Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KEWASPADAAN UNIVERSAL DAN KEWASPADAAN SAFETY

DISUSUN OLEH:

1.FATIMMATUZ AZZAHRA ( 2019.03.008 )


2.LUSI FEBRIYANTI ( 2019.03.011 )
3. NUR ARLINDA ( 2019.03.017 )
4. ROSA MIFTAHUL JANNAH ( 2019.03.021 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

TAHUN AJARAN 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan taufik-Nya sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “KEWASPADAAN UNIVERSAL DAN KEWASPADAAN SAFETY”.
Penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan yang belum terjangkau oleh penulis,
maka penulis mengharapkan kritik dan saran serta masukan yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga amal baik yang telah diberikan kepada kami mendapat
imbalan yang setimpal dari Allah SWT, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
semua.

Banyuwangi,16 September 2021

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh pathogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit. Rumah sakit merupakan tempat pelayanan pasien dengan berbagai
macam penyakit diantaranya penyakit karena infeksi, dari mulai yang ringan sampai yang
terberat, dengan begitu hal ini dapat menyebabkan resiko penyebaran infeksi dari satu
pasien ke pasien lainnya, begitupun dengan petugas kesehatan yang sering terpapar
dengan agen infeksi. Penularan infeksi dapat melalui beberapa cara diantaranya melalui
darah dan cairan tubuh seperti halnya penyakit HIV/AIDS dan Hepatitis B.
AIDS adalah suatu gejala berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang
disebabkan oleh masuknya virus HIV kedalam tubuh seseorang. Sedangkan hepatitis
virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada sel-sel
hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta seluler yang khas
Berdasarkan data yang dikeluarkan UNAIDS pada tahun 2006 yang lalu, dari
prevalensi (angka kejadian) HIV/AIDS yang mencapai 40 juta orang, sekitar 75
persennya berada di asia dan afrika. Prevelensi kasus HIV/AIDS yang terjadi di
Indonesia periode januari sampai dengan maret 2007 sebesar 440 orang tertular virus
HIV dan 794 orang lainnya menderita penyakit AIDS dengan jumlah kematian sebesar
123 orang. Prevelensi kasus HIV/AIDS di jawa barat periode januari sampai dengan
maret 2007 sebesar 1105 orang dengan jumlah kematian 173 orang yang menempati
urutan ketiga tertinggi di Indonesia. Kasus penyakit hepatitis B menurut lesmana (2007)
menyatakan bahwa, jumlah penderita hepatitis B di cina sebesar 123,7 juta orang, di india
sebesar 30-50 juta orang sedangkan di Indonesia secara keseluruhan terjumlah 13,3 juta
penderita dengan tingkat prevelensi mencapai 5-10 persen.

Keselamatan pasien (kewaspadaan safety) telah menjadi isu global yang sangat
penting dilaksanakan oleh setiap rumah sakit, dan seharusnya menjadi prioritas utama
untuk dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan mutu dan citra rumah sakit.
Keselamatan pasien berdasarkan Joint Commission Internasional (JCI) berkaitan dengan
pemberian obat merupakan salah satu bentuk pelayanan yang bertujuan agar obat yang
diperlukan tersedia setiap saat dibutuhkan, dalam jumlah yang cukup, mutu terjamin dan
harga yang terjangkau untuk mendukung pelayanan. Yang bermutu serta memenuhi
kebutuhan rumah sakit dalam meningkatkan kualitas keselamatan pasien. Obat
merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi
atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penerapan
diagnosis, pencegahan, pentembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontra sepsi
(Dep Kes RI, 2005)
Berdasarkan analisis kejadian beresiko dalam proses kefarmasian, kejadian obat
yang merugikan, kesalahan pengobatan dan reaksi obat yang merugikan menempati
kelompok urutan utama dalam keselamatan pasien. Hal ini memerlukan pendekatan ke
sistem untuk mengelola, mengingat kompleksitas keterkaitan kejadian antara kesalahan
merupakan hal yang manusiawi dan proses farmakotrapi yang sangat kompleks.
Faktor lain yang memicu terjadinya resiko obat tersebut adalah multifaktor dan
multiprofesi yang kompleks, jenis pelayanan medik, banyaknya jenis dan jumlah obat
perpasien, faktor lingkungan beban kerja, kompetensi karyawan, kepemimpinan dan
sebagainya (Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI
tahun 2008) Penggunaan yang salah terhadap obat dapat menimbulkan kecacatan bahkan
kematian pada manusia. Kesalahan dalam pemberian obat sering ditemukan meliputi
kekeliruan dalam mengidentifikasi pasien, menetapkan jenis obat, order dosis yang salah,
rute yang tidak tepat, waktu pemberian yang tidak tepat obat yang menimbulkan energi
atau kombinasi yang bertentangan sehingga menimbulkan akibat berupa kematian.
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi assessment
risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan
dapat mencegah terjadinya cedera yan disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. (Panduan
Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi kewaspadaan universal ?
2. Apa tujuan penerapan kewaspadaan universal ?
3. Apa alasan penerapan kewaspadaan universal?
4. Apa definisi kewaspadaan safety ?
5. Mengapa keselamatan pasien relevan dengan pelayanan kesehatan ?
6. Sebutkan beberapa insiden keselamatan pasien akibat salah pelayanan kesehatan
dan kegagalan sistem medis !
C. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui definisi kewaspadaan universal
2. Untuk mengetahui tujuan penerapan kewaspadaan universal
3. Untuk mengetahui alasan penerapan kewaspadaan universal
4. Untuk mengetahui konsep dan penerapan keselamatan pasien dalam pelayanan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kewaspadaan Universal


Kewaspadaan Universal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh
seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi dan didasarkan
pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menular penyakit, baik
berasal dari pasien maupun petugas kesehatan
Prinsip kewaspadaan universal (universal precauntion) di pelayanan kesehatan
adalah menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan, serta sterilisasi
peralatan. Hal ini penting mengingat sebagian basar yang terinveksi virus lewat darah
seperti HIV tidak menunjukkan gejala fisik. Kewaspadaan universal diterapkan untuk
melindungi setiap orang (pasien dan petugas kesehatan) apakah mereka terinfeksi atau
tidak. Kewaspadaan universal berlaku untuk darah, sekresi ekskresi (kecuali keringat),
luka pada kulit, dan selaput lender

B. Tujuan Penerapan Kewaspadaan Universal


Menurut Nursalam (2007), Universal precautions bertujuan :
a. Mengendalikan infeksi secara konsisten
b. Memastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak didiagnosis atau tidak
terlihat seperti berisiko
c. Mengurangi risiko bagi petugas kesehatan dan pasien
d. Asumsi bahwa risiko atau infeksi berbahaya
C. Alasan Penerapan Kewaspadaan Universal
Potensi terhadap penularan penyakit berpengaruh besar pada kesehatan orang
sekitar melalui darah atau kontak cairan tubuh. Prinsip Universal Precautions adalah bahwa darah
dan semua jenis cairan tubuh, sekret, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir penderita dianggap
sebagai sumber potensial untuk penularan infeksi terrnasuk HIV (Depkes, 2010). HIV/AIDS telah
menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih tinggi dan Angka pengidap HIV di
Indonesia terus meningkat. Penyakit hepatitis B dan C keduanya potensial untuk menular melalui
tindakan pada pelayanan kesehatan.
Bagi masyarakat umum, sarana kesehatan merupakan tempat pemeliharaan kesehatan.
Pasien mempercayakan sepenuhnya kesehatan dirinya atau keluarganya kepada petugas kesehatan
maka kewajiban petugas kesehatan adalah menjaga kepercayaan tersebut. Pelaksanaan Universal
Precaution merupakan langkah penting untuk menjaga sarana kesehatan (Rumah sakit, Puskesmas )
sebagai tempat penyembuhan, bukan menjadi sumber infeksi.
Berdasarkan survei menunjukkan masih ditemukan beberapa tindakan petugas kesehatan
yang potensial meningkatkan penularan penyakit. Hal tersebut dapat meningkatkan resiko petugas
kesehatan tertular karena tertusuk jarum, terpajan darah/cairan tubuh terinfeksi. Sementara pasien
dapat tertular melalui peralatan terkontaminasi atau menerima darah atau produk darah yang
mengandung virus.
D. DEFINISI KEWASPADAAN SAFETY
Kewaspadaan safety adalah ilmu yang menyatakan bahwa keselamatan pasien
merupakan disiplin ilmu di sektor perawatan kesehatan yang menerapkan metode ilmu
keselamatan menuju tujuan mencapai sistem penyampaian layanan kesehatan yang dapat
dipercaya. Keselamatan pasien juga merupakan atribut sistem perawatan kesehatan ini
meminimalkan kejadian dan dampak, dan memaksimalkan pemulihan dari efek samping.
(Emanuel ,2008)
Keselamatan pasien terutama berkaitan dengan penghindaran, pencegahan dan perbaikan
hasil buruk atau injuri yang berasal dari perawatan kesehatan itu sendiri. Ini harus
membahas kejadian yang mencakup rangkaian "kesalahan" dan "penyimpangan"
terhadap kecelakaan. Keselamatan muncul dari interaksi komponen sistem. Ini lebih dari
sekedar tidak adanya hasil yang merugikan dan ini lebih dari sekadar menghindari
kesalahan atau kejadian yang dapat dicegah.
Keselamatan tidak berada dalam diri seseorang, perangkat atau departemen.
Meningkatkan keamanan tergantung pada belajar bagaimana keselamatan muncul dari
interaksi komponen. Keselamatan pasien terkait dengan "kualitas perawatan", namun
kedua konsep tersebut tidak identik. Keselamatan merupakan bagian penting dari
kualitas. Sampai saat ini, kegiatan untuk mengelola kualitas tidak terfokus secukupnya
pada masalah keselamatan pasien (National Patient Safety Foundation, 2000, dalam
Vincent, 2010).

E. KESELAMATAN PASIEN RELEVAN DENGAN PELAYANAN KESEHATAN


Kualitas perawatan telah menjadi fokus yang sangat penting di bidang perawatan
kesehatan primer untuk beberapa waktu dan pekerjaan ini terkait dengan perbaikan hasil
yang cukup besar pada pasien. Dalam bidang ini, pemeriksaan keselamatan pasien baru
saja muncul sebagai fokus yang berbeda selama dekade terakhir.
Ada kesadaran yang meningkat bahwa risiko yang teridentifikasi di sektor
perawatan akut terwujud dalam berbagai cara dalam perawatan kesehatan primer. Solusi
yang dikembangkan dalam perawatan akut belum tentu berlaku di sini. Praktisi perawatan
kesehatan primer dapat belajar dari sektor perawatan akut, namun juga perlu memeriksa
secara seksama proses dan sistem mereka sendiri untuk mengidentifikasi risiko pasien
tertentu dan solusi yang mungkin terjadi. Keselamatan pasien dan kualitas pasien adalah
jantung dari penyampaian layanan kesehatan. Untuk setiap pasien, yang merawat,
anggota keluarga dan profesional kesehatan, keselamatan sangat penting untuk
penegakan diagnosa, tindakan kesehatan dan perawatan. Dokter, perawat dan semua
orang yang bekerja di sistem kesehatan berkomitmen untuk merawat, membantu,
menghibur dan merawat pasien dan memiliki keunggulan dalam penyediaan layanan
kesehatan untuk semua orang yang membutuhkannya. Telah ada investigasi yang
signifikan dalam beberapa tahun terakhir dalam peningkatan layanan, peningkatan
kapasitas sistem, perekrutan profesional yang sangat terlatih dan penyediaan teknologi
dan perawatan baru. Namun sistem kesehatan di seluruh dunia, menghadapi tantangan
dalam menangani praktik yang tidak aman, profesional layanan kesehatan yang tidak
kompeten, tata pemerintahan yang buruk dalam pemberian layanan kesehatan, kesalahan
dalam diagnosis dan perawatan dan ketidakpatuhan terhadap standar (Commission on
Patient Safety & Quality Assurance, 2008).

F. INSIDEN KESELAMATAN PASIEN AKIBAT SALAH PELAYANAN


KESEHATAN DAN KEGAGALAN SISTEM MEDIS
Memvariasikan definisi istilah kesalahan, kejadian, dan laporan telah digunakan
dalam penelitian yang dijelaskan dalam bagian ini. Definisi yang berbeda ini membatasi
perbandingan hasil, dan tidak selalu sesuai dengan definisi istilah-istilah ini yang telah
dikembangkan dalam literatur keselamatan pasien. Dalam modul ini istilah "insiden
keselamatan pasien" akan digunakan secara umum, yang didefinisikan sesuai dengan
Klasifikasi Internasional WHO untuk Keselamatan Pasien, yaitu: kejadian atau keadaan
yang dapat mengakibatkan, atau mengakibatkan, kerugian yang tidak perlu pada pasien .
Australia telah menjadi salah satu pelopor pelaporan kejadian dalam praktik
umum, dan studi oleh Badan Ancaman terhadap Keselamatan Pasien Australia (Threats
to Australian Patient Safety / TAPS) adalah salah satu analisis insiden keselamatan pasien
yang paling komprehensif di dunia internasional (Australian Commision on Safety and
Quality in Health Care, 2010).
TAPS dan penelitian lainnya telah mengidentifikasi dua jenis insiden keselamatan pasien
yang luas:
1. Insiden terkait dengan proses perawatan, termasuk proses administrasi, investigasi,
perawatan, komunikasi dan pembayaran. Ini adalah jenis kejadian umum yang dilaporkan
(berkisar antara 70% -90% tergantung pada penelitian).
2. Insiden terkait dengan pengetahuan atau keterampilan praktisi, termasuk diagnosis
yang tidak terjawab atau tertunda, perlakuan salah dan kesalahan dalam pelaksanaan
tugas.

Adapun istilah insiden keselamatan pasien yang telah dikenal secara luas berikut
definisinya yaitu:
1. Insiden Keselamatan Pasien (IKP) / Patient Safety Incident adalah setiap kejadian atau
situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cedera,
cacat, kematian dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.
2. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) / Adverse Event adalah suatu kejadian yang
mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan
(“commission”) atau karena tidak bertindak (“omission”), bukan karena “underlying
disease” atau kondisi pasien.
3. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) / Near Miss adalah suatu insiden yang belum sampai
terpapar ke pasien sehingga tidak menyebabkan cedera pada pasien.
4. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi
tidak menimbulkan cedera, dapat terjadi karena “keberuntungan” (misal: pasien terima
suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), atau “peringanan” (suatu obat
dengan reaksi alergi diberikan , diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya).
5. Kondisi Potensial Cedera (KPC) / “reportable circumstance” adalah kondisi yang
sangat berpotensi untuk menimbukan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
6. Kejadian Sentinel (Sentinel Event) yaitu suatu KTD yang mengakibatkan kematian
atau cedera yang diharapkan atau tidak dapat diterima seperti: operasi pada bagian tubuh
yang salah. Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi
(misalnya Amputasi pada kaki yang salah, dan sebagainya) sehingga pencarian fakta
terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan
prosedur yang berlaku.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Universal Precaution merupakan upaya pengendalian yang perlu dilakukan oleh petugas
kesehatan dalam rangka pelindungan, pencegahan dan meminimalkan infeksi nosokomial.
Standar yang digunakan dalam penerapan Universal Precaution pada tatanan pelayanan
kesehatan adalah cuci tangan , pemakaian alat pelindung, pengelolaan alat kesehatan bekas
pakai, jarum dan alat tajam, limbah, kecelakaan kerja, dan kewaspadaan khusus.
Bidang keselamatan pasien telah muncul sebagai respons terhadap prevalensi kejadian
buruk yang dapat dihindari. Namun, banyak yang tidak menggunakan definisi yang jelas
atau memiliki model pemahaman lapangan yang jelas.Dengan definisi dan model
keselamatan pasien kita dapat menggambarkan atribut kunci dari mereka yang
mempraktikkan keselamatan, dan juga mengidentifikasi para praktisi sebagai semua yang
terlibat dalam perawatan kesehatan.
B. Saran
Penerapan Universal Precaution perlu disosialisasikan pada petugas kesehatan melalui
pelatihan dan pendidikan berkelanjutan. Perlu adanya pengawasan dan evaluasi mengenai
pelaksanaan Universal Precaution baik dilakukan langsung maupun melalui tim khusus yang
menangani infeksi nosokomial. Pemerintah perlu menindaklanjuti terhadap kebijakan melalui
strategi pemberdayaan petugas kesehatan mengenai pentingnya mengutamakan keselamatan
dan pelindung terhadap infeksi nosokomial dengan menerapkan Universal Precaution.
Sebaiknya institusi pelayanan kesehatan mengadopsi definisi dan model untuk
keselamatan pasien. Fokus utama tindakannya sebagai mikrosistem dan mekanisme
esensinya sebagai desain dengan keandalan tinggi dan penggunaan ilmu keselamatan dan
metode lain untuk menyebabkan perbaikan, termasuk perubahan budaya

DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, (2005), Standar Pelayanan Keperawatan di Rumah sakit , Dirjen Yan Med ,
Jakarta : Ditjen P2M dan PLP.
Depkes RI. (2006). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety),
Jakarta: Ditjen P2M dan PLP.
Lindawati, SKM., M.Kes ,DKK,2017,Manajemen Keselamatan Pasien,
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.
Berhitu, Fergina Stefany. Dkk. 2013. Gambaran Pelaksanaan Kewaspadaan Universal
di Puskesmas Paniki Bawah Kecamatan Mapanget. Manado : Jurnal
Kedokteran Komunitas dan Tropik Volume 1.
Depkes. 2010. Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan.
Jakarta : Departeman Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai