Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur yang dalam kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniannya sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan judul
Bronkopneumonia, makalah sistem integument ini dapat kami selesaikan sesuai yang
diharapkan. Kami menyadari, bahwa proses penulisan makalh ini masih jau dari kata sempurna
baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik. Kami sadari,
bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam
kesempatan ini kami menhanturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Broncopneumonia
B. Etiologi
C. Patofiioologis
D. Tanda & Gejala
E. Komplikasi
F. Pemeriksaan Penunjang
G. Penatalaksanaan
H. Pencegahan Bronchopneumonia
I. Pengkajian

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Bronchopneumonia adalah peradangan akut pada paru-paru yang mengatur satu
atau beberapa lobus. Bronchopneumonia merupakan penyumbang kematian balita
di dunia sekitar 1,6-2,2 juta balita dengan proporsi 19%. Masalah yang sering
muncul pada klien dengan Boncopneumonia adalah tidak efektifnya bersihan jalan
nafas, resiko tinggi terhadap infeksi, kurang pengetahuan, intoleransi aktivitas,
tidak efektifnya pola napas.
Hasil penelitian diperoleh kunjugan diRSUD PROF.DR.H.M. CHATIB
QUZWAIN SAROLANGUN ruangan ZAAL ANAK pada penderita
bronkopneumonia berdasarkan data tahun 2017
Jika bronchopneumonia terlambat didiagnosa atau terapi awal yang tidak
memadai pada bronchopneumonia dapat menimbulkan empisema, rusaknya jalan
napas, bronchitis, maka diperlukan asuhan keperawatan secara menyeluruh yang
meliputi aspek promotif, prventif, kuratif dan rehabilitative untuk mencegah
komplikasi yang mungkin terjadi.
Untuk itu, berdasarkan uraian diatas, kami merasa perlu membahas dan
menelaah lebih dalam mengenai penyakit bronchopneumonia untuk dapat
mengetahui bagaimaa melakukan asuhan keperawatan pada pasien
bronchopneumonia dengan pendekatan proses keperawtan yang benar.

1.2 TUJUAN PENULISAN


1.2.1. Tujuan Umum
Mampu menjelaskan gambaran asuhan keperawatan pada anak denga
bronchopneumonia.
1.2.2. Tujuan Khusus
1). Mengidentifikasi data focus keperawatan melalui pengkajian dengan
bronchopneumonia.
2).Mengidentifikasi diagnose keperawatan yang timbul pada
bronchopneumonia
3). Mengidentifikasi rencana intervensi keperawatan pada kejadian kanker
vulva.
4). Menerapkan implementasi keperawatan pada bronchopneumonia
5). Mengidentifikasi evaluasi keperawatan pada bronchopneumonia

1.3 TUJUAN PENULISAN


1.3.1. Bagi Institusi Pendidikan
Meningkatkan pengetahuan mengenal penatalaksanaan asuhan keperawatan
pada bronchopneumonia di rumah sakit sehingga dapat menetapkan prosedyr
tetap mengenal model asuhan keperawatan yang tepat digunakan pada anak
dengan permaslahan bronchopneumonia.

1.3.2. Bagi Mahasiswa


Memberikan kesempatan kepada mahasiswa guna menerapkan asuhan
keperawatan pada bronchopneumonia sehingga dapat menambah
pengalaman dan pemahaman mahasiswa terhadap penatalaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien bronchopneumonia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
pnyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam
bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer &
Suzanne C, 2002 : 572).
Bronchopneumonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak
dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan bronchi.
(Sylvia A Price & Lorraine M.W, 1995 : 710).
Menurut Whaley & Wong, Bronchopneumonia adalah bronkiolus terminal yang
tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau
membentuk gabungan di dekta lobules, disebut juga pneumonia lobaris.
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di
bronkoli terminal. Bronkoeli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang
membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini
sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi
yang spesifisik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh. (Sudigdiodi dan
imam Supardi, 1998).
Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan
oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.

B. Etiologi
Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh
adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen.
Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ
pernafasan yang terdiri atas : reflek glottis dan batuk, adanya lapisan mucus, gerakan
silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,
mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 : 682) antara lain :
1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Kebsiella.
2. Virus : Legionella pneumonia
3. Jamur : Aspergilus spesies, Candida albicans.
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.

Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien
yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat
dalam mulut dank arena adanya pneumocystis cranii, Mycoplasma. (Smeltzer &
Suzanne C, 2002 : 572 dan Sandra M. Nettina, 2001 :682)

C. PATOFIOLOGI
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang
disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Hemophillus influenzaee atau karena aspirasi
makanan dan minuman.
Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masuk ke saluran
pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat
tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeks saluran pernafasan
dengan gambaran sebagai berikut :
1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh
darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.
2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran
pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora
normal dalam usus, peristalik meningkta akibat usumengalami malabsorbsi dan
kemudia terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit. (Soeparman, 1991).

D. MANIFESTASI KLINIS

Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan


bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia
mengalami tanda dan gejala yang khas seperti mengigil, demam, nyeri dada pleuritic,
batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunaka otot akserorius dan bisa
timbul sianosis. (Barbara C, long, 1996:435)

Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi
konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudar). (Sandra M. Nettina, 2001:683)

E. KOMPLIKASI
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
a. Atletasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflex batuk hilang.
b. Empisema adalah keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
terdapat disuatu tempat atau seluruh ronga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
d. Infeksi sistemik.
e. Endocarditis yaitu peradangan pada setiap katub endocardial.
f. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Foto polos : digunakan untuk melihat adanya infeksi
di paru dan status pulmoner.
b. Nilai analisa gas darah : untuk mengetahui status
kardiopulmoner yang berhubungan dengan oksigenasi.
c. Hitung darah lengkap dan hitung jenis : digunakan untuk menetapkan adanya
anemia, infeksi dan proses inflamasi.
d. Pewarnaan gram : untuk seleksi awal anti mikroba.
e. Tes kulit untuk tuberculin : untuk mengesampingkan kemungkinan
terjadi tuberculosis jika anak tidak berespon terhaddap pengobatan.
f. Jumlah lekosit : terjadi lekositosis pada pneumonia
bacterial.
g. Tes fungsi paru : digunakan untuk mengevaluasi fungsi
paru, menetapkan luas dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan.
h. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi.
i. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus.

G. PENATALAKSANAA
Penatalaksanaa keperawatan yang dapat diberikan pada klien
bronchopneumonia adalah :
a. Menjaga kelancaran pernafasan
b. Kebutuhan istirahat
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan
d. Mengontrol suhu tubuh
e. Mencegah komplikasi atta gangguan rasa nyaman :
Sementara penatalaksanaan medis yang dapat diberikan adalah :
a. Antibiotik pilihan empiris antibiotik untuk pasien bronchopneumonia yang tidak
memerlukan perawatan intensive biasanya berespon terhadap beta lactam
generasi ke tiga (seperti Ceftriakson atau Cefotaxim) dengan atau tanpa Mecrolid
(Claritromisin atau Azitromicin dianjurkan jika ada kecurigaan infeksi H.
Influenza) atau Fluoroquinolon (dengan peningkatan kemampuan membunuh S.
pneumonia). Antibiotik alternative antara lain Cefuraxime dengan atau tanpa
Macrolid atau Azitromicin saja. Pilihan antibiotik dapat tunggal atau kombinasi.
Antibiotik tunggal yang paling cocok diberikan yang gambaran klinisnya sugestif
disebabkan oleh tipe kuman yang sensitive. Kombinasi antibiotik diberikan
dengan maksud untuk mencakup spectrum kuman-kuman yang dicurigai, untuk
meningkatkan aktivitas spectrum dan pada infeksi jamak. Bila telah didapatkan
hasil kultur dan tes sensitivitas maka hasil ini dapat dijadikan untuk memberikan
antibiotik tunggal (Dahlan, Z. 2007)
b. Oksigen 2 liter/menit (sesuai kebutuhan klien)
c. Nebulizer untuk pengeceran dahak yang ketal, dapat diserta bronchodilator bila
disertai bronchospasme.
d. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak
e. Pemberian cairan
f. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melalui
selang nasogastric dengan feeding drip.
g. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk traspor muskusilier.
h. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit ( Mansjoer A, 2000).

H. Pencegahan Bronchopneumonia
a. Pencegahan Primer
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan orang
yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat agar tidak sakit. Secara
garis besar, upaya pencegahan ini dapat berupa pencegahan umum dan pencegahan
khusus.
Pencegahan primer bertujuan untuk menghilankan factor risiko terhadap
kejadian bronchopneumonia. Upaya yang dapat dilakukan antara lain: 30
1. Memberikan imunisasi BCG satu kali (pada usia 0-11 bulan), campak satu kali
(pada usia 9-11 bulan), DPT (Diphteri,Pertusis,Tetanus) sebanyak 3 kali (pada
usia 2-1 bulan), Polio sebanyak 4 kali (pada usia 2-11 bulan), dan Hepatitis B
sebanyak 3 kali (0-9 bulan).
2. Menjaga daya tahan tubuh anak dengan cara emberikan ASI pada bayi neonatal
sampai berumur 2 tahun dan makanan yang bergizi pada balita.
3. Mengurangi polusi lingkungan seperti polusi udara dalam ruangan dan polusi
diluar ruangan.
4. Mengurangi kepadatan hunian rumah.
b. Pencegahan Sekunder
Tingkat pencegahan kedua ini merupakan upaya manusia untuk mencegah
orang telah sakit agar sembuh, menghambat progesifitas penyakit, menghindari
komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan. Pencegahan sekunder meliputi
diagnosis dini dan pengobatan yang tepat sehingga dapat mencegah meluasnya
penyakit dan terjadinya komplikasi. Upaya yang dilakukan antara lain : 26.
1. Bronchopneumonia berat : rawat di rumah sakit, berikan oksigen,
beri antibiotik benzilpenisilin, obati mengi, beri perawatan suportif, nialai setiap
hari.
2. Bronchopneumonia : berikan kontrimoksasol, obati demam, obati
mengi.
3. Bukan bronchopneumonia : perawatan di rumah, obati demam.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan ini dimasksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan dan
mengadakan rehabilitasi. Upaya yang dapat dilakukan antara lain : 26
1. Memberikan makan anak selama sakit, tingkatkan pemberian makan setelah
sakit.
2. Bersihkan hidung jika terdapat sumbatan pada hidung yang menganggu proses
pemberian makan.
3. Berikan anak cairan tambahan untuk minum.
4. Tingkatkan pemberian ASI.
5. Legakan tenggorokan dan sembuhkan batuk dengan obat yang aman.
6. Ibu sebaiknya memperhatikan tanda-tanda seperti : bernapas menjadi sulit,
pernapasan menjadi cepat, anak tidak dapat minum, kondisi anak memburuk,
jika terdapat tanda-tanda seperti itu segera membawa anak ke petugas
kesehatan.

I. PENGKAJIAN
a. Fokus Pengkajian
b. Keluhan utama
1. Pneumonia virus : didahului oleh gejala-gejala infeksi
saluran nafas, termasuk renitis (alergi) dan batuk, serta suhu badan lebih rendah
daripada pneumonia bakteri.
2. Pneumonia Stafilokokus (bakteri) : didahului oleh infeksi saluran
pernapasan akut atau bawah dalam beberapa hari hingga seminggu, kondisi suhu
tubuh tinggi, batuk mengalami kesulitan pernapasan.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sering menderita penyakit saluran pernapasan bagian atas riwayat penyakit
fertusis yaitu penyakit peradangan pernafasan dengan gejala bertahap panjang
dan lama yang disertai wheezing (pada bronchopneumonia).
e. Pengkajian Fisik
1. Inspeksi : perlu diperhatikan adanya takhipnea, dyspnea, sianosis sirkumoral,
pernafasan cuping hidung, distensi abdomen, betuk semula non produktif
menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik nafas pada pneumonia
berat, tarikan dinding dada akan tampak jelas.
2. Palpasi : Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar,
fremitus raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit dan nadi mengalami
peningkatan.
3. Perkusi : Suara redup pada sisi yang sakit.
4. Auskultasi : Pada pneumoniakan terdengar stidor suara nafas berjuang,
ronkhi halus pada sisi yang sakit dan ronkhi pada sisi yang resolusi,
pernafasan bronchial, bronkhofoni, kadang-kadang terdengar bising gesek.

Anda mungkin juga menyukai