Anda di halaman 1dari 7

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI

PIRIFORMIS SINDROME DEKSTRA DENGAN MODALITAS


MICRO WAVE DIATHERMI, ULTRA SOUND DAN TERAPI LATIHAN

Faisol Ridho, Nur Susanti


Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pekalongan
Email : susantiimoto@yahoo.co.id

ABSTRACT
Piriformis syndrome is a neuromuscular disorder that occurs due to sciatica nerve (nerve
ischiadicus) compressed or irritated by the piriformis muscle causing pain, tingling, and numbness
in the buttocks area until the sciatica nerve travels. Approximately 15% of the population of cases
of sciatica (ischialgia) is piriformis syndrome. To determine the implementation of physiotherapy
in reducing pain, muscle spasms, increase muscle strength, and improve the ability of functional
activity in conditions with piriformis syndrome modalities micro wave diathermy, ultrasound and
exercise therapy. After treatment for 6 times in getting the results of the reduction of pain,
decrease muscle spasms, increased muscle strength and functional capacity building activity.
Micro wave diatermy can reduce pain and muscle spasm in conditions of piriformis syndrome, and
exercise therapy can improve muscle strength and functional activities can improve the condition
of the piriformis syndrome.

Keywords: piriformis syndrome, micro wave diathermi, ultrasound and exercise therapy.

PENDAHULUAN (seperti spasme/tightness), strain


Nyeri pinggang merupakan dapat menyebabkan munculnya
salah satu penyakit yang dialami usia sciatic pain.
produktif dan usia tua. Sebagian Permasalahan yang timbul
besar dari disebabkan karena otot- pada kondisi piriformis sindrrom
otot pada pinggang bawah adalah nyeri pada daerah gluteal,
mengalami ketegangan, sehingga spasme otot piriformis, penurunan
pada saat melakukan gerakan yang kekuatan otot pada gluteal dan
salah dapat menimbulkan penurunan kemampuan aktivitas
peregangan yang ditandai dengan fungsional sehari-hari.
rasa sakit (Klein, 2006). Keluhan Piriformis syndrome paling
nyeri pinggang pernah dialami oleh sering disebabkan oleh makrotrauma
50% - 80% penduduk di negara- pada daerah pantat yang
negara industri dan menghilangkan menyebabkan inflamasi pada
jam kerja yang sangat besar (Mink jaringan lunak, spasme otot, atau
dkk, 1996). kedua-duanya, yang menghasilkan
Piriformis syndrome umumnya kompresi saraf sciatic. Mikrotrauma
menimbulkan sciatic pain yang biasa dapat dihasilkan dari adanya overuse
dikenal dengan “ischialgia”. Adanya (penggunaan yang berlebihan) dari
kompresi pada saraf ischiadicus otot piriformis seperti berjalan atau
akibat gangguan pada otot piriformis berlari jarak jauh atau oleh adanya

13
kompresi langsung. Sebagai contoh METODE PENELITIAN
kompresi langsung dapat dihasilkan Dalam penelitian ini penulis
dari repetitif trauma akibat duduk di menggunakan metode deskriptif
atas permukaan yang keras. analitik untuk mengetahui
assessment dan perubahan yang
dapat diketahui. Rancangan
penelitian yang digunakan adalah
non eksperimental one day pre post
test desain.
Penelitian ini dilakukan dengan
cara melakukan interview dan
observasional pada seorang pasien
dan keluarganya dengan kondisi
piriformis syndrome.
Gambar 1. Otot hip posterior Desain penelitian digambarkan
sebagai berikut.
Peran fisioterapi pada kondisi
piriformis sindrom ditentukan oleh
X Y
kondisi yang problemnya
diidentifikasi berdasarkan hasil-hasil
kajian fisioterapi yang meliputi :
assessment, diagnose, planning, Z
intervention, dan evaluasi. Intervensi
fisioterapi berupa aspek: preventive, Keterangan :
curative, rehabilitative dan X : keadaan pasien sebelum
maintenance dengan modalitas dasar diberikan program fisio-terapi
fisioterapi. Y : keadaan pasien sesudah
Tujuan umum penelitian ini diberikan program fisio-terapi
adalah untuk mengetahui manfaat Z : program fisioterapi
modalitas Microwave Diatermi, Permasalahan yang timbul
Ultra Sound dan Terapi Latihan pada sebelum pasien menjalani program
kondisi Piriformis Syndrome. Tujuan terapi adalah lansia berusia 63 tahun
kusus nya adalah untuk mengurangi merasa nyeri pada daerah pantat
nyeri, mengurangi spasme otot, kanan. Terdapat spasme otot
meningkatkan kekuatan otot, dan piriformis, penurunan kekuatan otot
meningkatkan aktivitas fungsional dan penurunan kemampuan aktivitas
pasien. fungsional. Kemudian, pasien pergi
ke fisioterapi untuk menjalani
program terapi.
Pemeriksaan nyeri dengan VDS,
pemeriksaan spasme otot dengan

14
palpasi, pemeriksaan kekuatan otot berat, 6= nyeri berat, 7= nyeri tak
dengan MMT dan pemeriksaan tertahankan.
kemampuan aktivitass fungsional Tabel 1 evaluasi nyeri.
dengan indek oswestry. Oleh Nyeri T1 T2 T3 T4 T5 T6
fisioterapi pasien diberikan modalitas Diam 1 1 1 1 1 1
dengan micro wave diathermy, ultra Tekan 4 1 1 1 1 1
sound dan terapi latihan, dengan Gerak 3 1 1 1 1 1
modalitass tersebut diharapkan
Keterangan : pada terapi 6 yaitu
adanya pengurangan nyeri pada
adanya penurunan nyeri.
daerah gluteal, penurunan spasme
Terjadinya pengurangan
otot piriformis, peningkatan
nyeri pada kasus ini tejadi karena
kekuatan otot gluteal dan
pemberian ultra sound. Menurut
peningkatan kemampuan aktivitas
Cameron (1999), Ultra Sound efektif
fungsional pasien.
untuk mengurangi nyeri karena dapat
Pemeriksaan fisik bertujuan
meningkatkan ambang rangsang,
untuk mengetahui keadaan fisik
mekanisme dari efek termal. Selain
pasien. Pemeriksaan ini terdiri atas :
itu pembenasan histamin, efek fibrasi
vital sign, inspeksi, palpasi,
dari US terhadap gerbang nyeri dan
pemeriksaan gerak dasar, peme-
pemakain US dengan pulsa rendah
riksaan nyeri, pemeriksaan kekuatan
dapat merangsang pengeluaran dan
otot dan kemampuan aktivitas
pelepasan histamine. Histamine
fungsional
menyebabkan pelebaran pembuluh
Metode interview digunakan
darah lokal sehingga terjadi
untuk mengumpulkan data dengan
percepatan pembersihan zat atau
cara tanya jawab terapis dengan
bahan kimia yang menyebabkan
sumber data
nyeri berkurang.
Observasi dilakukan untuk
mengamati perkembangan pasien Pemeriksaan spasme otot dengan
sebelum terapi, selama terapi dan palpasi
sesudah terapi. Pengukuran spasme otot ini ada
dua item yaitu bila nilai 0 adalah
HASIL DAN PEMBAHASAN tidak ada spasme, nilai 1 adalah ada
Pemeriksaan nyeri dengan VDS spasme.
Pemeriksaan nyeri dengan VDS Tabel 2. Evaluasi spasme
adalah cara pengukuran derajat nyeri T1 T2 T3 T4 T5 T6
dengan tujuh skala penilaian yaitu : Spasme 1 0 0 0 0 0
1= tidak nyeri, 2= nyeri sangat
ringan, 3= nyeri ringan, 4= nyeri Keterangan : pada terapi 6 yaitu
tidak begitu berat, 5= nyeri cukup adanya penurunan spasme otot.

15
Pengurangan spasme otot Keterangan : pada terapi 6 yaitu
terjadi karena pengaruh micro adanya peningkatan kekuatan otot.
massage efek mekanik US. Peningkatan kekuatan otot
Gelombang US menimbulkan pada kasus ini terjadi karena efek
peregangan dan perapatan didalam terapi latihan yang diberikan.
jaringan sehingga terjadi peningkatan Melalui latihan aktif dan isometrik
permeabilitas terhadap jaringan dan yang dilakukan pasien dengan
meningkatkan metabolisme, instruksi dari terapis, sehingga terjadi
sehingga suplai oksigen dan nutrisi koordinasi yang baik antara gerakan
menjadi meningkat. Akibat pasien, instruksi terapis, dan hasil
mekanisme tersebut memberikan yang didapatkan. Dari efek tersebut
efek relaksasi pada otot dan menyebabkan daya tahan tubuh dan
terjadilah pengurang spasme otot kebugaran kardiovaskuler
(Cameron, 1999). meningkat, siklus aliran aliran darah
meningkat, peningkatan kekuatan
Pemeriksaan kekuatan otot kekuatan terjadi (Priyatna, 2009).
dengan MMT
Pengukuran kekuatan otot Pemeriksaan kemampuan
dengan MMT ada 5 nilai yaitu : 0 = aktivitas fungsional dengan indek
Tidak ada kontraksi, 1 = Ada oswestry
kontraksi otot namun tidak terjadi Pengukuran ini dilakukan
adanya gerakan, 2 = Mampu dengan prosedur pasien diberi 10
bergerak namun belum bisa melawan sesi, masing-masing berisi 6
gravitasi, 3 = Pasien mampu pertanyaan, pasien diminta untuk
bergerak penuh melawan gravitasi membaca setiap pernyataan yang ada
tetapi belum bisa melawan tahanan, dalam 10 sesi tersebut dan
4 = Dapat bergerak penuh melawan memilih/menandai pernyataan yang
gravitasi dan dapat melawan tahanan paling sesuai dengan keadaannya.
minimal, 5 = Dapat penuh melawan Pasien hanya boleh memilih satu
gravitasi dan mampu melawan pernyataan di setiap sesi, setiap sesi
tahanan maksimal. memiliki nilai dari 0 hingga 5,
Table 3. Evaluasi kekuatan otot tergantung pernyataan yang dipilih
Group pasien. Pernyataan pertama dalam
T1 T2 T3 T4 T5 T6
otot setiap sesi bernilai 0, yang kedua
Fleksor 4 5 5 5 5 5 bernilai 1, dan seterusnya. Semua
Ekstensor 5 5 5 5 5 5
sesi yang telah dijawab kemudian
Abductor 5 5 5 5 5 5
dinilai dan dijumlahkan, kemudian
Adductor 5 5 5 5 5 5
dihitung dengan rumus berikut:
Eksternal 5 5 5 5 5 5
rotator DS = JN : 50 x 100%
Internal 4 5 5 5 5 5
rotator

16
Keterangan : SIMPULAN
JN : Jumlah Nilai Berdasarkan hasil penelitian
DS : Disability Score (Nilai didapatkan simpulan:
Ketidakmampuan) 1. Adanya penurunan nyeri diam,
nyeri tekan dan nyeri gerak.
Tabel 4. Evaluasi kemampuan
2. Adanya penurunan spasme otot
aktivitas fungsional
3. Adanya peningkatan kekuatan
Keterangan T1 T2 T3 T4 T5 T6
otot gluteal
Nyeri 2 0 0 0 0 0 4. Adanya peningkatan kemampuan
intensitas
aktivitas fungsional pasien.
Perawatan 1 0 0 0 0 0
pribadi
Mengangkat 0 0 0 0 0 0 DAFTAR PUSTAKA
Berjalan 1 0 0 0 0 0
Chilieent, R. 1981. Low Back Pain
Duduk 1 0 0 0 0 0 syndrome, Second Edition, F.A
Berdiri 1 0 0 0 0 0 Davis Company, Philadelpia.
Tidur 0 0 0 0 0 0
Chusid, J. G; Neurotomi
Kehidupan 0 0 0 0 0 0
seks
Korelatifdan Neurology
Fungsional; Gajah Mada
Kehidupan 0 0 0 0 0 0 Press, Yogyakarta, 1993.
social
Berpergian 0 0 0 0 0 0 De Wolf, Mens. 1990. Pemeriksaan
Alat Penggerak Tubuh.
TOTAL 6 0 0 0 0 0
(Terjemahan); Cetakan kedua,
Keterangan : pada terapi 6 yaitu ada Bohn Stafleu Van Loghum,
Belanda.
peningkatan kemampuan aktivitas
fungsional. Dorland, W.A. hewman. 2002.
Peningkatan aktivitas fungsional Kamus Kedokteran Dorland.
pasien terjadi karena penurunan Edisi 29. Penerbit Buku
nyeri, pengurangan spasme otot, dan Kedokteran EGC, Jakarta.
peningkatan kekuatan otot. Hal – hal
Fishman LM, Dombi GW,
tersebut merupakan pondasi awal Michaelsen C, Ringel S,
untuk bisa terjadi peningkatan Rozbruch J, Rosner B, Weber
aktivitas fungsional pasien. Di . 1990. Piriformis syndrome
samping itu, semangat pasien untuk diagnosis, treatment, and
sembuh tinggi dan intensitas latihan outcome.
yang diberikan sesuai.
Harsono, Ed; Kapita Selekta
Neurologi; edisi ke-2, Gajah
Mada University Press,
Yogyakarta, hal 256-267.

17
Hislop, H.J. and Montgomery, J., Syndrome : An Osteopathic
1995; Muscle Testing Approach, Review Article, Vol.
Technique of Manual 108.
Examination; Sixth edition,
Daniel and Wortingham’s, Luklukaningsih, Zuyina. 2009.
Churcill Livingstone, USA. Sinopsis Fisioterapi untuk
Terapi Latihan, Penerbit Mitra
Hudaya Prasetya; Dokumentasi Cendikia Yogyakarta,
Persiapan Praktek Profesional Yogyakarta.
Fisioterapi; Politeknik
Kesehatan Surakarta Jurusan Mardiman, Sri. 2001. Modulasi nyeri
Fisioterapi, Surakarta, 2002. dan mekanisme pengurangan
nyeri (diakses tanggal, 1 maret
Hudayana,Prasetya. 1993. 20014)
Dokumentasi Persiapan
Praktek Profesional Putz, R dan Pabtz. 2000. Sobotta
Fisioterapi,Penerbit Akademi Atlas Anatomi Manusia, Jilid
Fisioterapi Surakarta, kedua, Edisi ke 21, EGC,
Surakarta. pp. 4-10. Jakarta.

Jenner, C.A. 2006. Piriformis Prasodjo, J.B. 2006. Nyeri punggung


Syndrome.(www.piriformis Bawah Modalitas Diagnostik
syndrome.com. diakses tanggal Radiologik, Simposium LBP,
15 Febuari 2014). Solo.

Kapandji, I. A. , 1990 ; The Price, Sylvia A. dan Willson,


Physiologi of Joints ; Volume Lorraine M. 2005.
three, Churchill Livingstone, Patofisiologi, Edisi 6, Penerbit
USA. EGC Jakarta, Jakarta. pp.1063.

Kisner.1990. Piriformis Syndrome. Sara Douglas, 2002. Sciatic Pain and


(www.piriformis Piriformis Syndrome,
syndrome.com. diakses tanggal http://Gateway/d/Kalindra/
22 Febuari 2014). piri_np.htm, acces at March,
2014.
Kisner.1990. Piriformis Syndrome.
(www.piriformis Sujatno. 1993; Sumber Fisis; Akademi
syndrome.com. diakses tanggal Fisioterapi Surakarta, Depkes RI,
22 Febuari 2014). Surakarta, hal. 53- 66.

Klein, Milton J. 2006. Piriformis Sujatno. 2002 ; Sumber Fisis ;


syndrome Politeknik Kesehatan
(www.emidicine.com, diakses Surakarta; Surakarta.
pada tanggal 24 Febuari 2014)
Sidharta, Priguna. 1984. Sakit
Lori A. Boyajian. 2007. Diagnosis neuromuskuloskeletal dalam
and Management of Piriformis

18
Praktek Umum, P.T Dian Exetremity and Trunk, Edisi
Rakyat, Jakarta. I,Akademi Fisioterapi
Surakarta, Surakarta.
Susilowati, S. dan Pujiastuti, Sri.
1993. Anatomi Upper-Lower

19

Anda mungkin juga menyukai