Anda di halaman 1dari 27

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS

MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA

OLEH :

SHERLY AUGUSTYN

STHEVIN KOEN

TAROCI PADAKAMA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah. Penulisan makalah ini merupakan
salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah keperawatan komunitas.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini.

Kupang, Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1 latar belakang....................................................................................................... 1
1.2 tujuan.................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................................... 4
2.1 Defenisi Musyawarah Masyarakat Desa.............................................................. 4
2.2 Tujuan Dan Prinsip-Prinsip Musyawarah Desa............................................................. 6
2.3 Prinsip Musyawarah Desa.............................................................................................. 8
2.4 Musyawarah Masyarkat Desa.............................................................................. 9
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 10
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia sebagai potensi pembangunan
bangsa agar dapat membangun dan menolong dirinya sendiri merupakan tanggung jawab
bersama antara pemerintah dan masyarakat. Dalam pembangunan di bidang kesehatan
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional yang diupayakan
oleh pemerintah. Dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM), indikator status kesehatan
merupakan salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan perkapita. Dengan
demikian pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya utama untuk peningkatan kualitas
sumber daya manusia, yang memiliki peran penting dalam mendukung percepatan pembangunan
nasional (Kholifah & Widagdo, 2016).
Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat
dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Salah satu upaya pemberdayaan masyarakat dibidang
kesehatan adalah dengan membentuk desa siaga. Desa siaga merupakan desa yang memiliki
kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan terutama bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri yang bertujuan
untuk terwujud masyarakat desa yang sehat serta peduli dan tanggap terhadap masalah-masalah
yang ada di wilayahnya (Kemenkes RI, 2010). Bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk
mencapai tujuan desa salah satunya yaitu melibatkan masyarakat dalam kegiatan Musyawarah
Masyarakat Desa yang bertempat di balai desa.
Musayawarah masyarakat desa merupakan sebuah musyawarah yang diajukan mahasiswa
bersama dengan aparat desa, petugas promosi kesehatan puskesmas, kader, dan tokoh
masyarakat untuk membahas hasil Survei Mawas Diri (SMD) yang telah dilaksanakan.

1.2 Tujuan Penulisan


a. Mengenalkan kepada masyarakat tentang masalah kesehatan yang ada di wilayahnya.
b. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya
kesehatan.
c. Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa.
d. Meningkatkan keluarga dalam melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Musyawarah Masyarakat Desa


a. Pengertian

Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) merupakan pertemuan perwakilan warga


desa/kelurahan, Tim Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dan Pokjanal Kecamatan
membahas hasil Survei Mawas Diri (SMD), prioritas masalah yang akan diatasi,
menggali potensi sumber daya yang dimiliki dan penyusunan rencana intervensi.
Frekuensi pertemuan MMD minimal dilakukan 3 kali per tahun. MMD adalah pertemuan
seluruh warga desa/kelurahan atau warga masyarakat yang mewakili semua komponen
masyarakat di desa/kelurahan untuk membahas hasil survei mawas diri dan
merencanakan upaya penanggulangan masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku yang
diperoleh dari hasil survey mawas diri.

Musyawarah masyarakat desa (MMD) dan Musyawarah masyarakat RW adalah


pertemuan seluruh warga desa/RW untuk membahas hasil Survey Mawas Diri atau hasil
pengkajian komunitas dan merencanakan penanggulangan masalah kesehatan yang
diperoleh dari survey mawas diri (Depkes RI, 2007). MMD adalah menyawarah dengan
masyarakat di tingkat desa dan biasanya dilaksanakan di Balai Desa, sedangkan MMRW
dilaksanakan dilaksanakan untuk masyarakat pada tingkat RW. MMD/RW dilakukan
dengan tujuan agar masyarakat mengenal masalah kesehatan di wilayahnya, masyarakat
sepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan dan masyarakat dapat menyusun
rencana rencana kerja untuk menanggulangi masalah kesehatan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan MMD adalah sebagai
berikut; musyawarah masyarakat desa harus dihadiri oleh pemuka masyarakat desa,
petugas puskesmas, dan sector terkait di kecamatan, (seksi pemerintahan dan
pembangunan, BKKBN, pertanian, agama, dan lain-lain), musyawarah Masyarakat desa
dilaksanakan dibalai desa atau tempat pertemuan lainnya yang ada didesa dan MMD
dilaksanakan segera setelah SMD dilakukan. Setelah panitia MMD/RW terbentuk
sesegera mungkin untuk melakukan koordinasi guna mempersiapkan dan menyusun
proposal MMD, libatkan seluruh anggota kelompok untuk berkejasama, kemudian
lakukan pembagian tugas yang merata.

Lakukan kolaborasi dengan tokoh masyarakat untuk kelancaran acara. Kolaborasi


dengan kepala desa atau RW untuk menentukan tempat pelaksanaan musyawarah.
Buatlah dan sebarlah undangan kepada perangkat desa atau RW dan RT, tokoh agama
dan tokoh masyarakat setempat serta warga masyarakat lain yang diharapkan dapat hadir
pada acara MMD/RW tersebut. Panduan pelaksanaan MMD/RW atau lokmin ini akan
diraikan dalam tiga proses kegiatan yaitu persiapan, pelaksanaan dan pelaporan
2.2 Tujuan dan Prinsip-Prinsip Musyawarah Desa
a. Tujuan Musyawarah Desa

Musyawarah desa dilaksanakan untuk membuka kebekuan atau kesulitan dalam


pengambilan  keputusan  dan  memberikan  kesempatan  kepada  masyarakat untuk
melihat sebuah persoalan pembangunan dari berbagai sudut pandang.Melalui
musyawarah desa, keputusan yang dihasilkan sesuai dengan standar dan persepsi seluruh
peserta. Keputusan yang diperoleh dengan musyawarah akan lebih berbobot karena di
dalamnya terdapat pendapat, pemikiran dan ilmu dari para peserta. Musyawarah desa
dilakukan untuk memperoleh kesepakatan bersama sehinggakeputusan yang akhirnya
diambil bisa diterima dan dijalankan oleh semua peserta dengan penuh rasa tanggung
jawab.Dengan demikian, pemaksanaan desa sebagai self governing community (SGC)
direpresentasikan oleh Musyawarah Desa.

2.3 Prinsip-Prinsip Musyawara Desa


1. Partisipatif
Partisipasi berarti keikutsertaan masyarakat Desa dalam setiap kegiatan dan
pengambilan keputusan strategis Desa.Partisipasi dilaksanakan tanpa memandang
perbedaan gender (laki-laki/perempuan), tingkat ekonomi (miskin/kaya), status sosial
(tokoh/orang biasa), dan seterusnya. Dalam Musyawarah Desa, pelaksanaan partisipasi
tersebut dijamin sampai dalam tingkat yang sangat teknis.
2. Demokratis
Setiap warga masyarakat berhak untuk terlibat dalam proses pengambilan
keputusan Musyawarah Desa. Masyarakat diberikan kesempatan sesuai hak dan
kewajibannya untuk menyatakan pandangan, gagasan, pendapat dan sarannya terkait
pembahasan hal-hal yang bersifat startegis di desa. Musyawarah desa merupakan
representasi keterwakilan masyarakat dalam penentuan  kebijakan  pembangunan di
desa.Musyawarah mendorong  kerjasama,  kolektivitas, kelembagaan  dan hubungan
sosial yang lebih harmonis.

3. Transparan
Proses Musyawarah Desa berlangsung sebagai kegiatan yang berlangsung demi
kepentingan masyarakat Desa. Sebab itu masyarakat Desa harus mengetahui apa yang
tengah berlangsung dalam proses pengambilan keputusan di desa. Prinsip transparan
berarti tidak ada yang disembunyikan dari   masyarakat  Desa, kemudahan dalam
mengakses  informasi, memberikan  informasi  secara  benar, baik dalam hal materi
permusyawaratan.
4. Akuntabel
Dalam setiap tahapan kegiatan Musyawarah Desa yang dilaksanakan harus
dikelola secara benar dan dapat   dipertanggung jawabkan kepada masyarakat atau
pemangku kepentingan baik secara moral, teknis, administratif dan sesuai dengan
peraturan dan ketentuan yang berlaku atau yang disepakati bersama oleh masyarakat,
pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa.
2.4 Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
MMD adalah pertemuan seluruh warga desa/kelurahan atau warga masyarakat yang
mewakili semua komponen masyarakat di desa/kelurahan untuk membahas hasil survei
mawas diri dan merencanakan upaya penanggulangan masalah kesehatan, lingkungan dan
perilaku yang diperoleh dari hasil survei mawas diri.
1. PERSIAPAN
Beberapa hari sebelum pelaksanaan MMD/RW, undangan harus sudah disampaikan
kepada masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh agama, pengurus RW/RT, pengurus Desa (bila
yang diselenggarakan MMD), petugas Puskesmas, dan sektor terkait lainnya yang dianggap
perlu. Satu haru sebelum pelaksanaan MMD/RW anda harus mempersiapkan antara lain:
a. Tempat pelaksanaan MMD/RW. Tempat harus cukup luas dan bersih,
pencahayaannya baik, ventilasinya baik dan udara tidak pengap.
b. Buku tamu dan alat tulis.
c. Data hasil SMD atau pengkajian komunitas. Praktik Klinik Keperawatan
Keluarga dan Komunitas
d. Laptop atau komupter.
e. LCD Proyektor, kalau tidak ada maka siapkan Flip chart dan standar flipchart.
f. Sound system (kalau perlu).
g. Spidol, penggaris dan pointer atau alat penunjuk tulisan pada flipchart.
h. Air minum dan makanan ringan (snack).
i. Susunan acara MMD/RW atau Lokmin, yaitu:
1) Pembukaan.
2) Pembacaan ayat suci Al Qur`an dan terjemahnya (jika perlu).
3) Sambutan-sambutan: (Ketua panitia lokmin. Ketua kepala dasa/ ketua RW
atau tokoh masyarakat. Kepala Puskesmas atau petugas kesehatan)
4) Pembacaan data hasil SMD atau pengkajian komunitas.
5) Perumusan masalah.
6) Prioritas masalah.
7) Pembagian kolompok diskusi.
8) Diskusi kelompok untuk memecahkan masalah atau menyusun POA
(Plann of Action).
9) Pembacaan hasil diskusi oleh masing-masing kelompok.
10) Pengucapan ikrar seluruh peserta lokmin.
11) Doa dan penutup.
2. PELAKSANAAN
Setelah seluruh undangan telah hadir atau jika peserta yang hadir telah dianggap cukup,
segera mulailah acara MMD/RW atau Lokmin. MC mengambil mic kemudian maju ke depan
dan membuka acara dengan mengucapkan salam kepada peserta yang hadir, mengucapkan
syukur kepada Allah (Tuhan Yang Maha Esa), menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan setinggi tingginya kepada yang hadir, menyampaikan maksud, tujuan dan hasil
yang diharapkan pada kegiatan musyawarah ini, kemudian MC membacakan susunan acara
lokmin, yaitu: untuk tertibnya cara lokmin ini, maka kami bacakan atau sampai susunan acara
lokmin sebagai berikut:
a. Pembukaan.
b. Pembacaan ayat suci Al Qur`an dan terjemahnya (jika perlu).
c. Sambutan-sambutan: (Ketua panitia lokmin. Ketua kepala dasa/ ketua RW atau tokoh
masyarakat. Kepala Puskesmas atau petugas kesehatan).
d. Pembacaan data hasil SMD atau pengkajian komunitas.
e. Perumusan masalah.
f. Prioritas masalah.
g. Pembagian kolompok diskusi
h. Diskusi kelompok untuk memecahkan masalah atau menyusun POA (Plann of Action).
i. Pembacaan hasil diskusi oleh perwakilan dari masing-masing kelompok.
j. Pengucapan ikrar seluruh peserta lokmin.
k. Doa dan
l. Penutup.
Kemudian MC melanjutkan acara dengan mengucapkan, baiklah para hadirin
sekalian, marilah kita buka acara ini dengan bacaan basmallah “bismillahirrohmanirrohiim”.
Selanjutnya marilah kita dengarkan alunan ayat suci al Qur`an yang akan disampaikan oleh
saudara...... (bila peserta musyawarah sebagian besar muslim). Setelah pembacaaan ayat suci
Al Qur`an selesai dan pembaca sudah menempat kembali tempat duduknya, MC melanjutkan
acara, “hadirin sekalian acara selanjutnya adalah sambutan-sambuta. Sambutan pertama akan
disampaikan oleh ketua panitia lokmin, kepada saudara katua panitia kami persilahkan.
Ketua panitian memberikan sambutan seperlunya, sesuai dengan tema acara lokmin, dan
setelah selesai dan ketua panitian kembali ke tempat duduk semula, kemudian MC
melanjutkan acaranya dan acara selanjutnya adalah sambutan kepala desa/ketua RW atau
yang mewakili.
Kepada bapak kepala desa/ketua RW atau yang mewakili dipersilahkan. Bapak
kepala desa/ketua RW atau yang mewakili pun memberikan sambutan seperlunya
disesuaikan dengan program kegiatan desa/RW dan tema acara lokmin ini. setelah itu MC
melanjutkan acaranya, dan kini kita sampai pada sambutan yang terakhir yaitu sambutan
kepala Puskesmas atau yang mewakili. Kepada kepala Puskesmas dipersilahkan. Sambutan
kepala puskesmas diisi dengan penyampaian visi dan misi.
Puskesmas serta program kerja/upaya kesehatan yang sedang dilaksanan atau menjadi
fokus kegiatan Puskesmas dan kaitannya dengan lokmin ini. sambutan kepala Puskesmas
stalah selesai dan kembali ketempat duduknya semula, kemudian MC melanjutkan acaranya
dan kini tiba pada acara pembacaan hasil SMD atau pengkajian komunitas. Pada acara ini
MC meminta kepada moderator untuk melanjutkan acaranya, mic diserahkan kepada
moderator dan selanjutnya moderator memimpin jalannya acara penyampaian atau
pembacaan hasil SMD/pengkajian komunitas.
Moderator mulai melanjutkan acara dengan menyampaikan salam terlebih dahulu,
dan memperkenalkan diri, kemudian menyampaikan maksud dari pembacaan hasil
SMD/pengkajian komunitas agar masyarakat mengetahui kondisi kesehatannya dan keadaan
lingkungan disekitar masyarakat desa/RW. Juga dimaksudkan agar masyararkat terpanggil
dan ikutserta ambil bagian dalam memelihara dan meningkatkan kebersihan dan kesehatan
komunitas serta lingkungannya. Setelah memberikan pengantar seperlunya, kemudian
moderator mempersilahkan petugas pembaca hasil SMD untuk membacakan hasil pengkajian
komunitas atau SMD. Petugas pembaca hasil SMD maju ke depan, sambil mambawa pointer
atau penggaris sebagai penunjuk data.
Dengan menggunakan laptop dan LCD dinyalakan maka tampak sederatan data pada
layar. Bila tidak ada laptop dan LCD, pembacaan hasil pengkajian komunitas dapat
disampaikan melalui media flipchart. Kemudian pembaca hasil pengkajianpun menyajikan
data dengan membaca satu persatu data-data yang ada secara berurutan. Pertama-tama
disampaikan tentang data demografi meliputi yang jumlah penduduk, jumlah kepala
komunitas, jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan.
Dilanjutkan dengan data sosial ekonomi, lingkungan fisik, sampai pada data status kesehatan
komunitas. Data disampaikan dalam bentuk tabel dan atau grafik dengan berbagai warna
tampilan yang menarik sehinggga membuat hadirin peserta rapat tertarik dan tidak merasa
jenuh atau bosan. Berikan perhatian pada data-data yang memiliki jumlah atau frekuensi
paling banyak atau data yang perlu mendapat perhatian bagi timbulnya masalah kesehatan,
seperti banyaknya masyarakat yang tidak melaksanakan 3M untuk peberantasan Demam
Berdarah, banyaknya rumah yang tidak memiliki ventilasi yang memenuhi syarat kesehatan,
dan lain sebagainya.
Pembacaan atau penyampaian data hasil pengkajian komunitas selesai, acara
diserahkan kembali kepada moderator. Kemudian moderator maju ke depan dan memandu
acara selanjutnya yaitu perumusan masalah komunitas. Pada kesempatan ini moderator
mengajak audien (peserta musyawarah/rapat) untuk merumuskan masalah dengan cara:
mengajak peserta rapat untuk mengingat kembali data-data yang telah disampaikan terutama
pada data-data dengan frekuensi paling besar dan menyampaikan kepada forum musyawarah.
“Bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian, dari hasil pembacaan data tadi, mari kita identifikasi dan
kelompokkan data-data yang menonjol atau data yang jumlah atau frekuensinya paling
banyak, yang biasanya kami sebut dengan “data senjang” dan akan saya tulis di
laptop/komputer atau pada lembar flipchart ini. Setelah data yang data senjang yang
disampaikan peserta rapat telah ditulis semua atau telah terkumpul, kemudian moderator
membuat tabel analisa data seperti di bawah ini
No Data Masalah
1.  Insiden TB dalam 6
bulan terakhir 56%.
 45% proporsi
penduduk dengan
kasus TB.
 Status imunisasi
balita......%
 Ventilasi udara
dalam rumah ....%
 Riwayat batuk pada
anggota komunitas
 Riwayat batuk lama
(lebih dari 3
bulan).....%
 Pemanfaatan fasilitas
pelayanan
kesehatan....%
 Pengetahuan
komunitas
masyarakat tentang
TB yang kurang ...%
Kemudian pada kolom masalah cobalah moderator untuk mengisinya dengan
kemungkinan masalah keperawatan komunitas yang terjadi berdasarkan data yang ada.
Misalnya pada kolom masalah diisi dengan kalimat “Tingginya angka TB di wilayah X”
sehingga akan tampak pada tabel seperti di bawah ini.
No Data MASALAH
2.  Insiden TB dalam 6 tingginya kejadian
TB di wilayah X
bulan terakhir 56%.
 45% proporsi
penduduk dengan
kasus TB.
 Status imunisasi
balita......%
 Ventilasi udara
dalam rumah ....%
 Riwayat batuk pada
anggota komunitas
 Riwayat batuk lama
(lebih dari 3
bulan).....%
 Pemanfaatan fasilitas
pelayanan
kesehatan....%
 Pengetahuan
komunitas
masyarakat tentang
TB yang kurang ...%
Dari tabel di atas, moderator merumuskan masalah keperawatan komunitasnya
sehingga tersusun diagnosa keperawatan komunitas seperti: “Tingginya angka TB di wilayah
X di tandai dengan:
1. Insiden TB dalam 6 bulan terakhir 56%.
2. 45% proporsi penduduk dengan kasus TB.
3. Status imunisasi balita......%
4. Ventilasi udara dalam rumah ....%
5. Riwayat batuk pada anggota komunitas
6. Riwayat batuk lama (lebih dari 3 bulan).....%
7. Pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan....%
8. Pengetahuan komunitas masyarakat tentang TB yang kurang ...
Atau dapat juga yang ditulis atau dirumuskan cukup dengan masalahnya saja yaitu
“Tingginya kejadian TB di wilayah X”. Ada cara yang lebih mudah yang dapat anda jadikan
alternatif dalam merumuskan masalah keperawatan yaitu dengan cara meminta pendapat dan
persetujuan hadirin peserta musyawarah, tentang suatu kondisi menyimpang dijadikan
sebagai masalah. misalnya terdapat data 86% penduduk bekerja sebagai buruh dan peternak
sapi, 78% jenis rumah semi permanen, buang air besar ke sungai, sungai tersebut digunakan
untuk aktifitas seharihari penduduk setempat, penyakit gatal-gatal dan diare prevalensinya
tinggi.
Maka masalah yang bisa dirumuskan yaitu tingginya penyakit akibat lingkungan tidak
sehat. Caranya: “bapak bapak dan ibu-ibu sekalian, inikan ada data 86% penduduk bekerja
sebagai buruh dan peternak sapi, 78% jenis rumah semi permanen, buang air besar ke sungai,
sungai tersebut digunakan untuk aktifitas sehari-hari penduduk setempat, penyakit gatal-gatal
dan diare prevalensinya tinggi. Bagaimana kalau yang kita jadikan masalah adalah tingginya
penyakit akibat lingkungan tidak sehat?. Bila sebagian besar peserta setuju, maka “tingginya
penyakit akibat lingkungan tidak sehat” ditetapkan sebagai masalah komunitas.
Begitulah seterusnya untuk data-data senjang lainnya, sampai data-data senjang yang
ditemukan pada pengkajian komunitas tidak ada lagi. Sehingga dalam proses perumusan
masalah dapat ditemukan beberapa masalah.
Sebagai contoh pada acara MMD/RW ini ditemukan 4 masalah keperawatan
komunitas yaitu:
1. Tingginya kejadian TB di wilayah X.
2. Tingginya penyakit akibat lingkungan tidak sehat.
3. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai hidup sehat.
4. Resiko tingginya kematian bayi.
Perumusan masalah telah selesai, modertor melanjutkan acara yaitu prioritas masalah.
Selanjutnya moderator memandu acara lagi, “bapak/ibu hadirin yang berbahagia”,... ke empat
masalah ini tentunya tidak dapat kitas selsaikan dalam waktu yang sama, untuk itu mari kita
prioritaskan masalah ini. Prioritas masalah dilakukan dengan mempertimbangkan empat kriteria
yaitu;
1. Sifat masalah, sifat masalah dapat ditentukan dengan mempertimbangkan kategori
diagnosa keperawatan komunitas. diagnosa keperawatan komunitas dikategorikan menjadi
diagnosa keperawatan potensial diberi skor satu, diagnosa keperawatan resiko diberi skor dua
dan diagnosa keperawatan aktual diberi skor tiga.
2. Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-
faktor sebagai berikut: pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani
masalah, sumber daya komunitas dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga, sumber daya perawat
dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu, sumber daya masyarakat dalam bentuk
fasilitas, organisasi dalam masyarakat dan dukungan masyarakat. Pemberian skor pada kriteria
ini dilakukan dengan ketentuan bila kemungkinan masalah ddapat diuabh sebagian maka diberi
skor 2, sedangkan bila kemungkinan masalah tidak dapat diubah, maka diberi skor 1.
3. Potensi masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan: kepelikan dari
masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah, lamanya masalah, yang berhubungan
dengan jangka waktu masalah itu ada, tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan
yang tepat dalam memperbaiki masalah, adanya kelompok „high risk” atau kelompok yang
sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah.
Pemberian skor dari kriteria ini yaitu skor 3 diberikan bila potensi masalah untuk dicegah
“tinggi”, skor 2 diberikan bila potensi masalah untuk dicegah “cukup” dan skor 2 diberikan bila
potensi masalah untuk dicegah “rendah”. 4. Menonjolnya masalah, anda perlu menilai persepsi
atau bagaimana komunitas melihat masalah kesehatan tersebut. Skor 2 diberikan bila masalah
menonjol dan segera diatasi, skor 1 diberikan bila tidak perlu segera diatasi dan skor 0 diberikan
bila masalah tidak dirasakan komunitas.
Berdasarkan kriteria di atas, anda dapat melakukan skoring terhadap satu diagnosa
keperawatan komunitas dengan cara:
1. Tentukan skor setiap masalah keperawatan komunitas berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan, kemudian bagilah skor tersebut dengan skor tertinggi kemudian hasilnya dikalikan
dengan bobot dari setiap kriteria (Skor/angka tertinggi x bobot).
2. Jumlahkan skor dari masing-masing kriteria untuk tiap diagnosis keperawatan komunitas.
3. Skor tertinggi yang diperoleh adalah diagnosis keperawatan komunitas yang menjadi
prioritas pertama. Baiklah mahasiswa sekalian, berdasarkan skoring di atas maka kita dapat
menyusun prioritas masalah keperawatan.
Untuk menyusun prioritas kelima masalah keperawatan komunitas yang telah ditetapkan,
maka ikutilah langkah-langkah sebagai berikut:
1) Ajaklah audien yaitu peserta MMD/RW untuk bersama-sama menyusun prioritas
masalah keperawatan komunitas.
2) Ambilah daftar diganosa keperawatan komunitas yang telah anda susun sebelumnya,
kemudian ambil satu diagnosa untuk dilakukan skoring berdasarkan kategori yang
telah anda pelajari.
3) Buatlah tabel skoring dengan lima kolom dan kolom pertama diisi dengan nomor
diagnosa keperawatan (Dx. Kep. No). Kolom kedua diisi dengan kriteria, kolom
ketiga diisi dengan skor, kemudian kolom keempat diisi dengan bobot dan kolom
kelima diisi dengan hasil skoring (skor x bobot).
4) Mari kita coba melakukan skoring untuk diagnosa keperawatan komunitas ke satu
hasil perumusan diagnosa yaitu tingginya kejadian TB di wilayah X.
5) Isilah kolom pertama dengan dx. Kep. No. 1, kemudian ajaklah audien untuk ikutserta
menentukan skornya pada kolom sifat masalah kemudian bagilah skor tersebut
dengan skor tertinggi lalu kalikan dengan bobot dan hasilnya dituliskan pada kolom
hasil skoring (skor x bobot). Contoh untuk sifat masalah; ini merupakan masalah
actualmaka diberi skor 3, lalu dibagi dengan skor tertinggi yaitu 3 kemudian
dikalikan dengan bobot yaitu 1, maka hasilnya: .
6) Lanjutkan dengan cara yang sama dengan poin lima untuk kategori kemungkinan
masalah dapat diubah, Potensial masalah untuk dicegah, dan menonjolnya masalah.
kemudian jumlahkan hasil skoringnya, sehingga hasilnya seperti tabel di bawah ini.
Table :
Dx Kriteria Skor Bobot Skoring
kep.
No.
1 Sifat masalah 3/3x1=1
Skala : tidak/kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2 1
Keadaan sejahtera 1
Kemungkinan masalah yang
dapat diubah
1/2x2=1
Skala : mudah 2 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0

Potensial masalah yang dicegah


Skala : Tinggi 3 1 3/3x3=1
Cukup 2
Rendah 1
Menonjolnya masalah
Skala : masalah berat,harus
segera di tangani ada masalah 2 1 2/2x1=1
tetapi tidak perlu ditangani 1
masalah tidak dirasakan 0
Jumlah skore
Dengan demikian maka untuk masalah Tingginya kejadian TB di wilayah X didapatkan
skor 4. 7. Selanjutnya dengan cara seperti di atas, ajaklah audien melakukan skoring untuk
masalah keperawatan kedua yaitu tingginya penyakit akibat lingkungan tidak sehat.
2.5 Penatalaksanaan Musyawarah Masyarakat Desa (Mmd)
MMD adalah pertemuan seluruh warga desa/kelurahan atau warga masyarakat yang
mewakili semua komponen masyarakat di desa/kelurahan untuk membahas hasil survei mawas
diri dan merencanakan upaya penanggulangan masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku yang
diperoleh dari hasil survei mawas diri.
1. Tujuan MMD :
a. Masyarakat mengenal masalah kesehatan di wilayahnya.
b. Masyarakat bersepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan melalui penggerakan
dan pemberdayaan masyarakat di Desa Siaga.
c. Masyarakat membentuk forum Desa/Kelurahan Siaga dan menetapkan Poskesdes
sebagai koordinator pelaksanaan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat.
d. Masyarakat menyusun rencana kerja untuk menanggulangi masalah kesehatan di
wilayahnya.
e. Mempersiapkan pelatihan kader dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan kader dalam mengembangkan Desa
Siaga dan operasional Poskesdes.
2 Tempat pertemuan
Tempat pertemuan sebaiknya di desa, dengan memilih balai desa atau tempat lain yang
bisa menampung kurang lebih 20 - 30 orang peserta.
3. Peserta pertemuan
a. Peserta tingkat kecamatan ( Camat , TP-PKK kecamatan , Kepala Puskesmas , Staf
Puskesmas , Diknas, Departemen Agama)
b. Lintas sektor terkait
c. Peserta tingkat desa (Kepala Desa , TP-PKK Desa , Sekdes, BPD , Tokoh Agama ,
Tokoh masyarakat/Guru)
4. Waktu
Waktu pertemuan segera setelah SMD atau disesuaikan dengan kesediaan dan kondisi
desa/kelurahan yang bersangkutan, agar memungkinkan semua yang diundang dapat hadir serta
cukup memberikan ksesempatan untuk tercapainya tujuan musyawarah masyarakat desa.
5. Pelaksanaan
a. Kepala Desa/Kelurahan yang mengundang para peserta MMD.
b. MMD dibuka oleh kepala Desa/Kelurahan dengan menguraikan maksud dan tujuan
musyawarah.
c. Pengenalan masalah kesehatan oleh masyarakat sendiri melalui curah pendapat
dengan menggunakan alat peraga, poster dan lain-lain dipimpin oleh petugas
Puskesmas atau bidan di desa.
d. Penyajian hasil SMD oleh tokoh masyarakat/kader/kelompok SMD.
e. Perumusan dan penentuan perioritas masalah kesehatan atas dasar pengenalan
masalah (butir c) dan hasil SMD dilanjutkan dengan rekomendasi tehnis dari petugas
Puskesmas/bidan di Desa.
f. Penyusunan Rencana Kerja Masyarakat (RKM) dalam rangka penanggulangan
masalah kesehatan, dipimpin oleh kepala Desa/Kelurahan, dilanjutkan dengan
pembentukan forum Desa Siaga dan penetapan Poskesdes sebagai koordinator
UKBM.
g. Penutup.

2. Tujuan MMD
a. Agar masyarakat mengenal masalah kesehatan yang dihadapi dan dirasakan
diwilayahnya
b. Agar masyarakat sepakat untuk bersama-sama menanggulanginya
c. Tersusunnya rencana kerja untuk Penanggulangan yang disepakati bersama
3. Peserta MMD
a. Para kader pelaksana SMD
b. Kepala Desa & perangkat Desa
c. Tokoh Masyarakat setempat (formal & non-Formal)
d. PKK
e. LPM / KPM
f. Karang Taruna, Saka bakti Husadha
g. PMR
h. Beberapa KK yg di SMD
i. Pimpinan Puskesmas & staf
j. Sektor Kecamatan(Sosial, BKKBN, KUA, dll)
k. Ketua Organisasi Masyarakat (NU, Muhammadiyah, Perempuan, Pemuda, Partai

4. Tempat pelaksanaan MMD : Balai Desa


5. Pola penyelengaraan MMD
a. Susunan tempat duduk sebaiknya berbentuk lingkaran (round table), tidak ada peserta
membelakangi peserta yang lainnya, komposisi jangan seperti diruangan kelas
b. Pimpinan pertemuan duduk sederetan, setara dan berada diantara para peserta, tidak
memisah atau duduk dikursi istemewa
c. Duduk tidak harus selalu dikursi, boleh juga dilantai diatas tikar/permadani/matras
6. Suasana MMD
a. Ciptakan suasana kekeluargaan yang akrab
b. Jangan cipatakan suasana formal dengan meja yang ditata seperti dimeja persidangan.
7. Waktu MMD
a. Mulailah tepat waktu, sesuai dengan rencana & jadwal , jangan sampai
peserta menunggu
b. Yang mengundang hadir terlebih dahulu, jangan terlambat!
8. Peran ketua MMD
a. Mengarahkan pembicaraan agar jangan menyimpang dari arah yang ditetapkan.
b. Menjadi penengah jika terjadi perselisihan pendapat dalam pembicaraan.
c. Mengatur lalu-lintas pembicaraan diantara sesama peserta
d. Ketua harus selalu berusaha memotivasi setiap peserta
e. Ketua jangan terlalu banyak berbicara, ketua sebaiknya lebih banyak memandu,
f. Ketua harus sabar, tidak emosional bila ada hal-hal yang menjengkelkan,
g. Ketua harus jeli, cerdik dan segera bisa menangkap apa yang dimaksud oleh peserta,
h. Setiap pendapat harus dihargai, jangan memaksakan kehendak untuk disetujui, 
i. Semua keputusan harus berdasarkan musyawarah, bukan paksaan,
j. Ketua harus selalu memantau kepada bahasa tubuh, ekspresi, gerak-gerik peserta,
apakah mereka kelihatan bosan/jengkel mendengarkan , bila perlu diselingi dengan
gurauan untuk mencairkan (Ice Breaker)
9. Langkah-langkah penyelenggaraan MMD
a. Persiapan :
 Kader menyiapkan hasil analisis yang ditulis dalam lembar balik
 Kader membantu Kepala Desa menyimpulkan acara, tata ruangan & perlengkapan,
 Kader memotivasi/mengajak para TOMA, TOGA, pimpinan Ormas yang ada
didesa itu untuk hadir dalam MMD, agar dapat membantu memecahkan masalah
bersama-sama
 Mengajak kader-kader di desa tersebut yang lainnya untuk ikut hadir,
b. Proses :
 Pembukaan dengan menguraikan maksud & tujuan MMD
 Dipimpin oleh Kades
 Pengenalan masalah kesehatan dipimpin bidan
 Penyajian hasil SMD oleh kelompok SMD
 Perumusan & penentuan prioritas masalah kesehatan atas dasar pengenalan masalah &
hasil SMD
 Rekomendasi teknis dari bidan
 Penyusunan rencana pelaksana kegiatan dipimpin Kades
 Penutup

c. Tindak lanjut :
 Kader membantu kades menyebarkan hasil Musyawarah tentang Rencana
Kerja Penanggulangan masalah dan membantu menindak-lanjuti untuk kegiatan-
kegiatan.
 Selanjutnya, mencari calon kader baru, pelatihan kader & pelaksanaan kegiatan

Tindak lanjut Rencana Kerja hasil MMD


1. Latihan Kader
2. Melaksanakan kegiatan masyarakat dibidang kesehatan
3. Memantau/memonitor hasil kegiatan
4. Memotivasi warga agar kegiatan dibidang kes dapat dikembangkan baik lokasinya maupun
jenis kegiatannya
Matrik Rencana Kegiatan

1. Pengorganisasian
a. Penanggung jawab : Yustinus Rindu, S.Kep
b. Moderator : Yandry ellyk
c. Penyaji : sherly augustyn
d. Notulis : taroci padakama
e. Seksi Tabulasi : sthevin koen
f. Seksi anakisa SWOT : sarah wlary
g. Seksi Perumusan, Prioritas masalah dan Diagnosa: susi mabilaka
h. Seksi Perencanaan : novita ayu bani
Tingkat desa/kelurahan
 Melakukan Pertemuan Tingkat Desa/Kelurahan
Pertemuan Tingkat Desa/Kelurahan merupakan forum pertemuan yang dihadiri
oleh para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, kader Poskesdes,
perangkat desa/kelurahan dan dihadiri oleh petugas puskesmas dan lintas sektor
tingkat kecamatan.
Pertemuan tersebut sebagai upaya pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat dibidang gizi/kesehatan. Di dalam pertemuan dibahas masalah-
masalah gizi/kesehatan yang ada di desa/kelurahan dan langkah-langkah tindak
lanjut yang diperlukan.
 Hasil yang diharapkan dalam pertemuan ini adalah:
 Dipahaminya masalah gizi dan hubungannya dengan kesehatan.
 Diperolehnya dukungan pamong dan pemuka masyarakat guna
memecahkan masalah gizi dan kesehatan tersebut.
 Disepakatinya rencana kegiatan Survei Mawas Diri (SMD) khusus
gizi/pengamatan sederhana untuk mengetahui besaran masalah gizi,
penyebab dan sumber daya yang dimiliki.
 Terbentuknya kelompok kerja untuk melaksanakan SMD yang dapat
terdiri dari perangkat desa, tokoh masyarakat dan kader Poskedes.
 Melaksanakan Survei Mawas Diri (SMD)
Survei Mawas Diri (SMD) merupakan kegiatan pengkajian masalah gizi oleh
kelompok kerja yang sudah terbentuk dengan bimbingan petugas puskesmas.
Tujuan SMD adalah untuk identifikasi masalah-masalah gizi serta daftar potensi
di desa/kelurahan yang dapat didayagunakan untuk memecahkan masalah
tersebut. Pelaksanaan SMD dapat diintegrasikan dengan pelaksanaan SMD lain
dalam pengembangan desa siaga. Beberapa informasi gizi yang penting untuk
dikumpulkan pada saat SMD antara lain:
1. Data penimbangan balita, untuk mengetahui balita yang tidak pernah/tidak
rutin ditimbang di posyandu dan status pertumbuhannya (SKDN) yaitu: berat
badan tidak naik dua kali (2 T), BGM, gizi buruk kasus baru dan gizi
buruk pasca perawatan.
2. Data ibu hamil anemia dan ibu hamil sangat kurus (KEK)
3. Data ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan.
4. Data keluarga yang belum menggunakan garam beryodium
5. Data balita 6-59 bulan yang belum mendapat kapsul vitamin A selama 6 bulan
terakhir.
6. Data ibu hamil yang belum mengkonsumsi tablet tambah darah.
7. Keluarga yang belum makan beraneka ragam.
Data SMD diolah dan dianalisis secara sederhana, meliputi: jumlah keluarga
dengan bayi, anak balita, ibu hamil, dan ibu menyusui; permasalahan gizi;
cakupan Posyandu; dll, sebagai bahan pembahasan pada pertemuan
Musyawarah Masyarakat Desa/Kelurahan (MMD/K).
 Melaksanakan Musyawarah Masyarakat Desa/Kelurahan (MMD/K)
Musyawarah Masyarakat Desa/Kelurahan (MMD/K) adalah forum pertemuan
yang dihadiri oleh perangkat desa/kelurahan, tokoh masyarakat, pemuka adat,
kader, masyarakat umum dan dihadiri oleh petugas puskesmas/kecamatan.
Tujuan penyelenggaraan MMD/K adalah mencari alternatif pemecahan masalah
gizi di desa/kelurahan tersebut. MMD/K sebaiknya dilaksanakan sebelum
Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan (Musrenbang) desa agar kegiatan
yang telah disusun penganggarannya dapat diusulkan melalui mekanisme yang
ada.
Proses MMD/K dapat diatur sebagai berikut;
1. Kepala desa/Lurah membuka pertemuan dan menyampaikan
maksud dan tujuan pertemuan.
2. Kader penyelenggara SMD (didampingi petugas puskesmas)
menyampaikan hasil SMD, dilanjutkan dengan tanya jawab.
3. Kepala desa/Lurah membuka tanya jawab berkaitan dengan hasil
SMD. Bila diperlukan petugas puskesmas dapat memberikan
penjelasan lebih lanjut tentang masalah-masalah yang ditemukan
didalam SMD.
4. Diskusi penyusunan alternatif pemecahan masalah yang terdiri
antara lain: Menyusun rencana kegiatan yang akan dilaksanakan
dalam 1 (satu) tahun, misalnya peningkatan atau penambahan
jumlah posyandu, pemilihan kader, pertemuan penyuluhan rutin,
pendampingan keluarga/kunjungan rumah, PMT Penyuluhan, dll)
Menentukan penanggung jawab kegiatan dan sumber dana/sarana
yang diperlukan
 Melaksanakan kegiatan di desa/kelurahan
Kegiatan perbaikan gizi di tingkat desa/kelurahan dilaksanakan secara
berkesinambungan melibatkan masyarakat, kader, bidan di desa (Poskesdes) dan
Puskesmas.
Langkah-langkah kegiatan di tingkat desa/kelurahan adalah sebagai berikut:
1. Orientasi/pelatihan kader yang dikoordinir oleh petugas puskesmas.
2. Peningkatan cakupan posyandu:
Kegiatan Posyandu terdiri dari pemantauan pertumbuhan balita
konseling gizi, Suplementasi gizi (kapsul vitamin A dan tablet tambah
darah), dan pelayanan kesehatan dasar yang terdiri dari imunisasi,
pemeriksaan kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana dan
penanggulangan diare. Untuk meningkatkan cakupan posyandu contoh
kegiatan yang dilakukan dapat meliputi:
a) Melengkapi sarana/prasarana Posyandu
b) Pendataan sasaran Posyandu
c) Penyebarluasan kegiatan Posyandu sebelum hari H
d) Kunjungan rumah kepada keluarga yang balitanya tidak dibawa
ke Posyandu
e) Penyuluhan gizi di posyandu
f) PMT-penyuluhan
g) Membentuk Posyandu baru di wilayah yang belum terjangkau.
` Penyuluhan gizi :
a. Demo memasak makanan bergizi
b. Diskusi Kelompok Terarah bagi kelompok ibu-ibu, ayah, remaja
tentang gizi terkait 5 perilaku sadar gizi
c. Penyebarluasan informasi melalui institusi keagamaan, sekolah,
tempat-tempat umum, warung, dll.
3. Tindak lanjut pemantauan pertumbuhan
a. Anak yang berat badan tidak naik 1 kali perlu di berikan penyuluhan
yang intensif.
b. Anak yang berat badannya tidak naik 2 kali, BGM atau sakit perlu
dirujuk ke petugas kesehatan (Poskesdes, Puskesmas)
4. Pendampingan Keluarga
Pendampingan keluarga adalah proses mendorong, menyemangati,
membimbing dan memberikan kemudahan keluarga oleh kader
pendamping guna mengatasi masalah gizi yang dialami.
Prioritas keluarga yang perlu didampingi adalah:
a. Keluarga dengan balita BGM, berat badannya 2 kali tidak naik setelah
dikonfirmasi oleh petugas kesehatan (poskesdes/puskesmas)
b. Keluarga dengan anak gizi buruk yang dinyatakan sembuh oleh petugas kesehatan
tetapi perlu perawatan di rumah perlu didampingi.
c. Keluarga dengan bayi usia 0-6 bulan
d. Keluarga dengan ibu hamil sangat kurus dan pucat setelah dikonfirmasi oleh
petugas kesehatan
HASIL DISKUSI LAPANGAN TINGKAT DESA/KELURAHAN
Masalah Utama :
1. ..........................................................................................................

2. ..........................................................................................................

3. ..........................................................................................................

4. ..........................................................................................................

5. ..........................................................................................................

Alternatif Pemecahan :
1 ..........................................................................................................
2 ..........................................................................................................
3 ..........................................................................................................
4 ..........................................................................................................
5 ..........................................................................................................

 Panduan Penetapan Prioritas Masalah Kesehatan Masyarakat
(Dimodifikasi dari Studi Kasus CDC: Menerjemahkan Sains ke dalam Praktek)
Menetapkan prioritas dari sekian banyak masalah kesehatan di masyarakat saat ini
merupakan tugas yang penting dan semakin sulit. Manager kesehatan masyarakat sering
dihadapkan pada masalah yang semakin menekan dengan sumber daya yang semakin
terbatas. Metode untuk menetapkan prioritas secara adil, masuk akal, dan mudah dihitung
merupakan perangkat manajemen yang penting.
Metode yang dijelaskan di sini memberikan cara untuk membandingkan berbagai masalah
kesehatan dengan cara yang relatif, tidak absolut/mutlak, memiliki kerangka, sebisa
mungkin sama/sederajat, dan objektif.
Metode ini, yang disebut dengan Metode Hanlon maupun Sistem Dasar Penilaian Prioritas
(BPRS), dijelaskan dalam buku Public Health: Administration and Practice (Hanlon and
Pickett, Times Mirror/Mosby College Publishing) dan Basic Health Planning (Spiegel and
Hyman, Aspen Publishers).
Metode ini memiliki tiga tujuan utama:
a. Memungkinkan para pengambil keputusan untuk mengidentifikasi faktor-faktor
eksplisit yang harus diperhatikan dalam menentukan prioritas
b. Untuk mengorganisasi faktor-faktor ke dalam kelompok yang memiliki bobot
relatif satu sama lain
c. Memungkinkan faktor-faktor agar dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan
dan dinilai secara individual.

B. DATA HASIL SURVEI

Nama desa : Desa X

Kepala Desa : Sthevin Koen

Sekretaris Desa : Sherly Augustyn

Bendahara Desa : Taroci Padakama

1. Data Jumlah Penduduk

400

350

300

250

200

150

100

50

0
LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL

Laki-laki : 124 orang


Perempuan : 250 orang
Jumlah : 374 orang
2. Data jumlah pemeluk agama

180

160

140

120

100

80

60

40

20

0
KRISTEN KHATOLIK ISLAM
PROTESTAN

Kristen Protestan : 139 orang


Khatolik : 169 orang
Islam : 66 orang
Jumlah : 374 orang
3. Data jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan
250

200

150

100

50

0
PNS PETANI NELAYAN WIRA SWASTA BELUM BEKERJA

PNS : 70 Orang
Petani : 126 Orang
Nelayan : 115 Orang
Wira Swasta : 100 Orang
Belum Bekerja : 215 Orang
4. Data jumlah masyarakat usia sekolah :
80

70

60

50

40

30

20

10

0
SD SMP SMA PERGURUAN TINGGI

Sekolah Dasar : 50 orang


Sekolah Menengah Pertama : 70 orang
Sekolah Menengah Utama : 60 orang
Perguruan Tinggi : 35 orang
Jumlah : 215 orang
5. Data jumlah bayi dan balita
30

25

20

15

10

0
0-6 bulan 7-12 bulan 1-4 tahun 5-7 tahun

0-6 bulan : 10 orang


7-12 bulan : 20 orang
1-4 tahun : 27 orang
5-7tahun : 25 orang
Jumlah : 82 orang
6. Data jumlah penyakit pada lansia
14

12

10

0
hipertensi diabetes jantung stroke

Hipertensi : 12 orang
Diabetes : 10 orang
Jantung : 7 orang
Stroke : 5 orang
Jumlah : 34 orang
BAB III

PENUTUP

1.1 KESIMPULAN

Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) merupakan pertemuan seluruh warga


desa/kelurahan atau warga masyarakat yang mewakili semua komponen masyarakat di
desa/kelurahan untuk membahas hasil survei mawas diri dan merencanakan upaya
penanggulangan masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku yang diperoleh dari hasil survey
mawas diri. Tujuan adanya MMD adalah Agar masyarakat mengenal masalah kesehatan di
wilayahnya, masyarakat bersepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan melalui
penggerakan dan pemberdayaan masyarakat di Desa Siaga, Masyarakat membentuk forum
desa/kelurahan siaga dan menerapkan poskesdes sebagai koordinator pelaksanaan upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat, masyarakat menyusun rencana kerja untuk
menanggulangi masalah kesehatan di wilayahnya dan mempersiapkan pelatihan kader dalam
rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader dalam mengembangkan Desa Siaga
dan operasional Poskesdes.

Setelah dilakukan MMD diharapkan adanya kesadaran masyarakat dan pemerintah


terhadap masalah kesehatan di lingkungan dan setelah MMD dilaksanakan adanya proses
implementasi dari berbagai pihak agar kesehatan di desa tersebut dapat lebih baik dari
sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

H. Sugiyanto, S. M. (2016). Praktik Klinik Keperawatan Keluarga dan Komunitas. Jakarta


Selatan: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Kholifah, S. N., & Widagdo, N. W. (2016). KEPERAWATAN KELUARGA DAN


KOMUNITAS. In Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai