OLEH MAHASISWA :
1. LEONARDUS PARUNG
2. LISA PARERA
3. LODHY MENGEANAK
KELAS : PPN TK 3
PEMBIMBING: Gadur Blasius.,S.Kep.,Ns.,Msi
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Keperawatan Gawat Darrurat dengan
judul “Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pasien Dengan Keracunan” Penulisan makalah ini
merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
Latar belakang..............................................................................................................................4
Tujuan..........................................................................................................................................5
Tujuan umum...............................................................................................................................5
Tujuan khusus..............................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
Defenisi keracunan.......................................................................................................................6
Tanda da n gejala keracunan........................................................................................................7
Patofisiologi keracunan................................................................................................................8
Penatalaksanaan kegawatdaruratan keracunan............................................................................9
Pemeriksaan penunjang kegawatdaruratan keracunan................................................................9
Pengkajian primer dan sekunder pada pasien keracunan.........................................................10
Diagnose primer dan sekunder pada pasien keracunan............................................................15
Intervensi yang dapat dilakukan pada pasien keracunan...........................................................16
Intervensi keperawatan diagnosa keracunan..............................................................................22
Evaluasi keperawatan keracunan...............................................................................................25
BAB III..........................................................................................................................................26
PENUTUP.....................................................................................................................................26
Kesimpulan................................................................................................................................26
Saran...........................................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN
Mengatasi Efek dan Gejala Keracunan Efek dan gejala keracunan pada manusia dapat
timbul setempat (lokal) atau sistemik setelah racun diabsorpsi dan masuk ke dalam sistem
peredaran darah atau keduanya.
a) Lokal
Racun yang bersifat korosif akan merusak atau mengakibatkan luka pada selaput
lendir atau jaringan yang terkena. Beberapa racun lain secara lokal mempunyai efek
pada sistem saraf pusat dan organ tubuh lain, seperti jantung, hati, paru, dan ginjal
tanpa sifat korosif dan iritan.
b) Sistemik
Setelah memberikan efek secara lkal, biasanya racun diabsorpsi dan masuk ke dalam
sistem peredaran darah dan akan mempengaruhi organ-organ tubuh yang penting.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efek dan gejala keracunan antara lain; bentuk dan
cara masuk, usia, makanan, kebiasaan, kondisi kesehatan, idiosinkrasi, dan jumlah
racun. Efek dan gejala yang ditimbulkan akibat keracunan terjadi antara lain pada
sistem pernapasan, pencernaan, kardiovaskuler, urogenital, darah dan hemopoitika,
serta sistem saraf pusat (SSP). Tatacara mencegah atau menghentikan penyerapan
racun:
1) Racun melalui mulut (ditelan / tertelan)
a. Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor
mentah atau norit)
b. Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4
jam) dengan cara:
Dimuntahkan: bisa dilakukan dengan cara mekanik
(menekan reflek muntah di tenggorokan), atau
pemberian air garam atau sirup ipekak.
Kontraindikasi: cara ini tidak boleh dilakukan pada
keracunan zat korosif (asam/basa kuat, minyak tanah,
bensin), kesadaran menurun dan penderita kejang. c)
Bilas lambung:
Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.
Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit,
Natrium bicarbonat 5 %, atau asam asetat 5 %.
Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.
Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang.
Bilas Usus Besar: bilas dengan pencahar, klisma (air
sabun atau gliserin).
2) Racun melalui melalui kulit atau mata
a. Pakaian yang terkena racun dilepas
b. Cuci / bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat
penetralisir (asam cuka / bicnat encer).
c. Hati-hati: penolong jangan sampai terkontaminasi.
3) Racun melalui inhalasi
a. Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang segar.
b. Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun yang
terhisap, jangan menggunakan metode mouth to mouth
4) Racun melalui suntikan
a. Pasang torniquet proximal tempat suntikan, jaga agar denyut arteri
bagian distal masih teraba dan lepas tiap 15 menit selama 1 menit
b. Beri epinefrin 1/1000 dosis: 0,3-0,4 mg subkutan/im.
c. Beri kompres dingin di tempat suntikan
d. Mengeluarkan racun yang telah diserap Dilakukan dengan cara:
Diuretic: lasix, manitol
Dialisa
Transfusi exchange
2.5 Pemeriksaan penunjang Keracunan
1. Laboratorium toksikologi
2. Uji darah, urin, isi lambung, atau muntah.
3. Foto sinar X abdomen
2.6 Pengkajian primer dan sekunder pada pasien Keracunan
Pengkajian dilakukan melalui teknik anamnesis dan pengkajian fisik (Gusti, 2019)
A. Pengkajian Primer
1. Airways
a. Sumbatan atau penumpukan secret
b. Wheezing atau krekels
c. Kepatenan jalan napas
2. Breathing
a. Sesak napas
b. RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
c. Ronchi, krekels
d. Ekspansi dada tidak penuh
e. Riwayat merokok
f. Tanda : peningkatan frekuensi pernapasan nafas sesak/kuat, pucat, sianosis, bunyi
napas (bersih, krekels,mengi)
3. Circulation
a. Nadi lemah, tidak teratur
b. Takikardi
c. TD meningkat/menurun
d. Gelisah
e. Akral dingin
f. Kulit pucat, sianosis
g. Output urine menurun
4. Disability
Status mental : tingkat kesadaran secara kualitatif dengan Glascow Coma Scale
(GCS) dan secara kuantitatif yaitu :
Compos mentis : sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan
tentang keadaan sekelilingnya.
Apatis : keadaaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
kehidupan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
Somnolen : keadaan kesadaran mau tidur saja, dapat dibangunkan dengan
rangsangan nyeri, tetapi jatuh tidur lagi
Delirium : keadaan kacau motoric yang sangat memberontak, berteriak-teriak,
dan tidak sadar terhadap orang lain, tempat dan waktu
Spoor/semi koma : keadaan kesadaran yang menyerupai koma, reaksi hanya
dapat ditimbulkan dengan rangsangan nyeri.
Koma : keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dan tidak dapat
dibangunkan dengan rangsangan nyeri
5.Exposure
1. Keluhan utama
Keluhan utama yaitu penyebab klien masuk rumah sakit yang dirasakan saat
dilakukan pengkajian yang ditulis dengan singkat dan jelas. Keluhan klien bisa terjadi
sesak napas, badan terasa lemas, nafsu makan menurun.
2. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan alasan awal klien merasakan keluhan sampai akhirnya dibawah ke rumah
sakit dan pengembangan dari keluhan utama dengan menggunakan PQRST
P (Provokative/palliative) : apa yang menyebabkan gejala bertambah berat
dan apa yang dapat mengurangi gejala
Q (quality/quantity) : apa gejala dirasakan namun sejauh mana gejala yang
timbul dirasakan
R (region/radiation) : dimana gejala dirasakan? Menyebut? Yang harus
dilakukan untuk mengurangi dan menghilangkan rasa tersebut
S (saferity/scale) : berapa tingkat parahnya dan gejala dirasakan? Skalanya
berapa
T (timing) : lamanya gejala dirasakan? Waktu tepatnya gejala mulai dirasakan
3. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan mengenai masalah-masalah seperti adanya riwayat penyakit jantung,
hipertensi, perokok hebat, dan diabetes mellitus
4. Riwayat penyakit keluarga
Hal yang perlu dikaji dalam keluarga klien adakah yang menderita penyakit yang
sama dengan klien, penyakit jantung, gagal jantung, hipertensi.
5. Riwayat psikososial spiritual
Yaitu respon emosi klien pada penyakit yang diderita klien dan peran klien pada
keluarga dan masyarakat serta respon dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari
dalam keluarga atau masyarakat
6. Pola persepsi dan konsep diri
Resiko dapat timbul oleh pasien gagal jantung yaitu timbul kan kecemasan akibat
penyakitnya. Dimana klien tidak bisa beraktivitas aktif seperti dulu karena jantungnya
mulai lemah
7. Pola aktivitas sehari-hari
a) Pola Nutrisi
Kebiasaan makan klien sehari-hari,kebiasaan makan-makanan yang dikomsumsi
dan kebiasaan minum klien sehari-hari, mengalami penurunan nafsu
makan,meliputi frekuensi,jenis,jumlah dan masalah yang dirasakan
b) Pola Eliminasi
Kebiasaan BAB dan BAK klien akan berpengaruh terhadap perubahan system
tubuhnya.
c) Pola Istirahat Tidur
Kebiasaan klien tidur sehari-hari,terjadi perubahan saat gejala sesak nafas.
sehingga hal ini dapat mengganggu tidur klien.
d) Personal Hygiene
Yang perlu dikaji sebelum dan sesudah pada pasien yaitu kebiasaan mandi,gosok
gigi,cuci rambut,dan memotong kuku.
e) Pola Aktivitas
Sejauh mana kemampuan klien dalam beraktiftas denga kondisi yang dialami pada
saat ini.
2.7 Diagnosa primer dan sekunder Keracunan
Diagnosa yang muncul pada masalah Keracunan menurut SDKI
a. Diagnosa primer
1. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas
2. Nyeri akut b.d agen pencedera biologis
3. Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan
b. Diagnosa sekunder
1. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
2. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri
2.8 Intervensi yang dapat dilakukan pada pasien keracunan
a. Intervensi keperawatan diagnosa primer
(PPNI T. P., Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, 2018)
1. Observasi
Monitor pola napas
(frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
Monitor bunyi napas
tambahan (mis.
Gurgling, mengi,
weezing, ronkhi
kering)
Monitor sputum
(jumlah, warna,
aroma)
2. Terapeutik
Pertahankan kepatenan
jalan napas dengan
head-tilt dan chin-lift
(jaw-thrust jika curiga
trauma cervical)
Posisikan semi-Fowler
atau Fowler
Berikan minum hangat
Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum
Penghisapan
endotrakeal
Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsepMcGill
Berikan oksigen, jika
perlu
3. Edukasi
Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi.
Ajarkan teknik batuk
efektif
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
1. Observasi
Identifikasi
kemungkinan
penyebab BB kurang
Monitor adanya mual
dan muntah
Monitor jumlah
kalorimyang
dikomsumsi sehari-
hari
Monitor berat badan
Monitor albumin,
limfosit, dan elektrolit
serum
2. Terapeutik
Berikan perawatan
mulut sebelum
pemberian makan, jika
perlu
Sediakan makan yang
tepat sesuai kondisi
pasien( mis. Makanan
dengan tekstur halus,
makanan yang
diblander, makanan
cair yang diberikan
melalui NGT atau
Gastrostomi, total
perenteral nutritition
sesui indikasi)
Hidangkan makan
secara menarik
Berikan suplemen,
jika perlu
Berikan pujian pada
pasien atau keluarga
untuk peningkatan
yang dicapai
3. Edukasi
Jelaskan jenis
makanan yang bergizi
tinggi, namuntetap
terjangkau
Jelaskan peningkatan
asupan kalori yang
dibutuhkan
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Keracunan merupakan hal yang juga penting untuk Anda ketahui dalam keperawatan
kegawatdaruratan. Sebagai petugas kesehatan Anda harus selalu siap dan dapat melakukan
pertolongan serta perawatan darurat pada keracunan. Keracunan dapat terjadi pada siapa,
dimana dan kapan saja. Racun adalah zat yang ketika tertelan dalam jumlah yang relatif
kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan dapat
didefinisikan sebagai masuknya suatu zat racun ke dalam tubuh yang mempunyai efek
membahayakan/mengganggu fungsi organ dan tidak ditentukan oleh jumlah, jenis, frekuensi
dan durasi yang terjadi karena disengaja maupun tidak disengaja bahkan dapat menimbulkan
kematian. Keracunan bisa disebabkan karena makanan, zat kimia, gas beracun, obat-
obatan/narkotika, pestisida maupun binatang berbisa. Pengkajian Primer terdiri dari: Status
A-B-C, jenis, durasi, frekuensi, lokasi dan tingkat kesadaran. Pengkajian Sekunder meliputi:
Hasil laboratorium dan riwayat kontak dengan racun. Banyak gejala yang dapat timbul
akibat keracunan seperti muntah, pucat, kejang, koma, somnolen, luka bakar di mulut,
demam, hipereksitabilitas dan diare. Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan adanya
penurunan kesadaran, pupil konstriksi/dilatasi, sianosis, dan keringat dingin.
1.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah diatas jauh dari kesempurnaan. Kami akan memperbaiki
makalah diatas dengan berpedoman pada sumber-sumber yang dapat di
pertanggungjawabkan. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran mengenai
pembahasan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Krisanty, dkk.2011. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans Info Media.
Sartono. 2001. Racun dan Keracunan. Jakarta: Widya Medika.
Suprapto.2019. Keperawatan Gawat Darurat & Manajemen Bencana.Makassar: LP2M
AKPER Sandi Karsa PPNI, T. P. (2016). Standar diagnosis keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus PPN.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat.
PPNI, T. P. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat.
https://pdfcoffee.com/askep-gadar-keracunan-4-pdf-free.html