Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

MANAJAMEN KECELAKAAN DISLOKASI

Dosen pembimbing : Dwi Ari Murti W. MN

DISUSUN OLEH

Adzhani Febriyanti

P1337420718030

Florence Nightingale 1

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

PRODI DIV KEPERAWATAN MAGELANG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat

dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang

berjudul “Manajemen Pertolongan Pasien Kecelakaan Dislokasi”. Semoga

makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi, petunjuk maupun

pedoman bagi pembaca.

Dalam penulisan makalah dengan judul “Manajemen Pertolongan Pasien

Kecelakaan Dislokasi” ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik dalam

penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis.

Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak,untuk

menyempurnaan pembuatan makalah ini.

Tak lupa saya ucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah

mambantu dan mendukung penyelesaian makalah ini. Penulis berharap semoga

makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Temanggung, 13 September 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dislokasi atau luksasio adalah kehilangan hubungan yang normal antara

kedua permukaan sendi secara komplet / lengkap ( jeffrey m.spivak et al ,

1999).

Terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi, Dislokasi ini

dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh

komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).

Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis

membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya.

Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.

Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi

sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka

sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi

yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi

kendor. Akibatnya, sendi itu akan mudah mengalami dislokasi lagi.

Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma

karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dislokasi?

2. Apa saja jenis-jenis dislokasi?


3. Bagaimana tanda dan gejala dislokasi?

4. Apa penyebab terjadinya dislokasi?

5. Bagaimana komplikasi yang terjadi pada dislokasi?

6. Bagaimana management pertolongan pasien dengan dislokasi?

C. Tujuan

1. Mengetahui definisi dislokasi

2. Mengetahui jenis jenis dislokasi

3. Mengetahui bagaimana tanda dan gejala dislokasi

4. Mengetahui apa penyebab terjadinya dislokasi

5. Mengetahui bagaimana komplikasi yang terjadi pada dislokasi

6. Mengetahui bagaimana management pertolongan pasien dengan

dislokasi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Tenggelam

Dislokasi adalah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari

mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan

pertolongan segera. (Arif Mansyur, dkk. 2000).

Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk

sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi).

(Brunner & Suddarth).

Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat

menyebabkan patah tulang di sertai luksasi sendi yang disebut fraktur

dislokasi.( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138).

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari

kesatuan sendi.Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang

bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang

seharusnya (dari mangkuk sendi).Seseorang yang tidak dapat

mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah

karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi

rahangnya telah mengalami dislokasi.

B. Jenis-jenis Dislokasi

Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Dislokasi kongenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.

2. Dislokasi patologik.
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi.misalnya tumor,
infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang
yang berkurang.
3. Dislokasi traumatik.
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan

mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat

edema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang

kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya

dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system

vaskular.Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.

Berdasarkan tipe kliniknya dibagi :


1. Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut
dan pembengkakan di sekitar sendi
2. Dislokasi Berulang.
Jika suatu trauma dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi

yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi

berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral

joint. Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang/fraktur

yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh

karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.

Berdasarkan tempat terjadinya :

1. Dislokasi Sendi Rahang

Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena :


a. Menguap atau terlalu lebar.
b. Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka,
akibatnya penderita tidak dapat menutup mulutnya kembali.
2. Dislokasi Sendi Bahu
Pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral, berada di anterior
dan medial glenoid (dislokasi anterior), di posterior (dislokasi
posterior), dan di bawah glenoid (dislokasi inferior).
3. Dislokasi Sendi Siku
Merupakan mekanisme cederanya biasanya jatuh pada tangan yang
dapat menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah posterior dengan siku
jelas berubah bentuk dengan kerusakan sambungan tonjolan-tonjolan
tulang siku.
4. Dislokasi Sendi Jari
Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong dengan
segera sendi tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat
mengalami dislokasi ke arah telapak tangan atau punggung tangan.
5. Dislokasi Sendi Metacarpophalangeal dan Interphalangeal
Merupakan dislokasi yang disebabkan oleh hiperekstensi-ekstensi
persendian.
6. Dislokasi Panggul
Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan
atas acetabulum (dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi
anterior), dan caput femur menembus acetabulum (dislokasi sentra).
7. Dislokasi Patella
a. Paling sering terjadi ke arah lateral.
b. Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah medial pada
sisi lateral patella sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan.
c. Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan stabilisasi
secara bedah.
C. Tanda dan Gejala Dislokasi

1. Sendi asimetris
2. Nyeri

3. Bengkak

4. Kehilangan fungsi

D. Penyebab terjadinya Dislokasi

Dislokasi disebabkan oleh :

1. Cedera Olahraga.

Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola

serta olahraga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat

bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan keeper pemain sepak

bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari

karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.

2. Trauma

Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga. Benturan keras

pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.

3. Terjatuh.

4. Patologis

Terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul articuler yang merupakan

komponen vital penghubung tulang

E. Komplikasi yang Terjadi pada Dislokasi

1. Komplikasi dini

a. Cedara saraf
Saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan otot

deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot

tesebut.

b. Cedera pembuluh darah

Arteria aksillia dapat rusak

2. Komplikasi Lanjut

a. Kekakuan sendi

Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi

bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya

kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi

b. Dislokasi yang Berulang

Terjadi jika labrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari bagian

depan leher glenoid

c. Kelemahan otot

F. Management Pertolongan Pasien dengan Dislokasi

1. Jangan biarkan korban untuk memindahkan anggota badan yang

terkena. Hal ini akan meenimbulkan rasa sakit dan dapat menyebabkan

kejutan menyakitkan

2. Untuk mencegah pembengkakan dan mengurangi rasa sakit, berlaku

untuk daerah yang rusak dingin ( es pack atau air dingin). Tapi

pertama-tama bungkus dalam handuk sehingga tidak menyentuh kulit

3. Imobilisasi dengan pading (bantalan lunak) dan fiksasi ekstremitas

pada posisi nyaman


4. Reposisi secara tertutup atau terbuka dengan control anestesi

5. Terapi analgesik
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.

Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau

terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari

mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya

kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya

terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah

mengalami dislokasi.

Dislokasi disebabkan oleh Cedera Olahraga, trauma, terjatuh, atau karena

patologis.. Management pertolongan pasien dengan dislokasi diantaranya

adalah ; Jangan biarkan korban untuk memindahkan anggota badan yang

terkena, Imobilisasi dengan bantalan lunak, reposisi secara tertutup dan

terapi analgetik

B. Saran

Sebagai perawat kita harus mampu menguasai keterampilan management

kegawat daruratan karena di harapkan kita tidak hanya bisa mengabdikan

diri kita di rumah sakit namun bisa juga dengan menolong sesama di saat

ada seperti bencana alam ataupun kecelakaan.


DAFTAR PUSTAKA

Balai pelatihan kesehatan batam,2016 ,modul pelatihan emergency nursing


intermediate level ,batam,kementrian kesehatan republik indonesia

Brunner, Suddarth, (2001) Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8


Volume 3, EGC : Jakarta

Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa


Keperawatan, EGC : Jakarta.

Muttaqin.A , (2008) , Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem


Muskuloskletal,Jakarta :EGC

Pamela L.swearingen , (2000) Keperawatan Medikal –Bedah .E/2, jakarta : egc 

http://wildhealthh.com/id/pages/1371248

Anda mungkin juga menyukai