DISUSUN OLEH:
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan taufik-Nya sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “KEWASPADAAN UNIVERSAL DAN KEWASPADAAN SAFETY”.
Penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan yang belum terjangkau oleh penulis,
maka penulis mengharapkan kritik dan saran serta masukan yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga amal baik yang telah diberikan kepada kami mendapat
imbalan yang setimpal dari Allah SWT, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
semua.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh pathogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit. Rumah sakit merupakan tempat pelayanan pasien dengan berbagai
macam penyakit diantaranya penyakit karena infeksi, dari mulai yang ringan sampai yang
terberat, dengan begitu hal ini dapat menyebabkan resiko penyebaran infeksi dari satu
pasien ke pasien lainnya, begitupun dengan petugas kesehatan yang sering terpapar
dengan agen infeksi. Penularan infeksi dapat melalui beberapa cara diantaranya melalui
darah dan cairan tubuh seperti halnya penyakit HIV/AIDS dan Hepatitis B.
AIDS adalah suatu gejala berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang
disebabkan oleh masuknya virus HIV kedalam tubuh seseorang. Sedangkan hepatitis
virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada sel-sel
hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta seluler yang khas
Berdasarkan data yang dikeluarkan UNAIDS pada tahun 2006 yang lalu, dari
prevalensi (angka kejadian) HIV/AIDS yang mencapai 40 juta orang, sekitar 75
persennya berada di asia dan afrika. Prevelensi kasus HIV/AIDS yang terjadi di
Indonesia periode januari sampai dengan maret 2007 sebesar 440 orang tertular virus
HIV dan 794 orang lainnya menderita penyakit AIDS dengan jumlah kematian sebesar
123 orang. Prevelensi kasus HIV/AIDS di jawa barat periode januari sampai dengan
maret 2007 sebesar 1105 orang dengan jumlah kematian 173 orang yang menempati
urutan ketiga tertinggi di Indonesia. Kasus penyakit hepatitis B menurut lesmana (2007)
menyatakan bahwa, jumlah penderita hepatitis B di cina sebesar 123,7 juta orang, di india
sebesar 30-50 juta orang sedangkan di Indonesia secara keseluruhan terjumlah 13,3 juta
penderita dengan tingkat prevelensi mencapai 5-10 persen.
Keselamatan pasien (kewaspadaan safety) telah menjadi isu global yang sangat
penting dilaksanakan oleh setiap rumah sakit, dan seharusnya menjadi prioritas utama
untuk dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan mutu dan citra rumah sakit.
Keselamatan pasien berdasarkan Joint Commission Internasional (JCI) berkaitan dengan
pemberian obat merupakan salah satu bentuk pelayanan yang bertujuan agar obat yang
diperlukan tersedia setiap saat dibutuhkan, dalam jumlah yang cukup, mutu terjamin dan
harga yang terjangkau untuk mendukung pelayanan. Yang bermutu serta memenuhi
kebutuhan rumah sakit dalam meningkatkan kualitas keselamatan pasien. Obat
merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi
atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penerapan
diagnosis, pencegahan, pentembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontra sepsi
(Dep Kes RI, 2005)
Berdasarkan analisis kejadian beresiko dalam proses kefarmasian, kejadian obat
yang merugikan, kesalahan pengobatan dan reaksi obat yang merugikan menempati
kelompok urutan utama dalam keselamatan pasien. Hal ini memerlukan pendekatan ke
sistem untuk mengelola, mengingat kompleksitas keterkaitan kejadian antara kesalahan
merupakan hal yang manusiawi dan proses farmakotrapi yang sangat kompleks.
Faktor lain yang memicu terjadinya resiko obat tersebut adalah multifaktor dan
multiprofesi yang kompleks, jenis pelayanan medik, banyaknya jenis dan jumlah obat
perpasien, faktor lingkungan beban kerja, kompetensi karyawan, kepemimpinan dan
sebagainya (Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI
tahun 2008) Penggunaan yang salah terhadap obat dapat menimbulkan kecacatan bahkan
kematian pada manusia. Kesalahan dalam pemberian obat sering ditemukan meliputi
kekeliruan dalam mengidentifikasi pasien, menetapkan jenis obat, order dosis yang salah,
rute yang tidak tepat, waktu pemberian yang tidak tepat obat yang menimbulkan energi
atau kombinasi yang bertentangan sehingga menimbulkan akibat berupa kematian.
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi assessment
risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan
dapat mencegah terjadinya cedera yan disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. (Panduan
Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi kewaspadaan universal ?
2. Apa tujuan penerapan kewaspadaan universal ?
3. Apa alasan penerapan kewaspadaan universal?
4. Apa definisi kewaspadaan safety ?
5. Mengapa keselamatan pasien relevan dengan pelayanan kesehatan ?
6. Sebutkan beberapa insiden keselamatan pasien akibat salah pelayanan kesehatan
dan kegagalan sistem medis !
C. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui definisi kewaspadaan universal
2. Untuk mengetahui tujuan penerapan kewaspadaan universal
3. Untuk mengetahui alasan penerapan kewaspadaan universal
4. Untuk mengetahui konsep dan penerapan keselamatan pasien dalam pelayanan
BAB II
PEMBAHASAN
Adapun istilah insiden keselamatan pasien yang telah dikenal secara luas berikut
definisinya yaitu:
1. Insiden Keselamatan Pasien (IKP) / Patient Safety Incident adalah setiap kejadian atau
situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cedera,
cacat, kematian dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.
2. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) / Adverse Event adalah suatu kejadian yang
mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan
(“commission”) atau karena tidak bertindak (“omission”), bukan karena “underlying
disease” atau kondisi pasien.
3. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) / Near Miss adalah suatu insiden yang belum sampai
terpapar ke pasien sehingga tidak menyebabkan cedera pada pasien.
4. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi
tidak menimbulkan cedera, dapat terjadi karena “keberuntungan” (misal: pasien terima
suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), atau “peringanan” (suatu obat
dengan reaksi alergi diberikan , diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya).
5. Kondisi Potensial Cedera (KPC) / “reportable circumstance” adalah kondisi yang
sangat berpotensi untuk menimbukan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
6. Kejadian Sentinel (Sentinel Event) yaitu suatu KTD yang mengakibatkan kematian
atau cedera yang diharapkan atau tidak dapat diterima seperti: operasi pada bagian tubuh
yang salah. Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi
(misalnya Amputasi pada kaki yang salah, dan sebagainya) sehingga pencarian fakta
terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan
prosedur yang berlaku.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Universal Precaution merupakan upaya pengendalian yang perlu dilakukan oleh petugas
kesehatan dalam rangka pelindungan, pencegahan dan meminimalkan infeksi nosokomial.
Standar yang digunakan dalam penerapan Universal Precaution pada tatanan pelayanan
kesehatan adalah cuci tangan , pemakaian alat pelindung, pengelolaan alat kesehatan bekas
pakai, jarum dan alat tajam, limbah, kecelakaan kerja, dan kewaspadaan khusus.
Bidang keselamatan pasien telah muncul sebagai respons terhadap prevalensi kejadian
buruk yang dapat dihindari. Namun, banyak yang tidak menggunakan definisi yang jelas
atau memiliki model pemahaman lapangan yang jelas.Dengan definisi dan model
keselamatan pasien kita dapat menggambarkan atribut kunci dari mereka yang
mempraktikkan keselamatan, dan juga mengidentifikasi para praktisi sebagai semua yang
terlibat dalam perawatan kesehatan.
B. Saran
Penerapan Universal Precaution perlu disosialisasikan pada petugas kesehatan melalui
pelatihan dan pendidikan berkelanjutan. Perlu adanya pengawasan dan evaluasi mengenai
pelaksanaan Universal Precaution baik dilakukan langsung maupun melalui tim khusus yang
menangani infeksi nosokomial. Pemerintah perlu menindaklanjuti terhadap kebijakan melalui
strategi pemberdayaan petugas kesehatan mengenai pentingnya mengutamakan keselamatan
dan pelindung terhadap infeksi nosokomial dengan menerapkan Universal Precaution.
Sebaiknya institusi pelayanan kesehatan mengadopsi definisi dan model untuk
keselamatan pasien. Fokus utama tindakannya sebagai mikrosistem dan mekanisme
esensinya sebagai desain dengan keandalan tinggi dan penggunaan ilmu keselamatan dan
metode lain untuk menyebabkan perbaikan, termasuk perubahan budaya
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, (2005), Standar Pelayanan Keperawatan di Rumah sakit , Dirjen Yan Med ,
Jakarta : Ditjen P2M dan PLP.
Depkes RI. (2006). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety),
Jakarta: Ditjen P2M dan PLP.
Lindawati, SKM., M.Kes ,DKK,2017,Manajemen Keselamatan Pasien,
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.
Berhitu, Fergina Stefany. Dkk. 2013. Gambaran Pelaksanaan Kewaspadaan Universal
di Puskesmas Paniki Bawah Kecamatan Mapanget. Manado : Jurnal
Kedokteran Komunitas dan Tropik Volume 1.
Depkes. 2010. Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan.
Jakarta : Departeman Kesehatan.