Dosen Pengampu :
Ns. Mujahidin, M.kes
Disusun Oleh kelompok 3:
1. Rani 18.14201.30.03
2. Satriyani 18.14201.30.27
4. Emilia puspita Sari 18.14201.30.40
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Askep
Dislokasi”.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1. Latar Belakang............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................7
2. Pengertian..................................................................................................................7
A. Etiologi...................................................................................................................7
B. Jenis-jenis Dislokasi Sendi......................................................................................8
C. Manifestasi Klinis.................................................................................................10
D. ANATOMI & FISIOLOGI.........................................................................................10
E. Patofisiologi..........................................................................................................15
F. Penatalaksanaan...................................................................................................16
G. Komplikasi............................................................................................................18
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................................20
1. Pengkajian................................................................................................................20
A. Anamnesis............................................................................................................20
B. Pemeriksaan fisik..................................................................................................21
C. Klasifikasi Data.....................................................................................................22
D. Diagnosa keperawatan........................................................................................22
B. Intervensi keperawatan...........................................................................................23
C. Implementasi Keperawatan.....................................................................................27
D. Evaluasi Keperawatan..............................................................................................29
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................31
1. Simpulan..................................................................................................................31
2. Saran........................................................................................................................31
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Semakin banyak orang yang melakukan olahraga rekreasional dapat
mendorong dirinya sendiri diluar batas kondisi fisiknya dan terjadi lah cedera
olahraga. Cedera terhadap sistem mukoluskletal dapat bersifat akut (sprain,
strain, dislokasi, fraktur) atau sebagai akibat penggunaan berlebihan secara
bertahap (kondromalasia, tendinitis, fraktur sterss). Atlet profesional juga
rentan terhadap cedera, meskipun latihan mereka disupervisi ketat untuk
meminimalkan terjadinya cedera. Namun sering kali atlet tersebut juga dapat
mengalami cedera muskoluskletal, salah satunya adalah dislokasi.
A. Rumusan Masalah
1. Apa yang disebut dengan dislokasi ?
2. Apa penyebab terjadinya dislokasi ?
3. Apa jenis-jenis dislokasi sendi ?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari dislokasi ?
5. Menjelaskan anatomi fisiologi disloaksi ?
6. Menjelaskan patofisiologi dislokasi ?
7. Bagaimana pathway dislokasi ?
8. Bagaimana penatalaksanaan dislokasi ?
9. Menjelaskan komplikasi dislokasi ?
10. Bagaimana askep teoritis dislokasi ?
B. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui definisi dislokasi
2. Untuk mengetahui etiologi dislokasi
3. Untuk mengetahui jenis-jenis dislokasi sendi
4. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari dislokasi
5. Untuk mengetahui anatomi fisiologi disloaksi
6. Untuk mengetahui patofisiologi dan pathway dislokasi
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dislokasi
8. Untuk mengetahui komplikasi dislokasi
9. Untuk mengetahui askep teoritis dislokas
BAB II PEMBAHASAN
2. Pengertian
Dislokasi adalah cedera struktur ligameno di sekitar sendi, akibat
gerakan menjepit atau memutar / keadaan dimana tulang-tulang yang
membentuk sendi tidak lagi berhubungan, secara anatomis (tulang lepas dari
sendi). (Brunner & Suddarth. 2002).
A. Etiologi
1. Umur
Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan
serta kekenyalan jaringan. Misalnya pada umur 30- 40 tahun kekuatan otot
akan relative menurun. Elastisitas tendon dan ligamen menurun pada usia
30 tahun.
3. Pukulan
Dislokasi lutut dapat terjadi apabila mendapat pukulan pada bagian
lututnya dan menyebabkan dislokasi.
a. Dislokasi akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip serta disertai nyeri
akut dan pembengkakan disekitar sendi
b. Dislokasi berulang
Jika suatu trauma dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi
dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut
dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint. Dislokasi
biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang yang disebabkan
berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma,
tonus/kontraksi otot dan tarikan.
Anatomi Sendi
Sendi adalah tempat pertemuan dua tulang atau lebih. Tulang-tulang ini
dipadukan dengan berbagai cara,misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa,
ligamen, tendon, fasia, atau otot. Ada 3 tipe sendi sebagai berikut :
Serat- serat yang terdapat pada substansi dasar adalah kolagen dan
elastin. Kolagen dapat dipecahkan oleh kerja kolagenase. Serat-serat
elastin memiliki sifat elastis, serat ini terdapat dalam ligamen, dinding
pembuluh darah besar, dan kulit. Elastin dipecahkan oleh enzim yang
disebut elastase.
E. Patofisiologi
Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan
congenital yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi
penurunan stabilitas sendi. Dari adanya traumatic akibat dari gerakan yang
berlebih pada sendi dan dari patologik karena adanya penyakit yang akhirnya
terjadi perubahan struktur sendi. Dari 3 hal tersebut, menyebabkan dislokasi
sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan tulang,
penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas sehingga
terjadi perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi.
Dari dislokasi sendi, perlu dilakukan adanya reposisi.
Adanya tekanan eksternal yang berlebih menyebabkan suatu masalah
yang disebut dengan dislokasi yang terutama terjadi pada ligamen. Ligamen
akan mengalami kerusakan serabut dari rusaknya serabut yang ringan maupun
total ligamen akan mengalami robek dan ligamen yang robek akan kehilangan
kemampuan stabilitasnya. Hal tersebut akan membuat pembuluh darah akan
terputus dan terjadilah edema. Sendi mengalami nyeri dan gerakan sendi
terasa sangat nyeri. Derajat disabilitas dan nyeri terus meningkat selama 2
sampai 3 jam setelah cedera akibat membengkak dan pendarahan yang terjadi
maka menimbulkan masalah yang disebut dengan dislokasi.
Pathway
Etiologi
Cedera olahraga Trauma kecelakaan
dislokasi
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan
1) Kompres dingin
Teknik : potongan es dimasukkan dalam kantong yang tidak
tembus air lalu kompreskan pada bagian yang cedera. Lamanya :
dua puluh – tiga puluh menit dengan interval kira-kira sepuluh
menit.
2) Massage es
Tekniknya dengan menggosok-gosokkan es yang telah
dibungkus dengan lama lima - tujuh menit, dapat diulang dengan
tenggang waktu sepuluh menit.
4) Semprot dingin
Tekniknya dengan menyemprotkan kloretil atau
fluorimethane ke bagian tubuh yang cedera.
c. Latihan ROM
Tidak dilakukan latihan pada saat terjadi nyeri hebat dan
perdarahan, latihan pelan-pelan dimulai setelah 7-10 hari tergantung
jaringan yang sakit.
Penatalaksanaan medis : Farmakologi
d. Analgetik
Analgetik biasanya digunakan untuk klien yang mengalami nyeri.
Berikut contoh obat analgetik :
1) Aspirin:
Kandungan : Asetosal 500mg ; Indikasi : nyeri otot ; Dosis
dewasa 1tablet atau 3tablet perhari, anak > 5tahun setengah sampai
1tablet, maksimum 1 ½ sampai 3tablet perhari.
2) Bimastan :
Kandungan : Asam Mefenamat 250mg perkapsul, 500mg perkaplet ;
Indikasi : nyeri persendian, nyeri otot ; Kontra indikasi : hipersensitif,
tungkak lambung, asma, dan ginjal ; efeksamping : mual muntah,
agranulositosis, aeukopenia ; Dosis: dewasa awal 500mg lalu 250mg
tiap 6jam.
3) Pemberian kodein atau obat analgetik lain (jika cedera berat).
G. Komplikasi
Komplikasi dislokasi meliputi :
a. Komplikasi dini
Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera. Pasien tidak dapat
mengerutkan oto deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati
rasa pada otot tersebut.
Cedera pembuluh darah : arteri aksilla dapat rusak
Fraktur dislokasi
Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma dapat ditandai dengan tidak
adanya nadi,CRT(capillary refill time) menurun,sianosis pada bagian
distal,hematoma melebar,dan dingin pada ekstremitas yang
disebabkan oleh tindakan darurat spilinting,perubahan posisi pada
yang sakit,tindakan reduksi,dan pembedahan.
b. Sindrome kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan komplikasi serius yang terjadi
karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam
jaringan parut. Hal ini disebabkan oleh edema atau perdarahan yang
menentukan otot, saraf dan pembuluh darah, atau karena tekanan dari
luar seperti gips dan pembebatan yang terlalu kuat.
c. Komplikasi lanjut
d. Kekakuan sendi bahu
Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi
bahu. Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi
abduksi.
e. Kelemahan otot.
f. Dislokasi yang berulang
Terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari bagian
depan leher glenoid.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
A. Anamnesis
B. Pemeriksaan fisik
C. Klasifikasi Data
A. Data subjektif
a) Klien mengatakan nyeri apabila beraktivitas
b) Klien mengatakan nyeri seperti ditekan benda berat
c) Klien mengatakan terjadi kekauan pada sendi
d) Klien mengatakan adanya nyeri pada sendi
e) Klien mengatakan sangat lemas
f) Klien bertanya-tanya tentang keadaannya
g) Klien mengatakan susah bergerak
B. Data objektif
a) Klien nampak lemas
b) Wajah nampak meringis
c) Keterbatasan mobilitas
d) Skala nyeri 6 (0-10)
e) Klien nampak cemas
D. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat
mobilisasi.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan atau
absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
d. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pegetahuan tentang penyakit.
e. Gangguan body image berhubungan dengan deformitas dan perubahan
bentuk tubuh.
B. Intervensi keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Gangguan rasa Rasa nyeri teratasi Kaji skala nyeri Mengetahui
nyaman nyeri dengan Berikan posisi intensitas nyeri.
berhubungan Kriteria Hasil : relaks pada pasien Posisi relaksas
dengan Klien tampak Ajarkan teknik pada pasien dapa
diskontinuitas tidak meringis distraksi dan mengalihkan focu
jaringan. lagi. relaksasi pikiran pasie
Klien tampak Berikan pada nyeri.
rileks lingkungan yang Tehnik relaksas
nyaman, dan dan distraksi dapa
aktifitas hiburan mengurangi ras
Kolaborasi nyeri.
pemberian Meningkatkan
analgesic relaksasi pasien
Analgesic
Mengurangi nyeri
C. Implementasi Keperawatan
Diagnosa Implementasi
Gangguan rasa nyaman nyeri 1. Telah dilakukan pengkajian
berhubungan dengan diskontinuitas skala nyeri.
jaringan. 2. Telah diberikan posisi relaksasi
pada pasien.
3. Telah diajarkan teknik distraksi
dan relaksasi.
4. Telah diberikan lingkungan yang
nyaman, dan pemberian aktifitas
hiburan.
5. Telah dilakukan tindakan
kolaborasi dalam pemberian
analgesic.
Gangguan mobilitas fisik 1. Telah dilakukan pengkajian
berhubungan dengan deformitas dan tingkat mobilisasi pasien.
nyeri saat mobilisasi. 2. Telah diberikan latihan ROM
3. Telah dianjurkan penggunaan
alat bantu.
4. Telah dilakukan monitoring
tonus otot.
5. Telah dilakukan tindakan
membantu pasien untuk
imobilisasi baik dari perawat
maupun keluarga.
Perubahan nutrisi kurang dari 1. Telah dilakukan pengkajian
kebutuhan tubuh berhubungan riwayat nutrisi , termasuk makan
dengan kegagalan untuk mencerna yang disukai.
atau ketidak mampuan mencerna 2. Telah dilakukan observasi dan
makanan /absorpsi nutrient yang pencatatan masukkan makanan
diperlukan untuk pembentukan sel pasien.
darah merah 3. Telah dilakukan timbang berat
badan setiap hari.
4. Telah diberikan makan sedikit
dengan frekuensi sering dan atau
makan diantara waktu makan.
5. Telah dilakukan observasi dan
pencatatan kejadian mual atau
muntah, flatus dan gejala lain
yang berhubungan.
6. Telah diberikan dan dibantu
hygiene mulut yang baik,
sebelum dan sesudah makan
dengan menggunakan sikat gigi
halus untuk penyikatan yang
lembut. Telah diberikan pencuci
mulut yang di encerkan bila
mukosa oral luka.
7. Telah dilakukan kolaborasi
dengan memantau hasil
pemeriksaan laboratorium
8. Telah dilakukan kolaborasi
dengan memberikan obat sesuai
indikasi.
Ansietas berhubungan dengan 1. Telah dilakukan pengkajian
kurangnya pengetahuan tentang tingkat ansietas klien.
penyakit. 2. Telah dilakukan membantu
pasien mengungkapkan rasa
cemas atau takutnya.
3. Telah dilakukan pengkajian
pengetahuan pasien tentang
prosedur yang akan dijalaninya.
4. Telah diberikan informasi yang
benar tentang prosedur yang
akan di jalani pasien.
Gangguan bodi image berhubungan 1. Telah dilakukan pengkajian
dengan deformitas dan perubahan konsep diri pasien.
bentuk tubuh. 2. Telah diajarkan pola BHSP
dengan pasien.
3. Telah dilakukan tindakan
membantu pasien
mngungkapkan masalahnya.
4. Telah dilakukan tindakan
membantu pasien mengatasi
masalahnya.
D. Evaluasi Keperawatan
Diagnosa Evaluasi
Gangguan rasa nyaman nyeri S : Pasien mengatakan “ Sus, saat ini
berhubungan dengan diskontinuitas saya merasa lebih rileks dan bisa tidur
jaringan. dengan nyenyak”.
O : Pasien tidak terlihat meringis nyeri.
A : Masalah dapat teratasi.
P : Intervensi dihentikan
Gangguan mobilitas fisik S : Pasien berkata bahwa ia sudah bisa
berhubungan dengan deformitas dan jalan-jalan dengan kruk.
nyeri saat mobilisasi. O : Tekanan darah 120/80 mmHg.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.
Perubahan nutrisi kurang dari S : Pasien mengatakan “ makanan saya
kebutuhan tubuh berhubungan pagi ini sudah saya habiskan, Sus”.
dengan kegagalan untuk mencerna O : Adanya peningkatan berat badan.
atau ketidak mampuan mencerna A : Masalah teratasi sebagian
makanan /absorpsi nutrient yang P : Intervensi dilanjutkan
diperlukan untuk pembentukan sel
darah merah
Ansietas berhubungan dengan S : Pasien mengatakan “ Saya sudah
kurangnya pengetahuan tentang tidak merasa cemas dengan penyakit ini
penyakit. “.
O : Pasien terlihat tenang.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.
Gangguan bodi image berhubungan S : Pasien mengatakan “ saya sudah
dengan deformitas dan perubahan dapat menerima kondisi saya saat ini”.
bentuk tubuh. O : Pasien mulai nampak percaya diri
dengan kondisi saat ini.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan.
BAB IV PENUTUP
1. Simpulan
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari
kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang
bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang
seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat
mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah
karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi
rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi
sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya,
maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah
sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya
menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan
me lindungin beberapa organ lunak, terutama dalam tengkorak dan
panggul. Kerangka juga berfungsi sebagai alat ungkit pada gerakan dan
menye diakan permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka. Oleh karena
fungsi tulang yang sangat penting bagi tubuh kita, maka telah semestinya
tulang harus di jaga agar terhindar dari trauma atau benturan yang dapat
mengakibatkan terjadinya patah tulang atau dislokasi tulang.
Dislokasi terjadi saat ligarnen rnamberikan jalan sedemikian rupa
sehinggaTulang berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi.
Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena
dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Mansyur arif, dkk (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi III jilid II. Penerbit
Buku