan hasil uji Independent
sample t-test menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna rerata nyeri setelah perlakuan antar kelompok dengan nilai
p<0,05. Simpulan: Disimpulkan bahwa pemberian ultrasound lebih baik daripada infrared terhadap penurunan nyeri pada
kasus NPB miogenik.

Kata kunci: Infrared, Nyeri punggung bawah, Ultrasound.

ABSTRACT

Background: Lower back pain (LBP) myogenic is a common problem that occurs due to stress on the lower back muscles.
Physiotherapy is needed in LBP myogenic cases including modality. Purpose: to determine the difference in the effect of
ultrasound and infrared administration on pain reduction in LBP myogenic cases. Methods: An experimental study with a
pre and post-test control group design. The research subjects were outpatients in Polyclinic of physiotherapy at Balimed
Hospital. Total sample was 24 patients divided into 2 groups. Group 1 received infrared therapy and group 2 received
ultrasound therapy. Pain is measured before treatment and after 8 treatments using Visual Analog Scale (VAS). Results:
Based on the results of the Independent sample t-test, there was a significant difference in the average pain after treatment
between groups with p value <0.05. Conclusion: It was concluded that the administration of ultrasound was better than
infrared in reducing pain in LBP myogenic case.

Keywords: Infrared, Low back pain, Ultrasound.


Korespondensi: Riwayat Artikel:
Ni Putu Devi Sulistyawati K. Diterima 10 Oktober 2019
Email: devisulistyawati@iikmpbali.ac.id Disetujui 30 November 2019
Dipublikasikan 31 Desember 2019
Bali Health Journal
Pemberian Ultrasound Lebih baik Daripada Infrared
BHJ 3(2) Supplement 1 2019

PENDAHULUAN vasodilatasi dan sirkulasi menjadi lancar


pada jaringan kulit yang akan
Nyeri pada nyeri punggung bawah menyebabkan reabsorbsi dan terjadi
merupakan suatu pengalaman sensorik dan relaksasi sehingga otot menjadi elastis dan
emosional yang tidak menyenangkan di lentur yang menyebabkan peningkatan
daerah antara vertebra torakal 12 sampai fleksibilitas otot untuk dapat
dengan bagian bawah pinggul atau lubang meningkatkan lingkup gerak sendi dan
dubur, yang timbul akibat adanya potensi nyeri regang hilang sehingga nyeri
kerusakan ataupun adanya kerusakan berkurang[4].
jaringan sekitar. Sekitar 90% nyeri Ultrasound merupakan modalitas
punggung bawah disebabkan oleh faktor fisioterapi dengan menggunakan getaran
mekanik(1). Faktor mekanik ini mekanik gelombang longitudinal (suara)
menyebabkan gangguan /kelainan pada dengan frekuensi antara 20 – 20.000 Hz
otot-otot daerah punggung bawah. yang bertujuan untuk mengurangi
Kelainan atau gangguan ini biasa disebut kekakuan (spasme) otot, juga mengurangi
dengan nyeri punggung bawah miogenik. nyeri. Efek termal ultrasound akan
Nyeri punggung bawah miogenik terjadi memberikan efek fisiologis berupa
pada struktur anatomi normal yang peningkatan suhu jaringan, meningkatkan
digunakan secara berlebihan atau akibat aktivitas motabolik aliran darah, efek
dari trauma, yang menimbulkan stress atau analgesik pada saraf, serta diklaim dapat
strain pada otot punggung bawah. Hal ini meningkatkan ekstensibilitas jaringan
berhubungan dengan aktifitas sehari-hari, kolagen[5].
seperti saat mengangkat beban yang berat Berdasarkan teori diatas, kedua
dengan cara yang salah, terlalu lama modalitas ini mampu menurunkan nyeri,
berdiri atau duduk dengan cara yang pada kasus nyeri punggung bawah
salah[1]. miogenik, namun masih minimnya
Serangan nyeri punggung bawah penelitian yang membuktikan modalitas
dimulai pada usia 25 tahun dan paling manakah yang lebih baik dalam
banyak dijumpai pada usia antara 40 dan menurunkan nyeri pada kasus nyeri
45 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa punggung bawah miogenik, sehingga
nyeri punggung bawah justru menyerang penulis tertarik untuk mengetahui
pada usia-usia produktif sehingga sangat perbedaan pengaruh pemberian infrared
berpengaruh terhadap perekonomian. dan ultrasound terhadap penurunan nyeri
Kebanyakan diderita oleh pekerja-pekerja pada kasus nyeri punggung bawah
yang banyak duduk dan buruh yang miogenik.
memerlukan kerja fisik yang berat[2].
Fisioterapi sebagai salah satu
komponen penyelenggaraan kesehatan METODE
dapat berperan aktif dalam usaha
mengurangi nyeri, dan mengembalikan Penelitian ini adalah penelitian
kemampuan fungsional pasien guna eksperimental dengan rancangan penelitian
meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang digunakan adalah pre and post-test
Indonesia[3]. Terdapat banyak cara yang control group design. Subjek penelitian
bisa dilakukan oleh fisioterapi dalam berjumlah 24 pasien dengan nyeri
mengatasi permasalahan nyeri punggung punggung bawah miogenik dan dibagi
bawah miogenik salah satunya adalah menjadi 2 kelompok yang masing masing
dengan pemberian modalitas fisioterapi. terdiri 12 subjek penelitian.
Pemberian intervensi infrared Kelompok 1 mendapatkan
dengan kedalaman penetrasi sekitar 3 mm perlakuan terapi infrared 3x/minggu
pada jaringan kulit sehingga akan terjadi hingga 8x perlakuan, lama intervensi 10

S31
Bali Health Journal
Sulistyawati, Wiguna & Aritama
BHJ 3(2) Supplement 1 2019

menit dengan jarak 50 cm, sedangkan terbanyak pada usia 40-50 tahun dengan
kelompok 2 mendapatkan terapi jumlah pasien pada masing-masing
ultrasound 3x/minggu hingga 8x kelompok yaitu 7 pasien (58,3%) pada
perlakuan dengan treatment head 3cm2, kelompok 1 dan 9 pasien (75%) pada
intensitas 1.5 watt/cm2 dengan frekuensi kelompok 2. Sedangkan berdasarkan jenis
1MHz, menggunakan teknik kontak, kelamin perempuan lebih banyak
sirkuler, terus-menerus dan lama dibandingkan laki laki, dengan jumlah
pengobatan 5-10 menit. Penelitian ini subjek penelitian berjenis kelamin
dilakukan di poliklinik rawat jalan perempuan sebanyak 7 pasien (58,3%)
Fisioterapi RS Balimed. Pengukuran nyeri pada kelompok 1 dan 9 pasien (75%) pada
dilakukan sebelum perlakuan dan setelah kelompok 2. Sebagai prasyarat untuk
8x perlakuan dengan menggunakan alat menentukan uji statistik yang akan
ukur Visual Analoge Scale (VAS). digunakan maka terlebih dahulu dilakukan
uji normalitas dan homogenitas data hasil
HASIL pengukuran nyeri dengan VAS sebelum
dan setelah perlakuan
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
bahwa keluhan nyeri punggung bawah

Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan umur dan jenis kelamin


Jumlah
Karakteristik Kategori
Kel. 1 Persentase (%) Kel. 2 Persentase (%)
30-40 Tahun 3 25,0 2 16,7
41-50 Tahun 7 58,3 9 75,0
Usia
51-55 Tahun 2 16,7 1 8,3
Jumlah 12 100 12 100
Laki-Laki 5 41,7 3 25,0
Jenis Kelamin Perempuan 7 58,3 9 75,0
Jumlah 12 100 12 100
*Kelompok 1 : Kelompok perlakuan dengan Infrared
*Kelompok 2 : Kelompok perlakuan dengan Ultrasound

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa nilai p>0,05. Oleh sebab itu uji yang
data pengukuran nyeri sebelum dan digunakan untuk pengujian hipotesis
sesudah perlakuan pada kedua kelompok adalah uji statistik parametrik.
berdistribusi normal dan merupakan data
yang homogen yang ditunjukkan dengan

Tabel 2. Uji normalitas dan homogenitas


Nyeri normalitas dengan Shapiro wilk test Uji Homogenitas
Kelompok 1* Kelompok 2* (Levene Test)
Pengukuran Nyeri**
Rerata ± SB p Rerata ± SB p p
Sebelum perlakuan 7,56 ± 0,75 1,000 8,15 ± 0,70 0,724 0,908
Setelah perlakuan 4,15 ± 1,11 0,969 2,94 ± 0,71 0,649 0,218
*Kelompok 1 : Kelompok perlakuan dengan Infrared
*Kelompok 2 : Kelompok perlakuan dengan Ultrasound
** Pengukuran Nyeri menggunakan Visual Analog Scale (VAS)

S32
Bali Health Journal
Pemberian Ultrasound Lebih baik Daripada Infrared
BHJ 3(2) Supplement 1 2019

Bedasarkan tabel 3 menunjukkan perlakuan, hal ini menunjukkan bahwa


bahwa hasil uji beda rerata nyeri yang adanya pengaruh pemberian infrared dan
dianalisis dengan paired sample t-test ultrasound terhadap penurunan nyeri pada
sebelum dan setelah intervensi pada kasus nyeri punggung bawah miogenik.
masing masing kelompok diperoleh nilai Beda rerata nyeri pada kelompok 1 sebesar
p=0,000 (p<0,05) yang berarti bahwa 3,41±0,80 dan kelompok 2 sebesar
terdapat perbedaan yang bermakna dari 5,20±0,65.
rerata nyeri sebelum dan setelah
Tabel 3. Uji beda rerata nyeri sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan Paired Sample t-test
Sebelum Perlakuan Sesudah Pelatihan
Kelompok Rerata ± SB Rerata ± SB Beda rerata ± SB p

Kelompok 1* 7,56 ± 0,75 4,15 ± 1,11 3,41 ± 0,80 0,000


Kelompok 2* 8,15 ± 0,70 2,94 ± 0,71 5,20 ± 0,65 0,000
*Kelompok 1 : Kelompok perlakuan dengan Infrared
*Kelompok 2 : Kelompok perlakuan dengan Ultrasound

Berdasarkan tabel 4 yang dikatakan bahwa ada perbedaan pengaruh


memperlihatkan hasil perhitungan rerata pemberian infrared dan ultrasound
nyeri setelah perlakuan antar kedua terhadap penurunan nyeri pada kasus nyeri
kelompok yang diukur menggunakan VAS punggung bawah miogenik dimana
diperoleh nilai p = 0,005 (p<0,05) hal ini pemberian ultrasound lebih baik daripada
berarti ada perbedaan yang bermakna infrared terhadap penurunan nyeri pada
rerata nyeri setelah perlakuan antara kasus nyeri punggung bawah miogenik.
kelompok. Dengan demikian, dapat

Tabel 4. Uji komparasi hasil nyeri antara kedua kelompok menggunakan independent t-test
Kelompok 1* Kelompok 2*
Pengukuran Nyeri p
Rerata ± SB Rerata ± SB
Setelah perlakuan 4,15±1,11 2,94 ±0,71 0,005
*Kelompok 1 : Kelompok perlakuan dengan Infrared
*Kelompok 2 : Kelompok perlakuan dengan Ultrasound

PEMBAHASAN juga juga akan meningkatkan metabolisme


yang akan mengakibatkan peningkatan
Pemberian infrared dapat menurunan suplay nutrisi dan oksigen ke jaringan
nyeri pada kasus nyeri punggung bawah sehingga nyeri berkurang. Pemanasan
miogenik yang dihasilkan oleh infrared akan
Infrared merupakan pancaran menstimulasi ujung-ujung saraf perifer
gelombang elektromagnetik yang (neuron) yang akan mengaktifkan serabut
digunakan untuk keluhan superfisial. saraf A alpha dan A delta yang dapat
Adanya efek sedatif dari infrared dimana mengaktifkan neuron inhibisi seperti
stimulasi panas sampai pada jaringan seperti asam amino inhibitory dan
subcutan yang akan mengakibatkan neuropeptida, zat-zat tersebut terikat pada
vasodilatasi pembuluh darah sehingga reseptor aferen primer dan neuron dorsal
aliran dalam pembuluh darah meningkat horn. Sehingga transmisi nosiseptif akan
dan substansi P atau sisa metabolisme terhambat oleh mekanisme pra-sinaptik
akan terbuang. Selain itu efek pemanasan dan pasca-sinaptik dan transmisi

S33
Bali Health Journal
Sulistyawati, Wiguna & Aritama
BHJ 3(2) Supplement 1 2019

nosiseptor akan turun. Jadi perjalanan komparasi antar kedua kelompok setalah
impuls nyeri tidak langsung dikirim ke perlakuan yaitu p=0,005 (p<0,05).
otak tetapi lebih banyak dimodulasi yang Berbagai metode telah digunakan untuk
mengakibatkan nyeri berkurang[6]. meng-inaktivasi trigger point dan
Pemberian ultrasound dapat menurunan mereleksasikan taut band. Ultrasound
nyeri pada kasus nyeri punggung bawah merupakan modalitas pengobatan non-
miogenik. invasif yang dapat menghasilkan efek
Keluhan nyeri yang dirasakan oleh thermal dan non termal[8].
penderita nyeri punggung bawah miogenik Frekuensi yang digunakan untuk
terjadi karena nosiseptor pada daerah menghasilkan efek teraputik dari
tersebut terpicu oleh rangsangan kimia, ultrasound yakni frekuensi 3 MHz untuk
mekanik maupun termal. Pemberian area superficial dan frekuensi 1 MHz
ultrasound dapat mempengaruhi aktifitas untuk area yang lebih dalam. Dalam
nosiseptor tersebut. Hal tersebut sesuai penelitian ini menggunakan frekuensi 1
dengan teori bahwa ultrasound dengan MHz untuk menjangkau otot yang lebih
intensitas 1 sampai 2 watt/cm2 akan dalam. Efek thermal menghasikan
mengurangi kecepatan hantaran serabut peningkatan suhu permukaan kulit yang
saraf tipe C penghantar nyeri, karena meningkatan metabolisme, melancarkan
serabut saraf ini mudah dipengaruhi oleh aliran darah, mengurangi peradangan
energi ultrasonic[7]. ringan, mengurangi kejang otot,
Selain nyeri pada penderita nyeri mengurangi rasa nyeri dan
punggung bawah miogenik juga meningkatkan lingkup gerak sendi. Efek
ditemukan adanya spasme otot-otot mekanik dari ultrasound dapat
punggung bawahnya. Hal itu terjadi karena menghasilkan micromassage yang akan
impuls nyeri yang mencapai medula menurunkan sensitivitas reseptor
spinalis, akan memicu reflek spinal (mechanoreseptor dan muscle spindle)
segmental yang menyebabkan spasme otot dan mengubah viscoelastisitas otot,
dan vasokontriksi. Ultrasound mempunyai sehingga akan menurunkan ketegangan
efek biologis yang terbagi efek termal dan otot, meningkatkan lingkup gerak sendi
non termal. Efek termal yang dan memberikan efek sedatif pada saraf,
menghasilkan panas dapat meningkatkan sehingga nyeri menurun pada kasus nyeri
aktivitas metabolik aliran darah dan efek punggung bawah miogenik[9].
analgesik pada saraf, serta dapat Pada penelitian sebelumnya yang
meningkatkan ekstensibilitas jaringan berjudul Short-term effects of high-
kolagen[7]. Efek ultrasound, setiap 10C intensity laser therapy versus ultrasoud
peningkatan suhu dari jaringan therapy in the treatment of low back pain :
meningkatkan rata-rata metabolisme dalam a randomized controlled trial dengan
jaringan, dan peningkatan 20C - 30C dapat subjek 30 orang dibagi menjadi 2
mengurangi spasme otot[8]. kelompok, 15 subjek mendapat perlakuan
ultrasound dan 15 subjek mendapat
Pemberian ultrasound lebih baik perlakuan laser terapi. Kedua kelompok
dibandingkan infrared dalam menurunkan subjek mendapat perlakuan sebanyak 15
nyeri pada kasus nyeri punggung bawah kali selama 3 minggu. Pada penelitian ini
miogenik. didapatkan pengurangan nyeri yang di
Dalam penelitian ini kami ukur dengan VAS dengan hasil p<0,001 (p
mendapatkan pemberian ultrasound lebih <0,05) [7].Begitu pula penelitianb yang
baik dibandingkan infrared terhadap berjudul Therapeutic ultrasound in
penurunan nyeri pada kasus nyeri chronic low back pain treatment dengan
punggung bawah miogenik ditunjukkan 31 subjek dibagi menjadi 2 kelompok, 16
dengan hasil nilai probabilitas pada uji subjek mendapat perlakuan ulrasound dan

S34
Bali Health Journal
Pemberian Ultrasound Lebih baik Daripada Infrared
BHJ 3(2) Supplement 1 2019

15 subjek dengan ultrasound plasebo. 4. Porter, Stuart B. 2013. Tidy’s


Pada akhir penelitian terapi ultrasound Physiotherapy (15thed.). USA:
efektif dalam mengurangi intensitas nyeri Elsevier
[10]
. 5. Pradipta PA. 2016. Penatalaksanaan
modalitas terapi ultrasound untuk
mengurangi spasme otot pada nyeri
SIMPULAN punggung bawah miogenik. Jurnal
Universitas Airlangga. Hal. 33-36.
Berdasarkan hasil analisis data 6. Wahyu PY. 2013. Efektifitas Jarak
pengukuran nyeri sebelum dan sudah Infra Merah Terhadap Ambang Nyeri.
perlakuan di dapatkan kesimpulan yaitu Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
pertama pemberian infrared dapat Muhammadiyah Surakarta
menurunkan nyeri pada kasus nyeri 7. Fiore P, Panza F, Cassatella G, Russo
punggung bawah miogenik. Kedua A, Frisardi V, Solfrizzi V, et al. 2011.
pemberian ultrasound dapat menurunkan Short-term effects of high-intensity
nyeri pada kasus nyeri punggung bawah laser therapy versus ultrasound
miogenik dan ketiga pemberian ultrasound therapy in the treatment of low back
pain: a randomized controlled trial.
lebih baik dari pada infrared dalam European Journal of Physical and
menurunkan nyeri pada kasus nyeri Rehabilitation Medecine, Vol. 47.
punggung bawah miogenik. 8. Ebadi S, Ansari NN, Naghdi S, Jalaei
S, Sadat M, Bagheri H. et al. 2012.
The effect of continuous ultrasound on
SARAN chronic non-specific low back pain: a
single blind placebo-controlled
Adapun saran untuk penelitian randomized trial. BMC
selanjutnya, diharapkan dapat mengontrol Musculoskeletal Disorders. 13:192..
variabel-variabel lainnya yang 9. Kisner C., Colby LA. 2012.
berpengaruh misalnya pemakian obat anti Therapeutic Exercise Foundation and
Techniques. F.A. Davis: Philadelphia,
nyeri, IMT, dan pekerjaan pasien serta PA.
dapat menambahkan alat ukur nyeri yang 10. Grubisić F, Grazio S, Jajić Z, Nemcić
objektif dalam mengukur nyeri pada kasus T. 2006. Therapeutic ultrasound in
nyeri punggung bawah miogenik seperti chronic low back pain treatment. US
dolorimeter National Library of Medicine National
Institutes of Health. 53(1):18-21

DAFTAR RUJUKAN

1. Susanto H. 2015. Penatalaksanaan


Fisioterapi Pada Low Back Pain
Miogenik Di Rst Dr. Soedjono
Magelang. Karya Tulis Ilmiah.
Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
2. Hoy D, Woolf A, March L,
Buchbinder R. 2012. A systematic
review of the global prevalence of low
back pain. Arthritis & Rheumatism,
Vol. 64 No. 6:2028-2037.
3. Kep.Menkes RI. 2008. Pedoman
Pelayanan Fisioterapi di Sarana
Kesehatan. Depkes RI, Jakarta. Hal. 2.

S35

Anda mungkin juga menyukai