Pembimbing :
Gadur Blasius.,S.Kep.,Ns.,Msi
Oleh Mahasiswa :
1. Jeni Abi
2. Kristanty Tafetin
Jurusan Keperawatan
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya yang maha
kuasa penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk
memenuhi tugas terstruktur mata kuliah keperawatan gawat darurat. Makalah ini berjudul “Asuhan
Keperawatan Kegawatdaruratan Muskulo Skeletal : Dislokasi”. Penulis sdar bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan.Oleh karena itu penulis menerima setiap masukan yang
diberikan untuk memperbaiki penulisan makalah ini kedepannya.
Penulis
2
Daftar Isi
Contents
Kata Pengantar......................................................................................................................................................2
Daftar Isi................................................................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................................4
1.2 Tujuan....................................................................................................................................................5
1.2.1 Tujuan Umum................................................................................................................................5
1.2.2 Tujuan Khusus...............................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................................6
2.1 Defenisi Dislokasi Sendi........................................................................................................................6
2.2 Etiologi Dislokasi Sendi........................................................................................................................6
2.3 Manifestasi Klinis Dislokasi Sendi........................................................................................................7
2.4 Patofisiologi Dislokasi Sendi.................................................................................................................7
2.5 Pemeriksaan Penunjang Dislokasi Sendi..............................................................................................8
2.6 Penatalaksanaan Dislokasi.....................................................................................................................8
2.7 Pengkajian Primer Dan Sekunder Pada Pasien Dislokasi Sendi...........................................................10
2.8 Diagnosa Keperawatan........................................................................................................................11
2.9 Intervensi Keperawatan.......................................................................................................................11
2.10 Implementasi Keperawatan Dislokasi Sendi.......................................................................................13
2.11 Evaluasi Keperawatan Dislokasi Sendi..................................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
4. Patofisiologi dislokasi sendi
5. Pemeriksaan penunjang dislokasi sendi
6. Penatalaksanaan dislokasi sendi
7. Pengkajian primer dan sekunder pada pasien dislokasi sendi
8. Diagnosa yang berikan pada pasien dislokasi sendi
9. Intervensi yang dapat dilakukan pada pasien dilokasi sendi
10. Evaluasi keperawatan dislokasi sendi
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Khoirot Rysida (2015) menyatakan etiologi Dislokasi sendi dapat disebabkan oleh :
1) Cedera Olahraga
Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta
olahraga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain
6
basket dan keeper pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-
jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.
3) Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.
4) Patologis
Terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul articuler yang merupakan komponen vital
penghubung tulang.
Nyeri akut
Perubahan kontur sendi
Perubahan panjang ekstremitas
Kehilangan mobilitas normal
Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
Gangguan gerakan
Kekakuan
Pembengkakan
Deformitas pada persen
7
Cedera akibat olahraga dikarenakan beberapa hal seperti tidak melakukan exercise
sebelum olahraga memungkinkanterjadinya dislokasi, dimana cedera olahraga menyebabkan
terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur
sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya terjadinya kompresi jaringan tulang yang terdorong ke
depan
sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang berpindah dari
posisi normal. Keadaan tersebut dikatakan sebagai dislokasi. Begitu pula dengan trauma
kecelakaan karena kurang kehati-hatian dalam melakukan suatu tindakan atau saat berkendara
tidak menggunakan helm dan sabuk pengaman memungkinkan terjadi dislokasi. Trauma
kecelakaan dapat kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur
sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya terjadinya kompres jaringan tulang yang terdorong ke
depan sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang
berpindah dari posisi normal yang menyebabkan dislokasi.
1) Sinar-X (Rontgen)
2) CT Scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan komputer,
sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran secara 3 dimensi.
Pada psien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada pada tempatnya
3) MRI
8
1.) Farmakologi (ISO Indonesia 2011-2012)
Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala, nyeri
pinggang. Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis. Dosis: sesudah makan,
dewasa: sehari 3×1 kapsul, anak: sehari 3×1/2 kapsul.
Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang, kondisi
akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot, nyeri setelah melahirkan. Efek
samping dari obat ini adalah mual, muntah, agranulositosis, aeukopenia. Dosis: dewasa;
dosis awal 500mg lalu 250mg tiap 6 jam.
2) Pembedahan
a) Operasi ortopedi
Reduksi Terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang patah setelah
terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang patah.
Fiksasi Interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup, plat, paku dan
pin logam
Graft Tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun heterolog) untuk
memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi atau mengganti tulang yang
berpenyakit.
9
Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan bahan logam atau sintetis.
NON MEDIS
2) RICE
R : Rest (istirahat)
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan kimia darah, hitung sel darah lengkap,
penentuan golongan darah dan uji silang, hitung trombosit, urinalisasi, dan penentuan gula
darah, BUM dan elektrolit.
d. Aktivitas/istirahat
Kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
Keterbatasan mobilitas
e. Sirkulasi
Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
Tachikardi
Penurunan nadi pada bagian distal yang cidera
Capilary refil melambat
Pucat pada bagian yang terkena
Masa hematoma pada sisi cedera
f. Neurosensori
Kesemutan
Kelemahan
Deformitas lokal, agulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi (bunyi berderit),
spasme otot, terlihat kelemahan/hilang fungsi.
Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/anxietas
g. Kenyamanan
Nyeri hebat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area
jaringan/kerusakan tulang, dapat berkurang dengan imobilasasi) tak ada nyeri akibat
kerusakan syaraf.
Spasme/ kram otot (setelah immobilisasi).
h. Keamanan
Laserasi kulit
11
Perdarahan
Perubahan warna
Pembengkakan local
12
No. SDKI SLKI SIKI
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama : Manajemen nyeri
dengan agen pencedera Asuhan keperawatan (I.08238)
fisik (trauma dislokasi). selama 1x24 jam, Observasi:
(.D.0077) diharapkan masalah nyeri 1. Identifikasi lokasi,
dapat hilang atau teratasi karakteristik,durasi,frekuensi,
dengan kualitas, intensitas nyeri
Kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
Luaran utama: Tingkat 3. Identifikasi pengetahuan dan
nyeri (L.08066) keyakinan tentang nyeri.
1. Keluahn nyeri Terapeutik:
menurun (5) 1. Berikan teknik non
2. Meringis menurun farmakologis untuk rasa
(5) nyeri (kompres dingin)
Luaran tambahan: Kontrol 2. Kontrol lingkungan yang
nyeri (L.08063) memperberat rasa nyeri
1. Melaporkan nyeri (kebisingan)
terkontrol 3. Fasilitas istirahat tidur
meningkat (5) Edukasi :
2. Kemampuan 1. Jelaskan penyebab, periode
mengenali dan pemicu nyeri
penyebab nyeri 2. Jelaskan strategi meredakan
meningkat (5) nyeri
3. Kemampuan 3. Anjurkan memonitor nyeri
menggunakan secara mandiri
teknik non- 4. Anjurkan teknik non
farmakologis farmakologis untuk
meningkat (5) mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
analgetik
13
dengan keluhan fisik lainnya
Kriteria hasil: 2. Identifikasi toleransi fisik
Luaran utama : Mobilitas melakukan ambulasi
fisik (L.05042) 3. Memonitor frekuensi jantung
1. Pergerakan dan tekanan darah sebelum
ekstermitas memulai ambulasi
meningkat (5) Terapeutik:
2. Rentang gerak 1. Fasilitasi aktivitas ambulasi
(ROM) meningkat dengan alat bantu (tongkat)
(5) 2. Libatkan keluarga untuk
Luaran tabahan: membantu pasien dalam
pergerakan sendi (L.05044) meningkatkan ambulasi
1. Lutut (kanan) edukasi
meningkat (5) Edukasi:
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
2. Anjurkan melakukan
ambulasi dini
3. Anjurkan ambulasi sederhana
yang dilakukan (berjalan dari
tempat tidur ke kursi roda,
berjalan dari tempat tidur ke
kamar mandi, berjalan sesuai
toleransi)
Evaluasi adalah suatu proses menilai diagnosis keperawatan keluarga yang teratasi, teratasi
sebagian atau timbul masalah baru. Melalui evaluasi kita dapat menilai pencapaian tujuan yang
14
diharapkan dan tujuan yang telah dicapai oleh keluarga. Bila tercapai sebagain atau timbul masalah
keperawatan baru, kita perlu melakukan pengkajian lebih lanjut, memodifikasikan rencana atau
mengganti dengan rencana yang lebih sesuai dengan kemampuan keluarga.
O adalah keadaan objektif yang dapat diidentifikasikan oleh perawat dengan menggunakan
pengamatan yang objektif setelah implementasu keperawatan. A merupakan analisa perawat
setelah mengetahuin respon subjektif dan objektif keluarga yang dibandingkan dengan kriteria dan
standar yang telah ditentukan mengacu pada tujuan pada rencana keperawatan keluarga. P adalah
perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisa.
Pada tahap ini ada dua evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat yaitu evaluasi
formatif yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan
yang dilakukan, sesuai dengan kontrak pelaksanan dan evaluasi sumatif yang bertujuan menilai
secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosis keperawatan apakah rencana diteruskan
sebagian , diterkan dengan perubahan intervensi, atau intervensi di hentikan.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat
hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari
tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Sebuah sendi yang ligamen-ligamennya pernah
mengalami dislokasi, biasanya menjadi kendor. Akibatnya sendi itu akan gampang mengalami
dislokasi kembali. Apabila dislokasi itu disertai pula patah tulang, pembetulannya menjadi sulit
dan harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal usaha pengembalian sendi itu dikerjakan,
semakin baik penyembuhannya.
Manifestasi klinis Brunner dan Suddarth,2019 menyebutkan manifestasi dislokasi antara lain:
Nyeri, perubahan kontur sendi, perubahan panjang ekstermitas, kehilangan mobilitas normal,
kekakuan, deformitas pada persendian, perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi,
gangguan gerakan dan pembengkakan.
Keluhan utama pada pasien dislokasi sendi mengeluh nyeri pada lutut akibat tertimpa benda
berta saat duduk dibawah benda.
3.2 SARAN
Kami menyadari bahwa makalah diatas jauh dari kesempurnaan. Kami akan
memperbaiki makalah diatas dengan berpedoman pada sumber-sumber yang dapat di
pertanggungjawabkan. Maka dari it kami mengharapkan kritik dan saran mengenai
pembahasan makalah ini.
16
DAFTAR PUSTAKA
Melti Suriya, Zuriyat. (2019). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Pada Sistem
Muskuloskeletal
Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementrian kesehatan RI. Hasil utama riskesdes
(2018)
PPNI,T .P.(2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan ; DPP PPNI
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan ; DPP PPNI
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan ; DPP PPNI
https;//jurnal.ugm.ac.id/mkgk/artickles/view/32009
17