Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN

PARKINSON

Oleh :
Taroci Padakama
Yodi Beas
Kelas : PPN TK 4

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KUPANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat-Nya
yang berlimpah maka kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk melengkapi pengambilan
nilai mata kuliah KMB III. Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih kepada
dosen mata kuliah KMB III yang telah memberikan tugas ini kepada kami yang berjudul
“Parkinson” sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia yang berilmu dan berpengetahuan.
Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu kami
mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat
bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Kupang , 27 september 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit Parkinson merupakan penyakit yang mengganggu kerja otak karena penderita
kekurangan dopamine, kekurangan dopamine di otak manusia tidak mudah dikenali. Penyakit
Parkinson tidak didiagnosis dengan tes darah melainkan dengan gejala-gejala hilangnya
dopamine. Yang mungkin termasuk gejalanya yaitu gemetar pada tangan, kekekuan-
kekakuan otot, serta kelainan pada gerakan. Selain gejala motorik, Parkinson bisa
menyebabkan penderita mengalami penurunan fungsi kognitif, seperti dimensia, depresi,
perubahan cara bicara, dan juga insomnia.
Penyakit parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif yang ditandai dengan gejala
seperti resting tremor (tremor pada saat istirahat), rigiditas (hipertoni pada seluruh gerakan),
bradikinesia (berkurangnya gerakan di tubuh) dan gejala yang lain seperti kedipan mata
berkurang, gangguan motorik, wajah tanpa ekspresi maupun gangguan daya ingat oleh
karena penurunan kadar dopamin (Tanet al, 2007) (Rahayu, 2009).
Penyakit parkinson menyerang jutaan penduduk di dunia atau sekitar 1% dari total
populasi dunia (Novianiet al, 2010). Berdasarkan Communitybased population study di
Amerika menyebutkan lebih dari 1 juta orang menderita penyakit parkinson dengan
prevalensi sebesar 99.4 kasus per 100.000 penduduk (Sjahrir, 2007).
Penelitian di rumah sakit Lagos, Southwestern Nigeria, menyebutkan ratarata munculnya
penyakit parkinson pada pria (60 tahun) dan wanita (65 tahun) (Okubadejoet al, 2010).
Berdasarkan data dari WHO, insidensi penyakit parkinson di Asia menunjukkan terdapat
1.5 sampai 8.7 kasus per tahun di Cina dan Taiwan, sedangkan di Singapura, Wakayama dan
Jepang, terdapat 6.7 sampai 8.3 kasus per tahun, dengan kisaran umur 60 sampai 69 tahun
dan jarang ditemukan pada umur < 50 tahun ( Muangpaisan, 2009 )
Prevalensi penyakit parkinson di Indonesia adalah 876.665 penduduk (Novianiet al,
2010). Penelitian oleh Laksono (2013) menyebutkan, di RSUD Serang tahun 2007 sampai
2010, didapatkan 51 kasus penyakit parkinson. Berdasarkan survei pendahuluan yang telah
dilakukan, pada tahun 2013 terdapat 12 pasien rawat inap dan 522 pasien yang menjalani
rawat jalan, dari jumlah ini penyakit parkinson menempati urutan 10 besar penyakit yang
berada di poli saraf di RSUD Dr Moewardi Surakarta.
Penyakit parkinson merupakan penyakit karena menurunnya kadar dopamin akibat
kematian neuron di substantia nigra, salah satu sebabnya adalah karena efek samping obat
antihipertensi (Rahayu, 2009).

1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan umum
Mengetahui asuhan keperawatan KMB III pasien Parkinson
1.2.2 Tujuan khusus
1. Untuk menjelaskan pengertian Parkinson
2. Untuk menjelaskan etiologi Parkinson
3. Untuk menjelaskan manifestasi klinis parkinson
4. Untuk menjelaskan patofisiologi Parkinson
5. Untuk menjelasskan pemeriksaan penunjang Parkinson
6. Untuk mengetahui penatalaksaan Parkinson
7. Menjelaskan asuhan keperawatan KMB III Parkinson
8. Menjelaskan evidence based asuhan keperawatan pasien Parkinson
BAB II
TNJAUAN PUSTAKA
2.1. KONSEP PARKINSON
1. Pengertian Parkinson
Penyakit parkinson adalah gangguan neurologik progresif yang mengenai
pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengatur gerakan.
Karakteristik yang muncul berupa bradikinesia (pelambatan gerakan), tremor dan
kekakuan otot.
Parkinsonisme merupakan istilah dari suatu sidrom yang ditandai dengan
tremor ritmik, bradikinesia, kekakuan otot, dan hilangnya refleks-refleks
postural. Kelainan pergerakan diakibatkan oleh defek jalur dopamnergik
(produksi dopamin) yang menghubungkan substansia nigra dengan korpus
striatum (nukleus kaudatus dan nukleus lentikularis). Ganglia basalis adalah
bagian dari sistem ekstrapiramidal dan berpengaruh untuk mengawali, modulasi,
dan mengakhiri pergerakan serta mengatur gerakan-gerakan otomatis
karekteristik yang muncul berupa bradikinesia (pelambatan gerakan), tremor, dan
kekakuan otot. Penyakit ini bersifat progresif lambat yang menyerang usia
pertengahan atau lanjut, dengan onset khas pada 50-an dan 60-an.
Parkinson adalah penyakit neurologik kronik, progresif yang disebabkan
karena hilangnya neurotranmitter dopamine di otak sehingga terjadi gangguan
kontrol pergerakan yang ditandai adanya tremor pada tangan, kekakuan,
bradikinesia (lambat dalam pergerakan) (Black, 2009).
Angka kejadian pada penyakit parkinson meningkat seiring meningkatnya
usia. Usia yang paling banyak adalah pada 50 tahun ke atas. Jenis kelamin laki-
laki dan perempuan hampir seimbang (Hickey, 2003).
Sindrom yang ditandai dengan adanya tremor waktu istirahat, rigiditas,
bradikinesia dan hilangnya reflex postural akibat penurunan kadar dopamine oleh
berbagai macam sebab. Disebut juga dengan sindrom Parkinson. (Sudoyo W,
dkk, 2006).
2. Etiologi
Penyebab parkinson adalah adanya kemunduran atau kerusakan selsel
saraf pada basal ganglia sehingga pembentukan serta sumber dopamine menjadi
sedikit atau berkurang. Faktor penyebab kemunduran dari basal ganglia itu
sendiri masih belum diketahui, namun kemungkinan disebabkan karena faktor
keturunan, trauma, infeksi, pengobatan, terpapar racun, atherosklerosis dan tumor
basal ganglia (Ginsberg Lionel, 2008).
Etiologi parkinson primer belum diketahui. Terdapat beberapa dugaan,
diantaranya ialah: infeksi oleh virus yang non- konvensional (belum diketahui),
reaksi abnormal terhadap virus yang sudah umum, pemaparan terhadap zat anti
toksin yang belum di ketahui, terjadinya penuaan yang prematur atau dipercepat.
Beberapa hal yang diduga bisa menyebabkan Parkinson adalah sebagai
berikut :
a) Usia
Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50
sampai 200 dari 10.000 penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini
berkaitan dengan reaksi mikrogilial yang mempengaruhi kerusakan
neurona, terutama pada substansi nigra, pada penyakit parkinson
b) Geografi
Faktor resiko yang mempengaruhi perbedaan angka secara
geografis ini termaksud adanya perbedaan genetik, kekebalan
terhadap penyakit dan paparan terhadap faktor lingkungan.
c) Periode
Flukultasi jumlah penderita pnyakit arkinson tiap periode mungkin
berhubungan dengan hasil pemaparan lingkungan yang episodik,
misalnya proses infeksi, indistrialisasi ataupun gaya hidup.
d) Genetic
Adanya riwayat penyakit parkinson pada keluarga meningkatkan
faktor resiko penderita menderita penyakit parkinson sebesar 8,8
kali pada usia lebih dari 70 tahun dan 2,8 kali pada usia lebih dari
70 tahun, Meskipun sangat jarang. jika disebakan oleh keturunan,
gejala parkinsonisme tampak pada usia relatif muda.
e) Factor lingkungan
Xenobiotik berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat
menimbulkan kerusan mitokondria.

3. Manifestasi klinis
Manifestasi utama penyakit parkinson adalah gangguan gerakan, kaku
otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot, dan hilangnya refleks postural. Tanda
awal meliputi kaku ekstremitas dan menjadi kaku pada bentuk semua gerakan.
Pasien mempunyai kesukaran dalam memulai, mempertahankan, dan membentuk
aktifitas motorik dan pengalaman lambat dalam menghasilkan aktivitas normal.
Karekteristik tremor dapat berupa: lambat, gerakan membalik (pronasi-
supinasi) pada lengan bawah dan telapak tangan, dan gerakan ibu jari terhadap
jari-jari seolah-olah memutar sebuah pil di antara jari-jari. Keadaan ini
meningkat bila pasien sedang berkonsentrasi atau merasa cemas, dan muncul
pada saat pasien istirahat.
Karakteristik lain penyakit ini mempengaruhi wajah, sikap tubuh, dan
gaya berjalan. Terdapat kehilangan ayunan tangan normal. Akhirnya ekstremitas
kaku dan menjadi terlihat lemah. Karena hal ini menyebabkan keterbatasan otot,
wajah mengalami sedikit ekspresi dimana saat bicara wajah seperti topeng
(sering mengedipkan mata), raut wajah yang ada muncul sekilas.
Gambaran klinis Parkinson :
a) Kepala membungkuk kedepan
b) Tremor kepala dan tangan
c) Gerakan tangan memutar
d) Cara berjalan kaki diseret dan seperti di dorong
e) Berdiri kaku
f) Hilang reflek postural
4. Patofisiologi
Menurut Hall dan Guiton, (2008). Lesi utama tampak menyebabkan hilangnya
neuron pigmen, terutama neuron didalam substansia nigra pada otak. Substansia
nigra merupakan kumpulan nukleus otak tengah yang memproyeksikan, serabut-
serabut korpus striatum). Salah satu neurotransmiter mayor didaerah otak ini dan
bagian-bagian lain pada sistem persarafan pusat adalah dopamin, yang
mempunyai fungsi penting dalam menghambat gerakan pada pusat kontrol
gerakan. Walaupun dopamin normalnya ada dalam konsentrasi tinggi dibagian-
bagian otak tertentu, pada penyakit parkinson dopamin menipis dalam substansia
nigra dan korpus striatum. Penipisan kadar dopamin dalam basal ganglia
berhubungan dengan adanya bradikinesia, kekakuan, dan tremor. Aliran darah
serebral regional menurun pada klien dengan penyakit parkinson, dan ada
kejadian demensia yang tinggi. Data patologik dan biokimia menunjukan bahwa
klien demensia dengan penyakit parkinson mengalami penyakit penyerta
Alzheimer.
Pada kebanyakan klien, penyebab penyakit tersebut tidak diketahui
parkinsonisme arteriosklerotik terlihat lebih sering pada kelompok usia lanjut.
Kondisi ini menyertai ensefalitis, keracunan, atau tosisitas (mangan, karbon
monoksida), hipoksia atau dapat akibat pengaruh obat. Krisis oligurik menyertai
parkinsonisme jenis pasca-ensetalitis spasme otot-otot konjugasi mata, mata
terfiksasi biasanya keatas, selama beberapa menit sampai beberapa jam.
Sekarang jarang ditemukan karena semakin sedikit klien dengan tipe
parkinsonisme ini yang masih hidup.
5. Pemeriksaan penunjang
Menurut Tarwoto, 2013 :
a) EEG
b) CT Scan kepala
6. Penatalaksaan
a. Medis
Sasaran tindakan adalah untuk meninggikan transmisi dopamin, terapi
obat-obatan mencakup antihistamin, antikolinergik, amantidin, levodopa,
inhibitor monoamin oksidasi (MOA) dan antidepresi.
b. Keperawatan
Penanganan penyakit parkinson yang tidak kalah pentingnya ini sering
terlupakan mungkin dianggap terlalu sederhana atau terlalu canggih.
a) Perawatan penyakit Parkinson
Sebagai salah satu penyakit parkinson kronis yang diderita oleh
manula, maka perawatan tidak bisa hanya diserahkan kepada
profesi paramedis, melainkan kepada semua orang yang ada di
sekitarnya
b) Pendidikan
Dalam arti memberi penjelasan kepada penderita, keluarga dan
care giver tentang penyakit yang diderita. Hendaknya keterangan
diberikan secara rinci namun supportif dalam arti tidak makin
membuat penderita cemas atau takut. Ditimbulkan simpati dan
empati dari anggota keluarganya sehingga dukungan fisik dan
psikik mereka menjadi maksimal.
c) Rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi medik adalah untuk meningkatkan kualitas
hidup penderita dan menghambat bertambah beratnya gejala
penyakit.
Untuk mencapai tujuan diatas dapat dilakukan tindakan
sebagai berikut :
1) Terapi fisik ROM
 Peregangan
 Koreksi postur tubuh
 Latihan koordinasi
 Latihan jalan (gait training)
 Latihan buli-buli dan rectum
 Latihan kebugaran kardiopulmonar
 Edukasi dan program latihan di rumah
2) Terapi okupasi
Memberikan program yang ditujukan terutama
dalam hal pelaksanaan aktivitas kehidupan sehari-
hari.
 Terapi wicara
Membantu penderita Parkinson dengan
memberikan program latihan pernapasan
diafragma, evaluasi menelan, latihan
disartria, latihan bernapas dalam sebelum
bicara. Latihan ini dapat membantu
memperbaiki volume berbicara, irama dan
artikulasi.
 Psikoterapi
Membuat program dengan melakukan
intervensi psikoterapi setelah melakukan
asesmen mengenai fungsi kognitif,
kepribadian, status mental ,keluarga dan
perilaku.
 Terapi sosial
Medic Berperan dalam melakukan asesmen
dampak psikososial lingkungan dan
finansial, untuk maksud tersebut perlu
dilakukan kunjungan rumah/ lingkungan
tempat bekerja.
 Orthotik Prosthetik
Dapat membantu penderita Parkinson yang
mengalami ketidakstabilan postural, dengan
membuatkan alat Bantu jalan seperti tongkat
atau walker.
d) Diet
Pada penderita parkinson ini sebenarnya tidaklah diperlukan suatu
diet yang khusus, akan tetapi diet penderita ini yang diberikan
dengan tujuan agar tidak terjadi kekurangan gizi, penurunan berat
badan, dan pengurangan jumlah massa otot, serta tidak terjadinya
konstipasi. Penderita dianjurkan untuk memakan makanan yang
berimbang antara komposisi serat dan air untuk mencegah
terjadinya konstipasi, serta cukup kalsium untuk mempertahankan
struktur tulang agar tetap baik. Apabila didapatkan penurunan
motilitas usus dapat dipertimbangkan pemberian laksan setiap
beberapa hari sekali. Hindari makanan yang mengandung alkohol
atau berkalori tinggi.
e) Pembedahan
Tindakan pembedahan untuk penyakit parkinson dilakukan bila
penderita tidak lagi memberikan respon terhadap
pengobatan/intractable, yaitu masih adanya gejala dua dari gejala
utama penyakit parkinson (tremor, rigiditas, bradi/akinesia,
gait/postural instability), Fluktuasi motorik, fenomena on-off,
diskinesia karena obat, juga memberi respons baik terhadap
pembedahan.
2.2. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas :
1) Identitas pasien :
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit
(MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
2) Identitas penanggung jawab :
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status
hubungan dengan pasien.
b. Keluhan utama :
Hal yang sering menjadi alas an klien untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah gangguan, kaku otot, dan hilangnya reflex postural.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pada anamnesis klien sering mengeluhkan adanya tremor ,sering kali pada salah
satu tangan dan lengan, kemudian kebagian yang lain dan akhirnya bagian kepala,
walaupun tremor ini tetap unilateral. Karakteristik tremor dapat berupa :lambat,
gerakan membalik (pronasi-supinasi) pada lengan bawah dan telapak tangan.
Keluhan lainnya pada penyakit meliputi adanya perubahan pada sensasi wajah,
sikap tubuh, dan gaya berjalan. Adanya keluhan regiditas deserebrasi, berkeringat,
kulit berminyak dan sering menderita dermatitis peboroik, sulit menelan,
konstipasi, serta gangguan kandung kemih yang diperberat oleh obat-obat
antikolinergik dan hipertron prostat.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat hipertensi, diabetes
melitus, penyakit jantung, anemia, penggunaan obat-obat antikolinergik dalam
jangka waktu yang lama
e. Riwayat kesehatan keluarga
Walaupun penyakit parkinson tidak ditemukan hubungan sebab genetik yang jelas
tetapi pengkajian adanya anggota generasi terdahulu yang menderita hipertensi
dan diabetes melitus diperlukan untuk melihat adanya komplikasi penyakit lain
yang dapat mempercepat progresifnya penyakit.
f. Pemeriksaan fisik
1. B1 ( breathing )
Gangguan fungsi pernapasan: berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas, aspirasi
makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran napas.
a. Inspeksi umum
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
2. B2 ( blood )
Hipotensi postural:berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga
gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem persarafan otonom. Rasa
lelah berlebihan dan otot terasa nyeri, otot-otot lelah karena rigiditas.
3. B3 ( brain )
Inspeksi umum: Didapatkan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum
pada seluruh otot, dan kaku pada seluruh gerakan.
 Pengkajian tingkat kesadaran. Tingkat kesadaran klien biasanya compos
mentis dan juga tergantung pada aliran darah serebral regional menurun
yang mengakibatkan perubahan pada status kognitif klien.
 Pengkajian fungsi serebral. Status mental: biasanya status mental klien
mengalami perubahan yang berhubungan dengan penurunan status kognitif,
penurunan persepsi, dan penurunan memori, baik jangka pendek maupun
jangka panjang.
 Pemeriksaan saraf kranial. Pengkajian saraf kranial meliputi pemeriksaan
saraf kranial I-XII
 Pemeriksaan System motoric
 Pemeriksaan reflex
 Pemeriksaan sensorik
4. B4 ( bladder ) Perkemihan
Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi kognitif
dan persepsi klien secara umum. Ketidakmampuan untuk menggunakan urinal
karena kerusakan kontrol motorik dan postural.
5. B5 ( bowel ) pencernaan
Penurunan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi yang
kurang karena kelemahan fisik umum dan kesulitan dalam menelan, konstipasi
karena penurunan aktivitas.
6. B6 ( bone ) muskulus
Adanya kesulitan untuk beraktivitas untuk beraktivitas karena kelemahan,
kelelahan otot, tremor dan kaku pada seluruh gerakan memberikan risiko pada
trauma fisik bila melakukan aktivitas.
2. Diagnose
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon pasien terhadap
masalah kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Diagnosa berdasarkan SDKI
adalah :
1. Gangguan mobilitas fisik b/d penurunan kendali otot ( D.0054 )
2. Deficit perawatan diri b/d gangguan muskuloskaletal ( D.0109 )
3. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah segala bentuk treatment yang dikerjakan oleh perawat
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai tujuan luaran yang
diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Diagnosa berdasarkan SIKI adalah :

DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


KEPERAWATAN HASIL
Gangguan mobilitas fisik Tujuan : setelah dilakukan Dukungan Ambulasi
b/d penurunan kendali tindakan keperawatan ( I.06171 )
otot ( D.0054 ) diharapkan mobilitas fisik 1. Identifikasi
meningkat. ( L.05042 ) adanya nyeri atau
1. Pergerakan keluhan fisik
ekstremitas lainnya
meningkat 2. Identifikasi
2. Kekuatan otot toleransi fisik
meningkat melakukan
3. Rentang gerak ambulasi
(ROM) meningkat 3. Monitor frekuensi
4. Gerakan tidak jantung dan
terkoordinasi tekanan daraah
menurun 4. Monitor kondisi
5. Gerakan terbatas umum selama
menurun melakukan
6. Kelemahan fisik ambulasi
menurun 5. Fasilitasi aktivitas
ambulasi dengan
alat bantu seperti
tongkat dan kruk
6. Fasilitasi
melakukan
mobilisasi fisik,
jika perlu
7. Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
melakukan
ambulasi
8. Jelaskan tujuan
dan prosedur
ambulasi
9. Anjurkan
melakukan
ambulasi dini
10. Ajarkan ambulasi
sederhana yang
harus dilakukan
seperti berjalan
dari tempat tidur
ke kursi roda,
berjalan dari
tempat tidur ke
kamar mandi,
sesuai toleransi
Deficit perawatan diri b/d Tujuan : setelah dilakukan Dukungan Perawatan Diri
gangguan tindakan keperawatan ( I.11348 )
muskuloskaletal ( D.0109 diharapkan perawatan diri 1. Identifikasi
) meningkat. ( L.11103 ) kebiasaan
1. Kemampuan mandi aktivitas
meningkat perawatan diri
2. Kemampuan sesuai usia
menggunakan 2. Monitor tingkat
pakaian meningkat kemandirian
3. Kemampuan makan 3. Identifikasi
meningkat kebutuhan alat
4. Kemampuan ke bantu kebersihan
toilet (BAB/BAK) diri, berpakaian,
meningkat berhias, dan
5. Verbalisasi makan
keinginan 4. Sediakan
melakukan lingkuangan yang
perawatan diri terapeutik
meningkat 5. Siapkan keperluan
6. Minat melakukan pribadi
perawatan diri 6. Damping dalam
meningkat melakukan
7. Mempertahankan perawatan diri
kebersihan diri sampai mandiri
meningkat 7. Fasilitasi rutinitas
perawatan diri
8. Anjurkan
melakukan
perawatan diri
secara konsisten
sesuai
kemampuan

4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang dimulai
setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry, 2010).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses
pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor
lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan. Evaluasi adalah
kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan
anggota tim kesehatan lainnya (Padila, 2012).
Menurut Setiadi (2012) dalam buku Konsep & penulisan Asuhan Keperawatan,
Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan
lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai tujuan
yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
2.3. Evidance Based Practice
1. Jurnal Efek Neuroprotektif Kafein terhadap Fungsi Motorik pada Penyakit
Parkinson (Neuroprotective Effects of Caffeine on Motor Function in Parkinson's
Disease)
P : populasi pasien atau diease of interest
Pasien Parkinson
I : intervensi atau issue of interest
Efek neuroprotektif kafein
C : intervensi pembanding
O : outcomes/hasil-hasil yang diharapkan
T : time frame ( batas waktu )
12 Juli 2021 - 29 Juli 2021

Sintase jurnal
Penulis dan Khairun Nisa Berawi , Ilham Nugroho
tahun 2021
Judul Efek Neuroprotektif Kafein terhadap Ringkasan Hasil
Fungsi Motorik pada Penyakit Parkinson
(Neuroprotective Effects of Caffeine on
Motor Function in Parkinson's Disease)

Metode Metode yang digunakan adalah berupa Kafein dapat berperan


penelitian studi literatur dari berbagai jurnal nasional sebagai neuroprotektif
maupun internasional. Metode ini terhadap berkembangnya
digunakan dengan tujuan untuk meringkas penyakit Parkinson dengan
suatu topik terkini agar meningkatkan cara menjaga blood-brain
suatu pemahaman. Studi literatur barrier tetap utuh sehingga
menyajikan ulang materi yang telah fungsi sistem saraf pusat tetap
diterbitkan sebelumnya serta melaporkan stabil. Kafein dapat
fakta atau analisis baru dari studi literatur meningkatkan fungsi motorik
yang relevan kemudian membandingkan pada pasien penyakit
hasil tersebut dalam artikel. Parkinson dengan
memodulasi reseptor
adenosin A2AR pada dosis
yang berbeda. Konsumsi
kafein sebanyak 300 mg/hari
memiliki peran sebagai
antagonis reseptor adenosin.
Kafein yang serupa dengan
adenosin mempunyai gugus
kimia purin yang membuat
kafein dapat berperan sebagai
antagonis kompetitif adenosin
yang berikatan dengan
reseptor adenosin. Sifat
kimiawi kafein yang bersifat
hidrofobik menyebabkan
kafein dapat menembus
blood- brain barrier. Reseptor
adenosin yang dikenal terdiri
dari 4 tipe yaitu A1R, A2AR,
A2BR, dan A3R. Konsumsi
kafein jangka panjang
menghambat ikatan antara
adenosin dan reseptor A2AR
sehingga terjadi peningkatan
ekspresi dari reseptor A1R.
Hal tersebut menyebabkan
aktivasi dari G-protein
inhibitory yang selanjutnya
menghambat aktivasi
adenylyl cyclase (AC),
mengurangi konversi AMP
menjadi cyclic AMP (cAMP),
menyebabkan penurunan
aktivasi protein kinase A
(PKA) yang menghambat
proses fosforilasi

2. Jurnal Perancangan Tatakan (Saucer) Sebagai Alat Bantu Minum Untuk Penderita
Parkinson Dengan Metode Morfologi
P : populasi pasien atau diease of interest
Pasien Parkinson
I : intervensi atau issue of interest
Perancangan tatakan ( saucer )
C : intervensi pembanding
O : outcomes/hasil-hasil yang diharapkan
T : time frame ( batas waktu )
2022

Sintase jurnal
Penulis dan Icha Mutiara Addeni , Ribangun Bamban
tahun Jakaria
2022
Judul Perancangan Tatakan (Saucer) Sebagai Ringkasan Hasil
Alat Bantu Minum Untuk Penderita
Parkinson Dengan Metode Morfologi
Metode Pertama melakukan identifikasi spesifikasi Menurut Alia (2021),
penelitian teknis antara lain ukuran tatakan meliputi penyakit parkinson adalah
tinggi dan diameter tatakan. Kemudia cara penyakit neurodegeneratif
kerja tatakan yang tahan terhadap getaran kronik yang ditandai
tangan. Tahap selanjutnya adalah dengan tiga tanda utama
penerapan metode morfologi untuk yaitu kelambatan gerakan,
mendapatkan konsep perancangan yang kekakuan otot, dan tremor
terbaik. Metode morfologi adalah sebagai saat istirahat. Menurut
berikut. Pertama, membuat sebanyak Istarini (2020), tremor
mungkin konsep untuk setiap fungsi. Hasil merupakan gejala motorik
yang baik tergantung dengan bagaimana yang paling awal muncul,
konsep dibuat. Kedua, menggabungkan kemudian pada stadium
beberapa konsep yang terpisah ke dalam lanjut akan muncul
konsep desain yang utuh. Ketiga, bradikinesia, gangguan
melakukan penilaian konsep yang postural dan keseimbangan.
dilakukan dalam tiga tahap meliputi Penyakit Parkinson semakin
perhitungan kriteria pembobotan, meningkat seiring dengan
penentuan kriteria penilaian, dan penilaian bertambahnya usia,
konsep. berkembang cepat dan
progresif menyebabkan
kematian dan kecacatan. Di
Indonesia sebagian besar
penyakit ini ditemukan pada
umur 40-70 tahun, dengan
rata-rata pada umur 58-62
tahun.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Penyakit parkinson ditandai oleh gejala rigiditas, tremor dan bradikinesia. Trias
gejala ini dijumpai pada berbagai penyakit. Penyakit parkinson yang idiopatik
merupakan jenis yang paling sering dijumpai dan didapatkan pada usia menengah atau
lanjut. Penyakit parkinson merupakan keadaan dimana didapatkan insufisiensi dopamin
di susunan saraf pusat. Pengobatan ditujukan untuk memperbaiki sistem dopaminergik di
otak. Sebagian besar penderita akan mendapatkan manfaat dari terapi fisik. Program
terapi fisik adalah jangka panjang dan harus disesuaikan dengan gejala.
Penyakit parkinson merupakan penyakit yang kronis yang membutuhkan
penanganan secara holistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi untuk
menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang
timbul. Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson,
sedangkan perjalan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali terkena
parkinson, maka penyakit ini akan menemani pasien sepanjang hidup.
Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progres hingga terjadi total
disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat
menyebabkan kematian. Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasen berbeda-beda.
Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, dan
lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang dapat
sangat parah.
Daftar pustaka

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.
Jakarta Selatan.

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP . (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.
Jakarta Selatan.

PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.
Jakarta Selatan.

Rahayu. 2009. Penanganan Parkinson Pada Lanjut Usia. Ilmu. Volume 7 Nomor 3. Denpasar:
FK Uhud/RS Sanglah.

Tarwoto. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persyarafan. Edisi II. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai