KEDARURATAN
MUSKULOSKELETAL:
FRAKTUR
OLEH: KELOMPOK 13
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang. Jika
terjadi fraktur, maka jaringan lunak di sekitarnya juga sering kali terganggu.
Radiografi (sinar-x) dapat menunjukkan keberadaan cedera tulang, tetapi tidak
mampu menunjukkan otot atau ligamen yang robek, saraf yang putus, atau pembuluh
darah yang pecah sehingga dapat menjadi komplikasi pemulihan klien ( Black dan
Hawks, 2014).
Penyebab
Penyebab fraktur adalah trauma, yang dibagi atas trauma langsung,
trauma tidak langsung, dan trauma ringan. Trauma langsung yaitu
benturan pada tulang, biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring
dimana daerah trokhater mayor langsung terbentur dengan benda keras
(jalanan). Trauma tak langsung yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur
berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi. Trauma ringan yaitu
keadaan yang dapat menyebabkan fraktur bila tulang itu sendiri sudah
rapuh atau underlying eases atau fraktur patologis (Sjamsuhidayat, 2010).
Tanda dan Gejala
1. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya
perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :
Rotasi pemendekan tulang.
Penekanan tulang.
1. Bengkak : Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam
jaringan yang berdekatan dengan fraktur.
2. Echimosis dari perdarahan Subculaneous.
3. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur.
4. Tenderness / keempukan.
5. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan
kerusakan struktur didaerah yang berdekatan.
6. Kehilangan sensasi ( mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya syaraf/perdarahan ).
7. Pergerakan abnormal.
8. Dari hilangnya darah.
9. Krepitasi (Black, 1993 : 199 ).
Klasifikasi Fraktur
Klasifikasi fraktur menurut (Wahid, 2013) adalah:
1. Berdasarkan komplit atau ketidakkomplitan fraktur.
Fraktur komplit,.
Fraktur inkomplit
1. Survey primary
1) Airway
2) Breathing
3) Circulation
4) Disability/evaluasi neurologis
5) Exporsur/control lingkungan
2. Survey sekunder
Kaji riwayat trauma, mengetahui riwayat trauma, karena penampilan luka kadang tidak
sesuai dedngan parahnya cidera, jika ada saksi seseorang dapat menceritakan
kejadiannya sementara petugas melakukan pemeriksaan klien.
LANJUTAN
Kaji seluruh tubuh dengan pemeriksaan fisik dari kepa;a sampai kaku secara
sistematis, inspeksi adanya laserasi bengkak dan deformitas.
Kaji adanya perdarahan dan syok terutama pada fraktur pelvis dan femur.
Focus pengkajian
a. Riwayat kesehatan meliputi : keluhan utama, kapan cedera terjad, penyebab cedera,
riwayat tak sadar, amnesia, riwayata kesehatan yang lalau, dan riwayat kesehatan
keluarga
System persyarafan (tingkat kesadaran /nilai GCS, reflex bicara, pupil, orientasi waktu
dan tempat)
System pernafasan (nilai frekuensi nafas, kualitas, suara dan kepatenan jalan nafas)
System reproduksi
System perkemihan (nilai frekuensi dan volume BAK)
Pola persepsi dan pemeliharan kesehatan (termasuk adakah kebiasaan merokok, minum
alcohol dan penggunaan obat-obatan)
Pola aktivitas dan latihan (adakah keluhan lemas, pusing, kelelahan dan kelemahan otot)
Pola eliminasi
Implementasi merupakan langkah yang dilakukan
setelah perencanaan program. Program dibuat untuk
menciptakan keinginan berubah dari keluarga, dan
memandirikan keluarga. Pada tahap ini perawat tidak bekerja
sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi semua profesi
kesehatan yang menjadi tim perawatan kesehatan di rumah.
Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses
keperawatan. Evaluasi merupakan sekumpulan informasi
yang sistematik berkenaan dengan program kerja dan
efektivitas dari serangkaian program yang digunakan terkait
program kegiatan, karakteristik dan hasil yang telah dicapai.
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH