Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN

KEDARURATAN
MUSKULOSKELETAL:
FRAKTUR

OLEH: KELOMPOK 13

1. ERNA EN S.D LADO PO530321119216


2. FRAISLY G.M. MAE PO530321119217

3. FRANSISKA DURNI PO530321119218

DOSEN PEMBIMBING: GADUR BLASIUS,S.Kep.,Ns.,MSi


 
Pengertian Fraktur

 Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditetukan sesuai jenis dan
luasnya, fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gerakan puntir
mendadak, gaya remuk dan bahkan kontraksi otot eksterm (Bruner & Sudarth, 2002).

 Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang. Jika
terjadi fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga sering kali terganggu.
Radiografi (sinar-x) dapat menunjukkan keberadaan cedera tulang, tetapi tidak
mampu menunjukkan otot atau ligamen yang robek, saraf yang putus, atau pembuluh
darah yang pecah sehingga dapat menjadi komplikasi pemulihan klien ( Black dan
Hawks, 2014).
Penyebab

 Penyebab fraktur adalah trauma, yang dibagi atas trauma langsung,
trauma tidak langsung, dan trauma ringan. Trauma langsung yaitu
benturan pada tulang, biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring
dimana daerah trokhater mayor langsung terbentur dengan benda keras
(jalanan). Trauma tak langsung yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur
berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi. Trauma ringan yaitu
keadaan yang dapat menyebabkan fraktur bila tulang itu sendiri sudah
rapuh atau underlying eases atau fraktur patologis (Sjamsuhidayat, 2010).
Tanda dan Gejala
1. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya


perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :
 Rotasi pemendekan tulang.
 Penekanan tulang.
1. Bengkak : Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam
jaringan yang berdekatan dengan fraktur.
2. Echimosis dari perdarahan Subculaneous.
3. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur.
4. Tenderness / keempukan.
5. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan
kerusakan struktur didaerah yang berdekatan.
6. Kehilangan sensasi ( mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya syaraf/perdarahan ).
7. Pergerakan abnormal.
8. Dari hilangnya darah.
9. Krepitasi (Black, 1993 : 199 ).
Klasifikasi Fraktur


 Klasifikasi fraktur menurut (Wahid, 2013) adalah:
1. Berdasarkan komplit atau ketidakkomplitan fraktur.

 Fraktur komplit,.

 Fraktur inkomplit

2. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma.


 Fraktur transversal
 Fraktur oblik
 Fraktur spiral
 Fraktur kompresi Fraktur
3. Berdasarkan jumlah garis patah.
 Fraktur komunitif
 Fraktur segmental
 Fraktur multiple
Patofisiologi

 Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan
metabolic, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang
terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan
pendarahan, maka volume darah menurun. COP menurun maka terjadi
peubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan
poliferasi menjadi edem lokal maka penumpukan di dalam tubuh. Fraktur
terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan
ganggguan rasa nyaman nyeri.
Penatalaksanaan
Berikut adalah prinsip-prinsip penanganan kegawat-daruratan pada kasus
fraktur:

1. Imobilisasi bagian tubuh yang mengalami fraktur sebelum korban dipindah
2. Jika pasien harus dipindah sebelum dipasang splint (bidai), tahan bagian atas
dan bawah daerah fraktur untuk mencegah gerakan rotasi atau anguler
3. Pembidaian dilakukan secara adekuat terutama pada sendi-sendi disekitar
fraktur
4. Pada tungkai kaki, kaki yang sehat dapat digunakan sebagai bidai
5. Pada ekstremitas atas, lengan dipasang plester elastik ke dada atau lengan
bawah dipasang sling
6. Status neurovaskuler bagian bawah fraktur dikaji untuk menentukan adekuasi
perfusi jaringan perifer dan fungsi saraf
Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian

1. Survey primary
1) Airway

2) Breathing
3) Circulation

4) Disability/evaluasi neurologis

5) Exporsur/control lingkungan

2. Survey sekunder

 Kaji riwayat trauma, mengetahui riwayat trauma, karena penampilan luka kadang tidak
sesuai dedngan parahnya cidera, jika ada saksi seseorang dapat menceritakan
kejadiannya sementara petugas melakukan pemeriksaan klien.
LANJUTAN

 Kaji seluruh tubuh dengan pemeriksaan fisik dari kepa;a sampai kaku secara
sistematis, inspeksi adanya laserasi bengkak dan deformitas.

 Kaji kemungkinan adanya fraktur multiple

 Kaji adanya krepitasi pada area fraktur

 Kaji adanya perdarahan dan syok terutama pada fraktur pelvis dan femur.

 Kaji adanya sindrom kompartemen, fraktur terbuka, tertutup dapat


menyebabkan perdarahan atau hematoma pada daerah yang tertutup sehingga
menyebabkan penekanan saraf.

 Kaji TTV secara continue.

 
Focus pengkajian
a. Riwayat kesehatan meliputi : keluhan utama, kapan cedera terjad, penyebab cedera,
riwayat tak sadar, amnesia, riwayata kesehatan yang lalau, dan riwayat kesehatan
keluarga

b. Pemeriksaan fisik : keadaan umum



 System persepsi dan sensorik (pemeriksaan panca indra, penglihatan, pendengaran,
penciuman, pengecap dan perasa).

 System persyarafan (tingkat kesadaran /nilai GCS, reflex bicara, pupil, orientasi waktu
dan tempat)

 System pernafasan (nilai frekuensi nafas, kualitas, suara dan kepatenan jalan nafas)

 System kardiovaskuler (nilai TD, nadi, irama, kualitas dan frekuensi)

 System gastrointestinal (nilai kemampuan menelan, nafsu makan/minum, peristaltic,


eliminasi)
LANJUTAN
 System integument (nilai warna, turgor, tekstur dari kulit, luka/lesi


System reproduksi

System perkemihan (nilai frekuensi dan volume BAK)

c. Pola fungsi kesehatan

 Pola persepsi dan pemeliharan kesehatan (termasuk adakah kebiasaan merokok, minum
alcohol dan penggunaan obat-obatan)

 Pola aktivitas dan latihan (adakah keluhan lemas, pusing, kelelahan dan kelemahan otot)

 Pola nutrisi dan metabolisme (adakah keluhan mual, muntah)

 Pola eliminasi

 Pola tidur dan istrahat

 Pola kognitif dan persepsi


LANJUTAN

 Konsep diri

 Pola toleransi dan koping stress

 Pola seksual dan reproduksi

 Pola nilai dan keyakinan


Diagnosa

1. Nyeri Akut b.d Agen cedera fisik

2. Gangguan Mobilitas Fisik b.d kerusakan integritas struktur


tulang
3. Risiko Disfungsi Neorovaskuler perifer b.d fraktur,
penekanan klinis (balutan)
4. Resiko pedarahan b.d trauma dan tindakan pembedahan
5. Kurang pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
Intervensi
No. Diagnosa (SDKI)
Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI)
1 Nyeri Akut b.d Agen Setelah dilakukan tindakan
cedera fisik Keperawatan 1 x24 jam diharapkan
nyeri menurun
 
Kriteria Hasil : Tingkat Nyeri
 Keluhan nyeri menurun (5)
 Gelisah menurun (5)
 Meringis menurun (5)
 Kesulitan tidur menurun (5)
 Pola tidur membaik (5)
Intervensi (SIKI)

 OBSERVASI Terapeutik
 Identifikasi locasi, karakteristik, durasi,  Berikan teknik nonfarmakologis untuk
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri,.
mengurangi rasa nyeri (mis.tarik napas
 Identifikasi respon nyeri non verbal.
dalam, kompres hanagat/dingin).
 Identifikasi factor yang memperberat  Kontrol lingkungan yang memperberat
dan memperingan nyeri.
rasa nyeri .
 Monitor efek samping penggunaan  Fasilitasi istirahat dan tidur.
analgetik.
LANJUTAN

 EDUKASI Kolaborasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan
Kolaborasi pemberian
pemicu nyeri. analgetik .jika perlu
 Jelaskan strategi meredakan nyeri.
 Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri.
 Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi nyeri.
Intervensi diagnosa 2

2 Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan tindakan
Fisik b.d kerusakan keperawatan selama 1x 24 jam maka
integritas struktur mobilitas fisik meninggkat.
tulang Kriteria Hasil : mobilitas fisik
 Pergerakan eksremitas meningkat
 
(5)
 Nyeri menurun (5)
 Kecemasan menurun (5)
 Gerakan terbatas menurun (5)
Intervensi (SIKI)

Observasi  Terapeutik
 Identifikasi adanya nyeri atau keluhan  Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan
fisik lainnya. alat bantu (misalnya pagar tempat
 Identifikasi toleransi fisik melakukan tidur).
pergerakan.  Fasilitasi melakukan pergerakan, jika
 Monitor frekuensi jantung dan tekanan perlu.
darah sebelum memulai mobilisasi. EDUKASI
 Monitor kondisi umum selama
 Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
melakukan mobilisasi.  Anjurkan melakukan mobilisasi dini
Intervensi diagnosa 3
3

Risiko Disfungsi Setelah dilakukan tindakan keperawatan
Neorovaskuler perifer b.d selama 1x 24 jam maka resiko disfungsi
fraktur, penekanan klinis neorovaskuler perifer menurun.
(balutan) Kriteria Hasil : Neurovaskuler perifer
 Sirkulasi arteri meningkat (5)
 
 Sirkulasi vena meningkat (5)
 Pergerakan eksremitas meningkat (5)
 Nyeri menurun (5)
 Pedarahan menurun (5)
 Nadi membaik (5)
 Suhu tubuh membaik (5)
 Warna kulit membaik (5)
Intervensi (SIKI)
Observasi
 Periksa sirkulasi
 perifer secara
Terapeutik

 Tinggikan daerah yang cidera 20 derjat


menyeluruh (mis, pulsasi perifer, di atas jantung.
edema, warna, dan suhu eksremitas)  Lakukan rentang gerak aktif dan pasif.
 Monitor nyeri pada daerah yang terkena  Ubah posisi setiap 2 jam.
.  Hindari akses intravena antekubiti.
 Monitor tanda-tanda penurunan
Edukasi
sirkulasi vena .(mis, bengkak ,nyeri,
 Jelaskan mekanisme terjadinya embili
peningkatan nyeri pada posisi
perifer.
tergantung, nyeri menetap saat hangat,
 anjurkan menghindari maneuver
mati rasa, pembesaran vena superfesial,
valsava.
merah, hangat, perubahan warna kulit).
LANJUTAN

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian antikoagulan.

 Kolaborasi pemberian prometazim intravena dalam NaCL


0,9% 25-50 secara lambat dan hindari pengenceran kuran
dari 10 cc.
Intervensi diagnosa 4
4

Resiko pedarahan b.d Setelah dilakukan tindakan
trauma dan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam maka
pembedahan penyembuhan luka meningkat.
Kriteria Hasil: penyembuhan luka
 Penyembuhan kulit meningkat (5)
 Penyatuan tepi luka meningkat (5)
 Nyeri menurun (5)
 Infeksi menurun (5)
Intervensi (SIKI)
Observasi Edukasi


Monitor tanda dan gejala pendarahan.
Monitor hematokrik/hemoglobin
 Jelaskan tanda dan gejala pedarahan.
 Anjurkan meningkatkan asupan cairan
sebelum dan setelah kehilangan darah.
untuk menghindari konstipasi.
 Monitor tanda-tanda vital ortostatik.
 Anjurkan meningkatkan asupan
 Monitor koagulasi.
makanan dan vitamin k.
Terapeutik  Anjurkan segera melapor jika terjadi
 Pertahankan bed rest selama pedarahan. pedarahan.
 Batasi tindakan infasif. Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian obat pengontrol


perdarahan.
 Kolaborasi pemberian produk darah
Intervensi diagnosa 5
5

Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan
b.d kurang terpapar keperawatan selama 1x 24 jam maka
informasi pengetahuan meningkat .
Kriteria Hasil :
 
 Prilaku sesuai anjuran meningkat
(5)
 Kemampuan menjelaskan tentang
suatu topik meningkat (5)
 Menjalani pemeriksaan yang tidak
tepat menurun (5)
 Prilaku membaik (5)
Intervensi (SIKI)
 OBSERVASI
 Identifikasi
kesiapan dan


Jadwalkan pendidikan kesehatan.
Berikan kesempatan untuk
kemampuan menerima informasi. bertanya.
 Identifikasi factor-faktor yang Edukasi
dapat meningkatkan dan
 Jelaskan factor resiko yang dapat
menurunkan motifasi prilaku hidup
mempengaruhi kesehtan.
bersih dan sehat.
 Ajarkan strategi yang dapat di
Terapeutik gunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup sehat dan bersih
 Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan.
Implementasi


Implementasi merupakan langkah yang dilakukan
setelah perencanaan program. Program dibuat untuk
menciptakan keinginan berubah dari keluarga, dan
memandirikan keluarga. Pada tahap ini perawat tidak bekerja
sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi semua profesi
kesehatan yang menjadi tim perawatan kesehatan di rumah.
Evaluasi


Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses
keperawatan. Evaluasi merupakan sekumpulan informasi
yang sistematik berkenaan dengan program kerja dan
efektivitas dari serangkaian program yang digunakan terkait
program kegiatan, karakteristik dan hasil yang telah dicapai.
SEKIAN
DAN

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai