Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan yang di lakukan pada Ny. N


post partus normal di Puskesmas Cililin Bandung Barat, maka dalam bab ini penulis
akan membahas kesenjangan antara teori dan kenyataan yang diperoleh sebagai
hasil pelaksanaan studi kasus. Penulis juga akan membahas kesulitan yang di
temukan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap Ny. N post partus
normal, dalam penyusunan asuhan keperawatan kami merencanakan keperawatan
yang meliputi pengkajian perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dengan uraian
sebagai berikut:

A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,
verifikasi, dan komunikasi data tentang klien (Potter & Perry, 2005). Pengkajian
keperawatan merupakan salah satu dari komponen proses keperawatan yaitu
suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan dari
klien meliputi usaha pengumpulan data tentang status kesehatan seorang klien
secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan
(Muttaqin, 2010).
Hirarki Maslow mengatur kebutuhan dasar dalam lima tingkatan prioritas.
Tingkatan yang paling dasar atau yang paling utama meliputi kebutuhan
fisiologis seperti udara, air dan makanan. Tingkatan yang kedua meliputi
kebutuhan keselamatan dan keamanan yang melibatkan keamanan fisik dan
psikologis. Tingkatan yang ketiga mengandung kebutuhan dicintai dan
memiliki. Tingkat keempat mengandung kebutuhan dihargai dan harga diri,
yang mencangkup rasa percaya diri, kebergunaan, pencapaian, dan nilai diri.
Tingkat terakhir adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri, keadaan pencapaian
secara menyeluruh (Potter & Perry, 2005).
Tingkatan kedua menurut Hirarki Maslow yaitu kebutuhan
keselamatan dan keamanan yang melibatkan keamanan fisik dan psikologis.

48
53

Kenyamanan adalah konsep sentral tentang kiat keperawatan. Konsep


kenyamanan memiliki subyektivitas yang sama dengan nyeri. Setiap individu
memiliki karakteristik fisiologis, sosial, spiritual, psikologis, dan kebudayaan
yang mempengaruhi cara mereka mengintrepretasikan dan merasakan nyeri
(Potter & Perry, 2006).
Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi
diri. Apabila seseorang merasakan nyeri, maka perilakunya akan berubah
(Potter & Perry, 2006). Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional
yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan sedemikian rupa
(International Association for the study of pain), awitan yang tiba-tiba atau
lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang diantisipasi atau
lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi/prediksi dan berlangsung < 6 bulan (Herdman, 2009).
Pengkajian nyeri dengan menggunakan skala analog visual merupakan alat
yang paling umum yaitu dengan menggunakan angka 0-10. Angka 0 tidak ada
nyeri, angka 1-3 adalah nyeri ringan, angka 4-6 adalah nyeri sedang, angka 7
dan 8 adalah nyeri hebat, angka 9 adalah nyeri sangat hebat dan angka 10 adalah
nyeri paling hebat (Potter & Perry, 2006). Sedangkan skala nyeri McGill
(McGill) mengukur intensitas nyeri dengan menggunakan lima angka, yaitu 0:
tidak nyeri, 1: nyeri ringan, 2: nyeri sedang, 3: nyeri berat, 4: nyeri sangat berat,
5: nyeri hebat (Mubarak, 2007).
Batasan karakteristik mengekspresikan perilaku (misalnya menangis,
gelisah, waspada, iritabilitas, mendesah), indikasi nyeri yang dapat diamati,
perubahan posisi untuk menghindari nyeri, melaporkan nyeri secara verbal,
perubahan tekanan darah, perubahan frekuensi pernafasan (Heather herdman
2009). Menurut Wilkinson, 2007 melaporkan nyeri secara verbal atau non
verbal, posisi untuk mengurangi nyeri, gerakan untuk melindungi, tingkah laku
berhati-hati, gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau,
menyeringai), fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses
berfikir, penurunan interaksi dengan orang lain dan lingkungan), tingkah laku
distraksi (jalan – jalan, menemui orang lain, aktivititas ulang), respon otonom
54

(diaporesis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi, dilatasi pupil),


perubahan tonus otot (dalam rentang lemah ke kaku), tingkah laku ekspreksif
(gelisah,merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang, mengeluh),
perubahan dalam nafsu makan. Hasil pengkajian pada Ny. N melaporkan nyeri
secara non verbal yaitu pasien tampak meringis kesakitan.
Hasil pengkajian riwayat persalinan pada Ny. N dilakukan tindakan jahitan
pada jalan lahir. Saat dilakukan pengkajian keluhan utama nyeri dirasakan
seperti terbakar, pada jalan jalan lahir, skala nyeri 7, nyeri dirasakan saat
bergerak dan duduk terasa perih, pasien tampak meringis kesakitan. Menurut
pendapat Potter & Perry skala nyeri 6 pada Ny. N masuk dalam nyeri sedang.
Hasil pengkajian nyeri pada Ny. N di atas senada dengan pendapat Wilkinson
2007, bahwa nyeri di laporkan secara verbal dan non verbal.

B. Diagnosa Keperawatan
Tanda-tanda yang dikenali pada awal proses diagnostik dapat dipahami
hanya jika ada penjelasan yang masuk akal untuk tanda –tanda tersebut dengan
konteks suatu situasi, ini adalah proses berfikir aktif ketika perawat
mengeksplorasi pengetahuan dalam memorinya untuk mendapatkan
kemungkinan penjelasan data (Nanda Nic & Noc, 2007).
1. Diagnosa keperawatan yang muncul.
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan otot
perineum.
Nyeri akut adalah keadaan ketika individu mengalami dan
melaporkan adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang
tidak menyenangkan selama enam bulan atau kurang. Diagnosa tersebut
ditegakkan bila ada data mayor yang mendukung yaitu pengungkapan
tentang deskriptor nyeri, dan data minor yaitu ketidakaktifan fisik atau
imobilitas, perubahan pola tidur, dan perubahan kemampuan untuk
melanjutkan aktifitas sebelumnya. Alasan diagnosa tersebut diangkat
karena saat pengkajian didapatkan data subjektif yaitu pasien
mengatakan merasakan nyeri dibagian alat kemaluan, dan data obyektif
53

yaitu : Pasien meringis karena nyeri P: Nyeri dirasakan post melahirkan


dan jahitan di mukosa vagina dan otot perineum Q: Nyeri seperti
ditusuk-tusuk, R: Letak nyeri berada dibagian kelamin, S: Skala nyeri
7/10, T: Nyeri dirasakan saat beralih baring dan bergerak.
Diagnosa tersebut penulis prioritaskan karena keluhan yang
dirasakan pasien saat itu dan apabila masalah itu tidak segera ditangani
akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien dan bisa mengganggu
aktifitas klien sehingga akan timbul rasa ketakutan untuk melakukan
gerakan dan tindakan.
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan masuknya kuman pada luka
mukosa vagina dan otot perineum.
Resiko infeksi adalah peningkatan resiko masukya organisme
pathogen. Diagnosa tersebut dapat ditegakan jika ada faktor-faktor
resiko yaitu ketidak adekuatan pertahanan tubuh primer (kulit tidak
utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia,perubahan peristaltik),
ketidak adekuatan imun buatan, malnutrisi, trauma, kerusakan jaringan.
Alasan diagnose tersebut di angkat karena ditemukan faktor-
faktor resiko yang mendukung yaitu secara subyektif yaitu pasien
mengatakan nyeri dikemaluan saat BAK karena terdapat luka jahitan
yang masih belum kering dan data obyektif yaitu pasien meringis
kesakitan terdapat luka jahitan post melahirkan, tidak ada puss, tidak
ada tanda-tanda perubahan tapi masih merasa nyeri dengan tanda-tanda
vital, TD: 120/80 mmHg,N: 96 x/menit, RR: 20 x/menit, S: 36,7 °C.
Diagnose tersebut penulis prioritaskan sebagai diagnose kedua
karena masalah tersebut belum terhadap terjadinya infeksi, masalah ini
dapat diminimalkan dengan perawatan perineumdan vulva hygiene
dengan teknik aseptic serta nutrisi yang adekuat sehingga tidak
menimbulkan terjadinya infeksi.
54

2. Diagnosa keperawatan yang tidak mucul namun ada dalam tinjuan teori.
a. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan vaskuler yang berlebih.
Kekurangan volume cairan adalah keadaan ketika seorang
individu yang tidak menjalani puasa mengalami atau berisiko
mengalami dehidrasi vaskuler, interstiasial, atau inttravaskuler
(Carpenito, 2007).
Diagnosa tersebut dapat di tegakan apabila terdapat data satu atau
lebih yang antara asupan dan haluaran, penurunan berat badan,
kulit/membrane mukosa kering. Dan mungkin terdapat peningkatan
natrium serum, penurunan haluaran urine berlebihan, urine memekat
atu sering berkemih, penurunan turgor kulit, haus, mual, anoreksia
(Carpenito, 2007 ). Pada pengkajian penulis tidak menemukan data-
data pendukung seperti diatas sehingga diagnose tersebut tidak di
tegakkan.
b. Kurangnya pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi
berhubungan dengan kurangnya informasi.
Kurang pengetahuan adalah tidak adanya atau kurangnya
informasi kognitif sehubungan denngan topic spesifik (Nanda Nic &
Noc, 2007). Diagnosa tersebut terdapat keterbatasan kognitif,
interprestasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk
mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi (Nanda
Nic & Noc, 2007). Pada pengkajian penulis tidak menemukan data-data
pendukung seperti diatas sehingga diagnosa tersebut tidak ditegakan.

C. Implementasi
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan otot
perineum.
Tindakan keperawatan untuk mengatasi diagnosa ini adalah mengkaji
karakteristik skala nyeri, mengevaluasi tanda-tanda vital, mengajarkan
53

penggunaan teknik relaksasi, kalaborasi pemberian analgetik. Kekutan dari


tindakan ini adalah bekerja sama dalam mengurangi rasa nyeri.
Kelemahannay adalah terkadang klien tidak bisa di ajak buat kerjasama dan
melakukan ajaran yang diberikan.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan masuknya kuman pada luka
mukosa vagina dan otot perineum.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan. Tindakan
keperawatan untuk mengatasi diagnosa ini adalah observasi dan laporkan
tanda dan gejala (infeksi seperti kemerahan, panas), kaji temperatur klien
tiap 4 ajm, catat dan laporkan nilai laboratorium (leukosit, protein, serum,
albumin), istirahat yang adekuat, cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan, memberikan edukasi perawatan perineum dan vulva
hygiene (Nanda Nic & Noc, 2008).
Kekuatan dari tindakan ini adalah bekerja sama dalam mematuhi
anjuran perawatan agar luka tetap kering. Kelemahannya adalah dapat
terjadi cros infeksi.

D. Evaluasi
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan otot
perineum.
Kriteria hasil untuk diagnosa diatas adalah ekspresi wajah rileks, nyeri
teratasi, tanda-tanda vital dalam batas normal. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diperoleh hasil subyektif : Pasien mengatakan nyeri berkurang,
obyektif: Pasien tampak lebih rileks dengan skala nyeri 2. Hal tersebut
menandakan diagnosa pertama teratasi sebagian sehingga tindakan perlu
dilanjutkan sampai pasien tidak terasa nyeri kembali.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan masuknya kuman pada luka
mukosa vagina dan otot perineum.
Kriteria hasil untuk diagnosa diatas adalah tidak ada tanda-tanda
infeksi. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diperoleh hasil sobyektif:
Paasien mengatakan luka jahitan masih terasa nyeri, obyektif: Pasien
54

tampak rileks. Hal tersebut menandakan diagnosa ketiga masalah teratasi


sebagian,sehingga tindakan perlu dilanjutkan agar tidak terjadi infeksi.

3. Kurang pengetahuan perawatan diri berhubungan dengan kurang informasi.


Kriteria hasil untuk diagnosa diatas adalah klien tidak bingung lagi
dalam perawartan payu dara. Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diperolehhasil subyektif: Pasien mengatakan asi belum bisa keluar lebih
banyak, obyektif: pasien tampak senang karena asi dapat keluar. Hal
tersebut menandakan diagnosa keempat masalah teratasi sebagian,sehingga
tindakan perlu dilanjutkan agar asi keluar lebih banyak.

Anda mungkin juga menyukai