SKRIPSI
PUTRI LESTARI
0706263321
SKRIPSI
Oleh:
PUTRI LESTARI
070626321
Segala puji dan syukur penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT Tuhan
semesta alam, atas segala nikmat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sains Departemen
Kimia pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Indonesia.
Penulis menyadari segala hambatan dan kesulitan selama penulisan ini
tidak dapat di lewati tanpa bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Endang Asijati, M.Sc selaku pembimbing I dan Dr.Yoki Yulizar,
M.Sc selaku pembimbing II, atas waktu, perhatian, pengertian, kesabaran,
bimbingan dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Novena Damar Asri, S.Si yang telah memberikan waktunya untuk mengedit
penulisan skripsi maupun presentasi.
3. Ir. Widyastuti Samadi M.Si selaku Pembimbing Akademik atas perhatian,
saran-saran dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis selama masa
perkuliahan dan penelitian.
4. Dr. Ridla Bakri. M. Phil selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA UI, Dra.
Tresye Utari, M.Si selaku Koordinator Penelitian, Ir. Hedi Surahman, M.Si
selaku Koordinator Laboratorium Penelitian, Dr. Jarnuzi Gunlazuardi dan
segenap dosen-dosen pengajar Departemen Kimia FMIPA UI atas ilmu
pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis selama belajar di Kimia.
5. Para staf dan karyawan Departemen Kimia FMIPA UI terutama Mba Ina, Mba
Cucu, Mba Ema, Mba Tri, Pak Kiri, Pak Amin, Babe, Pak Marji, Mas Hadi
dan yang tak bisa disebutkan satu persatu atas segala bantuan yang telah
diberikan.
6. Pak Sunardi selaku pimpinan afiliasi yang telah memberikan ijin untuk
menggunakan instrumen di lab afiliasi dan memberikan melamin.
7. Kak Rasyid, Kak Puji, Kak Alfin, Dio, Daniel, Rispa dan para staf afiliasi
yang telah membantu Penulis dalam pengukuran instrumentasi.
Melamin merupakan suatu zat organik yang tidak dapat di metabolisme oleh
tubuh dan akan dikeluarkan melalui ginjal bersama urin. Namun bila terdapat
Asam sianurat di dalam tubuh Melamin dan Asam sianurat akan membentuk suatu
kristal yang dapat mengakibatkan penurunan fungsi ginjal akibat adanya
penyumbatan saluran ginjal oleh kristal tersebut. Masuknya Melamin ke dalam
tubuh dikarenakan penyalahgunaan Melamin sebagai zat aditif dalam susu untuk
meningkatkan kadar Nitrogen yang ditentukan dengan Metode Kjieldahl.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu sensor yang dapat mendeteksi
adanya Melamin secara visual dan dapat diukur secara kuantitatif konsentrasinya
menggunakan Spektrofotometer Uv-Vis dengan memodifikasi nanopartikel emas.
Nanopartikel emas dimodifikasi dengan 2-Merkaptoetanol sebagai ligan jembatan
untuk bereaksi dengan Asam sianurat. Sensor untuk Melamin yang stabil
dihasilkan melalui varasi konsentrasi reagen yang digunakan dan pH larutan.
Larutan sensor berwarna merah yang akan berubah menjadi biru bila terdeteksi
adanya Melamin. Konsentrasi Melamin dalam larutan yang dapat terdeteksi oleh
sensor ini adalah 10 -9 sampai 10-11 M. Untuk mengaplikasikan sensor ini ke dalam
susu perlu dilakukan perlakuan awal untuk menghilangkan pengaruh matriks.
Dengan asam trikloroasetat didapatkan rekoveri sebesar 84%.
Kata kunci: Melamin, Sensor Kimia, Sensor Melamin, Asam Sianurat, AuNp
xv + 69 hlm; gbr.43; tab.6; lamp 10. ;
Bibliografi: 35 (1991 -- 2011)
HALAMAN SAMPUL..................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................. viii
ABSTRAK .................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii
DAFTAR TABEL........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL
1.3. Hipotesis
a) Dapat berinteraksinya melamin dengan asam sianurat dapat dijadikan sebagai
dasar pembuatan sensor melamin.
. .
2.1 Melamin
Melamin berasal dari dua kata dalam bahasa Jerman, yaitu melam
(penurunan distilasi dari amonium tiosianat) dan amin yang disingkat. Merupakan
senyawa basa organik bersifat polar dengan pKa 5,6 yang mengandung 66%
massa nitrogen dari kerangka 1,3,5-triazina dan rumus kimia C3H6N6. Senyawa
ini memiliki nama sistematis IUPAC Melamin, Nama Kimia Abstrak 1,3,5-
Triazin-2,4,6-triamin, dan Chemical Abstract Service (CAS) No. 108-78-1 (IARC,
2010). Struktur kimia melamin disajikan pada Gambar 2.1.
Melamin dapat diproduksi dari tiga bahan awal yang berbeda, yaitu urea
disiandiamida dan hidrogen sianida. Reaksi pembentukan melamin dari urea dapat
dilihat pada Gambar 2.2 (WHO, 2009).
Reaksi berlangsung pada tekanan tinggi yaitu 90-150 bar dalam fase cair
tanpa katalis dengan suhu 380-450oC. Dalam proses ini urea dikonversi menjadi
asam isosianat kemudian membentuk asam sianurat. Asam sianurat kemudian
bereaksi dengan amonia membentuk melamin (WHO, 2009).
Pembentukan melamin dengan tekanan rendah, yaitu pada 1-10 bar berada
dalam fase gas dengan suhu 350-450oC dan katalis aluminium oksida atau
aluminosilikat yang dimodifikasi. Pertama-tama urea dikonversi menjadi asam
isosianat. Kedua, asam isosianat dikonversi pada katalis menjadi sianamida atau
karbodiimida yang kemudian dikonversi menjadi melamin (WHO, 2009). Reaksi
dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Kemurnian produk melamin bergantung pada proses pembuatan dan
tingkat pemurnian yang dilakukan. Kemurnian melamin dapat mencapai 99%.
Gambar 2.2 Reaksi produksi melamin dengan proses tekanan tinggi (WHO, 2009)
Gambar 2.8 Struktur melamin (a) dan struktur asam sianurat (b)
(Karunasagar, 2009)
Gambar 2.9 Struktur modifikasi AuNp dengan senyawa bergugus tiol (a)
dan amina (b) (Lu, Lehui, 2009; V.G., Praig, 2009)
AuNp yang dimodifikasi dengan ligan dapat digunakan sebagai sensor ion
logam yang spesifik. Ligan dengan gugus tiol seperti dithizone
(diphenylthiocarbazone), asam 3-merkaptopropanoat, L-sistein, dan 2-
merkaptoetanol memiliki atom S pada kerangka strukturnya, sehingga dapat
2.4 2-Merkaptoetanol
2-merkaptoetanol (-mercaptoethanol, BME, 2BME atau -met),
termasuk kelompok tiol, adalah senyawa kimia dengan rumus HO(CH2)2SH yang
merupakan hibrida dari etilen glikol. Gugus hidroksil larut dalam air dan
menurunkan volatilitas yang menurunkan tekanan uapnya. Penurunan tekanan uap
mengakibatkan penurunan intensitas bau senyawa tersebut dibanding senyawa tiol
lain meskipun baunya tetap tidak mengenakkan. Gambar 2.10 menunjukkan
struktur 2-merkaptoetanol.
dimana :
Keterangan :
c = kecepatan cahaya : 3,0 x 1010 cm/detik
k = tetapan gaya atau kuat ikat, N/m
= massa tereduksi
m = massa atom, gram
Setiap molekul memiliki harga energi yang tertentu. Bila molekul tersebut
menyerap energi dari sinar infra merah, maka tingkatan energi di dalam molekul
akan tereksitasi ke tingkatan energi yang lebih tinggi. Sesuai dengan tingkatan
energi yang diserap, maka yang akan terjadi pada molekul itu adalah perubahan
energi vibrasi yang diikuti dengan perubahan energi rotasi. Perubahan energi
vibrasi tersebut digunakan untuk menghasilkan spektra FTIR.
Vibrasi yang digunakan untuk identifikasi adalah vibrasi bengkokan,
khususnya goyangan (rocking), yaitu yang berada di daerah bilangan gelombang
2000 400 cm-1. Karena di daerah antara 4000 2000 cm-1 merupakan daerah
yang khusus yang berguna untuk identifkasi gugus fungsional. Daerah ini
menunjukkan absorbsi yang disebabkan oleh vibrasi regangan. Sedangkan daerah
Terjadinya ikatan S-Au pada Gambar 2.16 (b) ditandai dengan hilangnya
puncak serapan pada daerah 2550 cm-1 pada Gambar 2.16 (a) yang menunjukkan
adanya interaksi S-H. Dengan kata lain gugus S-H dari L-sistein telah berikatan S-
Au dengan AuNp (Aryal, Santosh, 2005). Tabel 2.2 berikut menunjukkan daerah
serapan gugus-gugus yang khas terhadap FTIR.
A .b.C
Keterangan : A = Absorbansi
= Absorptivitas molar (M-1cm-1)
b = Tebal larutan (cm)
C = Konsentrasi larutan (M)
dimana :
E = Energi, Joule
h = Tetapan Plank ; 6,6262 x 10-34 J.s
c = Kecepatan cahaya ; 3,0 x 1010 cm/detik
n = tingkatan energi (n = 0, 1, 2, )
l = panjang gelombang ; cm
u = frekwensi ; Hertz
3.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan yaitu Aquabides (Merck), Aquademin
(Merck), Bubuk Emas 24k (Antam), HCl (Merck), HNO3 (Merck), NaBH4
(Merck), NaOH (Merck), 2-Merkaptoetanol (Aldrich), Asam sianurat (Aldrich),
Melamin (Merck), dan susu formula dengan berbagai macam merek yang ada di
pasaran Indonesia.
Esel dari reaksi redoks tersebut positif, menandakan bahwa reaksi ini
terjadi secara langsung. Akan tetapi, dengan pengaturan suhu ion bermuatan dari
logam dapat direduksi lebih cepat walaupun Esel reaksi tersebut sudah bernilai
positif. Ion Au3+ dapat direduksi dengan NaBH4 pada suhu 18 oC dan hanya
dengan pengadukan selama 2 menit. Terjadinya reaksi redoks ini ditandai dengan
perubahan warna yang dapat dilihat secara visual dan diukur dengan
Spektrofotometer UV-Vis.
0.2
Absorbansi
8,90x10-4
0.1 4,66x10-4
1,15x10-3
7,43x10-4
2,40x10-3
1,26x10-3
2,49x10-3
4,76x10-3
0
300 400 500 600 700 800 900
Panjang Gelombang (nm)
2:Width=77.5123
3:Int.= 0.153885
3:Pos = 479.718
3:Width=289.881
0.1
0
300 400 500 600 700 800 900
Panjang Gelombang (nm)
0.2
Absorbansi
2 menit
0.1 4 menit
8 menit
15 menit
30 menit
60 menit
1hari
1 minggu
1 bulan
0
300 400 500 600 700 800 900
Panjang Gelombang (nm)
0.2
Absorbansi
0.1
AuNp
Au-2Me
0
300 400 500 600 700 800
Panjang Gelombang
100
80
% Transmitan
40
20
AME-CA-Mel
2-merkaptoetanol
0
1000 2000 3000 4000
Bilangan Gelombang (cm-1)
Gambar 4.11 Grafik hubungan Absorbansi dan Panjang Gelombang dengan waktu
AME (a). Tabel Perubahan Amaks dan maks terhadap waktu AME
0.2
Result
offset= 0
Absorbansi
1:Int.= 0.0329411
1:Pos = 361.898
1:Width=108.977
2:Int.= 0.0786054
2:Pos = 521.272
0.1 2:Width=88.3956
3:Int.= 0.146824
3:Pos = 403.457
3:Width=388.538
0
300 400 500 600 700 800
Panjang Gelombang (nm)
100
80
% Transmitan
60
40
20
AME-CA-Mel
2-merkaptoetanol 3344-3381cm-1 O-H
0
1000 2000 3000 4000
Bilangan Gelombang (cm-1)
0.6
Result
Absorbansi
offset= 0
0.4 1:Int.= 0.0671905
1:Pos = 324.101
1:Width=167.196
2:Int.= 0.0765109
2:Pos = 537.179
2:Width=138.159
0.2 3:Int.= 0.223543
3:Pos = -46.0457
3:Width=1464.01
0
200 400 600 800
Panjang Gelombang (nm)
0.2
AME-CA
9x10-4 Mel
9x10-5 Mel
Absorbansi
9x10-6 Mel
9x10-7 Mel
9x10-8 Mel
9x10-9 Mel
9x10-10 Mel
0.1 9x10-11 Mel
9x10-12 Mel
9x10-13 Mel
9x10-14 Mel
9x10-15 Mel
0
300 400 500 600 700 800 900
Panjang Gelombang (nm)
Untuk lebih jelas melihat perubahan yang terjadi pada sensor dengan
penambahan melamin, dibuat kurva hubungan panjang gelombang dan absorbansi
AME-CA terhadap konsentrasi melamin seperti pada Gambar 4.21 dimana
perubahan maks yang terjadi akibat penambahan melamin dapat menjadi acuan
untuk penentuan secara kualitatif adanya melamin di dalam larutan sensor.
550 0,14
548
0,121 0,125
545 0,119 0,12
543
0,107
Panjang Gelombang
540 0,1
538
Absorbansi
535 0,08 0,08
515 0
1 x 10-13 1 x 10-12 1 x 10-11 1 x 10-10 1 x 10-9
Konsentrasi (M)
0,14
0,12 0,121
0,107
0,1
Konsentrasi (M)
0,08 0,08
0,06
y = 0,0205x + 0,0617 Absorbansi
0,04
R2 = 0,9676
0,02 Linear (Absorbansi)
0
1 x 10-13 1 x 10-12 1 x 10-11
Absorbansi
Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa panjang gelombang dan absorbansi
yang paling mendekati adalah pretreatmen yang dilakukan dengan menggunakan
Denaturasi II. Nilai maks yang lebih kecil dikarenakan pembentukan kompleks
asam sianurat melamin dalam matrik sampel susu dengan perlakuan awal
Denaturasi II memiliki daerah serapan maksimal pada panjang gelombang 537 nm.
Dengan menggunakan panjang gelombang ini dilakukan pengukuran absorbansi
sensor terhadap variasi konsentrasi melamin dengan konsentrasi larutan induk
Hanya ada dua titik nilai absorbansi yang masuk dalam daerah kerja
sensor terhadap melamin. Oleh karena itu, persamaan linear hanya dapat dibuat
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dalam penelitian yang telah dilakukan adalah
sebagai berikut:
a) AuNp dimodifikasi dengan 2-merkaptoetanol asam sianurat dapat menjadi
sensor yang sensitif dan selektif dalam mendeteksi melamin
b) Kestabilan sensor tercapai melalui:
- Konsentrasi NaBH4 4,7581 x 10-3 M
- Konsentrasi 2-merkaptoetanol 9,0x10-5 M
- Perbandingan mol 2-merkaptoetanol:asam sianurat 1:1
- pH awal sensor
c) Batas deteksi sensor 1,0x10-9 1,0x10-11 M melamin
d) Aplikasi sensor untuk mendeteksi melamin pada susu dipengaruhi oleh adanya
partikel koloid.
5.2. Saran
Dalam peneltian yang telah dilakukan masih banyak kekurangan yang
mungkin dapat dilengkapi oleh peneliti selanjutnya, hal-hal yang perlu dilengkapi
diantaranya:
1. Data pendukung; pada penelitian ini pengukuran untuk memperoleh data
hanya dilakukan dengan instrumen Spektrofotomete UV-Vis sehingga data
yang diperoleh lebih lengkap.
2. Mencari metode penyimpanan reagen stok yang sesuai agar tidak terlalu
boros bahan kimia yang digunakan dan mencemari pembuangan.
3. Mencari Ligan selain 2-merkaptoetanol yang lebih stabil dalam bentuk
larutan sebagai jembatan penghubung asam sianurat dengan AuNp.
4. Mencari metode perlakuan awal terhadap susu yang lebih baik lagi agar
sensor dapat diaplikasikan kepada susu.
Aryal, Santosh; B.K.C., Remant; Dharmaraj, N.; Bhattarai, Narayan; Kim, Chi
Hun; dan Kim, Hak Yong. 2005. Spekctroscopic identification S-Au
interaction in cystein capped gold nanoparticles.Spectrochimica Acta.Part
A.63.2006.160-163
Atkins, P.W.1997.Physical Chemistry 6th edition.UK:Oxford University Press
Barrett MP, Gilbert IH. 2006. Targeting of toxic compounds to the trypanosome's
interior. Adv. Parasitol. 63: 12583. UK
Brown, et al. 2007. Outbreaks of renal failure associated with melamine and
cyanuric acid in dogs and cats in 2004 and 2007. J Vet Diagn Invest 19:525
531
USA: Sagepub
Budavari, Susan, ed.1996, The Merck Index: An Encyclopedia of Chemicals,
Drugs, and Biologicals (12th ed.). Merck, ISBN 0911910123
Committee for Veterinary Medical Product. 2001. Cyromazine Summary Report
(2). Europe: The European Agency for the Evaluation of Medical Product
Finechem. 2011. 2-Mercaptoethanol. Chemicalland21
Guoa, Shanjun; Erking, Wang. 2007. Synthesis and Electrochemical Application
of Gold Nanoparticles. Analytica Chimica Acta Volume 598, Issue 2, 29
August 2007, Pages 181-192
Harvey, D. 2000. Modern Analytical Chemistry. Mc Graw Hill. New York.
Huthmacher, Klaus. 2005. Cyanuric Acid and Cyanuric Chloride" Ullmann's
Encyclopedia of Industrial Chemistr. Weinheim: ISBN
IARC.2010.IARC TP53 Database.Inggris:WHO
Karunasagar, I. 2009.Melamin in fish feed and implication for safety of
aquaculture product.FAO Aquaculture Newsletter (FAO) , (no. 42) p. 29-
31.LIB
Knight, J. J. 2004. 2-Mercaptoethanol in Encyclopedia of Reagents for Organic
Synthesis (Ed: L. Paquette). New York: DOI
0.3
0.2
Absorbansi
0.1
2 menit
1 hari
1 hari + 20 menit
0
300 400 500 600 700 800
Panjang Gelombang (nm)
555 0,18
550 0,161 0,16
548
545
543 0,14
540 539 0,125 0,119 0,121
538 0,12
535 0,115 0,115
0,104 0,108 0,105 0,107 0,103
530 530 529 0,1
525 525 0,08 5250,08
523 523
520 521
518 0,06
515
0,04
510 Panjang Gelombang
505 0,02
Absorbansi
500 0
in
in
in
in
in
in
in
in
in
in
in
or
am
am
am
am
am
am
am
am
am
am
am
ns
el
el
el
el
el
el
el
el
el
el
el
se
M
M
5
-5
-6
-7
-8
-9
-1
-1
-1
-1
-1
-1
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
x
x
9
9
Lampiran 10. Perhitungan %rekoveri
A. Blanko
1 gr susu/15 mL + 5 mL 1,8 M Asam Trikloroasetat = 1gr susu/20 mL larutan
1 mL/10 mL 1/20 x 1 gr susu = 0,05 gr susu/10 mL
B. Sampel
1 mL dari 1gr susu/20 mL dicampur dengan 100 L 10-8 M melamin diencerkan
sampai 10 mL.
[susu] = 0,05 gr/10 mL
[Melamin] = (100 L x 10-8 M)/10 mL = 10-12 mol/10 mL = 10-10 M
Diambil 100 L sampel dimasukkan ke dalam sensor
[Melamin] = (100 L x 10-10 M)/10 mL = 10-14 mol/10 mL = 10-12 M
C. %rekoveri
y = 0,0005x + 0,042
ketika y = 0
x = 0,042/0,0005 = 84
%rekoveri = (84/100) x 100% = 84%