Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Thypoid fever adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan
oleh kuman Salmonella Thypi (yang biasanya mengenai saluran pencernaan
dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pada pencernaan dan
gangguan kesadaran (Arief,M.2009).
Thypoid fever merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus
yang disebabkan oleh bakteri salmonella thypii, penyakit ini dapat ditularkan
melalui tangan, mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman
salmonella thypii (Azis H.A. 2006).
Thypoid fever adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,
gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran (Nursalam.2005).
Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A, B, C. Sinonim dari
penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis (Sudoyo, A 2009).
Jadi dapat disimpulkan bahwa demam tifoid adalah suatu penyakit
infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A, B dan C yang dapat
menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.

B. Anatomi Fisiologi
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta.
Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang

6
7

membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus


juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus terdiri dari lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan
otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan
lapisan serosa ( Sebelah Luar ). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus
dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan
(ileum).

a. Usus dua belas jari (Duodenum)

Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak


terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang
8

normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua
muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan
masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa
di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal
kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
Saluran getah pancreas berfungsi untuk mengubah protein menjadi
asam amino, pati menjadi gula sederhana, lemak menjadi asam lemak dan
gliserol, menetralkan keasaman makanan. Saluran empedu dihasilkan oleh
sel hati, ditampung dikantong empedu, menghancurkan lemak
(mengemulsi).
b. Usus Kosong (jejenum)

Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat


jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis
dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar
Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan,
yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri.
9

Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan


secara makroskopis. Jejenum tempat pencernaan terakhir, hasil pencernaan
karbohidrat menjadi monosakarida, dan disakarida, lemak menjadi asam
lemak dan gliserol, vitamin dan lemak tidak mengalami pencernaan
langsung diserap.
c. Usus Penyerapan (illeum)

Ileum atau usus penyerapan adalah bagian ketiga dari usus halus,
merentang dari jejenum hingga katup ileosekal. Panjangnya hampir tiga per
lima kali panjang keseluruhan panjang usus halus. Dindingnya lebih tipis
dan lebih banyak mengandung lemak mesenterika. Selain berfungsi
menyerap nutrisi makanan yang belum diserap pada proses sebelumnya,
ileum juga berperan dalam mengatur katup ileosekal agar tidak terjadi
refluks dari usus besar ke usus halus.
Dalam fungsi pencernaan, ileum mengandung reseptor untuk
menyerap vitamin B12 dan garam empedu. Sementara itu, juga menyerap
sisa nutrisi dari makanan yang dicerna. ileum menyerap sekitar 95% garam
empedu terkonjugasi dari usus. Selain itu, seorang ahli anatomi asal swiss,
Hans Conrad Peyer, menemukan adanya kumpulan sel-sel limfatik pada
10

ileum. Kumpulan sel-sel ini dinamakan Patch Peyeri sesuai nama


penemunya. Kumpulan sel ini cukup mudah diamati pada usus, karena area
yang terdapat patch tersebut bentuknya menebal dan tanpa villi.

C. ETIOLOGI
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B
dan C. Ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam
typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari
demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan
11

air kemih selama lebih dari 1 tahun, ini akan dapat menginfeksi orang lain.
Adapun beberapa macam dari salmonella typhi adalah sebagai berikut :
a. Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar,
tidak bersepora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:
Antigen O (somatic, terdiri dari zat komplek liopolisakarida), Antigen H
(flagella), Antigen K (selaput) dan protein membrane hialin.
b. Salmonella parathypi A.
c. Salmonella parathypi B.
d. Salmonella parathypi C.

D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari demam thypoid sebagai berikut (Nanda NIC-
NOC. 2013) :
a. Gejala pada anak : Inkubasi anatara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari.
b. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama.
c. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertangani akan
menyebabkan shock, Stupor dan koma.
d. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selam 2-3 hari.
e. Nyeri kepala, pusing, nyeri perut, nyeri otot.
f. Kembung, mual dan muntah, diare, konstipasi.
g. Batuk, epistaksis, bradikardi
h. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepid an ujung merah serta tremor).
i. Hepatomegali, splenomegaly.
j. Meteroismus, gangguan mental berupa samnolen, delirium atau psikosis.
k. Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi mudah
demam akut dengan diseryai syok dan hipotermia.
12

E. Patofisiologi
Patofisiologi Semula disangka demam dan gejala toksemia pada
typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian
eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab
utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid,
karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan
karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan
zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang. Penularan salmonella
thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu
Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat) dan
melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan
kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan
melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan
dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang
tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui
mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian
distal. Di usus ini kuman menularkan endtoksin sehingga bakteriema primer
sebagian akan difagosit dan sebagian tidak di fagosit. Bakteri yang difagosit
akan mati sedangkan yang tidak difagosit berkembang biak dan meradang pada
jaringan sekitar. Kuman yang masuk ke aliran darah kapiler prosecia pada kulit
dan tidak hipertermi. Kuman selanjutnya masuk usus halus dan terjadi
peradangan menyebabkan mual muntah atau anoreksia intake tidak adekuat
sehingga terjadi kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh selain itu
menyebabkan hiperperistaltik pada usus sehingga klien dengan typoid sering
terjadi diare tindakan bedrest untuk mencegah kondisi klien menjadi buruk.
Kuman masuk ke hepar dan kandung empedu menyebabkan endotoksin
meningkat dan kuman merusak hepar sehingga terjadi SGOT / SGPT
13

meningkat. Kuman yang mencapai hipotalamus akan menekan system syaraf


termoregulator menyebabkan hipertermi sehingga klien cepat lelah menjadi
intoleransi aktifitas. Selain itu kuman pada organ intestinal menyebabkan
perdarahan usus, peritonitis sedangkan di ekstraintestinal menyebabkan
pneumoni serta meningitis.

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik menurut Aru. W (2006) meliputi:
a. Pemeriksaan Darah Rutin
Walaupun pada pemeriksaan darah perifer lengkap sering di temukan
leukopenia dapat pula terjadi kadar leukosit normal atau leukositosis dapat
terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder. Selain itu dapat pula
ditemukan anemia ringan dan trombositopenia. Pada pemeriksaan hitung
jenis leukosit demam typhoid dapat meningkat.
SGOT dan SGPT seringkali meningkat, tetapi akan kembali normal
setelah sembuh. Kenaikan SGOT dan SGPT tidak memerlukan penanganan
khusus.
b. Kultur Darah
Hasil biakan darah yang pasif memastikan demam typhoid akan tetapi
hasil negative tidak menginginkan demam typhoid, karena mungkin
disebabkan beberapa hal sebagai berikut:
- Telah mendapat terapi antibiotik.
- Volume darah yang timbul kurang.
- Riwayat vaksinasi.
c. Uji Widal.
Uji widal dilakukan untuk deteksi antibody terhadap kuman
salmonella typhi. Pada uji widal terjadi suhu reaksi aglutinasi antara antigen
kuman salmonella typhi dengan antibody disebut aglutinin. Antigen yang
14

digunakan pada uji widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam
serum penderita tersangka typhoid yaitu :
- Aglutinin O (dari tubuh kuman).
- Aglutinin H (flagella kuman).
- Aglutinin V (sampai kuman).

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang


digunakan. Semakin tinggi liternya semakin besar kemungkinan terinfeksi
kuman ini. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi uji widal yaitu :

- Pengobatan dini dengan antibiotik.


- Gangguan pembentukan antibody dan pemberian kortikosteroid.
- Waktu pengambilan darah.
- Darah endemik atau non endemik.
- Riwayat vaksinasi.
- Reaksi anamnestik.
- Faktor teknik pemeriksaan antar laboratorium akibat aglutinin silang
dan strain Salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen.

G. Penatalaksanaan
a. Perawatan :
- Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam hilang atau 14 hari untuk
mencegah komplikasi perdarahan usus.
- Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya
tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
b. Diet :
- Diet yang sesuai cukup kalori dan tinggi protein.
- Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
- Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
15

- Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam


selama 7 hari.
c. Obat-obatan :
- Klorampenikol.
- Triampenikol.
- Kotrimoxazol.
- Amoxilin dan ampicillin

H. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian.
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa,
agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register
dan diagnosa medik.
b. Keluhan utama.
Keluhan utama demam thypoid adalah panas atau demam yang tidak
turun-turun, nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare
serta penurunan kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang.
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke
dalam tubuh.
d. Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit demam thypoid.
e. Riwayat penyakit keluarga
Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus.
f. Pola-pola fungsi kesehatan.
1) Pola nutrisi dan metabolisme.
16

Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan


muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak
makan sama sekali.
2) Pola eliminasi.
Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama.
Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna
urine menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan demam thypoid
terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak
keluar dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan
cairan tubuh.
3) Pola aktivitas dan latihan.
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar
tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
4) Pola tidur dan istirahat.
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu
tubuh.
5) Pola persepsi dan konsep diri.
Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan
penyakit anaknya.
6) Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan
umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu
waham pada klien.
7) Pola hubungan dan peran.
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat
di rumah sakit dan klien harus bed rest total.
8) Pola penanggulangan stress
Biasanya orang tua akan nampak cemas.
17

g. Pemeriksaan fisik.
1) Keadaan umum.
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat C, muka
kemerahan.
2) Tingkat kesadaran.
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
3) Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan
gambaran seperti bronchitis.
4) Sistem kardiovaskuler.
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin
rendah.
5) Sistem integument.
Kulit kering, turgor kulit menurun, muka tampak pucat, rambut agak
kusam.
6) Sistem gastrointestinal.
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas),
mual, muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa
tidak enak, peristaltik usus meningkat.
7) Sistem muskuloskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
8) Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan
konsistensi lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi
didapatkan perut kembung serta pada auskultasi peristaltik usus
meningkat.
18

2. Diagnosa Keperawatan.
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses
infeksi salmonella typhosa.
b. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan pemasukan
yang kurang, output yang berlebihan.
c. Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat.
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan/ KH Intervensi Rasional


1 Peningkatan suhu Setelah dilakukan1. Monitor TTV tiap 4 1. Untuk memonitor terjadinya
tubuh (hipertermi) tindakan jam peningkatan suhu tubuh dan
berhubungan keperawatan 2x24 untuk merencanakan
dengan proses jam, suhu tubuh intervensi yang diperlukan
infeksi kuman kembali normal untuk mengatasi masalah
salmonella KH : klien.
typhosa. - Suhu tubuh 2. Anjurkan klien 2. Peningkatan suhu tubuh
dalam batas banyak minum 2 - 3 mengakibatkan penguapan
Ditandai dengan : normal (36-37 oC) liter/ 24 jam tubuh meningkat sehingga
- suhu tubuh - Keluarga/ klien perlu diimbangi dengan
meningkat mengatakan klien asupan cairan yang banyak
- demam tidak demam lagi Beri kompres hangat 3. Kompres hangat dapat
- nyeri kepala - TTV dalam batas pada daerah axila, menyebabkan dilatasi
- pusing. normal lipat paha dan pembuluh darah sehingga
temporal terjadi penguapan
4. Anjurkan klien untuk4. Membantu mengurangi
memakai pakaian yg penguapan tubuh
dapat menyerap
keringat
19

5. Beri penjelasan 5. Membantu mengurangi


kepada keluarga/ klien kecemasan yang timbul
tentang penyebab
peningkatan suhu
tubuh
6. Kolaborasi dengan
dokter dalam 6. Mempercepat proses
pemberian antipiretik penyembuhan karena
dan antibiotik antipiretik dan antibiotik
berguna untuk mengatasi
keluhan klien.
2 Defisit volume Kekurangan 1. Kaji tanda-tanda 1. Perubahan status hidrasi
cairan dan cairan tubuh tidak dehidrasi seperti menggambarkan berat
elektrolit terjadi mukosa bibir kering, ringannya kekurangan cairan
berhubungan turgor kulit tidak
dengan KH : elastis dan
pemasukan yang - klien tidak peningkatan suhu
kurang, output mengalami tubuh 2.
yang berlebihan kekurangan cairan
2. Pantau intake dan Untuk mengetahui
- TTV dalam batas output cairan dalam keseimbangan cairan dan
Ditandai dengan : normal 24 jam pedoman untuk
- membran - Turgor kulit menggantikan cairan yg
mukosa kering normal hilang
- turgor kulit jelek- Membran 3. Monitor tanda-tanda 3. Perubahan TTV dapat
mukosa lembab vital menggambarkan keadaan
- Intake dan output umum klien.
seimbang 4. Untuk pemenuhan kebutuhan
cairan
20

4. Anjurkan klien
minum banyak 2-3 5. Berguna dalam intervensi
liter/ hari selanjutnya
5. Catat laporan atau
hal-hal seperti mual, 6. Membantu mempermudah
muntah pemberian cairan kepada
6. Beri penjelasan klien
kepada keluarga /klien
tentang pentingnya
kebutuhan cairan 7. Membantu memenuhi
7. Kolaborasi dengan kebutuhan cairan yang tidak
dokter untuk terapi terpenuhi.
cairan
3 Resiko gangguan Kebutuhan nutrisi1. Jelaskan pentingnya 1. Dapat memotivasi klien
pemenuhan terpenuhi KH : makanan untuk proses dalam pemenuhan kebutuhan
nutrisi kurang - terjadi penyembuhan. nutrisi
dari kebutuhan peningkatan berat2. Observasi pemasukan Untuk mengukur intake
tubuh badan makanan klien makanan
berhubungan - klien dapat 3. Kaji makanan yang Makanan kesukaan dapat
dengan intake menghabis kan disukai dan yang tidak meningkatkan masukan
yang tidak porsi yg disukai klien. nutrisi yang adekuat
adekuat. disediakan
- mual dan muntah4. Libatkan keluarga 4. Dapat memberikan informasi
Ditandai dengan : dapat diatasi. dalam perencanaan pada keluarga klien untuk
- mual - Nafsu makan makan klien memahami kebutuhan nutrisi
- muntah klien ada klien
- anoreksia 5. Sajikan makanan 5. Meningkatkan nafsu makan
dalam keadaan hangat klien
21

6. Anjurkan
makan dlm porsi 6. Dapat mengurangi
kecil tapi sering dan rangsangan mual dan muntah
mudah dicerna
7. Catat porsi yang 7. Membantu untuk melakukan
dihabiskan oleh klien intervensi selanjutnya
8. Berikan perawatan 8. Keadaan mulut yang kotor
mulut sebelum dan dapat mengurangi nafsu
sesudah makan makan serta menimbulkan
rangsangan mual
9. Ciptakan suasana yg 9. Bau dan pemandangan yang
menyenangkan, tidak menyenangkan selama
lingkungan yg bebas makan dapat mengurangi
dari bau sewaktu nafsu makan.
makan.
10. Kolaborasi dengan 10. Membantu mengkaji
ahli gizi dalam kebutuhan nutrisi klien dalam
pemberian diit perubahan pencernaan

Anda mungkin juga menyukai