Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

FARMAKOTERAPI DAN TERMINOLOGI MEDIS

PARKINSON

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 8

NUGRAH NOVIANTI

WA ODE SITI KARNIA RAMADHAN


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum,wr.wb
Puji syukur kami panjatkan hehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan tugas Makala yang berjudul Penyakit
Parkinson. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas individu. Yang di
berikan kepada kami sebagai materi kuliah yang harus di pahami dan di mengerti
Maksudnya. Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak
kekurangan - kekurangan baik
Pada teknis penulisan maupun materi untuk itu kritik dan saran yang
membangun semua pihak sangat Harapkan demi penyempurnaan makala
kami. Mudah-mudahan dengan adanya tugas makala ini kreativitas Mahasiswa
dapat mengingat. apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini. Maka, kami
selalu penyusun memohon maaf yang sebesar besarnya.
Wassalamualaikum wr.wb

2
DAFTAR ISI

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Parkinson (PD) adalah suatu penyakit degeneratif pada sistem
saraf (neurodegenerative) yang bersifat progressive, ditandai dengan
ketidakteraturan pergerakan (movement disorder), tremor pada saat istirahat,
kesulitan pada saat memulai pergerakan, dan kekakuan otot.
Penyakit Parkinson pertama kali diuraikan dalam sebuah monograf oleh
James Parkinson seorang dokter di London, Inggris, pada tahun 1817. Di dalam
tulisannya, James Parkinson mengatakan bahwa penyakit (yang akhirnya
dinamakan sesuai dengan namanya) tersebut memiliki karakteristik yang khas
yakni tremor, kekakuan dan gangguan dalam cara berjalan (gait difficulty).
Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria
dan wanita seimbang. 5 10 % orang yang terjangkit penyakit parkinson, gejala
awalnya muncul sebelum usia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada
usia 65 tahun. Secara keseluruhan, pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 % di
seluruh dunia dan 1,6 % di Eropa, meningkat dari 0,6 % pada usia 60 64 tahun
sampai 3,5 % pada usia 85 89 tahun.
Di Amerika Serikat, ada sekitar 500.000 penderita parkinson. Di Indonesia
sendiri, dengan jumlah penduduk 210 juta orang, diperkirakan ada sekitar 200.000-
400.000 penderita. Rata-rata usia penderita di atas 50 tahun dengan rentang usia-
sesuai dengan penelitian yang dilakukan di beberapa rumah sakit di Sumatera dan
Jawa 18 hingga 85 tahun. Statistik menunjukkan, baik di luar negeri maupun di
dalam negeri, lelaki lebih banyak terkena dibanding perempuan (3:2) dengan alasan
yang belum diketahui.
Beberapa orang ternama yang mengidap Penyakit Parkinson diantaranya
adalah Bajin (sasterawan terkenal China), Chen Jingrun (ahli matematik terkenal
China), Muhammad Ali (mantan peninju terkenal A.S.), Michael J FoxThe Michael
J Fox Foundation For Parkinsons Research (seorang bintang film Hollywood
terkenal).

4
Dari beberapa fakta yang menunjukkan data mengenai Penyakit Parkinson,
hal yang menarik adalah penyakit ini belum diketahui penyebabnya secara pasti dan
hanya mengacu pada prediksi faktor genetika dan lingkungan. Namun, pada
perkembangan terakhir mengenai penyakit ini, ada tendency bahwa penyakit ini
deisebabkan oleh kerusakan mitokondria, organel penghasil energi di dalam sel,
yang menyebabkan neuron di dalam substantia nigra otak mati atau tidak berfungsi.
Studi dari Children Hospital Boston sekarang menunjukkan bahwa mutasi genetik
menyebabkan bentuk herediter dari Penyakit Parkinson menyebabkan mitokondria
bergerak acak keluar dari sel, meninggalkan sel tanpa ada kemungkinan
menghentikan mereka. Penemuan ini muncul pada 11 November isu tentang sel.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut :
Apa defenisi dari penyakit Parkinson?
Berapa praveensi penyakit Parkinson?
Apa saja klasifikasi dari penyakitparkinson?
Apa etiologi dari penyakit Parkinson?
Bagaimana patofisiologi penyakit Parkinson?
Bagaimana diagnosis penyakit Parkinson?
Bagaimana penanganan penyakit Parkinson?
Interaksi apa yang ditimbulakan obat-obat Parkinson?

C. Tujuan

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Penyakit parkinson merupakan proses degeneratif yang melibatkan neuron
dopaminergik dalam substansia nigra (daerah ganglia basalis yang memproduksi
dan menyimpan neurotransmitter dopamin). Daerah ini memainkan peran yang
penting dalam sistem ekstrapiramidal yang mengendalikan postur tubuh dan
koordinasi gerakan motorik volunter, sehingga penyakit ini karakteristiknya adalah
gejala yang terdiri dari bradikinesia, rigiditas, tremor dan ketidakstabilan postur
tubuh (kehilangan keseimbangan) (Silitonga R., 2007).
Parkinsonism adalah suatu sindrom yang ditandai oleh tremor waktu
istirahat, rigiditas, bradikinesia, dan hilangnya refleks postural akibat penurunan
kadar dopamin dengan berbagai macam sebab (Purba JS., 2012).
Penyakit Parkinson adalah penyakit saraf progresif yang berdampak
terhadap respon mesenfalon dan pergerakan regulasi. Penyakit ini ini bersifat
lambat yang menyerang usia pertengahan atau lanjut, dengan onset pada umur 50
sampai 60an.Tidak ditemukan sebab genetik yang jelas dan tidak ada pengobatan
yang dapat menyembuhkannya

B. Pravalensi
Insidensi dan prevalensi yang pasti dari penyakit Parkinson tidak diketahui.
Pada umumnya PD muncul pada usia 40-70 tahun, rata-rata diatas usia 55 tahun,
lebih sering ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan dengan rasio 3:2.
Suatu kepustakaan menyebutkan prevalensi tertinggi penyakit Parkinson terjadi
pada ras Kaukasian di Amerika Utara dan ras Eropa (0,98 % hingga 1,94%);
menengah terdapat pada ras Asia (0,018 %) dan prevalensi terendah terdapat pada
ras kulit hitam di Afrika (0,01 %).
Parkinson, penyakit degeneratif yang menyerang otak masih menjadi
momok bagi masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Jumlah penderita penyakit
yang umumnya menyerang manula usia 65 tahun ke atas ini diperkirakan meningkat
menyentuh angka 6,17 juta orang pada tahun 2030.

6
Spesialis saraf dari Parkinsons and Movement Diorder Center Rumah Sakit
Siloam Kebun Jeruk, dr Frandy Susatia, mengatakan, satu di antara 100 orang tua
berusia 65 tahun ke atas adalah penderita parkinson. Jika jumlah lansia di Indonesia
sebanyak 20 juta berdasarkan data BPS 2015, maka ada sekitar 200.000 orang di
antaranya menderita parkinson, atau 547 orang setiap harinya. Bahkan, berdasarkan
data perhimpunan spesialis saraf di Indonesia, angka penderita parkinson sudah
mencapai 400.000 orang.

C. Klasifikasi Penyakit Parkinson


a. Parkinsonismus primer/ idiopatik/paralysis agitans
Sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan kronis, tetapi
penyebabnya belum jelas. Kira-kira 7 dari 8 kasus parkinson termasuk jenis
ini. Etiologi belum diketahui, masih belum diketahui. Terdapat beberapa
dugaan, di antaranya ialah: infeksi oleh virus yang non-konvensional
(belum diketahui), reaksi abnormal terhadap virus yang sudah umum,
pemaparan terhadap zat toksik yang belum diketahui, terjadinya penuaan
yang prematur atau dipercepat.
b. Parkinsonismus sekunder atau simtomatik
Dapat disebabkan pasca ensefalitis virus, pasca infeksi lain :
tuberkulosis, sifilis meningovaskuler, iatrogenik atau drug induced,
misalnya golongan fenotiazin, reserpin, tetrabenazin dan lain-lain yang
merupakan obat-obatan yang menghambat reseptor dopamin dan
menurunkan cadangan dopamin misalnya perdarahan serebral petekial
pasca trauma yang berulang-ulang pada petinju, infark lakuner, tumor
serebri, hipoparatiroid dan kalsifikasi.
c. Sindrom paraparkinson ( Parkinson plus )
Pada kelompok ini gejalanya hanya merupakan sebagian dari
gambaran penyakit keseluruhan. Jenis ini bisa didapat pada Progressive
supranuclear palsy, Multiple system atrophy, degenerasi kortikobasal
ganglionik, sindrom demensia, Hidrosefalus normotensif, dan Kelainan
herediter (Penyakit Wilson, Penyakit Huntington, Perkinsonisme familial

7
dengan neuropati peripheral). Klinis khas yang dapat dinilai dari jenis ini
pada penyakit Wilson (degenerasi hepato-lentikularis), hidrosefalus
normotensif, sindrom Shy-drager, degenerasi striatonigral, atropi palidal
(parkinsonismus juvenilis).

D. Patofisiologi
Secara umum dapat dikatakan bahwa penyakit parkinson terjadi karena
penurunan kadar dopamin akibat kematian neuron di substansia nigra pars
compacta (SNc) sebesar 40-50% yang disertai dengan inklusi sitoplamik eosinofilik
(Lewy bodies) dengan penyebab multifactor (Silitonga R., 2007).

Substansia nigra (sering disebut black substance), adalah suatu region kecil
di otak (brain stem) yang terletak sedikit di atas medulla spinalis. Bagian ini
menjadi pusat kontrol/koordinasi dari seluruh pergerakan. Sel-selnya menghasilkan
neurotransmitter yang disebut dopamine, yang berfungsi untuk mengatur seluruh
gerakan otot dan keseimbangan tubuh yang dilakukan oleh sistem saraf pusat.
Dopamine diperlukan untuk komunikasi elektrokimia antara sel-sel neuron di otak
terutama dalam mengatur pergerakan, keseimbangan dan refleks postural, serta
kelancaran komunikasi (bicara). Dopamin diproyeksikan ke striatum dan
seterusnya ke ganglion basalis. Reduksi ini menyebabkan aktivitas neuron di
striatum dan ganglion basalis menurun, menyebabkan gangguan keseimbangan

8
antara inhibitorik dan eksitatorik. Akibatnya kehilangan kontrol sirkuit neuron di
ganglion basalis untuk mengatur jenis gerak dalam hal inhibisi terhadap jaras
langsung dan eksitasi terhadap jaras yang tidak langsung baik dalam jenis motorik
ataupun non-motorik. Hal tersebut mengakibatkan semua fungsi neuron di sistem
saraf pusat (SSP) menurun dan menghasilkan kelambatan gerak (bradikinesia),
tremor, kekakuan (rigiditas) dan hilangnya refleks postural (Purba JS., 2012).
Lewy bodies adalah inklusi sitoplasmik eosinofilik konsentrik dengan halo
perifer dan dense cores . Adanya Lewy bodies dengan neuron pigmen dari
substansia nigra adalah khas, akan tetapi tidak patognomonik untuk penyakit
parkinson, karena terdapat juga pada beberapa kasus parkinsonism atipikal. Untuk
lebih memahami patofisiologi yang terjadi perlu diketahui lebih dahulu tentang
ganglia basalis dan sistem ekstrapiramidal (Baehr MF., 2005).

Dalam menjalankan fungsi motoriknya, inti motorik medula spinalis berada


dibawah kendali sel piramid korteks motorik, langsung atau lewat kelompok inti
batang otak. Pengendalian langsung oleh korteks motorik lewat traktus piramidalis,
sedangkan yang tidak langsung lewat sistem ekstrapiramidal, dimana ganglia

9
basalis ikut berperan. Komplementasi kerja traktus piramidalis dengan sistem
ekstapiramidal menimbulkan gerakan otot menjadi halus, terarah dan terprogram
(Gupta Rea, 2013).
Ganglia Basalis (GB) tersusun dari beberapa kelompok inti, yaitu (Choi
HJG, 2013):
1. Striatum (neostriatum dan limbic striatum)
Neostriatum terdiri dari putamen (Put) dan Nucleus Caudatus (NC).
2. Globus Palidus (GP)
3. Substansia Nigra (SN)
4. Nucleus Subthalami (STN)
Pengaruh GB terhadap gerakan otot dapat ditunjukkan lewat peran sertanya
GB dalam sirkuit motorik yang terjalin antara korteks motorik dengan inti medula
spinalis. Terdapat jalur saraf aferen yang berasal dari korteks motorik, korteks
premotor dan supplementary motor area menuju ke GB lewat Putamen. Dari
putamen diteruskan ke GPi (Globus Palidus internus) lewat jalur langsung (direk)
dan tidak langsung (indirek) melalui GPe (Globus Palidus eksternus) dan STN. Dari
GPe diteruskan menuju ke inti-inti talamus (antara lain: VLO: Ventralis lateralis
pars oralis, VAPC: Ventralis anterior pars parvocellularis dan CM: centromedian).
Selanjutnya menuju ke korteks dari mana jalur tersebut berasal. Masukan dari GB
ini kemudian mempengaruhi sirkuit motorik kortiko spinalis (traktus piramidalis)
(Mumenthaler MM., dkk, 2004).
Agak sulit memahami mekanisme yang mendasari terjadinya kelainan di
ganglia basalis oleh karena hubungan antara kelompok-kelompok inti disitu sangat
kompleks dan saraf penghubungnya menggunakan neurotransmitter yang
bermacam-macam. Namun ada dua kaidah yang perlu dipertimbangkan untuk dapat
mengerti perannya dalam patofisiologi kelainan ganglia basalis (Baehr MF., 2005).
Patofisiologi GB dijelaskan lewat dua pendekatan, yaitu berdasarkan cara
kerja obat menimbulkan perubahan keseimbangan saraf dopaminergik dengan saraf
kolinergik, dan perubahan keseimbangan jalur direk (inhibisi) dan jalur indirek
(eksitasi) (Mumenthaler MM., dkk, 2004).

10
Hipotesis terbaru proses patologi yang mendasari proses degenerasi neuron
SNc adalah stres oksidatif. Stres oksidatif menyebabkan terbentuknya formasi
oksiradikal, seperti dopamin quinon yang dapat bereaksi dengan -sinuklein
(disebut protofibrils). Formasi ini menumpuk, tidak dapat di gradasi oleh ubiquitin-
proteasomal pathway, sehingga menyebabkan kematian sel-sel SNc. Mekanisme
patogenik lain yang perlu dipertimbangkan antara lain (Baehr MF., 2005):
- Efek lain dari stres oksidatif adalah terjadinya reaksi antara oksiradikal dengan
nitric-oxide (NO) yang menghasilkan peroxynitric-radical.
- Kerusakan mitikondria akibat penurunan produksi adenosin trifosfat (ATP) dan
akumulasi elektron-elektron yang memperburuk stres oksidatif, akhirnya
menghasilkan peningkatan apoptosis dan kematian sel.
- Perubahan akibat proses inflamasi di sel nigra, memproduksi sitokin yang
memicu apoptosis sel-sel SNc.
Dua hipotesis yang disebut juga mekanisme degenerasi neuronal pada
penyakit Parkinson ialah hipotesis radikal bebas dan hipotesis neurotoksin
(Mumenthaler MM., dkk, 2004).
1. Hipotesis Radikal Bebas
Diduga bahwa oksidasi enzimatik dari dopamine dapat merusak neuron
nigrostriatal, karena proses ini menghasilkan hidrogren peroksid dan radikal
oksi lainnya. Walaupun ada mekanisme pelindung untuk mencegah kerusakan
dari stress oksidatif, namun pada usia lanjut mungkin mekanisme ini gagal.
2. Hipotesis Neurotoksin
Diduga satu atau lebih macam zat neurotoksik berperan pada proses
neurodegenerasi pada Parkinson. Pandangan saat ini menekankan pentingnya
ganglia basal dalam menyusun rencana neurofisiologi yang dibutuhkan dalam
melakukan gerakan, dan bagian yang diperankan oleh serebelum ialah
mengevaluasi informasi yang didapat sebagai umpan balik mengenai
pelaksanaan gerakan. Ganglia basal tugas primernya adalah mengumpulkan
program untuk gerakan, sedangkan serebelum memonitor dan melakukan
pembetulan kesalahan yang terjadi sewaktu program gerakan

11
diimplementasikan. Salah satu gambaran dari gangguan ekstrapiramidal adalah
gerakan involunter.

E. Etiologi
Etiologi penyakit parkinson belum diketahui, atau idiopatik. Terdapat
beberapa dugaan, di antaranya ialah: infeksi oleh virus yang non-konvensional
(belum diketahui), reaksi abnormal terhadap virus yang sudah umum, pemaparan
terhadap zat toksik yang belum diketahui, serta terjadinya penuaan yang prematur
atau dipercepat (Ginsberg L., 2008).
Penyakit Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di
substansia nigra. Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak
dikehendaki (involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan
gerakan-gerakan yang tidak disadarinya. Mekanisme bagaimana kerusakan itu
belum jelas benar. Beberapa hal yang diduga bisa menyebabkan timbulnya penyakit
parkinson adalah sebagai berikut (Ginsberg L., 2008):

1. Usia

12
Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang paling lazim
setelah penyakit Alzheimer, dengan insidens di Inggris kira-kira 20/100.000
dan prevalensinya 100-160/100.000. Prevalensinya kira-kira 1% pada umur 65
tahun dan meningkat 4-5% pada usia 85 tahun (Ginsberg L., 2008).
2. Genetik
Komponen genetik pada penyakit Parkinson telah lama dibicarakan,
karena kebanyakan pasien memiliki penyakit sporadis dan penelitian awal pada
orang kembar memperlihatkan persamaan rata-rata rendah dari concordance
pada kembar monozigot dan dizigot. Pandangan bahwa genetik terlibat pada
beberapa bentuk penyakit Parkinson telah diperkuat, bagaimanapun, dengan
penelitian bahwa kembar monozigot dengan onset penyakit sebelum usia 50
tahun memiliki pembawa genetik yang sangat tinggi, lebih tinggi dari kembar
dizigot dengan penyakit early-onset (P. Laksono SQea., 2011)
Lebih jauh, tanpa memperhatikan usia onset, hal yang nyata terlihat
antara kembar monozigot dapat ditingkatkan secara signifikan jika uptake
dopaminergik striatal abnormal pada kembar tanpa gejala dari pasangan yang
tidak harmonis, sebagai pernyataan oleh tomografi emisi positron dengan
fluorodopa F18, digunakan sebagai tanda penyakit Parkinson presimtomatik.
Peningkatan risiko penyakit Parkinson juga dapat dilihat pada hubungan
tingkat-pertama pasien, biasanya ketika hasil tomografi emisi positron
hubungan asimtomatik diambil untuk dihitung, memenuhi bukti lebih lanjut
dari adanya komponen genetik terhadap penyakit (P. Laksono SQea., 2011).
Penelitian menunjukkan adanya mutasi genetik yang berperan pada
penyakit Parkinson. Yaitu mutasi pada gen -sinuklein pada lengan panjang
kromosom 4 (PARK 1) pada pasien dengan Parkinsonism autosomal dominan.
Pada pasien dengan autosomal resesif parkinson, ditemukan delesi dan mutasi
point pada gen parkin (PARK 2) di kromosom 6. Selain itu juga ditemukan
adanya disfungsi mitokondria (Baehr MF., dkk., 2005).
Adanya riwayat penyakit Parkinson pada keluarga meningkatkan faktor
resiko menderita penyakit Parkinson sebesar 8,8 kali pada usia kurang dari 70
tahun dan 2,8 kali pada usia lebih dari 70 tahun. Meskipun sangat jarang, jika

13
disebabkan oleh keturunan, gejala parkinsonism tampak pada usia relatif muda.
Kasus-kasus genetik di USA sangat sedikit, belum ditemukan kasus genetika
pada 100 penderita yang diperiksa. Di Eropa pun demikian. Penelitian di Jerman
menemukan hasil nol pada 70 penderita. Contoh klasik dari penyebab genetika
ditemukan pada keluarga-keluarga di Italia karena kasus penyakit itu terjadi
pada usia 46 tahun (P. Laksono SQea., 2011).
3. Periode
Fluktuasi jumlah penderita penyakit Parkinson tiap periode mungkin
berhubungan dengan hasil pemaparan lingkungan yang episodik, misalnya
proses infeksi, industrialisasi ataupun gaya hidup. Data dari Mayo Klinik di
Minessota, tidak terjadi perubahan besar pada angka morbiditas antara tahun
1935 sampai tahun 1990. Hal ini mungkin karena faktor lingkungan secara
relatif kurang berpengaruh terhadap timbulnya penyakit Parkinson (Baehr MF.,
dkk., 2005).
4. Faktor Lingkungan
Factor lingkungan yang dapat meenyebabkan terjadinya Parkinson
(Purba JS., 2012) yaitu:
a. Xenobiotik
Berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat
menimbulkan kerusakan mitokondria.
b. Pekerjaan
Lebih banyak pada orang dengan paparan metal yang lebih tinggi
dan lama.
c. Infeksi
Paparan virus influenza intrautero diduga turut menjadi faktor
predisposisi penyakit parkinson melalui kerusakan substansia nigra.
Penelitian pada hewan menunjukkan adanya kerusakan substansia nigra
oleh infeksi Nocardia astroides.
d. Diet

14
Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stres oksidatif,
salah satu mekanisme kerusakan neuronal pada penyakit parkinson.
Sebaliknya, kopi merupakan neuroprotektif.
e. Ras
Angka kejadian Parkinson lebih tinggi pada orang kulit putih
dibandingkan kulit hitam.
f. Trauma kepala
Cedera kranio serebral bisa menyebabkan penyakit parkinson, meski
peranannya masih belum jelas benar.
g. Stress dan Depresi
Beberapa penelitian menunjukkan depresi dapat mendahului gejala
motorik. Depresi dan stres dihubungkan dengan penyakit parkinson karena
pada stres dan depresi terjadi peningkatan turnover katekolamin yang
memacu stres oksidatif.

F. Diagnosis
Diagnosis penyakit Parkinson berdasarkan klinis dengan ditemukannya
gejala motorik utama antara lain tremor pada waktu istirahat, rigiditas, bradikinesia
dan hilangnya refleks postural. Kriteria diagnosis yang dipakai di Indonesia adalah
kriteria Hughes (1992) :

Possible : didapatkan 1 dari gejala-gejala utama


Probable : didapatkan 2 dari gejala-gejala utama.
Definite : didapatkan 3 dari gejala-gejala utama

Untuk kepentingan klinis diperlukan adanya penetapan berat ringannya


penyakit dalam hal ini digunakan stadium klinis berdasarkan Hoehn and Yahr
(1967) yaitu :

Stadium 1: Gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala yang ringan, terdapat
gejala yang mengganggu tetapi menimbulkan kecacatan, biasanya terdapat
tremor pada satu anggota gerak, gejala yang timbul dapat dikenali orang
terdekat (teman).

15
Stadium 2: Terdapat gejala bilateral, terdapat kecacatan minimal, sikap/cara
berjalan terganggu.
Stadium 3: Gerak tubuh nyata melambat, keseimbangan mulai terganggu saat
berjalan/berdiri, disfungsi umum sedang/
Stadium 4: Terdapat gejala yang berat, masih dapat berjalan hanya untuk jarak
tertentu, rigiditas dan bradikinesia, tidak mampu berdiri sendiri, tremor dapat
berkurang dibandingkan stadium sebelumnya.
Stadium 5: Stadium kakhetik (cachactic stage), kecacatan total, tidak mampu
berdiri dan berjalan walaupun dibantu.

G. Faktor resiko
Faktor resiko penyakit Parkinson sebagai berkut :
Usia. Sekitar satu persen orang berusia di atas 60 tahun menderita penyakit Parkinson,
dibandingkan dengan hanya 0,001 persen orang berusia 45 atau lebih muda.
Jenis kelamin. Parkinson lebih sering terjadi pada pria daripada pada wanita. Tidak
diketahui apakah ini disebabkan faktor genetik, hormon atau perbedaan perilaku.
Cedera kepala. Cedera otak traumatis dapat mengakibatkan amnesia atau hilangnya
kesadaran hal ini telah dikaitkan dengan peningkatan risiko terhadap penyakit
Parkinson setelah terjadi cedera. Studi laboratorium menunjukkan bahwa luka tersebut
dapat memicu peradangan di otak, yang dapat menyebabkan perkembangan PD.
Keturunan. Sejumlah mutasi genetic yang spesifik penyebab penyakit Parkinson telah
ditemukan, termasuk dalam populasi tertentu ( Contursi, Italia) dan terdapat dalam
suatu kasus minoritas penyakit Parkinson. Seseorang yang mederita penyakit
Parkinson kemungkinan mempunyai keluarga yang juga mempunyai penyakit
Parkinson. Namun bagaimanapun juga, hal ini tidak berarti bahwa penyakit tersebut
telah diteruskan secara genetik.
Toksin / Racun Suatu teori menyebutkan bahwa penyakit bisa mengakibatkan banyak
orang mudah terluka yang diakibatkan oleh toksin dan lingkungan. Racun yang disuga
sangat kuat saat ini yaitu pestisida dan transition-series logam seperti mangan atau besi,
terutama yang menghasilkan species reaktif oksigen dan dapat mengikat neuromelanin.
Penyebab obat Anipsychotics yang digunakan untuk penyembuhan penyakit kejiwaan,
dapat mempengaruhi gejala penyakit parkison akibat penurunan aktivitas
dopaminergic. Dalam mencegah umpan balik, L-dopa juga dapat menyebabkan gejala

16
penyakit Parkinson yang pada awalnya membebaskan Dopamin agonists yang dapat
juga berperan untuk timbulanya gejala penyakit Parkinson dengan terus meningkatkan
kepekaan dopamine sel yang peka terhadap rangsangan.

H. Penanganan Non Farmakologi


1.1 Latihan Gerak

Terapi Fisik
Sebagian terbesar penderita Parkinson akan merasa efek baik
dari terapi fisik. Pasien akan termotifasi sehingga terapi ini bisa
dilakukan di rumah, dengan diberikan petunjuk atau latihan contoh
diklinik terapi fisik. Program terapi fisik pada penyakit Parkinson
merupakan program jangka panjang dan jenis terapi disesuaikan dengan
perkembangan atau perburukan penyakit, misalnya perubahan pada
rigiditas, tremor dan hambatan lainnya. Latihan fisik yang teratur,
termasuk yoga, taichi, ataupun tari dapat bermanfaat dalam menjaga dan
meningkatkan mobilitas, fleksibilitas, keseimbangan, dan range of
motion. Latihan dasar selalu dianjurkan, seperti membawa tas, memakai
dasi, mengunyah keras, dan memindahkan makanan di dalam mulut.
TerapiSuara
Perawatan yang paling besar untuk kekacauan suara yang
diakibatkan oleh penyakit Parkinson adalah dengan Lee Silverman
Voice Treatment ( LSVT ). LSVT fokus untuk meningkatkan volume
suara. Suatu studi menemukan bahwa alat elektronik yang menyediakan
umpan balik indera pendengar atau frequency auditory feedback (FAF)
untuk meningkatkan kejernihan suara.
1.2 Gizi
Selain terapi obat yang diberikan, pemberian makanan harus benar-
benar diperhatikan, karena kekakuan otot bisa menyebabkan penderita
mengalami kesulitan untuk menelan sehingga bisa terjadi kekurangan
gizi (malnutrisi) pada penderita. Makanan berserat akan membantu

17
mengurangi ganguan pencernaan yang disebabkan kurangnya
aktivitas, cairan dan beberapa obat.

I. Penanganan secara Farmakologi


2.1 Dopaminergik Sentral
Levodopa dan Karbidopa
Levodopa adalah prekusor metabolik dopamin. Obat ini
mengembalikan kadar dopamin dalam pusat ekstrapiramidal
(substansia nigra)yang atrofik pada penyakit parkinson. Karena
parkinsonisme diakibatkan oleh dopamin yang tidak mencukupi pada
daerah daerah tertentu dalam otak. Dopamin tidak dapat melewati
sawar otak darah tetapi prekusor levodopa mudah masuk sistem saraf
pusat dan diubah menjadi dopamin dalam otak. Dosis besar levodopa
yang diperlukan diperifer menimbulkan efek samping perifer (mual,
muntah, aritmiajantung, hipotensi) sedangkan pada SSP terjadi
halusinasi visual dan pendengaran dan gerakan dibawah pengaruh
kehendak abnormal dapat terjadi. Efek levodopa pada sistem saraf pusat
dapat diperkuat oleh pemberian bersama karbidopa, suatu inhibitor
dekarboksilase dopamin yang tidak bisa menmbus sawar otak darah.
Karbidopa mengurangi metabolisme levodopa dalam saluran
pencernaan dan jaringan perifer; hal ini meningkatkan ketersediaan
levodopa di SSP. Efek dari leovodopa adalah mengurangi kekakuan,
tremor, dan gejala-gejala lain parkinson. Levodopa bersama karbidopa
merupakan rejimen yang efektif dan poten, digunakan untuk
pengobatan penyakit parkinson. Tidak kurang dari dua pertiga pasien
parkinson dengan pengobatan levodpa/karbidopa menurunkan
morbiditas penyakit dalam tahun pertama pengobatan.
Bromokriptin
Bromokriptin merupakan alkaloid ergit yang bersifat dopaminergik.
Efektivitas bromokriptin pada penyakit parkinson cukup nyata dan
lebih nyata lagi pada terapi derajat penyakit lebih berat. Kenyataan ini

18
disukung oleh fakta, efek terapi bromokriptin tidak tergantung dari
enzim dekarboksilase; pada penyait parkinson terdapat defisiensi enzim
tersebut dan respons terapi levodopa biasanya kurang memuaskan
dalam penyakit yang berat; bertambah beratnya penyakit akan lebih
meningkatkan sensivitas reseptor dopaminergik. Indikasi utama
bromokriptin ialah sebagai alternatif levodopa. Pada penderita yang
tidak memberikan respons baik terhadap levodopa dan untuk mengatasi
fluktuasi respons levodopa dengan atau tanpa karbidopa. Dosis
levodopa perlu dikurangi sewaktu dosis bromokriptin ditambah.
Dengan cara demikian mungkin penderita dapat diobati dengan
bromokriptin saja. Dosis pada minggu pertama 1- 1,25 mg malam hari,
Minggu kedua 2-2,5 mg malam hari, minggu ketiga 2,5 mg 2 kali
sehari, minggu keempat 2,5 mg 3 kali sehari, kemudian tingkatkan 2,5
mg setiap 3- 14 hari sesuai dengan respon sampai kisaran lazim 10- 40
mg bersama makanan.
Amatadin
Amantadin merupakan peningkat pelepasan dopamin yamg memiliki
efek antiparkinson yang lemah, obat ini memperbaiki kelemahan
bradikinetik yang ringan, tremor dan rigiditas. Obat ini dapat pula
berguna untuk diskinesia pada penyakit parkinson tahap lanjut. Dapat
terjadi toleransi terhadap efek obat dan dapat timbul kebingungan serta
halusinasi. Penghentian amantadin sebaiknya dilakukan secara
bertahap tanpa melihat respon pasien terhadap terapi.

2.2 Antimuskarinik
Kerja antiparkinson obat antimuskarinik dengan cara mengurangi
efek kolinergik sentral yang berlebihan akibat adanya defisiensi
dopamin. Obat antimuskarinik bermanfaat pada parkinsonisme yang
diinduksi oleh obat, namun tidak digunakan pada parkinson yang
idiopatik, karena obat ini kurang efektif diandingkan obat dopaminergik
dan dapat menyebabkan kerusakan kognitif. Obat antimuskarinik,

19
Benzatropin, orfenadrin, prosiklidin dan triheksifenidil (denzeksol)
menguragi gejala parkinson yang diinduksi oleh obat antipsikotik. Tidak
dibenarkan obat ini diberikan secara rutin walau efek samping parkinson
tidak muncul. Tardivedyskinesia tidak mengalami perbaikan dengan
pemberian antimuskarinik bahkan mungkin bertambah buruk. Pada
parkinson idiopatik, antimuskarinik mengurangi tremor dan rigiditas,
tapi obat ini memiliki sedikit efek pada bradikinesia. Obat ini mungkin
bermanfaat mengurangi sialorea. Tidak ada perbedaan penting
antimuskarinik, benzatropin dapat diberikan secara parenteral dan obat
ini efektif sebagai terapi emergency. Reaksi distoniakut yang diinduksi
oleh obat.
2.3 Penghambat MAO
Selegilin dan Rasagilin
Selegilin merupakan penghambat monoamin oksidase-B
(MAO-B) yang relatif spesifik. Selegilin menghabat deaminasi
dopamin sehingga kadar dopamin sehingga kadar dopamin diujung
saraf dopaminergik lebih tinggi. Selain itu, ada hipotesis yang
mengemukakan bahwa selegilin mungkin mencegah pembentukan
neurotoksin endogen yang membutuhkan aktivasi oleh MAO-B. Dan
juga merupakan inhibitor atau penghambat monoamin oksidase beta
yang digunakan sebagai terapi tambahan bersama levedopa untuk
mengurangi perburukan end off dose pada pasien dengan penyakit
tahap lanjut. Terapi dini dengan selegilin dapat menunda kebutuhan
akan terapi levedopa untuk beberapa bulan namun disarankan
digunakan obat lain yang lebih efektif. Pada pasien dengan lipotensi
postural penggunaan selegilin yang dikombinassikan dengan levedopa
sebaiknya dihindari atau digunakan dengan sangat hati- hati.
Dosis : Selegilin dengan dosis 10 mg per hari dapat terterima dengan
baik.
Efek samping : Efek samping berat tidak dilaporkan terjadi, efek
samping kardiovaskuler jelas kurang dari penghambat MAO-A.

20
Hipotensi, mual, kebingungan dan psikosis pernah
dilaporkan.Rasagilin merupakan suatu inhibitor atau penghambat
monoaminoksidase beta digunakan untuk mengatasi penyakit
parkinson baik tunggal maupun sebagai terapi tambahan bersama
levodova untuk fluktuasi end off dose.
2.4 Penghambat COMT
Enakapon dan tolkapon yaitu mencegah pemecahan perifer
levedopa dengan cara menghambat katekol-0-metiltransferase, sehingga
lebih banyak levedopa yang sampai keotak. Obat ini digunakan bersama
dengan co-beneldopa atau co- kareldopa untuk pasien parkinson yang
mengalami perburukan end off dose yang tidak dapat distabilkan dengan
kombinasi ini. Karena adanya resiko hepatotosisitas maka tolkapon
sebaiknya digunakan dibawah pengawasan dokter spesialis dan
digunakan jika penghambat katekol-0-metiltransferase lainnya yang
dikombinasi dengan co- beneldopa atau co- kareldopa tidak
efektif.Enakapon sebagai tambahan pada levedopa dengan inhibitor
dekarboksilase dopa pada penyakit parkinson.Peringatan : dosis
levodopa perlu dikurangi hingga 10- 30 %.
Kontraindikasi : kehamilan, gangguan fungsi hati, riwayat syndrome
keganasan neuroleptik dll
Efek samping : mual, muntah, nyeri abdomen, konstipasi, diare dll
Dosis : 200 mg dengan setiap dosis levodopa dengan inhibitor
dekarboksilasse dopa, maksimal 2 gram sehari.
Tolkapon Sebagai terapi tambahan untuk levodopa dengan inhibitor
dekarboksilase dopa pada penyakit parkinson. Peringatan, pada sebagian
besar pasien yang menerima dosis levodopa lebh dari 600 mg sehari
memerlukan pengurangan dosis levodopa, dilaporkan hepatotoksisitas
yang berpotensi mengancam jiwa termasuk hepatitis fulminant, biasanya
6 bulan pertama, sebelum terapi dimulai dilakukan uji fungsi hati
kemudian dimonitor setiap 2 minggu pada tahun pertama, setiap 4
minggu pada 6 bulan berikutnya dan setiap 8 minggu (ulangi jadwal

21
monitor jika dosis dinaikkan). Penggunaan dihentikan bila uji fungsi hati
menunjukkan abnormal.

J. Interaksi Obat
Levodopa Antasida
Antasida tidak menunjukkan interaksi yang signifikan dengan levodopa namun
antasida dapat menurunkan bioavailabilitas dari levodopa.

Levodopa Piridoxin
Priridoxine menurunkan efek dari levodopa, tetapi interaksi ini tidak terjadi
ketika levodopa diberikan bersamaan dengan inhibitordopa-dekarboksilase/
karbidopa.

Levodopa SSRI
Penggunaan SSRI untuk pasien parkinson yang menggunakan levodopa sering
bermanfaat. Namun terkadang gejala parkinson makin memburuk dengan
adanya penambahan SSRI. Dalam beberapa contoh kasus

Levodopa Fenitoin
Fenitoin dapat mengurangi efek terapi dari levodopa.

Levodopa Penisilamin
Penisilamin dapat meningkatkan kadar plasme levodopa. Hal ini dapat
meningkatkan kontrol levodopa terhadapa parkinson namun efek samping dari
levodopa juga mungkin akan meningkat. Penggunaan bersama tidak perlu
dihindari namun harus dipantau untuk peningkatan efek samping dari
levodopa.

Levodopa metoklorpramide
Metoklorpramide merupakan antagonis dopamin pusat, yang dapat menentang
efek dari levodopa dan memperburuk penyakit parkinson. Penggunaan
bersama harus dihindari. Domperidone adalah antiemetik pilihan untuk pasien
penyakit parkinson.

22
Levodopa MAOIs
Reaksi hipertensi yang cepat, serius dan berpotensi mengancam nyawa dapat
terjadi pada pasien yang menggunakan MAOIs dan levodopa secara
bersamaan.

Amantadin Antimuskarinik
Kombinasi ini dapat menimbulkan efek samping secara berlebihan. Akibatnya
: mulut kering, penglihatan kabur, pusing, sembelit, kesulitan kencing, iritasi
lambung, bicara tidak jelas, nanar, jantung berdebar, mungkin psikoris toksik.

Amantadine Antipsikotik
meningkatkan resiko efek samping jika amantadine diberikan bersamaan
dengan antipsikotik.

Bromokriptin Simpatominetik
Resiko toksisitas jika bromokriptin diberikan bersamaan dengan isometpren
dan fenilpropanolamin.

Seligilin Tramadol
Penggunaan bersama seligilin dan tramadol dapat menimbulkan hiperpireksia
dan toksistas sistem saraf pusat

Tokalpon Memantin
efek dopaminergik kemungkinan akan ditingkatkan oleh memantin.

Triheksifenidil Antidepresan
Kombinasi ini menimbulkan efek samping antimuskarinik yang berlebihan.
Gejala yang dilaporkan adalah mulut kering, sembelit, gangguan penglihatan,
nanar, pusing, bicara tak jelas, palpitasi jantung, psikosis toksik; juga mungkin
terjadi efek penekanan sistem saraf pusat yang berlebihan dengan gejala seperti
mengantuk, pusing, hilangnya koordinasi otot dan kewaspadaan mental.

Triheksifenidil Disopiramida
Kombinasi ini dapat menimbulkan efek anti muskarinik yang berlebihan.

23
K. Terminologi Medik
Sinuklein alfa (alpha synuclein) adalah protein yang ditemukan di otak. Tidak
ada yang tahu apa fungsi dari protein ini. Pada beberapa penyakit, seperti
penyakit Parkinson dan demensia, protein ini ditemukan mengumpul dalam
jumlah besar di otak.
Tardif (tardive) adalah gerakan tubuh abnormal spontan yang disebabkan oleh
obat yang diambil oleh pasien Parkinson.
Tremor parkinson (parkinsonian tremor) adalah tremor yang disebabkan oleh
kerusakan struktur dalam otak yang bertanggung jawab mengendalikan gerakan
(kondisi yang dikenal sebagai penyakit Parkinson.) Tremor parkinson terutama
terlihat di tangan tetapi juga dapat mempengaruhi dagu, bibir, kaki, dan pantat.
Tremor pill-rolling adalah tremor yang secara khas terjadi pada penderita
penyakit Parkinson saat mereka bersantai. Untuk memahami bagaimana bentuk
tremor pill-rolling, bayangkanlah Anda menjepit sebuah pil di antara ibu jari
dan telunjuk dan perlahan-lahan menggerakkannya maju-mundur secara
berulang-ulang.
Bradykinesia : lambat dalam menggerakan aggota tubuh
Demensia adalah kumpulan penyakit dengan gejala-gejala yang mana
mengakibatkan perubahan pada pasien dalam cara berpikir dan berinteraksi
dengan orang lain. Seringkali, memori jangka pendek, pikiran, kemampuan
berbicara dan kemampuan motorik terpengaruh.
Dyskinesia Diskinesia adalah gangguan pengendalian gerakan sukarela.
Distonia, atetosis, dan korea adalah bentuk-bentuk diskinesia.
Tremor istirahat, Gerakan memilin pada jari tangan yang khas; tremor
berkurang dengan gerakan voluntar selama tidur.
Bradikinesia, Perlahan-lahan dalam memulai dan mempertahankan gerakan
Rigiditas roda pedati, Gerakan dihalangi dengan menangkap ; resistensi
relatif konstan sepanjang rentang gerakan.
Kelainan posisi tubuh dan cara berjalan, Membungkuk, berjalan dengan
kaki diseret, cara berjalan yang capat, berbalik badan secara bersamaan (en
bolic).

24
Mikrografia, Tulisan tangan yang kecil-kecil dan secara perlahan; tremor dapat
jelas terlihat ketika menggambar lingkaran yang konsentrik.
Wajah seperti topeng, Mata yang melotot, tidak berkedip, ekspresi dingin,
berkedip 2 atau 3 kali/menit (kedip normal 12-20 kali/ menit)
Suara datar (monoton), Bicara tanpa ekspresi
Refleks Hiperaktif glabelar, Sensitivitas yang berlebihan terhadap ketukan
jari di atas glabela (antara alis mata) menyebabkan pasien berkedip setiap kali
ketukan.

L. Studi Kasus
Tn N 50 th sedang beristirahat di kursi tiba tiba tangan nya
gemetar(tremor),terasa kaku dan mengalami bradikinesia,Tn N akhir akhir ini
mengalami gangguan tidur dan konstipasi, diketahui Tn N bekerja sebagai buruh
tani dan sering berhubungan dengan penggunaan pestisida.
a. ANALISIS KASUS
- Nama : Tn. N
- Usia : 50 tahun
- Keluhan : tremor pada tangan, terasa kaku, bradikinesia, gangguan tidur,
konstipasi.
- Pasien menderita penyakit Parkinson
b. Penanganan Penyakit Parkinson
- Terapi nonfarmakologi
1. Meningkatkan asupan nutrisi yang baik dan banyak serat.
2. Pelatihan gerak.
- Terapi Farmakologi:
Dianalisis dengan 4T + 1W
Terapi farmakologi yang diberikan adalah Levodopa dan Carbidopa yang
dikombinasikan. Yang mana untuk Levodopa digunakan 100 mg yang
digunakan 3 X sehari. Dan untuk Carbidopa digunakan 25 mg yang
diminum 3 X sehari.
1. Tepat Indikasi

25
Nama Obat Indikasi Keterangan
Levodopa Parkinson Tepat Indikasi
Carbidopa Parkinson Tepat Indikasi

2. Tepat Obat
Nama Obat Mekanisme Keterangan
Levodopa Diubah oleh 1-AAD Tepat Obat
menjadi dopamine.
Carbidopa Memblok 1-AAD Tepat Obat
dijaringan perifer.

3. Tepat Pasien
Nama Obat Kontraindikasi Keterangan
Levodopa Epilepsi, tukak Tepat Pasien
lambung, gangguan
ginjal berat, kehamilan
dan menyusui.
Carbidopa Epilepsi, tukak Tepat Pasien
lambung, gangguan
ginjal berat, kehamilan
dan menyusui.

4.Tepat Dosis
Nama Obat Dosis Standart Dosis dianjurkan
Levodopa 100 - 250 mg 3 X sehari 100 mg
Carbidopa 10 25 mg 3 X sehari 25 mg

5.Waspada Efek Samping


Nama Obat Efek Samping Saran

26
Levodopa Mual, muntah, Bila gejala efek
hipotensi postural, samping timbul
mimpi buruk. segera konsultasi
dengan dokter.
Carbidopa Diskinensia, ott Bila gejala efek
kedutan, mual, samping timbul
muntah, depresi, segera konsultasi
perubahan mental. dengan dokter.

Levodopa dikombinasikan dengan carbidopa kerena Levodopa merupakan


pengobatan utama untuk penyakit parkinson. Di dalam otak levodopa dirubah
menjadi dopamine. L-dopa akan diubah menjadi dopamine pada neuron
dopaminergik oleh L-aromatik asam amino dekarboksilase (dopa dekarboksilase).
Walaupun demikian, hanya 1-5% dari L-Dopa memasuki neuron dopaminergik,
sisanya dimetabolisme di sembarang tempat, mengakibatkan efek samping yang
luas. Karena mekanisme feedback, akan terjadi inhibisi pembentukan L-Dopa
endogen. Carbidopa dan benserazide adalah dopa dekarboksilase inhibitor,
membantu mencegah metabolisme L-Dopa sebelum mencapai neuron
dopaminergik.

Levodopa mengurangi tremor, kekakuan otot dan memperbaiki gerakan.


Penderita penyakit parkinson ringan bisa kembali menjalani aktivitasnya secara
normal. Obat ini diberikan bersama carbidopa untuk meningkatkan efektivitasnya
& mengurangi efek sampingnya.

27
BAB III

PENUTUP

28
DAFTAR PUSTAKA

Baehr MF, Michael., 2005, Duu,s Topical Diagnosis in Neurology. 4th ed. United
States of America: Thieme.
Choi HJG, C Ewing et al., 2013, Therapeutic Effects of Tai Chi in Patients with
Parkinsons Disease, Thieme, Hal. 7.
Gupta Rea, 2013, Rotigotine in Early and Advanced Parkinson's Disease. Delhi
Psychiatry, Hal.16.
Mumenthaler MM, Heinrich, et al., 2004, Neurology. 4th Reviewed and Enlarged
Edition ed. Germany. Thieme.
P. Laksono SQea., 2011, Persentase Distribusi Penyakit Genetik dan Penyakit
Yang Dapat Disebabkan Oleh Faktor Genetik Di RSUD Serang. Hal. 3:5.
Purba JS., 2012, Penyakit Parkinson. Badan Penerbit FKUI. Jakarta.
Silitonga R., 2007, Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup
Penderita penyakit parkinson di poliklinik saraf rs dr kariadi. Universitas
Diponegoro, Semarang.

29

Anda mungkin juga menyukai