A. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Penyakit Parkinson adalah penyakit gangguan saraf kronis dan
progresif yang di tandai dengan gemetar, kekakuan, berkurangnya kecepatan
gerakan, dan ekspresi wajah kosong seperti topeng dengan salvias berlebihan
(Nurarif, 2015).
Penyakit parkinson merupakan proses degeratif yang melibatkan
neuron dopaminergik dalam substansia nigra (daerah ganglia basalis yang
memproduksi dan menyimpan neurotransmiter dopamin) (Kowalak, dkk,
2013).
Penyakit parkinson merupakan proses degeneratif yang melibatkan
neuron dopaminergik dalam substansia nigra (daerah ganglia basalis yang
memproduksi dan menyimpan neurotransmitter dopamin). Daerah ini
memainkan peran yang penting dalam sistem ekstrapiramidal yang
mengendalikan postur tubuh dan koordinasi gerakan motorik volunter,
sehingga penyakit ini karakteristiknya adalah gejala yang terdiri dari
bradikinesia, rigiditas, tremor dan ketidakstabilan postur tubuh (kehilangan
keseimbangan)
2. Epidemiologi
Penyakit parkinson merupakan salah satu kelumpuhan yang paling umum di
Amerika Serikat. Penyakit tersebut terjadi pada satu dari setiap seratus orang
yang berusia lebih dari 60 tahun dan lebih mempengaruhi pria daripada
wanita. Secara kasar 60.000 kasus baru didiagnosis tiap tahun di Amerika
Serikat, dan insidensnya diprediksikan akan meningkat seiring pertambahan
usia populasi. Penyakit parkinson menyerang penduduk dari berbagai etnis
dan status sosial ekonomi. Penyakit parkinson diperkirakan menyerang
876.665 orang Indonesia dari total jumlah penduduk sebesar 238.452.952.
Total kasus kematian akibat penyakit parkinson di Indonesia menempati
peringkat ke-12 di dunia atau peringkat ke-5 di Asia dengan prevalensi
mencapai 1100 kematian pada tahun 2002 (Hanifah, 2013).
3. Etiologi
Parkinson merupakan suatu kondisi neurodegenerative yang progresif akibat
kematian sel-sel dopaminergic/ sel-sel otak pada substansia nigra .suatu
kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki
(involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/ menahan gerakan-
gerakan yang tidak disadarinya. Dan penyebab kematian sel-sel Snc belum
diketahui dengan pasti tetapi factor-factor yang kemungkinan menjadi
penyebab adalah genetic, lingkunagn, umur, ras, cedera kranioserebral, stress,
emosional (Nurarif, 2015). Sebagian besar penyebab terjadinya penyakit
parkinson ini tidak diketahui atau yang disebut idiopatik. Namun terdapat
beberapa penyebab terjadinya penyakit ini diantaranya :
a. Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud ialah stres oksidatif yang disebabkan oleh
karena toksik (obat-obatan terlarang, terpaparnya pekerjaan terutama zat-
zat berbahaya seperti bahan-bahan cat, logam, kafein dan alkohol).
Peranan Xenobiotik (MPTP) peptisida atau herbisida, depresi dan stres,
merokok (Sudoyo,dkk 2009)
b. Cedera kepala
Cedera kepala yang sering terjadi adalah disebabkan karena olahraga berat
seperti tinju yang mengenai kepala atau terjadinya benturan di kepala
akibat benda keras.
c. Genetik
Komponen genetik pada penyakit Parkinson telah lama dibicarakan,
karena kebanyakan pasien memiliki penyakit sporadis dan penelitian awal
pada orang kembar memperlihatkan persamaan rata-rata rendah dari
concordance pada kembar monozigot dan dizigot. Pandangan bahwa
genetik terlibat pada beberapa bentuk penyakit Parkinson telah diperkuat,
bagaimanapun, dengan penelitian bahwa kembar monozigot dengan onset
penyakit sebelum usia 50 tahun memiliki pembawa genetik yang sangat
tinggi, lebih tinggi dari kembar dizigot dengan penyakit early-onset.
Penelitian menunjukkan adanya mutasi genetik yang berperan pada
penyakit Parkinson. Yaitu mutasi pada gen α-sinuklein pada lengan
panjang kromosom 4 (PARK 1) pada pasien dengan Parkinsonism
autosomal dominan. Pada pasien dengan autosomal resesif parkinson,
ditemukan delesi dan mutasi point pada gen parkin (PARK 2) di
kromosom 6. Selain itu juga ditemukan adanya disfungsi mitokondria.
Adanya riwayat penyakit Parkinson pada keluarga meningkatkan faktor
resiko menderita penyakit Parkinson sebesar 8,8 kali pada usia kurang dari
70 tahun dan 2,8 kali pada usia lebih dari 70 tahun. Meskipun sangat
jarang, jika disebabkan oleh keturunan, gejala parkinsonism tampak pada
usia relatif muda. Kasus-kasus genetik di USA sangat sedikit, belum
ditemukan kasus genetika pada 100 penderita yang diperiksa. Di Eropa
pun demikian. Penelitian di Jerman menemukan hasil nol pada 70
penderita. Contoh klasik dari penyebab genetika ditemukan pada keluarga-
keluarga di Italia karena kasus penyakit itu terjadi pada usia 46 tahun.
d. Usia
Biasanya diantara umur 45-60 tahun, mengenai 1% populasi setelah umur
60 tahun (Underwood, 1999). Pada penyakit parkinson lebihsering terjadi
pada individu dengan usia lebih dari 50 tahun keatas (Sudoyo, 2009).
e. Jenis kelamin
Laki-laki lebih sering mengalami penyakit parkinson karena gaya hidup
seperti alkohol ataupun merokok
f. Ras
Beberapa penelitian mengatakan bahwa lebih sering terjadi pada
penduduk kulit putih dibanding kulit hitam (Sudoyo, 2009).
4. Patofisiologi
Secara umum dapat dikatakan bahwa penyakit parkinson terjadi
karena penurunan kadar dopamin akibat kematian neuron di substansia nigra
pars compacta (SNc) sebesar 40-50% yang disertai dengan inklusi sitoplamik
eosinofilik (Lewy bodies) dengan penyebab multifaktor.
5. Klasifikasi
Pada umumnya diagnosis sindrom Parkinson mudah ditegakkan, tetapi harus
diusahakan menentukan jenisnya untuk mendapat gambaran tentang etiologi,
prognosis dan penatalaksanaannya (Nurarif, 2015).
a. Parkinson primer/ idiopatik/paralysis agitans
Sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan kronis, tetapi penyebabnya
belum jelas. Kira-kira 7 dari 8 kasus parkinson termasuk jenis ini. Etiologi
belum diketahui, masih belum diketahui. Terdapat beberapa dugaan, di
antaranya ialah: infeksi oleh virus yang non-konvensional (belum
diketahui), reaksi abnormal terhadap virus yang sudah umum, pemaparan
terhadap zat toksik yang belum diketahui, terjadinya penuaan yang
prematur atau dipercepat.
b. Parkinson sekunder atau simtomatik
Dapat disebabkan pasca ensefalitis virus, pasca infeksi lain : tuberkulosis,
sifilis meningovaskuler, iatrogenik atau drug induced, misalnya golongan
fenotiazin, reserpin, tetrabenazin dan lain-lain yang merupakan obat-
obatan yang menghambat reseptor dopamin dan menurunkan cadangan
dopamin misalnya perdarahan serebral petekial pasca trauma yang
berulang-ulang pada petinju, infark lakuner, tumor serebri, hipoparatiroid
dan kalsifikasi.
c. Sindrom paraparkinson ( Parkinson plus )
Pada kelompok ini gejalanya hanya merupakan sebagian dari gambaran
penyakit keseluruhan. Jenis ini bisa didapat pada Progressive
Supranuclear Palsy, Multiple System Atrophy, degenerasi kortikobasal
ganglionik, sindrom demensia, Hidrosefalus normotensif, dan Kelainan
herediter (Penyakit Wilson, Penyakit Huntington, Perkinsonisme Familial
dengan neuropati peripheral. Klinis khas yang dapat dinilai dari jenis ini
pada penyakit Wilson (degenerasi hepato-lentikularis), hidrosefalus
normotensif, sindrom Shy-drager, degenerasi striatonigral, atropi palidal
(parkinsonismus juvenilis).
6. Manisfestasi Klinis
8. Diagnosis
Diagnosis penyakit parkinson, dapat dilakukan berdasar pada beberapa
kriteria, adalah sebagai berikut :
a. Secara klinis
1) Didapatkan 2 dari 3 tanda kardinal gangguan motorik: tremor,
rigiditas, bradikinesia, atau
2) Didapatkan 3 dari 4 tanda motorik: tremor, rigiditas, bradikinesia dan
ketidakstabilan postural.
3) Gejala klinis kelompok B (gejala dini tak lazim), diagnosa alternatif,
terdiri dari:
a) Instabilitas postural yang menonjol pada 3 tahun pertama
b) Fenomena tak dapat bergerak sama sekali (freezing) pada 3 tahun
pertama
c) Halusinasi (tidak ada hubungan dengan pengobatan) dalam 3 tahun
pertama
d) Demensia sebelum gejala motorik pada tahun pertama.
b. Kriteria diagnosis yang dipakai di indonesia adalah kriteria Hughes(1992):
1) Diagnosis “possible”: terdapat paling sedikit 2 dari gejala kelompok A
dimana salah satu diantaranya adalah tremor atau bradikinesia dan tak
terdapat gejala kelompok B, lama gejala kurang dari 3 tahun disertai
respon jelas terhadap levodopa atau dopamine agonis.
2) Diagnosis “probable”: terdapat paling sedikit 3 dari 4 gejala kelompok
A, dan tidak terdapat gejala dari kelompok B, lama penyakit paling
sedikit 3 tahun dan respon jelas terhadap levodopa atau dopamine
agonis.
3) Diagnosis “pasti”: memenuhi semua kriteria probable dan
pemeriksaan histopatologis yang positif.
c. Kepentingan klinis diperlukan adanya penetapan berat ringannya penyakit
dalam hal ini digunakan stadium klinis berdasarkan Hoehn and Yahr
(1967) adalah sebagai berikut :
1) Stadium 1
Gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala yang ringan, terdapat
gejala yang mengganggu tetapi menimbulkan kecacatan, biasanya
terdapat tremor pada satu anggota gerak, gejala yang timbul dapat
dikenali orang terdekat (teman).
2) Stadium 2
Terdapat gejala bilateral, terdapat kecacatan minimal, sikap/cara
berjalan terganggu.
3) Stadium 3
Gerak tubuh nyata melambat, keseimbangan mulai terganggu saat
berjalan/berdiri, disfungsi umum sedang.
4) Stadium 4
Terdapat gejala yang berat, masih dapat berjalan hanya untuk jarak
tertentu, rigiditas dan bradikinesia, tidak mampu berdiri sendiri,
tremor dapat berkurang dibandingkan stadium sebelumnya.
5) Stadium 5
Stadium kakhetik (cachactic stage), kecacatan total, tidak mampu
berdiri dan berjalan walaupun dibantu.
9. Penatalaksanaan
a. Terapi Farmakologi
Beberapa obat-obatan yang diberikan pada pendetita Parkinson:
1) Antikolenergik
Contohnya : Benzotropine (cogentin), trihexyphenidyl (artane).
Berguna untuk mengendalikan gejala dari penyakit Parkinson dan
untuk mengaluskan pergerakan
2) Carbidopa/levodopa
Levodopa merupakan pengobatan pengobatan utama untuk penyakit
Parkinson. Di dalam otak levodopa dibubah menjadi dopamine. L-
dope akan diubah menjadi dopamine pada neuro dopaminergic oleh L-
aromatik asam amino dekarboksilase (depa dekarboksi lase).
Levodopa mengurangi teremor, kekuatan otot dan memperbaiki
gerakan.
3) COMT inhibitors
Contohnya entacapone (comtan), tolcapone (Tasmar).untuk
mengontrol fluktuasi motor pada pasien yang menggunakan obat
levodopa. Tolcapone adalah penghambat enzim COMT,
memperpanjang efek L-dopa. Tapi efek samping yang verlebuhan
seperti liver toksik, maka jarangb digunakan , jenis yang sama ,
entacapone, tidak menimbulkan penurunan fugsi liver.
4) Agonis dopamine seperti bromokriptin (parlodel), pergolid (permax),
pramipexol (mirapex), ropinirol, kabergolin, apomorfin dan lisurid
dianggap cukup efektif untuk mrngobati gejala Parkinson.
5) MAO-B Inhibitors
Contohnya selegiline (eldepryl), rasagaline (azilect). Inhibitor MAO
diduga berguna pada penyakit parkinnsin karena neuritransmisi
dopamine dapat di tingkatkan dengan mencegah perusakannya.
Selegiline dapat pula memperlambat memburuknya sindrom
Parkinson, dengan demikian terapi levodopa dapat di tangguhkan
selam beberapa waktu. Berguna untuk mengendalikan gejala dari
penyakkit Parkinson.
6) Amantadine (symmetrel)
Berguna untuk perawtan akinesia, dyskinesia, kekakuan, gemetaran.
7) Deep Brain Stimulation
Pengobatan dengan cara memasukkan electrode yang memancarkan
impuls listrik frekuensi tinggi terus menerus ke dalam otak .terapi ini
di sebut deep brain stimulation (DBS ). DBS adalah tindakan minimal
invasive yang dioperasikan melalui panduan computer dengan tingkat
kerusakan minimal untuk mencangkokkan alat medis yang disebut
neurostimulator untuk menghasilkan stimulasi elektrik pada wilayah
target di dalam otak yang terlibat dalam pengendalian gerakan.
8) Terapi fisik
Sebagian besar penderita parkinson akan merasa efek baik dari terapi
fisik. Pasien akan termotivasi sehingga terapi ini bisa dilakukan
dirumah dengan diberikan petunjuk atau latihan contoh diklinik terapi
fisik. Program terapi fisik pada penyakit parkinson merupakan
program jangka panjang dan jenis terapi di sesuaikan dengan
perkembangan atau perburukan penyakit, misalnya perbuhan pada
rigditas, tremor dan hambatan lainnya. Latihan fisik yang teratur
termasuk yoga, taichi, ataupun tari dapat bermanfaat dalam menjaga
dan meningkatkan mobilitas, fleksibilitas, kesimbangann, dan ROM.
Latihan dasar selalu ditunjukan, seperti membawa tas, memakai dasi,
mengunyah keras, dan memindahkan makan didalam mulut.
9) Terapi suara
Perawatan yang paling besar untuk kekacauan suara yang diakibatkan
oleh penyakit parkinson adalah dengan Lee Silverman Voice
Treatment (LSVT). LSVT fokus untuk meningkatkan volume suara.
Suatu studi menemukan bahwa alat elektronik yang menyediakan
umpan balik indera pendengar atau frequency auditory feedback (FAF)
untuk meningkatkan kejernihan suara.
10) Terapi gen
Pada saat sekarang ini, penyelidikan telah dilakukan hingga tahap
terapi gen yang menggunakan penggunaan virus yang tidak berbahaya
yang dikirim ke bagian otak yang disebut subthalamic nucleus (STN).
Gen yang digunakan memerintahkan untuk memproduksi sebuah
enzim yang disebut glutamic acid decarboxylase (GAD) yang
mempercepat produksi neurotransmiter (GABA). GABA bertindak
sebagai penghambat langsung sel yang terlalu aktif do STN.
11) Pencangkokan saraf
Cangkok sel stem secara genetik untuk memproduksi dopamine atau
sel stem yang berubah menjadi sel memproduksi dopamine telah mulai
dilakukan percobaan pertama yang dilakukan adalah randomized
double-blind shamplacebo dengan pencangkokan dopaminergik yang
gagal menunjukan peningkatan mutu hidup untuk pasien dibawah
umur.
12) Operasi
Operasi untuk penderita parkinson jarang dilakukan sejak
ditemukannya levodopa. Operasi dilakukan pada pasien dengan
parkinson yang sudah parah dimana terapi dengan obat tidak
mencukupi. Operasi dilakukan thalatotomi dan stimulasi thalamik.
13) Terapi neuroprotektif
Terapi neuroprotektif dapat melindungi neuron dari kematian sel yang
diinduksi progrefisitas penyakit. Adapun yang sering digunakan
diklinik adalah monoamine oxisidase inhibitors (selegiline and
rasagiline), dopamine agonis, dan complek mitochondria fortifier
coenzym Q10.
14) Nutrisi
Vitamin E dan vitami C dosisi tinggi secara teori dapat mengurangi
kerusakan sel yang terjadi pada pasien parkinson. Kedua vitamin
tersebut diperlukan dalam aktivitas enzim superoxide dismutase dan
katalase untuk menetralkan anion superoxide yang dapat merusak sel.
Belum lama ini, koenzim Q10 juga telah digunakan dengan cara kerja
yang mirip dengan vitamin A dan vitamin E. MitoQ adalah suatu zat
sintesi baru yang memilik struktur dan fungsi mirip dengan
koenzimQ10.
b. Terapi Non Farmakologi
1) Edukasi
Pasien serta keluarga diberikan pemahaman mengenai penyakitnya,
misalnya pentingnya meminum obat teratur dan menghindari jatuh.
Menimbulkan rasa simpati dan empati dari anggota keluarganya
sehingga dukungan fisik dan psikik mereka menjadi maksimal.
2) Terapi Rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi medik adalah untuk meningkatkan kualitas hidup
penderita dan menghambat bertambah beratnya gejala penyakit serta
mengatasi masalah-masalah sebagai berikut : Abnormalitas gerakan,
Kecenderungan postur tubuh yang salah, Gejala otonom, Gangguan
perawatan diri (Activity of Daily Living – ADL), dan Perubahan
psikologik. Latihan yang diperlukan penderita parkinson meliputi
latihan fisioterapi, okupasi, dan psikoterapi.
3) Tai Chi
Sebuah penelitian menyelidiki fungsi motorik dan tingkat keparahan
gejala motor dan non-motor dan tanda-tanda. Gejala motor dan
nonmotor dan tanda-tanda ini tidak diperbaiki setelah pengobatan,
meskipun dilaporkan sendiri keterlibatan dalam kegiatan kehidupan
sehari-hari yang ditingkatkan oleh latihan Tai Chi. Latihan TTC
(Therapeutic Tai Chi) melibatkan putus pergerakan yang kompleks di
dalam tugas-tugas motor yang sederhana dan menggabungkan
simultan gerakan, yang juga dapat bermanfaat bagi pasien penyakit
Parkinson. Kedua, fungsi fisik, yaitu, keseimbangan dan ketangkasan,
ditingkatkan.
10. Prognosis
Penyakit parkinson sendiri tidak dianggap sebagai penyakit yang fatal, tetapi
berkembang sejalan dengan waktu. Rata-rata harapan hidup pasien penyakit
parkinson pada umumnya lebih rendah dibandingkan yang tidak menderita
penyakit parkinson. Pada tahap akhir, penyakit parkinson dapat menyebabkan
komplikasi seperti tersedak, pneumoni, dan memburuk yang dapat
menyebabkan kematian. Progresifitas gejala pada penyakit parkinson dapat
berlangsung 20 tahun atau lebih. Namun demikian pada beberapa orang dapat
lebih singkat. Tidak ada cara yang tepat untuk memprediksikan lamanya
penyakit ini pada masing-masing individu. Dengan treatment yang tepat,
kebanyakan pasien dapat hidup produktif beberapa tahun setelah diagnosis.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas klien
Nama klien,umur, pekerjaan, nomer RM, jenis kelamin :Komposisi antara
laki-laki dan perempuan pada penyakit ini hampir berimbang namun lebih
banyak laki-laki dengan perbandingan 3:2 tanpa diketahui sebab
yang jelas dan masih dalam lingkup penelitian.
b. Riwayat Keperawatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah :
a) Gangguan gerakan
b) Kaku otot
c) Tremor menyeluruh
d) Kelemahan otot
e) Hilangnya refleks postur
Merupakan ketidakstabilan postural, tidak adanya refleks postural
sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan. Ditandai dengan
memburuknya keseimbangan tubuh sehingga penderita mudah
jatuh.
2) Riwayat penyakit sekarang
Pada anamnesis, sering klien mengeluhkan adanya tremor pada salah
satu tangan dan lengan, kemudian ke bagian yang lain, dan akhirnya
bagian kepala, walaupun tremor ini tetap unilateral. Karakteristik
tremor dapat berupa lambat, gerakan membalik (pronasi-supinasi)
pada lengan bawah dan telapak tangan, dan gerakan ibu jari terhadap
jari-jari seolah-olah memutar sebuah pil di antara jari-jari. Keadaan ini
meningkat saat klien sedang berkonsentrasi atau merasa cemas dan
muncul pada saat klien istirahat.Keluhan lainnya pada penyakit
meliputi adanya perubahan pada sensi wajah, sikap tubuh, dan gaya
berjalan. Adanya keluhan rigiditas deserebrasi, berkeringat, kulit
berminyak dan sering menderita dermatitis seboroid, sulit menelan,
konstipasi, dan gangguan kandung kemih yang diperberat oleh obat-
obat antikolinergik dan hipertrofi prostat.
3) Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang dilakukan adalah dengan mengajukan pertanyaan
tentang adanya riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung,
anemia, penggunaan obat-obat antikoagulan, aspirin, vasodilator, dan
penggunaan obat-obat antikolinergik dalam jangka waktu yang lama.
4) Riwayat penyakit keluarga
Walaupun tidak ditemukan adanya hubungan penyakit Parkinson
dengan sebab genetik yang jelas, perawat perlu melakukan pengkajian
riwayat penyakit pada keluarga. Pengkajian dilakukan dengan
menanyakan apakah ada anggota keluarga terdahulu yang menderita
hipertensi dan diabetes mellitus. Hal ini diperlukan untuk melihat
adanya komplikasi penyakit lain yang dapat mempercepat
progresifnya penyakit.
c. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola toleransi koping stress
2) Pola hubungan peran
3) Pola persepsi terhadap kesehatan
Terjadi perubahan hidup yang tidak sehat karena defisit perawatandiri
akibat kelemahan atau kekauan otot, sehingga menimbulkan masalah
kesehatan lainnya.
4) Pola nutrisi metabolisme
Penderita pada umumnya kehilangan nafsu makan, mengalami
kesulitan menelan.
5) Pola eliminasi
Pola ini biasanya terjadi perubahan pada eliminasi alvi karena asupan
yang kurang sehingga penderita biasanya tidak bisa BAB secara
normal. Klien sering mengalami konstipasi akibat menurunnya
sensitifitas proses pencernaan
6) Pola istirahat-tidur
Penderita pada umumnya kesulitan tidur pada malam hari
karena tremor berlebihan atau berkeringat.
7) Pola aktivitas latihan
Penderita terjadi kekakuan otot, dan kehilangan keseimbangan gerak.
8) Pola persepsi diri
Apakah klien mengalami dampak yang timbul akibat penyakit seperti
ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk
melakukan aktifitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yg
salah.
9) Pola kognitif perceptual
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi kemampuan panca
indra penglihatan, pendengaran dan penurunan kognitif serta
perubahan memori.
10) Pola toleransi koping stress
Pengkajian mekanisme koping menilai respon emosi klien terhadap
penyakit yang dideritanya, perubahan peran klien dalam keluarga dan
masyarakat, dan respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-
harinya
11) Pola reproduksi seksual
Pada umumnya terjadi penurunan seksualitas.
12) Pola hubungan peran
Klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan
bicara yang dapat menurunkan fungsi peran dalam kehidupan sehari-
hari.
13) Pola nilai dan kepercayaan
Timbulnya distress pada diri penderita, bila terjadi
serangan tremor yang hebat
d. Pemeriksaan fisik ( B1-B6 )
1) Breating ( B1 )
Gangguan fungsi pernafasan yang terjadi berkaitan dengan
hipoventilasi, inaktivitas, aspirasi makanan atau salifah, dan
berkurangnya fungsi pembersihan saluran nafas.
a) Inspeksi
Ditemukan klien batuk atau mengalami penurunan kemampuan
untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak nafas, dan
penggunaan otot bantu nafas.
b) Palpasi
Ditemukan taktil Vermitus seimbang kanan dan kiri.
c) Perkusi
Ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapang paru.
d) Auskultasi
Ditemukan bunyi nafas tambahan seperti nafas berbunyi, stridor,
ronchi pada klien dengan peningkatan produksi secret dan
kemampuan batuk yang menurun yang sering ditemukan pada
klien
2) Blood ( B2 )
Hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan efek samping
pemberian obat dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah
oleh sistem saraf otonom.
3) Brain ( B3 )
a) Inspeksi :
(1) Ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum
pada seluruh otot dan kehilangan keseimbangan
(2) Pemeriksaan fungsi serebri
Dapat mengalami perubahan status mental yang berhubungan
denganpenurunan status kognitif, penurunan presepsi, dan
penurunan memori baikjangka pedek dan memori jangka
panjang.
(3) Pemeriksaan syaraf cranial
(a) Saraf I
Biasanya pada klien cedera tulang belakang tidak
ditemukan kelainan dan fungsi penciuman tidak ada
kelainan.
(b) Saraf II
Hasil uji ketajaman penglihatan mengalami perubahan
sesuai tingkat usia, biasanya klien lanjut usia dengan
penyakit Parkinson mengalami penurunan ketajaman
penglihatan.
(c) Saraf III, IV, dan VI
Gangguan saraf okulomotorius : sewaktu konvergensi
pengelihatan menjadi kabur menjadi tidak mampu
mempertahannkan kontaksi otot-otot bola mata.
(d) Saraf V
Pada klien dengan penyakit Parkinson umumnya
ditemukan perubahan pada otot wajah. Adanya
keterbatasan otot wajah menyebabkan ekspresi wajah klien
mengalami penurunan, saat bicara wajah seperti
topeng (sering mengedipkan mata)
(e) Saraf VII.
Presepsi pengecapan dalam batas normal.
(f) Saraf VIII.
Adanya tuli konduktif dan tuli presepsi yang berhungan
dengan proses semilis dan penurunan aliran darah regional.
(g) Saraf IX dan X
ditemukan kesulitan dalam menelan makanan.
(h) Saraf XI
Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
(i) Saraf XII
Tidak simetris, tidak ditemukan deviasi pada satu sisi dan
tidak ada fasipulasi. Indra pengecapan normal
(4) Sistem motoric
(a) Inspeksi umum, ditemukan perubahan pada gaya berjalan,
tremor secara umum pada seluruh otot, dan kaku pada
seluruh gerakan. Klien sering mengalami digiditas
desereberasi.
(b) Tonus otot, ditemukan meningkat.
(c) Keseimbangan dan koordinasi, ditemukan mengalami
gangguan karena adanya kelemahan otot, kelelahan,
perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada
seluruh otot, dan kaku pada seluruh gerakan.
(5) Pemeriksaan reflex
Terdapat kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba
untuk berdiri, klien akan berdiri dengan kepala cenderung
kedepan dan berjalan dengan gaya berjalan seperti didorong.
Kesulitan dalam berputar dan hilangan keseimbangan ( salah
satunya kedepan dan kebelakang ) dapat menimbulkan sering
jatuh.
(6) Sistem sensorik
Klien dengan penyakit Parkinson mengalami penurunan
terhadap sensasi sensorik secara progresif.Penurunan sensorik
yang ada merupakan hasil dari neuropati.
4) Bladder ( B4 )
a) Inspeksi :
(1) Klien dapat mengalami inkontinensia urine, Penurunan reflek
kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi kognitif
dan persepsi klien secara umum.
(2) ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan
control motorik dan postural.
(3) Klien sering ditemukan dengan kateterisasi intermiten teknik
steril
b) Palpasi : Adakah nyeri tekan pada kandung kemih
5) Bowel ( B5 )
a) Inspeksi :
(1) Pemenuhan nutrisi berkurang karena kesulitan
menelan, kelemahan fisik umum dan adanya tremor
menyeluruh.
(2) Klien sering mengalami konstipasi karena penurunan aktivitas.
b) Palpasi : Adakah nyeri tekan pada abdomen
c) Perkusi :Adakah distensi abdomen
d) Auskultasi :Terdengar bising usus menurun (5-12x/menit)
6) Bone ( B6 )
a) Inspeksi :
(1) Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan,
kelalahan otot, tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku
pada seluruh gerakan menghambat pola aktivitas dan
pemenuhan aktivitas dan pemenuhan aktivitas sehari-hari.
(2) Mobilisasi dibantu sebagian
(3) Adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam
melakukan pergerakan karena perubahan pada gaya berjalan
dan kaku pada seluruh gerakan memberikan risiko pada trauma
fisik pada trauma fisik bila melakukan aktivitas
b) Palpasi :Dalam keadaan rileks dapat ditemukan fenomena roda
gigi (kombinasi rest tremor dengan kekakuan otot)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan
kelemahan otot
b. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan
neurotransmiter, menurunnya kekuatan, kehilangan kontrol
otot/koordinasi.
c. Gangguan eliminasi elvi (konstipasi) yang berhubungan dengan medikasi
dan penurunan aktivitas
d. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan tremor, perlambatan dalam proses makan, kesulitan mengunyah,
dan menelan
e. Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan volumne bicara,
perlambatan bicara, ketidakmampuan menggerakkan otot-otot wajah
f. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan
disfungsi karena perkembangan penyakit
g. Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan sumber informasi prosedur
perawatan rumah yang tidak adekuat
3. Intervensi dan Implementasi Keperawatan
No Diagnosa Rencana tindakan Rasional Kriteria hasil Implementasi
keperawatan
1. Gangguan Pasien dapat
persepsi sensori menunjukkan
b.d defisit Perkenalkan Membantu kemampuan Memperkenalkan
2 Resiko injury b.d Monitor fungsi Menetapkan - Injuri dapat dicegah Memonitor fungsi
kehilangan motorik dan kemungkinan jatuh - Tidak terjadi injuri motorik dan
memori,orientasi, keseimbangan keseimbangan
agitasi,kerusakan berjalan Mencegah resiko berjalan
motorik,kerusaka Bantu ambulasi jatuh Membantu ambulasi
n sesuai kebutuhan Membantu sesuai kebutuhan
komunikasi,resiko Berikan alat bantu melakukan Memberikan alat
kejang tongkat,walkers,kurs pergerakan dan bantu
i roda sesuai dengan mengurangi resiko tongkat,walkers,kurs
kebutuhan jatuh i roda sesuai dengan
Menghindari jatuh kebutuhan
Jelaskan pada pasien
untuk merubah Menjelaskan pada
posisi dengan pelan- Postural hipotensi pasien untuk
pelan kemungkinan merubah posisi
Jelaskan pada pasien terjadi sehingga dengan pelan-pelan
setelah bangun tidur dapat Menjelaskan pada
tidak langsung mengakibatkan pasien setelah
melakukan pasien jatuh bangun tidur tidak
pergerakan langsung melakukan
pergerakan
Menghindari resiko
jatuh
Gunakan kursi,
kamar mandi yang Menggunakan kursi,
Mengurangi resiko
ada pegangannya kamar mandi yang
jatuh
Penerangan yang ada pegangannya
cukup dan lantai Penerangan yang
tidak licin serta cukup dan lantai
pemakaian alas kaki Menghindari tidak licin serta
tidak licin terjadinya cedera pemakaian alas kaki
Letakkan benda- tidak licin
benda berbahaya Meletakkan benda-
pada tempat yang Tidak benda berbahaya
aman membingungkan pada tempat yang
Letakkan benda- pasien aman
benda pada tempat Meletakkan benda-
semula dan hindari benda pada tempat
merubah-rubah semula dan hindari
tempat merubah-rubah
tempat
Sudoyo, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. Ed 5. Jakarta, Interna
Publishing
Widagdo Wahyu, dll. 2008. .Asuhan Keperawatan Persarafan. Jakarta : Trans Info
Medias