Anda di halaman 1dari 18

MATA KULIAH FISIOTERAPI NEUROMUSKULAR

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA

PENYAKIT PARKINSON

DISUSUN OLEH :
FERONIKA OHODUAN
NPM : 21.62.049

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN FISIOTERAPI
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
TAHUN 2022

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Parkinson adalah salah satu gangguan neurodegeneratif terbanyak yang

diderita manusia. Penyakit Parkinson secara patologis ditandai oleh degenerasi sel-sel

saraf dalam otak yang disebut ganglia basalis, hilangnya pigmentasi di substansia nigra,

adanya inklusi sitoplasmik yang disebut Lewy bodies, serta penurunan dopamin di

substansia nigra pars kompakta (SNC) dan korpus striatum.

Penyakit Parkinson menyerang jutaan penduduk di dunia atau sekitar 1% dari total

populasi dunia. Penyakit tersebut menyerang penduduk dari berbagai etnis dan status

sosial ekonomi. Prevalensi penyakit parkinson di Indonesia adalah 876.665 penduduk

dengan total kasus kematian akibat penyakit Parkinson di Indonesia menempati peringkat

ke-12 di dunia atau peringkat ke-5 di Asia dengan prevalensi mencapai 1100 kematian

pada tahun 2002.

Penyakit Parkinson menyebabkan penderitanya mengalami beberapa gejala antara lain

gangguan kognitif dan tingkah laku, demensia, penurunan daya ingat, kelemahan otot,

katalepsi (gerakan jadi lambat dan kaku) dan tremor. Penderita penyakit Parkinson juga

akan mengalami tremor, yaitu suatu gerakan gemetar yang berirama dan tidak terkendali

yang terjadi karena otot berkontraksi dan berelaksasi secara berulang.

Pengobatan penyakit parkinson saat ini umumnya bertujuan untuk mengurangi gejala

motorik maupun non motorik seperti depresi dan penurunan kognitif dan memperlambat

progresivitas penyakit.

2
Peran utama fisioterapis sebagai bagian dari tim multidisiplin adalah untuk

memaksimalkan kemampuan fungsional pasien sambil meminimalkan komplikasi

sekunder yang ditimbulkan melalui gerakan.

Fisioterapi sebagai pilihan treatment untuk parkinson berfokus pada transfer

(berpindah tempat), perbaikan postur dan fungsi ekstremitas atas maupun bawah,

keseimbangan dan kapasitas fisik serta aktivitas. Fisioterapis juga dapat menggunakan

latihan kognitif dan strategi, termasuk berolahraga untuk mempertahankan atau

meningkatkan tingkat kemandirian pasien dan kualitas hidup secara keseluruhan.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Penyakit Parkinson

1. Definisi

Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis

progresif, merupakan penyakit terbanyak kedua setelah demensia alzheimer

penyakit ini memiliki dimensi gejala yang sangat luas sehingga baik langsung

maupun tidak langsung mempengaruhi kualitas hidup penderita maupun keluarga,

pertama kali ditemukan oleh seorang dokter Inggris yang bernama James

Parkinson, penyakit ini merupakan suatu kondisi ketika seseorang mengalami

ganguan pergerakan .

Angka prevalensi parkinson di Indonesia belum dapat diketahui secara pasti.

Akan tetapi mengingat umur harapan hidup makin lama dan makin tinggi yaitu

dari tahun 1990-2025, maka Indonesia akan mengalami kenaikan jumlah

penduduk usia lanjut sebesar 41,4%. Maka dapat diperkirakan sekitar tahun 2015

– 2020 angka harapan hidup orang Indonesia selama hidupnya mencapai 70 tahun

lebih. Penyakit parkinson diperkirakan menyerang 876.665 orang Indonesia dari

total jumlah penduduk sebesar 238.452.952. Total kasus kematian akibat penyakit

parkinson di Indonesia menempati peringkat ke-12 di dunia atau peringkat ke-5 di

Asia dengan prevalensi mencapai 1100 kematian pada tahun 2002.

2. Patofisiologi

Penyakit Parkinson terjadi karena penurunan kadar dopamin yang masif akibat

kematian neuron di substansia nigra pars kompakta. Respon motorik yang

abnormal disebabkan oleh karena penurunan yang sifatnya progesif dari

neurotransmiter dopamin. Kerusakan progresif lebih dari 60% pada neuron

4
dopaminergik substansia nigra merupakan 8 faktor dasar munculnya penyakit

Parkinson. Untuk mengkompensasi berkurangnya kadar dopamin maka nukleus

subtalamikus akan overstimulasi terhadap globus palidus internus (GPi).

Kemudian GPi akan menyebabkan inhibisi yang berlebihan terhadap thalamus.

Kedua hal tersebut diatas menyebabkan under-stimulation korteks motorik.

3. Etiologi

Etiologi penyakit Parkinson saat ini masih belum diketahui, namun

belakangan diyakini bahwa penyakit Parkinson dipengaruhi oleh beberapa faktor,

yaitu faktor lingkungan dan faktor genetik. Faktor lingkungan tersebut termasuk

usia, jenis kelamin, penggunaan NSAID, trauma kepala, gangguan kecemasan,

paparan timbal, besi, tembaga, paparan pestisida, hal-hal tersebut dapat menjadi

faktor resiko penting bagi penyakit Parkinson.

4. Manifestasi Klinis

Keadaan penderita pada umumnya diawali oleh gejala yang non spesifik, yang

didapat dari anamnesis yaitu kelemahan umum, kekakuan pada otot, pegal-pegal

atau kram otot, distonia fokal, gangguan keterampilan, kegelisahan, gejala

sensorik (parestesia), dan gejala psikiatrik (ansietas atau depresi). Gambaran klinis

penderita Parkinson sebagai berikut :

a. Tremor

Biasanya merupakan gejala pertama pada penyakit Parkinson dan bermula

pada satu tangan kemudian meluas pada tungkai sisi yang sama. Kemudian

sisi yang lain juga akan turut terkena. Kepala, bibir dan lidah sering tidak

terlihat, kecuali pada stadium lanjut. Frekuensi tremor berkisar antara 4-7

gerakan per detik dan terutama timbul pada keadaan istirahat dan berkurang

5
bila ekstremitas digerakan. Tremor akan bertambah pada keadaan emosi dan

hilang pada waktu tidur.

b. Rigiditas

Pada permulaan rigiditas terbatas pada satu ekstremitas atas dan hanya

terdeteksi pada gerakan pasif. Pada stadium lanjut, rigiditas menjadi

menyeluruh dan lebih berat dan memberikan tahanan jika persendian

digerakan secara pasif. Rigiditas timbul sebagai reaksi terhadap regangan pada

otot agonis dan antagonis. Salah satu gejala dini akibat rigiditas ialah hilang

gerak asosiatif lengan bila berjalan. Rigiditas disebabkan oleh meningkatnya

aktivitas motor neuron alfa.

c. Bradikinesia

Gerakan volunter menjadi lambat dan memulai suatu gerakan menjadi sulit.

Ekspresi muka atau gerakan mimik wajah berkurang (muka topeng). Gerakan-

gerakan otomatis yang terjadi tanpa disadari waktu duduk juga menjadi sangat

kurang. Bicara menjadi lambat dan monoton dan volume suara berkurang

(hipofonia).

d. Hilangnya refleks postural

Meskipun sebagian peneliti memasukan sebagai gejala utama, namun pada

awal stadium penyakit Parkinson gejala ini belum ada. Hanya 37% penderita

penyakit Parkinson yang sudah berlangsung selama 5 tahun mengalami gejala

ini. Keadaan ini disebabkan kegagalan integrasi dari saraf propioseptif dan

labirin dan sebagian kecil impuls dari mata, pada level talamus dan ganglia

basalis yang akan mengganggu kewaspadaan posisi tubuh. Keadaan ini

mengakibatkan penderita mudah jatuh.

6
e. Wajah Parkinson

Seperti telah diutarakan, bradikinesia mengakibatkan kurangnya ekspresi

muka serta mimik. Muka menjadi seperti topeng, kedipan mata berkurang,

disamping itu kulit muka seperti berminyak dan ludah sering keluar dari mulut.

f. Sikap Parkinson

Bradikinesia menyebabkan langkah menjadi kecil, yang khas pada penyakit

Parkinson. Pada stadium yang lebih lanjut sikap penderita dalam posisi kepala

difleksikan ke dada, bahu membongkok ke depan, punggung melengkung

kedepan, dan lengan tidak melenggang bila berjalan.

g. Bicara

Rigiditas dan bradikinesia otot pernafasan, pita suara, otot faring, lidah dan

bibir mengakibatkan berbicara atau pengucapan kata-kata yang monoton

dengan volume yang kecil dan khas pada penyakit Parkinson. Pada beberapa

kasus suara berkurang sampai berbentuk suara bisikan yang lamban.

h. Disfungsi otonom

Disfungsi otonom pada pasien penyakit Parkinson memperlihatkan beberapa

gejala seperti disfungsi kardiovaskular (hipotensi ortostatik, aritmia jantung),

gastrointestinal (gangguan dismotilitas lambung, gangguan pencernaan,

sembelit dan regurgitasi), saluran kemih (frekuensi, urgensi atau

inkontinensia), seksual (impotensi atau hypersexual drive), termoregulator

(berkeringat berlebihan atau intoleransi panas atau dingin). Prevalensi

disfungsi otonom ini berkisar 14-18%. Patofisiologi disfungsi otonom pada

penyakit Parkinson diakui akibat degenerasi dan disfungsi nukleus yang

mengatur fungsi otonom, seperti nukleus vagus dorsal, nukleus ambigus dan

7
pusat medullary lainnya seperti medulla ventrolateral, rostral medulla, medulla

ventromedial dan nukleus rafe kaudal.

i. Demensia

Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif

yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga

mengakibatkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktifitas sehari-hari.

Kelainan ini berkembang sebagai konsekuensi patologi penyakit Parkinson

disebut kompleks Parkinsonism demensia. Demensia pada penyakit Parkinson

mungkin baru akan terlihat pada stadium lanjut, namun pasien penyakit

Parkinson telah memperlihatkan perlambatan fungsi kognitif dan gangguan

fungsi eksekutif pada stadium awal. Gangguan fungsi kognitif pada penyakit

Parkinson yang meliputi gangguan bahasa, fungsi visuospasial, memori jangka

panjang dan fungsi eksekutif ditemukan lebih berat dibandingkan dengan

proses penuaan normal. Persentase gangguan kognitif diperkirakan 20%.

j. Depresi

Sekitar 40% penderita penyakit Parkinson terdapat gejala depresi. Hal ini

dapat disebabkan kondisi fisik penderita yang mengakibatkan keadaan yang

menyedihkan seperti kehilangan pekerjaan, kehilangan harga diri dan merasa

dikucilkan. Hal ini disebabkan keadaan depresi yang sifatnya endogen. Secara

anatomi keadaan ini dapat dijelaskan bahwa pada penderita Parkinson terjadi

degenerasi neuron dopaminergik dan juga terjadi degenerasi neuron

norepineprin yang letaknya tepat dibawah substansia nigra dan degenerasi

neuron asetilkolin yang letaknya diatas substansia nigra.

8
5. Faktor Risiko

a) Usia

Gejala penyakit Parkinson sekitar 5-10% pada awalnya muncul sebelum usia

40 tahun, akan tetapi rata-rata menyerang penderita dengan usia 65 tahun,

sehingga usia merupakan salah satu faktor resiko penting terserang penyakit

Parkinson.

b) Onset

Secara umum, penyakit Parkinson yang dialami setelah usia 50 disebut

penyakit late onset. Disebut penyakit early onset jika tanda dan gejala dimulai

sebelum usia 50 tahun. Kasus early onset yang dimulai sebelum usia 20

kadang-kadang disebut penyakit parkinson juvenile. Bentuk late-onset adalah

jenis penyakit Parkinson yang paling umum, dan risiko berkembangnya

kondisi ini meningkat seiring bertambahnya usia. Karena meningkatnya usia

harapan hidup, jumlah orang dengan penyakit ini diperkirakan akan meningkat

dalam beberapa dekade mendatang.

c) Jenis Kelamin

Dalam beberapa kasus dan berdasarkan beberapa penelitian, prevalensi

penderita Parkinson antara laki-laki dan perempuan didapatkan rasio 3:2,

sehingga jenis kelamin juga dapat menjadi salah satu faktor predisposisi

penyakit Parkinson.

d) Trauma Kepala

Trauma kepala yang berat dan berulang dapat meningkatkan resiko kerusakan

pada sel-sel neuron atau kerusakan pada bagian subtantia nigra yang

menghasilkan dopamin. Sehingga banyak penelitian yang berpendapat bahwa

trauma kepala menjadi salah satu faktor resiko terserang penyakit Parkinson.

9
B. Pemeriksaan Fisioterapi pada Penyakit Parkinson

1. Berg Balance Scale

Berg balance scale dikembangkan untuk mengukur keseimbangan dan

kemampuan para lansia dengan gangguan fungsi 21 keseimbangan secara objektif

melalui penilaian kinerja dari aktivitas fungsional (seperti duduk, berdiri, berpindah

tempat) untuk keseimbangan yang lebih aman selama melakukan serangkaian

kegiatan keseharian. Berg balance scaleterdiri dari 14 perintah dengan setiap item

terdiri dari lima point yang dinilai menggunakan skala ordinal dari 0 – 4, dengan 0

mengindikasikan level fungsi yang lebih rendah dan 4 level fungsi yang lebih tinggi.

Skor total 56 pointdengan skor resiko 0 – 20 (risiko terjatuh tinggi, rekomendasi

penggunaan kursi roda), 21 – 40 (risiko terjatuh sedang, butuh alat bantu jalan), 41 –

56 (risiko terjatuh rendah, dapat mandiri).

2. MMSE

Mini Mental State Examination (MMSE) merupakan tes yang dapat dilakukan

dalam sepuluh menit dan paling sering digunakan untuk menilai penyakit dengan

penurunan kognitif, terutama demensia walau pun banyak tes lain yang menawarkan

spesifisitas dan sensitifitas yang lebih tinggi. Nilai skor total tes yang diberikan adalah

tiga puluh dan dibagi menjadi lima segmen, yaitu orientasi (tempat dan waktu),

regristrasi, atensi dan menghitung, memori jangka pendek, bahasa dan kemampuan

konstruksi, namun tidak terdapat fungsi eksekutif. Pembagian skor dikelompokkan

menjadi tiga dengan 0-16 mengindikasikan definite gangguan kognitig, 17-23

probable gangguan kognitif dan 24 sebagai nilai terendah yang masih dianggap

normal.

3. Finger to nose test

10
Bisa dilakukan dengan posisi pasien berbaring, duduk atau berdiri. Dengan posisi

abduksi dan ektensi secara komplit, mintalah pada pasien untuk menyentuh ujung

hidungnya sendiri dengan ujung jari telunjuknya. Mula-mula dengan gerakan perlahan

kemudian dengan gerakan cepat, baik dengan mata terbuka dan tertutup.

4. Nose finger nose test

Serupa dengan finger to nose test, tetapi setelah menyentuh hidungnya, pasien

diminta menyentuh ujung jari pemeriksa dan kembali menyentuh ujung hidungnya.

Jari pemeriksa dapat diubah-ubah baik dalam jarak maupun bidang gerakan.

5. Finger to finger test

Penderita diminta mengabduksikan lengan pada bidang horizontal dan diminta

untuk menggerakkan kedua ujung jari telunjuknya saling bertemu tepat ditengah-

tengah bidang horizontal tersebut. Pertama dengan gerakan perlahan kemudian

dengan gerakan cepat, dengan mata ditutup dan dibuka.

11
FORMULIR PEMERIKSAAN FISIOTERAPI NEUROMUSKULER

√ Initial Assesment  Re-Evaluation  Discharge

IDENTITAS KLIEN

No. RM : 012345 Nama : Ny. S

Tanggal Lahir : 12 April 1968 Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : - Pekerjaan : -

No Telepon : - Agama : Islam

Tanggal Pemeriksaan : 19 Januari 2022 Diagnosa medis : Parkinson’s Disease

PEMERIKSAAN :

Keluhan Utama: Keluhan Penyerta:


Pasien mengeluh tangannya sering gemetar dan Tidak ada
jari-jari terasa kaku, serta ketika berjalan sulit
mengatur langkah dan sering terjatuh.

Goal/Harapan Klien: Mampu berjalan mandiri

Riwayat Penyakit Sekarang: Riwayat Penyakit Dahulu:


Pasien datang berobat ke RSUD dengan keluhan Hipertensi (+)
kesulitan melangkah dan berjalan, langkah kaki
pelan-pelan, sering terjatuh, kesulitan saat akan Diabetes militus (-)
berputar, serta tubuh terasa kaku. Keluhan
dirasakan sejak 4 bulan terakhir muncul mendadak,
di mana ini merupakan keluhan pertamanya.
Keluhan semakin dirasakan saat beraktivitas, dan
menurun saat beristirahat. Kemudian dari poli Saraf
dirujuk ke poli Fisioterapi untuk menjalani terapi
sesuai jadwal yang sudah ditetapkan.

12
Riwayat Sosial: Kemampuan Sebelumnya:
Pasien hanya tinggal bersama dengan Pasien mampu melakukan Activity Daily Living
suaminya, sedangkan anak-anaknya sudah secara mandiri
berumah tangga semua dan tinggal jauh dari
pasien.
Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan MRI: didapati hilangnya normal swallow tail appearance pada substansia nigra.

Kesadaran : Compos Mentis Tekanan Darah : 145/85

Denyut Nadi : 80x/menit Frekuensi Pernapasan: 24x/menit

Kooperatif/Tidak Kooperatif: Kooperatif Kognisi dan Persepsi: Kognitif pasien cukup


baik dapat diajak berkomunikasi walaupun kurang
utuh menjelaskan kronologi.

Pemeriksaan Fisioterapi

Observasi
Ny. S datang ke poli fisioterapi diantar oleh suaminya,
berjalan tanpa alat bantu namun langkahnya kecil-kecil
dan ketika berjalan tampak kurang seimbang. Postur
tubuh cenderung membungkuk dengan punggung
kifosis.
Statis

 Tampak abnormal postur dengan punggung


kifosis dan forward head
 Tampak resting tremor pada kedua tangan
 Wajah pasien terlihat tanpa ekspresi

Dinamis
Tandai Bagian Tubuh yang mengalami
 Ketika berjalan tampak langkah pasien kecil-kecil
masalah
 Ketika berjalan tidak tampak gerakan
mengayun pada lengan
 Keseimbangan saat berjalan kurang adekuat
 Pasien kesulitan menghentikan langkahnya

Hipotesis: (dugaan fisioterapis dari masalah fisioterapi yang ditemukan dalam pemeriksaan)
1. Adanya gangguan keseimbangan berjalan
2. Adanya gangguan postur kifosis dan forward head
3. Adanya tremor pada kedua tangan

13
4. Adanya gangguan koordinasi
5. Adanya spasme otot pectoralis dan upper trapezius
6. Adanya kekakuan/stiffness pada jari-jari tangan
Analisis Gerak

1. Postur :
Postur dalam posisi berdiri:
a. Anterior:
Head : in
midline Shoulder :
simetris SIAS :
simetris
Knee : simetris Lateral:
Head : forward
head Shoulder :
protraksi
Alignment vertebrae : kifosis thoracal
Pelvic : posterior tilt
b. Posterior:
SIPS : simetris
Knee : simetris
Kesimpulan : Kifosis
2. Gangguan Pola Jalan (+)
3. Rigiditas (+)
4. Resting tremor (+)

14
Body Structure/Function (Pemeriksaan dan Pengukuran)
1. Palpasi
Spasme pada otot – otot :

 Upper trapezius
 Pectoralis major
 Extensor trunk
2. Gait Analisis

 Heel strike dan toe off berkurang


 Tidak ada ayunan lengan
 Step length berkurang
3. Tes Koordinasi

15
 Finger to nose
 Fist open close
Hasil: terdapat bradikinesia pada gerakan di atas

Activity (Pemeriksaan dan Pengukuran)


1. Berg Balance Scale
No Item Deskripsi Skor Interpretasi
1 Duduk ke berdiri 4 Mampu tanpa menggunakan tangan dan berdiri stabil
2 Berdiri tak tersangga 3 Mampu berdiri selama 2 menit dengan pengawasan
3 Duduk tak tersangah 4 Mampu duduk dengan aman selama 2 menit
4 Berdiri ke duduk 3 Mengonrol gerak duduk dengan tangan
5 Transfer/berpindah 4 Mampu berpindah dengan aman menggunakan
tangan minimal
6 Berdiri dengan mata tertutup 2 Mampu berdiri selama 3 detik
7 Berdiri dengan kedua kaki rapat 3 Mampu menempatkan kaki secara mandiri dan berdiri
selama 1 menit di bawah pengawasan
8 Meraih kedepan dengan lengan 3 Dapat meraih > 12,5 cm dengan aman
terulur maksimal
9 Mengambil objek dari lantai 2 Tidak mampu mengambil tetapi mendekati sepatu 2-5
cm dengan seimbang dan mandiri
10 Berbalik melihat ke belakang 2 Hanya mampu melihat kesamping dengan seimbang
11 Berbalik 360 derajat 2 Mampu berputar 360 derajat dengan aman tetapi
perlahan
12 Menempatkan kaki bergantian ke 3 Mampu berdiri mandiri dan aman 8 langkah selama >
balok (step stool) 20 detik
13 Berdiri sengan satu kaki di depan 3 mampu menempatkan secara mandiri selama 30 detik
kaki yang lain
14 Berdiri satu kaki 1 mencoba untuk berdiri dan tidak mampu 3 detik,
tetapi mandiri
Total 40 Resiko jatuh sedang
Interpretasi
Skor 41-56 = resiko jatuh rendah
Skor 21-40 = resiko jatuh sedang
Skor 0-20 = resiko jatuh tinggi
2. TUGT

Hasil : 18 detik
3. Functional Reach Test
Didapatkan skor reach test sejauh 12 inchi
Nilai normal :

16
Partisipation
Body structure/Function (Hasil Activity (Pemeriksaan dan
(Pemeriksaan dan
pemeriksaan dan pengukuran) pengukuran):
pengukuran):
1. Stiffness (b7800) 1. Koordinasi (b7602)
1. recreation
2. Impaired involuntary 2. Berjalan (d450)
and leisure
movement (Tremor, bradykinesia) 3. Mempertahankan
(d920)
(b765) posisi tubuh (d415)
3. Impairment in Gait Pattern (b770) 4. Self Care (d5)
4. Vestibular function of balance (b2351)

Environmental factors:
Personal Factors:
Dukungan keluarga cukup baik (e310)
Pasien semangat untuk latihan (d729)

Main Problem: PT diagnose:


Gangguan keseimbangan, spasme otot, postur Gangguan berjalan diakibatkan adanya stiffness,
kifosis dan forward head, tremor, koordinasi, tremor, postur, koordinasi ec Parkinson’s
stiffness pada jari-jari tangan Disease

Goal Treatment:
(fungsi, aktivitas atau partisipasi)

Tujuan Jangka Pendek Treatment Plan:


 Untuk memperbaiki pola jalan (yang direncanakan selama satu bulan)
 Untuk memperbaiki keseimbangan
dan koordinasi  Koreksi postur
 Untuk Memperbaiki postur atau koreksi  Latihan aerobik
postur  Latihan Pola Jalan
 Latihan Keseimbangan dan koordinasi
Tunjuan Jangka Panjang
Untuk mengoptimalkan kemampuan
aktifitas fungsional pasien dalam berjalan

Edukasi dan Home Program: (saran aktivitas sehari-hari dan program latihan di rumah)
1. Mengatur posisi di tempat tidur
2. Latihan fungsional gerakan pada tangan, kaki, wajah dan mulut

17
Evaluasi Simpulan Klinis : (Simpulan klinis yang dituliskan di akhir program latihan fisioterapi)

INTERVENSI DAN EVALUASI


No. Tindakan – Evaluasi Fisioterapi (Jenis tindakan Paraf CI
dan dosis)

1. Latihan sepeda
statis F: 3x
seminggu
I: disesuaikan dengan target heart rate
T: 50 menit
T: aerobic moderate intensity

2. Frenkel exercise (berbaring, duduk,


berdiri) F: setiap hari
I: 7x/set, 3set
T: 15 menit
T: latihan stabilisasi

3. Latihan berjalan dengan aba-aba


F: 3x seminggu
I: 3x bolak
T: 15
menit
T: gait training

4. PNF
F: 3x
seminggu I:
7x/set, 3se T:
30 menit
T: manual terapi

18

Anda mungkin juga menyukai