Anda di halaman 1dari 17

Asuhan Keperawatan

Kegawatdaruratan Muskulo Skeletal : Dislokasi

Pembimbing :

Gadur Blasius.,S.Kep.,Ns.,Msi

Oleh Mahasiswa :

1. Jeni Abi
2. Kristanty Tafetin

PPN Tingkat 3 Semester 6

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kupang

Jurusan Keperawatan

Program Studi Pendidikan Profesi Ners

Tahun Ajaran 2021/2022


Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya yang maha
kuasa penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk
memenuhi tugas terstruktur mata kuliah keperawatan gawat darurat. Makalah ini berjudul “Asuhan
Keperawatan Kegawatdaruratan Muskulo Skeletal : Dislokasi”. Penulis sdar bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan.Oleh karena itu penulis menerima setiap masukan yang
diberikan untuk memperbaiki penulisan makalah ini kedepannya.

Kupang, 09 Maret 2022

Penulis

2
Daftar Isi

Contents
Kata Pengantar......................................................................................................................................................2
Daftar Isi................................................................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................................4
1.2 Tujuan....................................................................................................................................................5
1.2.1 Tujuan Umum................................................................................................................................5
1.2.2 Tujuan Khusus...............................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................................6
2.1 Defenisi Dislokasi Sendi........................................................................................................................6
2.2 Etiologi Dislokasi Sendi........................................................................................................................6
2.3 Manifestasi Klinis Dislokasi Sendi........................................................................................................7
2.4 Patofisiologi Dislokasi Sendi.................................................................................................................7
2.5 Pemeriksaan Penunjang Dislokasi Sendi..............................................................................................8
2.6 Penatalaksanaan Dislokasi.....................................................................................................................8
2.7 Pengkajian Primer Dan Sekunder Pada Pasien Dislokasi Sendi...........................................................10
2.8 Diagnosa Keperawatan........................................................................................................................11
2.9 Intervensi Keperawatan.......................................................................................................................11
2.10 Implementasi Keperawatan Dislokasi Sendi.......................................................................................13
2.11 Evaluasi Keperawatan Dislokasi Sendi..................................................................................................13

BAB III PENUTUP...........................................................................................................................................14


3.1 KESIMPULAN....................................................................................................................................14
3.2 SARAN................................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini
dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang
dari tempat yang seharusnya. Dislokasi sering terjadi pada olahragawan, biasanya berupa
dislokasi sendi bahu atau sendi pinggul. Karena bergeser dari tempatnya maka sendi itu
menjadi macet. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligmen-ligmennya biasanya
menjadi kendor. Akibatnya sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan congenitalyang
mengakibatkan kekenduran pada ligmen sehingga terjadi penurunan stabilitas sendiri. Dari
adanya traumatic akibat dari pergerakan yang berlebihan pada sendi dan dari patologik karena
adanyan penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur sendiri. Dari 3 hal tersebut,
menyebabkan dislokasi sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan tulang,
penyempitan pembulih darah. Perubahan panjang ekstermitas sehingga terjadi perubahan
struktur. Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi. Dari dislokasi sendi, perlu dilakukan
adanya reposisi dengan cara dibidai.
Untuk mencegah agar tidak terjadi seperti halnya yang telah diuraikan diatas maka
perlunya penanganan masalah dislokasi secara maksiaml salah satunya adalah dengan cara
pemberian asuhan keperawatan kepada penderita dislokasi, oleh karena itu penderita cenderung
mengakibatkan terjadinya gangguan muskuloskeletal yang manan keadaaan tersebut dapat
menghambat aktivitas sampai mengancam kehidupan penderita sehingga pemberian asuhan
keperawatan yang tepat, cepat, dan efesien dapat membuat menekan angka kejadian penderita
dislokasi.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui tentang askep kedaruratan dislokasi
1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan :
1. Defenisi dislokasi sendi
2. Etiologi dislokasi sendi
3. Manifestasi klinis dislokasi sendi

4
4. Patofisiologi dislokasi sendi
5. Pemeriksaan penunjang dislokasi sendi
6. Penatalaksanaan dislokasi sendi
7. Pengkajian primer dan sekunder pada pasien dislokasi sendi
8. Diagnosa yang berikan pada pasien dislokasi sendi
9. Intervensi yang dapat dilakukan pada pasien dilokasi sendi
10. Evaluasi keperawatan dislokasi sendi

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Dislokasi Sendi


Dislokasi sendi adalah cedera yang menyebabkan ujung tulang mengalami perubahan
posisi dari posisi normal dan artikulasi sendi hilang. Dislokasi biasanya mengikuti trauma
seperti terjatuh atau pukulan. Meskipun dislokasi dapat terjadi pada semua sendi, mereka
terjadi paling sering di bahu dan sendi akromioklavikular (Brunner, 2001; Kneale, Julia, 2011).
Dislokasi adalah keluarnya kepala sendi dari mengkutnya, dislokasi merupakan suatu
kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera (Khoirot Rysida,2015)
Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi
berhubungan secara anatomis (Brunner & Suddarth,2015)
Dislokasi sendi atau luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang membentuk
persendian terhadap tulang lain. Dislokasi sendi adalah suatu keadaan dimana permukaan sendi
tulang yang membentuk sendi tak lagi dalam hubungan anatomis. Dislokasi sendi adalah
menggambarkan individu yang mengalami atau beresiko tinggi untuk mengalami perubahan
posisi tulang dari posisinya pada sendi. Dislokasi sendi adalah fragmen fraktur saling terpisah
dan menimbulkan deformitas. Dislokasi adalah deviasi hubungan normal antara rawan yang
satu dengan rawan yang lainnya sudah tidak menyinggung satu dengan lainnya. Jadi, Dislokasi
adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya
komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat
yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Sebuah sendi yang ligamen-ligamennya pernah
mengalami dislokasi, biasanya menjadi kendor. Akibatnya sendi itu akan gampang mengalami
dislokasi kembali. Apabila dislokasi itu disertai pula patah tulang, pembetulannya menjadi sulit
dan harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal usaha pengembalian sendi itu dikerjakan,
semakin baik penyembuhannya.

2.2 Etiologi Dislokasi Sendi

Khoirot Rysida (2015) menyatakan etiologi Dislokasi sendi dapat disebabkan oleh :

1) Cedera Olahraga

Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta
olahraga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain

6
basket dan keeper pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-
jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain

2) Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga

Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.

3) Terjatuh

Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.

4) Patologis

Terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul articuler yang merupakan komponen vital
penghubung tulang.

2.3 Manifestasi Klinis Dislokasi sendi

 Nyeri akut
 Perubahan kontur sendi
 Perubahan panjang ekstremitas
 Kehilangan mobilitas normal
 Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
 Gangguan gerakan
 Kekakuan
 Pembengkakan
 Deformitas pada persen

2.4 Patofisiologi dislokasi sendi


Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan congenital yang
mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi penurunan stabilitas sendi. Dari
adanya traumatic akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi dan dari patologik karena
adanya penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur sendi. Dari 3 hal tersebut,
menyebabkan dislokasi sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan tulang,
penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas sehingga terjadi perubahan
struktur. Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi. Dari dislokasi sendi, perlu dilakukan
adanya reposisi dengan cara dibidai.

7
Cedera akibat olahraga dikarenakan beberapa hal seperti tidak melakukan exercise
sebelum olahraga memungkinkanterjadinya dislokasi, dimana cedera olahraga menyebabkan
terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur
sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya terjadinya kompresi jaringan tulang yang terdorong ke
depan

sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang berpindah dari
posisi normal. Keadaan tersebut dikatakan sebagai dislokasi. Begitu pula dengan trauma
kecelakaan karena kurang kehati-hatian dalam melakukan suatu tindakan atau saat berkendara
tidak menggunakan helm dan sabuk pengaman memungkinkan terjadi dislokasi. Trauma
kecelakaan dapat kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur
sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya terjadinya kompres jaringan tulang yang terdorong ke
depan sehingga merobek kapsul/menyebabkan tepi glenoid teravulsi akibatnya tulang
berpindah dari posisi normal yang menyebabkan dislokasi.

2.5 Pemeriksaan penunjang dislokasi sendi

1) Sinar-X (Rontgen)

Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk membantu


menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi ditemukan adanya pergeseran sendi
dari mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna putih.

2) CT Scan

CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan komputer,
sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran secara 3 dimensi.
Pada psien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada pada tempatnya

3) MRI

MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan frekuensi


radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran
tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti halnya CT-Scan, pada
pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi.

2.6 Penatalaksanaan Dislokasi


MEDIS

8
1.) Farmakologi (ISO Indonesia 2011-2012)

a.) Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik

 Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala, nyeri
pinggang. Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis. Dosis: sesudah makan,
dewasa: sehari 3×1 kapsul, anak: sehari 3×1/2 kapsul.

 Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang, kondisi
akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot, nyeri setelah melahirkan. Efek
samping dari obat ini adalah mual, muntah, agranulositosis, aeukopenia. Dosis: dewasa;
dosis awal 500mg lalu 250mg tiap 6 jam.

2) Pembedahan

a) Operasi ortopedi

Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan pada


pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-kondisi arthritis yang
mempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut dan bahu melalui bedah invasif minimal dan
bedah penggantian sendi. Prosedur pembedahan yang sering dilakukan meliputi Reduksi
Terbuka dengan Fiksasi Interna atau disingkat ORIF (Open Reduction and Fixation).Berikut
dibawah ini jenis-jenis pembedahan ortopedi dan indikasinya yang lazim dilakukan :

 Reduksi Terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang patah setelah
terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang patah.

 Fiksasi Interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup, plat, paku dan
pin logam

 Graft Tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun heterolog) untuk
memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi atau mengganti tulang yang
berpenyakit.

 Amputasi : penghilangan bagian tubuh.

 Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat yang memungkinkan


ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang besar) atau melalui
pembedahan sendi terbuka.

 Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.

9
 Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan bahan logam atau sintetis.

 Penggantian sendi total: penggantian kedua permukaan artikuler dalam sendidengan


logam atau sintetis

NON MEDIS

1) Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika


dislokasi berat.

2) RICE

R : Rest (istirahat)

I : Ice (kompres dengan es)

C : Compression (kompresi / pemasangan pembalut tekan)

E : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)

2.7 Pengkajian primer dan sekunder pada pasien dislokasi sendi


A Pengkajian primer
1.) Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat
kelemahan reflek batuk.
2.) Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit
dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi/ aspirasi.
3.) Circulation
TD dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi
jantung normal pada tahap dini, distrimia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin,
sianosis pada tahap lanjut.
B. Pengkajian sekunder
a. Pengkajian Fisik
 Tampak adanya perubahan kontur sendi mengalami dislokasi
 Tampak perubahan panjang ekstermitas pada daerah yang mengalami dislokasi
 Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi
 Tampak adanya lebam pada dislokasi sendi
b. Pengkajian psikososial
10
Kaji bagaimana pola interaksi klien disekitarnya seperti hubungan dengan keluarga
maupun dengan perawat

c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan kimia darah, hitung sel darah lengkap,
penentuan golongan darah dan uji silang, hitung trombosit, urinalisasi, dan penentuan gula
darah, BUM dan elektrolit.

d. Aktivitas/istirahat
 Kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
 Keterbatasan mobilitas

e. Sirkulasi
 Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
 Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
 Tachikardi
 Penurunan nadi pada bagian distal yang cidera
 Capilary refil melambat
 Pucat pada bagian yang terkena
 Masa hematoma pada sisi cedera

f. Neurosensori
 Kesemutan
 Kelemahan
 Deformitas lokal, agulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi (bunyi berderit),
spasme otot, terlihat kelemahan/hilang fungsi.
 Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/anxietas

g. Kenyamanan
 Nyeri hebat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area
jaringan/kerusakan tulang, dapat berkurang dengan imobilasasi) tak ada nyeri akibat
kerusakan syaraf.
 Spasme/ kram otot (setelah immobilisasi).

h. Keamanan
 Laserasi kulit

11
 Perdarahan
 Perubahan warna

 Pembengkakan local

2.8 Diagnosa keperawatan


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (Trauma Dislokasi (SDKI.
D.0077)
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelakuan sendi (SDKI. D.0054)

2.9 Intervensi keperawatan

12
No. SDKI SLKI SIKI
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama : Manajemen nyeri
dengan agen pencedera Asuhan keperawatan (I.08238)
fisik (trauma dislokasi). selama 1x24 jam, Observasi:
(.D.0077) diharapkan masalah nyeri 1. Identifikasi lokasi,
dapat hilang atau teratasi karakteristik,durasi,frekuensi,
dengan kualitas, intensitas nyeri
Kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
Luaran utama: Tingkat 3. Identifikasi pengetahuan dan
nyeri (L.08066) keyakinan tentang nyeri.
1. Keluahn nyeri Terapeutik:
menurun (5) 1. Berikan teknik non
2. Meringis menurun farmakologis untuk rasa
(5) nyeri (kompres dingin)
Luaran tambahan: Kontrol 2. Kontrol lingkungan yang
nyeri (L.08063) memperberat rasa nyeri
1. Melaporkan nyeri (kebisingan)
terkontrol 3. Fasilitas istirahat tidur
meningkat (5) Edukasi :
2. Kemampuan 1. Jelaskan penyebab, periode
mengenali dan pemicu nyeri
penyebab nyeri 2. Jelaskan strategi meredakan
meningkat (5) nyeri
3. Kemampuan 3. Anjurkan memonitor nyeri
menggunakan secara mandiri
teknik non- 4. Anjurkan teknik non
farmakologis farmakologis untuk
meningkat (5) mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
analgetik

2. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama : dukungan


berhubungan dengan
asuhan keperawatan selama ambulasi (I.06171)
kekakuan sendi (D.0054)
1x24 jam, diharapkan Observasi
masalah nyeri dapat hilang 1. Identifikasi adanya nyeri atau

13
dengan keluhan fisik lainnya
Kriteria hasil: 2. Identifikasi toleransi fisik
Luaran utama : Mobilitas melakukan ambulasi
fisik (L.05042) 3. Memonitor frekuensi jantung
1. Pergerakan dan tekanan darah sebelum
ekstermitas memulai ambulasi
meningkat (5) Terapeutik:
2. Rentang gerak 1. Fasilitasi aktivitas ambulasi
(ROM) meningkat dengan alat bantu (tongkat)
(5) 2. Libatkan keluarga untuk
Luaran tabahan: membantu pasien dalam
pergerakan sendi (L.05044) meningkatkan ambulasi
1. Lutut (kanan) edukasi
meningkat (5) Edukasi:
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi
2. Anjurkan melakukan
ambulasi dini
3. Anjurkan ambulasi sederhana
yang dilakukan (berjalan dari
tempat tidur ke kursi roda,
berjalan dari tempat tidur ke
kamar mandi, berjalan sesuai
toleransi)

2.10 Implementasi keperawatan dislokasi sendi


Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi, sesuai dengan
intervensi yang telah disusun sebelumnya (Hidayat, 2021). Implementasi keperawatan pada
pasien dengan dislokasi merupakan pelaksanaan rencana asuhan keperawatan yang
dikembangkan selama tahap perencanaan. Implementasi mencakup penyelesaian tindakan
keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dalam
mengidentifikasi sampai melakukan kolaborasi (Siregar dkk,2021)
2.11 Evaluasi keperawatan dislokasi sendi

Evaluasi adalah suatu proses menilai diagnosis keperawatan keluarga yang teratasi, teratasi
sebagian atau timbul masalah baru. Melalui evaluasi kita dapat menilai pencapaian tujuan yang

14
diharapkan dan tujuan yang telah dicapai oleh keluarga. Bila tercapai sebagain atau timbul masalah
keperawatan baru, kita perlu melakukan pengkajian lebih lanjut, memodifikasikan rencana atau
mengganti dengan rencana yang lebih sesuai dengan kemampuan keluarga.

Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional dengan pengertian S


adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh keluarga setelah
diberikan implementasi keperawatan.

O adalah keadaan objektif yang dapat diidentifikasikan oleh perawat dengan menggunakan
pengamatan yang objektif setelah implementasu keperawatan. A merupakan analisa perawat
setelah mengetahuin respon subjektif dan objektif keluarga yang dibandingkan dengan kriteria dan
standar yang telah ditentukan mengacu pada tujuan pada rencana keperawatan keluarga. P adalah
perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisa.

Pada tahap ini ada dua evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat yaitu evaluasi
formatif yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan
yang dilakukan, sesuai dengan kontrak pelaksanan dan evaluasi sumatif yang bertujuan menilai
secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosis keperawatan apakah rencana diteruskan
sebagian , diterkan dengan perubahan intervensi, atau intervensi di hentikan.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat
hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari
tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Sebuah sendi yang ligamen-ligamennya pernah
mengalami dislokasi, biasanya menjadi kendor. Akibatnya sendi itu akan gampang mengalami
dislokasi kembali. Apabila dislokasi itu disertai pula patah tulang, pembetulannya menjadi sulit
dan harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin awal usaha pengembalian sendi itu dikerjakan,
semakin baik penyembuhannya.

Manifestasi klinis Brunner dan Suddarth,2019 menyebutkan manifestasi dislokasi antara lain:
Nyeri, perubahan kontur sendi, perubahan panjang ekstermitas, kehilangan mobilitas normal,
kekakuan, deformitas pada persendian, perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi,
gangguan gerakan dan pembengkakan.

Keluhan utama pada pasien dislokasi sendi mengeluh nyeri pada lutut akibat tertimpa benda
berta saat duduk dibawah benda.

3.2 SARAN
Kami menyadari bahwa makalah diatas jauh dari kesempurnaan. Kami akan
memperbaiki makalah diatas dengan berpedoman pada sumber-sumber yang dapat di
pertanggungjawabkan. Maka dari it kami mengharapkan kritik dan saran mengenai
pembahasan makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Melti Suriya, Zuriyat. (2019). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Pada Sistem
Muskuloskeletal
Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementrian kesehatan RI. Hasil utama riskesdes
(2018)
PPNI,T .P.(2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan ; DPP PPNI
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan ; DPP PPNI
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan ; DPP PPNI
https;//jurnal.ugm.ac.id/mkgk/artickles/view/32009

17

Anda mungkin juga menyukai