Anda di halaman 1dari 12

FISIOTERAPI PADA

PARKINSON
GABRIELA FEBRIADUM RANDA
PO714241181017
D.IV A TK.III
Definisi penyakit Parkinson

Penyakit Parkinson merupakan penyakit degenerasi fungsi otak dan peringkat kedua yang paling
banyak diderita setelah penyakit Alzheimer. Penyakit Parkinson disebabkan oleh adanya penurunan
jumlah dopamin di otak yang berperan dalam mengendalikan gerakan akibat kerusakan sel saraf di
substansia nigra pars compacta (SNc) di batang otak serta adanya agregasi protein abnormal berupa
Lewy bodies, yang mengandung α-synuclein.
Etiologi
a. Penyebab paralisis agitans atau parkinsonisme primer tidak diketahui. Penyakit dapat menyerang
laki-laki maupun wanita dan terdapat pada semua ras. Mula timbul pada usia antara 50-65 tahun.
b. Sel-sel substansia nigra dan globus palidus menghilang yang menyebabkan kekurangan dopamine
otak.
c. Mungkin berkaitan dengan proses menuanya sel neuron.
d. Sindrom parkinsonisme terlihat setelah keracunan karbon monoksida, keracunan mangan, tumor di
daerah ganglia basalis, ensefalitis letargika (penyakit von Economo), obat-obat tertentu (obat
neuroleptic atau psukoterapik), penyakit Creutzfeldt-Jakob

e. Gangguan degenerasi multineuron dengan penyebab yang tidak jelas, sering menyebabkan gejala
parkinsonisme seperti sindrom Shy-Drager.
Patofisiologi
+ Secara umum dikatakan bahwa penyakit Parkinson terjadi karena penurunan kadar dopamine akibat
kematian neuron di pars kompakta substansia nigra sebesar 40 hingga 50 persen yang disertai adanya
inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies).
+ Lesi primer pada penyakit Parkinson adalah degenerasi sel saraf yang mengandung neuromelanin di
dalam batang otak, khususnya di substansia nigra pars kompakta, yang menjadi terlihat pucat dengan mata
telanjang.
+ Dalam kondisi normal (fisiologik), pelepasan dopamine dari ujung saraf nigrostriatum akan merangsang
reseptor D1 (eksitatorik) dan reseptor D2 (inhibitorik) yang berada didendrit output neuro striatum. Output
striatum disalurkan ke globus palidus segmen interna atau substansia nigra pars retikularis lewat 2 jalur yaitu
jalur direk reseptor D1 dan jalur indirek yang berkaitan dengan reseptor D2. Apabila masukan direk dan
indirek seimbang, maka tidak ada kelaian gerakan.
+ Pada penderita penyakit Parkinson, terjadi degenerasi kerusakan substansia nigra pars kompakta dan
saraf dopaminergic nigrostriatum sehingga tidak ada rangsangan terhadap reseptor D1 maupun D2. Gejala
penyakit Parkinson belum terlihat sampai lebih dari 50 persen sel saraf dopaminergic rusak dan dopamine
berkurang sebanyak 80 persen.
Epidemiologi
+Penyakit Parkinson diakui sebagai salah satu gangguan neurologis yang paling umum,
mempengaruhi sekitar 1% dari orang yang lebih tua dari 60 tahun. Insiden dan prevalensi penyakit
Parkinson meningkat dengan usia, dan usia rata-rata onset adalah sekitar 60 tahun. Onset pada orang
yang lebih muda dari 40 tahun relative jarang.
+Kejadian penyakit Parkinson telah diperkirakan 4,5-21 kasus per 100.000 penduduk per tahun, dan
perkiraan prevalensi berkisar 18-328 kasus per 100.000 penduduk, dengan sebagian besar studi
menghasilkan prevalensi sekitar 120 kasus per 100.000 penduduk. Di Indonesia, diperkirakan sebanyak
876.665 orang dari total jumlah penduduk sebesar 238.452.952 menderita penyakit Parkinson. Total
kasus kematian akibat penyakit Parkinson di Indonesia menempati peringkat ke-12 di dunia atau
peringkat ke-5 di Asia, dengan prevalensi mencapai 1100 kematian pada tahun 2002.
+Suatu kepustakaan menyebutkan prevalensi tertinggi penyakit Parkinson terjadi pada ras
Kaukasian di Amerika Utara dan ras Eropa 0,98% hingga 1,94%, mencegah terdapat pada ras Asia
0,018% dan prevalensi terendah terdapat pada ras kulit hitam di Afrika 0,01%. Penyakit Parkinson 1,5
kali lebih sering terjadi pada pria dibandingkan pada wanita.
Fisioterapi pada Parkinson
+ Secara umum, tingkat rujukan untuk Fisioterapi untuk penyakit parkinson (parkinson disease) masih
rendah, namun, dalam beberapa tahun terakhir, tingkat rujukan telah meningkat baik di tingkat
rumah sakit maupun klinik.
+ Peran utama fisioterapis sebagai bagian dari tim multidisiplin adalah untuk memaksimalkan
kemampuan fungsional pasien sambil meminimalkan komplikasi sekunder yang ditimbulkan melalui
gerakan.
+ Fisioterapi sebagai pilihan treatment untuk parkinson berfokus pada transfer (berpindah tempat),
perbaikan postur dan fungsi ekstremitas atas maupun bawah, keseimbangan dan kapasitas fisik
serta aktivitas. Fisioterapis juga dapat menggunakan latihan kognitif dan strategi, termasuk
berolahraga untuk mempertahankan atau meningkatkan tingkat kemandirian pasien dan kualitas
hidup secara keseluruhan.
+ Pada tahap awal penyakit parkinson, ketika gejalanya belum begitu berat, fisioterapis berperan
dalam mempromosikan / mengenalkan keterlibatan penderita parkinson dalam program latihan,
dimana program latihan ini memanfaatkan waktu luang penderita parkinson yang bertujuan
meningkatkan kebugaran dan inklusi dalam kegiatan dalam komunitas bersosial. Ketika gejalanya
berkembang, pasien diajari strategi gerakan untuk mengatasi kesulitan dalam menghasilkan
gerakan dan berpikir.
+ Ini termasuk salah satu keahlian fisioterapi khususnya para fisioterapis yang berkecimpung,dan
tentunya fokus, berpengalaman, juga memiliki keahlian dalam memeriksa gangguan gerak dan
fungsi, juga menangani kasus/kondisi gangguan saraf/neurologi yang tergabung
dalam Perhimpunan Fisioterapi Neurologi Indonesia (PFNI) dalam memeriksa dan
menangani,mengembangkan strategi untuk mengkompensasi hilangnya fungsi akibat penyakit
parkinson (parkinson disease).
+ Berdasarkan literatur penelitian yang ada, dampak keberadaan fisioterapi untuk penyakit parkinson,
jelas bahwa berbagai pendekatan yang digunakan oleh fisioterapi bermanfaat dalam meningkatkan
kualitas hidup pasien. Selain itu, ada beberapa pendekatan melalui gerakan yang digunakan oleh
fisioterapis yang memiliki manfaat jangka pendek (contoh DNS “Dynamic Neuromuscular
Stabilization”, Bobath Concept, PNF “Propioceptif Neuromuscular Fascilitation”, Feldenkraiz dll). Telah
ditemukan bahwa latihan berbasis aerobik dan pembelajaran paling cocok untuk individu yang
menderita Penyakit Parkinson (Parkinson Disease). Latihan-latihan maupun konsep-konsep
pendekatan gisioterapi ini secara khusus bermanfaat sebagai “neuroprotective” pada lansia yang
terkena Parkinson.
Terapi Fisik
1) Terapi Range of Motion (ROM), penguatan, mobilisasi dan teknik kompesatori.
2) Brunnstrom: Fasilitasi sentral menggunakan pemulihan Twitchell dimana meningkatkan sinergi tertentu
melalui stimulus proprioseptif pada kulit.
3) Neurodevelopmental Treatment (NDT) Bobath-Training
 Pola otot, tidak mengisolasi gerakan, digunakan untuk pergerakan.
 Ketidakmampuan untuk memberikan impuls langsung pada otot dalam kombinasi yang berbeda
oleh orang dengan susunan saraf pusat yang utuh.
 Pola otot yang abnormal ditekan sebelum pola otot yang normal muncul.
 Reaksi asosiasi: sinergi massa dihindari karena dapat memperburuk kelemahan otot dan otot
yang tidak berserpon (penguatan yang abnormal akan meningkatkan tonus dan spastisitas).
 Pola penghambat reflex digunakan untuk mencegah reaksi postural yang abnormal; juga untuk
memfasiliitasi gerakan involunter.
 Pola yang abnormal dimodifikasi pada titik kunci proksimal sebagai control (misalnya leher, tulang
belakang, bahu atau pelvis).
4) Proprioceptif Neuromuscular Facilitation (PNF)
 Stimulasi dari saraf, otot, reseptor sensorik untuk menghasilkan respon melalui rangsangan manual
untuk meningkatkan kemudahan pergerakan dan meningkatkan fungsi otot.
 Mekanise neuromuskular yang normal memberi kemampuan untuk melakukan aktifitas motorik yang
luas dengan struktur anatomis yang terbatas. Hal ini terintegrasi dan efisien tanpa mempengaruhi aksi
motorik, aktifitas reflex dan reaksi lainnya.
 Mekanisme neuromuskular yang tidak lengkap tidak cukup memenuhi untuk hidup sehari-hari karena
kelemahan, ikoordinasi, spasme otot atau spastisitas.
 Keperluan khusus diberikan oleh terapis fisik dan terapis okupasional memfasilitasi efek dari
mekanisme neuromuskular dan mengembalikan keterbatasan pasien.
 Pola pergerakan-massa digunakan sesuai dengan aksioma Beevor (bahwa otak tidak tahu tentang aksi
dari otok tertentu tapi tahu tentang pergerakannya)
Sekian dan Terima Kasih
#salamsehat

Anda mungkin juga menyukai