Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

Disusun Oleh :

1. Anik Tri Subekti P1337420718008


2. Gayatri Permatasari P1337420718016
3. Mela Ayu M P1337420718018
4. Wisnu Guntur P P1337420718029
5. Nidaul Hasanah P1337420718031
6. Anggita Pramudianti P1337420718038
7. Samantha Alifa R P1337420718041
8. Mochammad F P1337420718044
9. Rizki Utami P1337420718059
10. Suko Adenisa I P1337420718061
11. Wulan Tri Mulyani P1337420718064
12. Aniyya Nuzul M P1337420718065
13. Rosyada Ulfa R P1337420718067

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MAGELANG

Tahun Ajaran 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas anugerah-Nya
tugas asuhan keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Hipertensi Pada
Ny. ……………………….inidapat selesai.
Adapun tujuan penyusunan asuhan keperawatan ini adalah untuk
memenuhi tugas Keperawatan Gerontik.
Namun kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan pendahuluan
ini masih terdapat banyak kekurangan, karena itu kami sangat mengharapkan
berbagai kritik dan saran yang membangun sebagai evaluasi demi penyempurnaan
asuhan keperawatan ini selanjutnya.
Semoga laporan Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat. Terimakasih.

Magelang,….Agustus 2020
DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan

a. Latar Belakang
b. Tujuan Penulisan

BAB II Tinjauan Teori

a. Konsep Lansia
b. Pengertian (Penyakit)
c. Etiologi
d. Faktor yang mempengaruhi
e. Manifestasi Klinis
f. Patofisiologi
g. Pathways

BAB III Konsep Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan…

a. Pengkajian
b. Diagnosa Keperawatan
c. Perencanaan
d. Implementasi
e. Evaluasi

BAB IV Penerapan Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan (Askep diatas)

Pengkajian

a. Diagnosa Keperawatan
b. Perencanaan
c. Implementasi
d. Evaluasi

BAB V Penutup

Daftar Pustaka
BAB I

Pendahuluan

a. Latar Belakang
Tekanan darah yaitu jumlah gaya yang diberikan oleh darah di
bagian dalam arteri saat darah dipompa ke seluruh sistem peredaran darah.
Tekanan darah tidak pernah konstan. Tekanan darah dapat berubah drastis
dalam hitungan detik dan menyesuaikan diri dengan tuntutan pada saat itu
(Herbert Benson,dkk,2012).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak
hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita
penyakit lain seperti penyakit syaraf, ginjal, dan pembuluh darah (Sylvia
A. Price, 2015).

b. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan laporan pendahuluan ini adalah :
1. Untuk memenhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik.
2. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya hipertensi
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengembalian kesehatan orang yang
terkena hipertensi
4. Untuk mengetahui cara penyembuhan hipertensi
BAB II

Tinjauan Teori

a. Konsep Lansia
1. Perngertian Lanjut Usia
Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari
(Azwar, 2006).
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu
kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan
proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).
Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang
mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain
(Wahyudi, 2000).
2. Batasan Lansia
WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/
biologis menjadi 4 kelompok yaitu :
1) Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59
2) Lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun
4) Usia sangat tua (Very old) di atas 90 tahun.
3. Karakteristik Lansia
Beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui
keberadaan masalah kesehatan lansia adalah:
a) Jenis kelamin
Lansia lebih banyak pada wanita. Terdapat perbedaan kebutuhan
dan masalah kesehatan yang berbeda antara lansia laki-laki dan
perempuan. Misalnya lansia laki-laki sibuk dengan hipertropi
prostat, maka perempuan mungkin menghadapi osteoporosis.
b) Status perkawinan
Status masih pasangan lengkap atau sudah hidup janda atau duda
akan mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun
psikologis.
c) Living arrangement :
misalnya keadaan pasangan, tinggal sendiri atau bersama instri,
anak atau kekuarga lainnya.
d) Kondisi kesehatan
- Kondisi umum: Kemampuan umum untuk tidak tergantung
kepada orang lain dalam kegiatan sehari-hari seperti mandi,
buang air besar dan kecil.
- Frekuensi sakit: Frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan
menjadi tidak produktif lagi bahkan mulai tergantung kepada
orang lain.
e) Keadaan ekonomi
- Sumber pendapatan resmi: Pensiunan ditambah sumber
pendapatan lain kalau masih bisa aktif.
- Sumber pendapatan keluarga: Ada bahkan tidaknya bantuan
keuangan dari anak atau keluarga lainnya atau bahkan masih
ada anggota keluarga yang tergantung padanya.
- kemampuan pendapatan: Lansia memerlukan biaya yang lebih
tinggi, sementara pendapatan semakin menurun. Status
ekonomi sangat  terancam, sehinga cukup beralasan untuk
melakukann berbagai perubahan besar dalam kehidupan,
menentukan kondisi hidup yang dengan perubahan status
ekonomi dan kondisi fisik
b. Pengertian (Penyakit)
Tekanan darah yaitu jumlah gaya yang diberikan oleh darah di
bagian dalam arteri saat darah dipompa ke seluruh sistem peredaran darah.
Tekanan darah tidak pernah konstan. Tekanan darah dapat berubah drastis
dalam hitungan detik dan menyesuaikan diri dengan tuntutan pada saat itu
(Herbert Benson,dkk,2012).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak
hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita
penyakit lain seperti penyakit syaraf, ginjal, dan pembuluh darah (Sylvia
A. Price, 2015).
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan tekanan darah tinggi
adalah penyakit kronik akibat desakan darah yang berlebihan dan hampir
tidak konstan pada arteri. Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika
memompa darah. Hipertensi berkaitan dengan meningkatnya tekanan pada
arterial sistemik baik diastolik maupun sistolik atau kedua-duanya secara
terus-menerus (Sutanto,2010).
c. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan
besar yaitu :
1) Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya. Faktor resiko hipertensi esensial yaitu :
- Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemnungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika
orang tuanya adalah penderita hipertensi.
- Ciri perseoranagan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah
: umur (jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis
kelamnin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan), ras (ras kulit
hitam lebih banyak dari kulit putih).
- Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah : konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr),
kegemukan atau makan berlebihan, stress, merokok, minum
alkohol, minum obat-obatan (ephedrine, prednisone, epineprin).
2) Hipertensi Sekunder
Jenis hipertensi ini penyebabnya dapat diketahui sebagai berikut :
- Penyakit ginjal : Glomerulonefritis, Plyelonefritis, Nekrosis tubular
akut, Tumor.
- Penyakit Vascular : Ateroklerosis, Hiperplasia, Trombosis,
Aneurisma, Emboli kolestrol dan Vaskulitis.
- Kelainan endokrin : Diabetes Melitus, Hiperteroidisme,
Hipotiroidisme.
- Penyakit saraf : Stroke, Ensephalitis, Syndrom Gulian Barre. 26 5)
Obat-obatan : Kontrasepsi Oral, Kortikosteroid.
d. Faktor yang mempengaruhi
a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah
1) Umur
Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi, dengan
bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih
besar sehingga prevalensi hipertensi dikalangan usia lanjut
cukup tinggi, yaitu sekitar 40% dengan kematian sekitar diatas
65 tahun.
 Jenis kelamin
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi,
dimana pria lebih banyak yang menderita hipertensi
dibandingkan dengan wanita, rasio sekitar 2.29 untuk
peningkatan tekanan darah sistolik.
 Keturunan
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor
keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi,
terutama pada hipertensi primer (esensial). Tentunya faktor
genetik ini juga dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lain,
yang kemudian menyebabkan seorang menderita hipertensi.
Faktor genetik juga berkaitan dengan metabolisme
pengaturan garam dan renin membran sel. Menurut Davidson
bila kedua orang tua menderita hipertensi maka sekitar 45%
akan turun ke anak-anaknya dan bila salah satu orang tuanya
yang menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke
anak-anaknya.

b. Faktor risiko yang dapat diubah


Faktor risiko dapat diubah yaitu faktor risiko yang diakibatkan
perilaku tidak sehat dari penderita hipertensi antara lain (Depkes RI,
2006) :
1) Status gizi
Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang-orang gemuk
5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang badannya
normal.
2) Psikososial dan stres
Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah,
dendam, rasa takut, rasa (bersalah) dapat merangsang kelenjar
anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung
berdenyut lebih kuat dan cepat, sehingga tekanan darah akan
meningkat. Jika stres berlangsung lama, tubuh akan berusaha
mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau
perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi
atau penyakit maag.
3) Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang
dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat
merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, dan
mengakibatkan proses artereoskelerosis, dan tekanan darah
tinggi. Pada studi autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan
merokok dengan adanya artereosklerosis pada seluruh pembuluh
darah. Merokok juga meningkatkan denyut jantung dan
kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung. Merokok
peda penderita tekanan darah tinggi semakin meningkatkan risiko
kerusakan pembuluh darah arteri.
4) Olahraga
Olahraga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan
darah dan bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan. Pada
orang tertentu dengan melakukan olahraga aerobik yang teratur
dapat menurunkan tekanan darah, tanpa perlu sampai berat badan
turun.
5) Konsumsi alkohol berlebih
Pengaruh alkohol terhadap kenaikan darah telah dibuktikan.
Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih
belum jelas. Namun, diduga peningkatan kadar kartisol, dan
peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah
berperan dalam menaikkan tekanan darah.
6) Konsumsi garam berlebih
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena
menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan
meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada masyarakat yang
mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang, ditemukan tekanan
darah rata-rata rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam
sekitar 7-8 gram tekanan darah rata-rata lebih tinggi.
 Hiperlipedimea /Hiperkolestrolemi
 Kelainan metabolisme lipid (lemak) yang ditandai dengan
peningkatan kadar kolestrol total, trigliserida, kolestrol LDL,
dan/atau penurunan kadar kolestrol HDL dalam darah.
Kolestrol merupakan faktor penting dalam terjadinya
ateroskelerosis yang mengakibatkan peninggian tahanan
perifer pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat.

e. Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan
gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan
dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal
sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa
saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal.Jika hipertensinya berat atau menahun dan
tidak diobati, bisa timbul gejala berikut (Kristanti, 2013):
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya
kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal. Kadang penderita
hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena
terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif,
yang memerlukan penanganan segera. Tanda dan gejala pada hipertensi
dibedakan menjadi : (Edward K Chung, 2013).
a. Tidak Ada Gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala Yang Lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan
medis.
f. Patofisiologi
Peningkatan curah jantung dapat terjadi melalui 2 cara yaitu
peningkatan volume cairan (preload) dan rangsangan syaraf yang
mempengaruhi kontraktilitas jantung.
g. Pathways

Faktor predisposisi: usia, jenis kelamin, stress, kurang


olahraga, genetik, konsentrasi garam.

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

otak

Resistensi pembuluh darah otak

Nyeri tengkuk/kepala

Gangguan pola tidur

Sumber : Huda Nurarif & Kusuma H., (2015)


BAB III

Konsep Asuhan Keperawatan pada Lansia denga Hipertensi

a. Pengkajian
Pengkajian
a. Identitas
Meliputi : nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, alamat
sebelum tinggal di panti, suku bangsa, status perkawinan,
pekerjaan sebelumnya, pendidikan terakhir, tanggal masuk panti,
kamar dan penanggung jawab.
b. Riwayat Masuk Panti :
Menjelaskan mengapa memilih tinggal di panti dan bagaimana
proses nya sehingga dapat bertempat tinggal di panti.
c. Riwayat Keluarga
Menggambarkan silsilah (kakek, nenek, orang tua, saudara
kandung, pasangan, dan anak-anak)
d. Riwayat Pekerjaan
Menjelaskan status pekerjaan saat ini pekerjaan sebelumnya, dan
sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan
yang tinggi.
e. Riwayat Lingkup Hidup
Meliputi : tipe tempat tinggal, jumlah kamar, jumlah orang yang
tinggal di rumah, derajat privasi, alamat, dan nomor telepon.
f. Riwayat Rekreasi
Meliputi : hoby/minat, keanggotaan organisasi, dan liburan.
g. Sumber/Sistem Pendukung
Sumber pendukung adalah anggota atau staf pelayanan kesehatan
seperti dokter, perawat atau klinik.
h. Deskripsi Harian Khusus Kebiasaan Ritual Tidur
Menjelaskan kegiatan yang dilakukan sebelum tidur. Pada pasien
lansia dengan hipertensi mengalami susah tidur sehingga dilakukan
ritual ataupun aktivitas sebelum tidur.
i. Status Kesehatan Saat Ini
Meliputi : status kesehatan umum selama setahun yang lalu, status
kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu, keluhan-keluhan
kesehatan utama, serta pengetahuan tentang penatalaksanaan
masalah kesehatan.
j. Obat-obatan
Menjelaskan obat yang telah dikonsumsi, bagaimana
mengonsumsinya, atas nama dokter siapa yang menginstruksikan
dan tanggal resep.
k. Status Imunisasi
Mengkaji status imunisasi klien pada waktu dahulu
l. Nutrisi
Menilai apakah ada perubahan nutrisi dalam makan dan minum,
pola konsumsi makanan dan riwayat peningkatan berat badan.
Biasanya pasien dengan hipertensi perlu memenuhi kandungan
nutrisi seperti karbohidrat, protein, mineral, air, lemak, dan serat.
Tetapi diet rendah garam juga berfungsi untuk mengontrol tekanan
darah pada klien.
m. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan suatu proses memeriksa tubuh pasien
dari ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe) untuk
menentukan tanda klinis dari suatu penyakit dengan teknik
inspeksi, auskultasi, palpasidan perkusi.
Pada pemeriksaan kepala dan leher meliputi pemeriksaan bentuk
kepala, penyebaran rambut, warna rambut, struktur wajah, warna
kulit, kelengkapan dan kesimetrisan mata, kelopak mata, kornea
mata, konjungtiva dan sclera, pupil dan iris, ketajaman penglihatan,
tekanan bola mata, cuping hidung, lubang hidung, tulang hidung,
dan septum nasi, menilai ukuran telinga, ketegangan telinga,
kebersihan lubang telinga, ketajaman pendengaran, keadaan bibir,
gusi dan gigi, keadaan lidah, palatum dan orofaring, posisi trakea,
tiroid, kelenjar limfe, Vena jugularis serta denyut nadi karotis.
Pada pemeriksaan payudara meliputi inspeksi terdapat atau tidak
kelainan berupa (warna kemerahan pada mammae, oedema, papilla
mammae menonjol atau tidak, hiperpigmentasi areola mammae,
apakah ada pengeluaran cairan pada putting susu), palpasi (menilai
apakah ada benjolan , pembesaran kelenjar getah bening, kemudian
disertai dengan pengkajian nyeri tekan).
Pada pemeriksaan thoraks meliputi inspeksi terdapat atau tidak
kelainan berupa (bentuk dada, penggunaan otot bantu pernafasan,
pola nafas), palpasi (penilaian vocal premitus), perkusi (menilai
bunyi perkusi apakah terdapat kelainan), dan auskultasi (penilaian
suara nafas dan adanya suara nafas tambahan).
Pada pemeriksaan jantung meliputi inspeksi dan palpasi
(mengamati ada tidaknya palpasi serta ictus kordis), perkusi
(menentukan batas-batas jantung untuk mengetahui ukuran
jantung), auskultasi (mendengar bunyi jantung, bunyi jantung
tambahan, ada atau tidak bising/murmur)
Pada pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi terdapat atau tidak
kelainan berupa (bentuk abdomen, benjolan/massa, bayangan
pembuluh darah, warna kulit abdomen, lesi pada abdomen),
auskultasi (bising usus atau peristalik usus dengan nilai normal 5-
35 kali/menit, palpasi (terdapat nyeri tekan, benjolan/masa,
pembesaran hepar dan Lien) dan perkusi (penilaian suara abdomen
serta pemeriksaan asites).
Pemeriksaan kelamin dan sekitarnya meliputi area Lubis, Meratus
uretra, anus serta perineum terdapat kelainan atau tidak.
Pada pemeriksaan muskuloskeletal meliputi pemeriksaan kekuatan
dan kelemahan ekstremitas, kesimetrisan cara berjalan.
Pada pemeriksaan integumen meliputi kebersihan, kehangatan,
warna, turgor kulit, tekstur kulit, kelembaban serta kelainan pada
kulit serta terdapat lesi atau tidak.
Pada pemeriksaan neurologis meliputi pemeriksaan tingkatan kesadaran
(GCS), pemeriksaan saraf otak (NI-NXII), fungsi motorik dan sensorik,
serta pemeriksaan reflex.

b. Diagnosa Keperawatan
1 (D.0077) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis :
peningkatan tekanan vaskuler serebral
2 (D.0055) Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol
tidur
3 (D.0056) Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
4 (D.0011) Resiko penurunan curah jantung d.d perubahan afterload

c. Perencanaan

Hari/ DX Kep Tujuan dan Intervensi


Tangga Kriteria Hasil
l
Nyeri Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri
berhubungan keperawatan …x24 jam secara
dengan agen klien dapat mengontrol komprehensif
pencidera nyeri dengan kriteria : meliputi
fisiologis : 1. Mengenal faktor lokasi,
peningkatan nyeri karakteristik,
tekanan vaskuler 2. Tindakan durasi,
serebral pertolongan nin- frekuensi,
(D.0077) farmakologi kualitas,
3. Mengenal tanda intensitas
pencetus nyeri 2. Observasi
untuk mencari reaksi
pertolongan nonverbal dan
4. Melaporkan nyeri ketidaknyaman
berkurang dengan an
menggunakan 3. Gunakan
manajemen nyeri komunikasi
5. Menyatakan rasa terapeutik agar
nyaman setelah kliendapat
nyeri berkurang mengekspresik
an nyeri
4. Ajarkan
penggunaan
teknik non
farmakologi :
teknik
relaksasi
progresif
5. Berikan
analgetik
sesuai anjuran
6. Tentukan
lokasi,
karakteristik,
kualitas dan
derajat nyeri
sebelum
pemberian
obat.
7. Cek instruksi
dokter tentang
jenis, obat,
dosis dan
frekuensi
Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan 1. Ciptakan
tidur keperawatan …x 24 jam suasana
berhubungan tidak terjadi gangguan lingkungan
dengan pola tidur dengan kriteria : yang tenang
kurangnya 1. Jumlah jam tidur dan nyaman
kontrol tidur dalam batas normal 2. Beri
(D.0055) 6-8 jam/hari kesempatan
2. Tidak klien untuk
menunjukkan istirahat/tidur
perilaku gelisah 3. Evaluasi
3. Wajah tidak pucat tingkat stress
dan konjungtiva 4. Monitor
tidak anemis keluhan nyeri
kepala
5. Lengkapi
jadwal tidur
secara teratur
Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi
aktivitas b.d keperawatan …x 24 jam 1. Tentukan
ketidakseimbanga tidak terjadi intoleransi keterbatasan
n antara suplai aktifitas dengan kriteria : klien terhadap
dan kebutuhan 1. Meningkatkan aktifitas
oksigen energi untuk 2. Tentukan
(D.0056) melakukan penyebab lain
aktifitas sehari-hari kelelahan
2. Menunjukkan 3. Observasi
penurunan gejala- asupan nutrisi
gejala intoleransi sebagai
aktifitas sumber energi
yang adekuat
4. Observasi
respons
jantung
terhadap
aktivitas (mis.
Takikardua,
disritmia,
dyspnea,
diaphoresis,
pucat, tekanan
hemodinamik
dan frekuensi
pernafasan)
5. Dorong klien
melakukan
aktifitas
sebagai
sumber energi
Resiko penurunan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji TTV
curah jantung d.d keperawatan …x 24 jam 2. Berikan
perubahan tidak terjadi penurunan lingkungan
afterload curah jantung dengan tenang,
(D.0011) kriteria : nyaman,
1. TTV dalam batas kurangi
normal aktivitas,
TD : batasi jumlah
S : 120-140 mmHg pengunjung
D : 80-90 mmHg 3. Pertambahan
N : 60-100x/mnt pembatasan
RR : 12-24x/mnt aktivitas
T : 36.5-37.5 seperti istirahat
2. Berpartisipasi ditempat
dalam aktivitas tidur/kursi
yang menurunkan 4. Bantu
TD melakukan
3. Mempertahankan aktivitas
TD dalam rentang perawatan diri
yang dapat sesuai
diterima kebutuhan

d. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan
keperawatan yang telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif dalam
pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan dan keterampilan dan
pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang
diberikan baik mutunya. Dengan demikian rencana yang telah ditentukan
tercapai

e. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil
menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari
tindakan. penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap
tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan dan
evaluasi itu sendiri.
BAB IV

Penerapan Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan (Askep diatas)

a. Pengkajian
b. Diagnosa Keperawatan
c. Perencanaan
d. Implementasi
e. Evaluasi

No Hari/
Jam EVALASI TTD
Dx Tanggal
1. Selasa, 01 15.00 S : Klien mengatakan pusingnya masih terasa.
September Skala nyeri 7
2020 O : Kesadaran : Composmentis
TD : 160/90 mmHg
N : 78
S : 36,5ºC
RR : 18x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Lakukan teknik distraksi relaxasi
2. Kolaborasi farmakologi
2 Selasa, 01 16.00 S : Klien mengatakan masih sulit untuk
September berjalan dan kaki kanan klien masih lemah.
2020 O : Kaki klien nampak sulit digerakan.
kaki klien nampak jatuh .

5 5
5 3

A : Masalah belum teratasi


P : Lanjutkan intervensi
1. Lakukan ROM pasif pada kaki klien
1. Rabu, 2 15.00 S : Klien mengatakan pusingnya berkurang.
September Skala nyeri 4
2020 O : Kesadaran : Composmentis
TD : 140/90 mmHg
N : 78
S : 36,5ºC
RR : 18x/menit
A : Masalah teratasi sebagaian
P : Lanjutkan intervensi
1. Lakukan teknik distraksi relaxasi
2. Kolaborasi farmakologi
2. Rabu, 2 16.00 S : Klien mengatakan kaki kanannya terasa
September lebih nyaman
2020 O : Klien mampu menggerakan kaki kanannya.
Klien mampu mengangkat kaki kanannya.

5 5
5 4

A : Masalah teratasi sebagian


P : Lanjutkan intervensi
1. Lakukan ROM pasif pada kaki klien
2. Gunakan alat bantugerak (kursi roda)
1. Kamis , 03 15.00 S : Klien mengatakan pusingnya berkurang.
September Skala nyeri 3
2020 O : Ekspresi klien lebih rilex dari sebelumnya
Kesadaran : Composmentis
TD : 140/70 mmHg
N : 78
S : 36,5ºC
RR : 18x/menit
A : Masalah teratasi sebagaian
P : Lanjutkan intervensi
1. Lakukan tindakan non farmakologi
(teknik relaxasi otot progresif)
2. Kolaborasi farmakologi
2. Kamis , 03 16.00 S : Klien mengatakan kaki kanannya terasa
September lebih nyaman
2020 O : Klien mampu merubah posisi sendiri.
Klien mulai mampu berdiri dan berjalan
dengan perlahan
5 5
5 4
A : Masalah teratasi sebagian
P : pertahankan intervensi
1. Lakukan ROM
BAB V

Penutup

a. Kesimpulan
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak
hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita
penyakit lain seperti penyakit syaraf, ginjal, dan pembuluh darah (Sylvia
A. Price, 2015).
b. Saran
Perawat harus memperhatikan dengan benar apa yang pasien

keluhakan dan butuhkan agar tindaka keperawatan tepat dan tercipnya

asuhan keperawatan yang baik dan maksimal.


Daftar Pustaka

Delta Agustin. 2015. Pemberian Massage Punggung Terhadap Kualitas


Tidur Pada Asuhan Keperawatan Ny.U dengan Stroke Non
Haemorogik di Ruang Anggrek II RSUD dr. Muwardi Surakarta.
Surakarta : Karya Tulis Stikes Kusuma Husada.
Depkes. 2009. Pedoman Nasional Penanggulangan Hipertensi. Jakarta.
Dinas Kesehatan Sleman. 2013. Kesehatan Usia Lanjut.
http://dinkes.slemankab. go.id/kesehatan-usia-lanjut. Dikutip
pada tanggal 27 April 2016.
Herbert Benson, dkk. 2012. Menurunkan Tekanan Darah. Jakarta:
Gramedia.
Huda Nurarif & Kusuma H,. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Edisi
Revisi Jilid 2. Jogja: Medi Action.
Agus Purwadianto (2000), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan
Praktis, Binarupa Aksara, Jakarta.
Bustan. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta

Cahyono, S. 2008. Gaya Hidup dan Penyakit Modern. Yogyakarta: Kanisius

Darmojo, R. Boedhi. (2010). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta:


FKUI.
Departemen Kesehatan RI. 2012. Pharmaceutical Care untuk Penyakit
Hipertensi. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Evelyn C.pearce (1999), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT


Gramedia, Jakarta.
Fauzi. I. 2014. Buku Pintar Deteksi Dini Gejala dan Pengobatan Asam Urat,
Diabetes dan Hipertensi. Yogyakarta: Araska.

Junaedi, E. 2013. Hipertensi Kandas Berkat Herbal. Jakarta Selatan


Kristanti, H. 2013. Mencegah dan Mengobati 11 Penyakit Kronis. Citra Pustaka:
Yogyakarta.
Kristanti, H. 2013. Mencegah dan Mengobati 11 Penyakit Kronis. Citra Pustaka:
Yogyakarta.
Ni Kadek, et al. 2014. Pengaruh Kombinasi Jus Seledri, Wortel dan Madu
Terhadap Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat.
Artikel Penelitian, Stikes Bina Husada
Nugroho, W. (2010). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC.
Rahmawati, R. 2012. Pengaruh Jus Seledri Kombinasi Wortel dan Madu
Terhadap Penurunan Tingkat Hipertensi Pada Pasien Hipertensi. Gresik
(skripsi) from: http://www.google.com , diakses 11 September 2015.
Rusdi, Nurlaela Isnawati. 2009. Awas Anda Bisa Mati Cepat Akibat Hipertensi
dan Diabetes. Yogyakarta: Powerbooks publishing.

Ritu Jain. 2011. Pengobatan Alternatif untuk Mengatasi Tekanan Darah. Jakarta:
Gramedia.

Wahdah, N. 2011. Menaklukan Hipertensi dan Diabetes. Yogyakarta: Multipress

Wijoyo, P. M. 2011. Rahasia Penyembuhan Hipertensi Secara Alami. Bee Media


Agro: Jakarta

Wilkinson, Judith. (2011). Buku saku diagnosa keperawatan: diagnose NANDA,


intervensi NIC, Kriteria hasil NOC, ed.9. Alih bahasa, Esty
Wahyuningsih; editor edisi bahasa Indonesia, Dwi Widiarti. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai