Anda di halaman 1dari 27

TUGAS BAHASA INDONESIA

PROPOSAL KTI
RESPIRATORI: BRONKOPNEUMONIA

NABILA
18.2143.P
2B/D3 KEPERAWATAN

PRODI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
TAHUN AKADEMIK 2019

1
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bernapas merupakan kegiatan yang dilakukan oleh hamper semua
makhluk hidup. Bernapas merupakan salah satu cirri makhluk hidup. Pada
dasarnya bernapas merupakan kegiatan mengambil oksigen yang diperlukan
tubuh dan mengeluarkan karbon dioksida. Pengambilan oksogen melalui suatu
cara yang disebut inspirasi, sedangkan pengeluaran karbon dioksida disebut
ekspirasi (dr. Th. Erlin, M.Kes, 2008).
Bronkopneumonia diperkirakan hampir selalu menjadi masalah
kesehatan dunia karena angka kematiannya tinggi, tidak saja dinegara
brkembang tetapi di negara maju seperti Amerika, terdapat dua hingga tiga
juta kasus bronkopneumonia pertahun, dengan jumlah kematian rata-rata
sebanyak 45.000 orang (dr. Th. Erlien. M.Kes, 2008).
Di Indonesia pneumonia merupakan penyebab kematian ketiga terbesar
setelah penyakit kardiovaskuler (jantung dan peredaran darah) dan
tuberculosis.
Berdasarkan data terbaru dari RISKESDA 2013 period prevalence dan
prevalansi tahun 2013 sebesar 1,8 persen dan 4,5 persen RISKESDAS (2013).
Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk membuat Karya
Tulis Ilmiah “ASUHAN KEPERAWATAN KASUS RESPIRATORI:
BRONKOPNEUMONIA PADA Tn.W DI RUANG ROSELA RSUD
KARDINAH KOTA TEGAL”
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melaporkan Asuhan keperawatan kasus respiratori:
bronkopneumonia pada Tn.w di ruang Rosella RSUD Kardinah Tegal.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan kasus respiratori:
bronkopneumonia di ruang Rosella RSUD Kardinah Tegal.
3

b. Mampu membuat perumusan Diagnosa keperawatan pada kasus


respiratori: bronkopneumonia di ruang Rosella RSUD Kardinah Tegal.
c. Mampu membuat Diagnosa keperawatan menurut prioritas pada kasus
respiratori: bronkopneumonia di ruang Rosella RSUD Kardinah Tegal.
d. Mampu membuat rencana asuhan keperawatan kasus respiratori:
bronkopneumonia di ruang Rosella RSUD Kardinah Tegal.
e. Mampu menerapkan tindakan keperawatan pada kasus respiratori:
bronkopneumonia di ruang Rosella RSUD Kardinah Tegal.
f. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
sesuai dengan tujuan yang telah diterapkan pada Tn.w dengan
respiratori: Bronkopneumonia.

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Karya Tulis kasus ini diharapkan dapat memberikan tambahan
pengalaman bagi penulis dalam menusun Karya Tulis Ilmiah serta
pengetahuan mengenai asuhan keperawatan kasus respiratori.
2. Bagi Instansi Pendidikan
Karya Tulis ini diharapkan dapat memberikan tambahan
pengetahuan bagi mahasiswa yang masih duduk di bangku perkuliahan
serta menambah motivasi dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah sebagai
Karya Tulis yang nyata.
3. Bagi Instansi Rumah Sakit
Karya Tulis ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi
perawat di rumah sakit untuk mengambil kebijakan dalam rangka upaya
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan pada pasien dengan gangguan
mobilisasi.
4

BAB II
TINJAUAN TEORI
Bab II ini penulis menjelaskan hal yang berkaitan dengan
bronkopneumonia, yang meliputi definisi, manifestasi klinik, patofisiologi,
pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan teoritis.
A. Definisi
Menurut ( wahit ikbal Mubarak, 2015 ) bronkopneumonia adalah
suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di bronkeoli terminal.
Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokropurulen yang membentuk
bercak-berscak konsolidasi di lobuli berdekatan.
Menurut whaley dan wong dalam buku (wahit ikbal Mubarak 2015)
bronkopneumonia terminal yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi
bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan didekat lobules, yang
disebut juga pneumonia lobaris.
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di
sekitarnya (Suzanne C. Smeltzer, Rn, Edd, FAAN, 2013).

B. Etiologi
Menurut (wahit ikbal Mubarak, 2015 ) Secara umum, individu yang terserang
bronkopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan
tubuh terhadap virulensi organism pathogen. Orang yang normal dan sehat
mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernapasan yang
terdiri atas reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mucus, gerakan silia yang
menggerakan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,
mikobakteri, mikoplasma dan riketsia antara lain sebagai berikut:
1) Bakteristreptococcus, staphylococcus, H. influenza, klebsiella
2) Virus: Legionella pneumonia
5

3) Jamur spesies: aspergillus, Candida albicans


4) Aspirasi makanan, yaitu sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam
paru-paru
5) Terjadi karena kongesti paru yang lama
6) Flora normal yang terjadi pada pasien yang daya tahan terganggu, atau
terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam mulut dan karena adanya
pneumocytis crania, mikoplasma
C. Patofisiologi
Wahit iqbal Mubarak, nurul chayatin, joko susanto (2015) mengatakan :
Bronkopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran napas bagian atas
yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus, Haemophillus influenza, atau
karena aspirasi makanan dan minuman. Sebagian penyebab tersebut masuk
dari saluran pernapasan kemudian ke saluran pernapasan bagian bawah dan
menyebabkan terjadinya infeksi di bagian tersebut. Sementara sebagian lagi
masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernapasan dan gambaran
sebagai berikut.
1) Infeksi saluran napas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi
pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, serta edema antara kapiler
dan alveoli
2) Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam
saluran pencernaan dan menginfeksnya mengakibatkan terjadinya
peningkatan flora normal dalam usus mengalami malarbsorbsi dan
kemudian terjadilah diare yang berisiko terhadap gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
D. Manifestasi klinis

Long (1996) mengatakan bronkoneumonia biasanya didahului oleh


suatu infeksi di saluran pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Pada
tahap awal, penderita bronkopneumonia mengalami tanda dan gejala yang
khas seperti menggigil, nyeri dada pleuritis, demam, batuk produktif, hidung
kemerahan, pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung
6

serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Manifestasi klinis menurut (Bararah
dan Jaufar, 2013) yaitu: Demam, Dingin, Batuk produktif atau kering,
Malaise, Nyeri pleural, Kadang dyspnea, Sel darah putih berubah
( >10.000/mm3 atau <6.000/mm3). Menurut doengos (2012) mengatakan
pemeriksaan untuk menegakan diagnose bronkopneumonia meliputi
pemeriksaan sinar X, GDA, JDL, pemeriksaan serologi, LED, periksaan
fungsi paru, elektrolit, bilirubin.
1. Sinar X : mengidentifikasi distribusi truktual; dapat juga menyebabkan
abses luas/infiltrate, infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial); atau
penyebaran/perluasan infiltrate nodul (virus). Pada pneumonia
mikoplasma, sinar dada X mungkin lebih bersih
2. GDA : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang
terlibat dan penyakit paru yang ada
3. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : dapat diambil dengan biopsy
jarum,aspirasi trankeal, bronskopi fiberoptik, atau biopsy pembukaan paru
untuk mengatasi organisme penyebab
4. JDL : leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi
pada infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan
berkembangnya pneumonia bacterial
5. Pemeriksaan serologi : titer virus atau legionella, aglutinin dingin
6. LED : meningkat
7. Pemeriksaan fungsi paru : volume mungkin menurun ( kongesti dan kolaps
alveolar ); tekanan jalan napas mungkin meningkat dan complain
menurun. Hipoksemia
8. Elektrolit: natrium dan klorida mungkin rendah
9. Bilirubin : mungkin meningkat
10. Aspirasi perkutan/biopsy jaringan paru terbuka. Dapat menyatakan
intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasma (CMV); karakteristik sel
raksasa ( rubeolla ).

E. Penatalaksanaan
7

Adapun penatalaksaa pada pasien pneumonia menurut semltzer,


Suzanne C (2013) adalah sebagai berikut :
1. Pemberian antibiotic yang sesuai seperti yang ditetapkan oleh hasil
pewarnaan gram. Penisilin G merupakan antibiotic pilihan untuk infeksi
oleh s pneumonia
2. Inhalasi lembab, hangat sangat membantu dalam menghilangkan iritasi
bronchial
3. Pasien menjalani tirah baring sampai infeksi menunjukan tanda]tanda
penyembuhan
4. Jika terjadi hipoksemia, pasien diberikan oksigen.

F. Asuhan Keperawatan Teoritis


1. Pengkajian
Sebagian besar pasien pneumonia tidak dirawat dirumah sakit. Namun
demikian, karena banyak yang dirawat di rumah sakit mengalami
pneumonia pengkajian cermat oleh perawat merupakan hal penting untuk
mendeteksi masalah ini.
Pengkajian pernapasan lebih jauh mengidentifikasi manifestasi klinis
pneumonia: nyeri, takipnea; penggunaan otot-otot aksesori pernapasan
untuk bernapas; nadi cepat, bounding atau bradikardi relative; batuk; dan
sputum purulen. Keparahan, letak, dan penyebab nyeri dada harus
diidentifikasi juga hal apa yang dapat menghilangkannya. Segala
perubahan dalam suhu dan nadi, jumlah, bau dan warna sekresi.
Frekuensi dan keparahan batuk, dan tingkat takipnea atau sesak napas
juga dipatau. Konsolidasi pada paru-paru juga dikaji dengan
mengevaluasi bunyi napas (pernapasan bronchial, ronki bronkovesikular,
atau krekles), fremitus, egofoni, pektoreloquy berbisik dan hasil perkusi
(pekak pada bagian dada yang sakit).
Pasien lansia dikaji terhadap perilaku yang tidak biasa, perubahan status
mental, prostrasi, dan gagal jantung kongestif. Mungkin tampak gelisah,
8

delirium, terutama pada pasien pecandu alkohol. (Brunner & suddarth,


2013).
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Menurut doengos marlyinn (2012) masalah yang lazim muncul pada
diagnosa Bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi
trakea bronchial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum
b. Gangguan Pertukaran gas, kerusakan dengan membrane alveolar
kapiler (efek inflamasi)
c. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi,
compliance paru menurun, nyeri pleuritik
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan umum
e. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan terhadap metabolic sekunder terhadap demam dan proses
infeksi, anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri
f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan, kesalahan
interpretasi
3. Intervensi keperawtan menurut doenges (2012) yaitu :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif
Dapat dihubungkan dengan :
1) Inflamasi trkea bronkial, pembentukan edema, peningkatan
produksi sputum
2) Nyeri pleurutik
3) Penurunan energy, kelemahan
Dibuktikan oleh :
1) Perubahan frkuensi, kedalam pernafasan
2) Bunyi nafas tak normal, penggunaan otot aksesori
3) Dispnea, sianosis
4) Batuk efektif atau tidak efektif, dengan atau tanpa sputum
Kriteria hasil :
9

1) Mengidentifikasi atau menunjukan perilaku mencapai bersihan


jalan nafas
2) Menunjukan jalan nafas paten dengan jalan nafas bersih, tak ada
dispnea
Intervensi keperawatan :
1) Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerak dada
Rasional : takipnea, pernapasan dangkal dan gerakan dada tak
simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding
dada dan atau cairan paru
2) Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan
bunyi nafas adventisius, missal krekels, mengi
Rasional : penurunan aliran udara terjadi pada ara konsolidasi
dengan cairan. Bunyi nafas bronkial (normal pad bronkus) dapat
juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels, ronki, dan mengi bias
terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi karena pengumpulan
cairan secret, kental dan spasme jalan nafas obstruksi
3) Bantu pasien latian nafas dalam. Tujukan/bantu pasien mempelajari
melakukan batuk, misalnya menekan dada dan batuk efektif
sementara posisi duduk tinggi
Rasional : nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-
paru atau jalan nafas lebih kecil
4) Penghisapan sesuai indikasi
Rasional : merangsang batuk atau membersihkan jalan nafas secar
mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan karena batuk tak
efektif atau penurunan kesadaran
5) Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari. Tawarkan air hangat
daripada dingin
Rasional : air hangat memobilisasi dan mengeluarkan secret
6) Bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi lain,
misalnya spirometer insentif, drainase postural. Lakukan tindakan
diantar waktu makan dan batasi cairan bila mungkin
10

Rasional : memudahkan pengenceran dan pembuangan skret.


Darainase tidak efektif pada pneumonia intertisial atau
menyebabkan eksudat alveolar atau kerusakan
7) Berikan obat sesuai indikasi: mukolitik, ekpetoran, bronkodilator,
analgetik
Rasional : alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan
mobilisasi secret. Analgesik diberikan untuk memperbaiki batuk
dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan hati-
hati karena bisa menurunkan upaya batuk
8) Berikan cairan cairan tambahan, misalnya oksigen humidifikasi,
dan ruangan humidifikasi
Rasional : cairan diperlukan untuk menggantikan kehilangan
(termasuk yang tak Nampak) dan memobilisasi secret
9) Awasi sinar X dada, GDA, nadi oksimetri
Rasional : mengevaluasi kemajuan dan efek proses penyakit dan
memudahkan pilihan terapi yang diperlukan
10) Bantu bronskopi/torasentesis bila diindikasikan
Rasional : kadang-kadang diperlukan untuk membuang
perlengkapan mukosa. Mengeluarkan sekresi purulen dan
mecegah atelektasis
b. Pertukaran gas, kerusakan
Dapat dihubungkan dengan :
1) Perubahan membrane alveolar kapiler (efek inflamasi)
2) Gangguan kapasitas pembawa oksigen darah (demam,
perpindahan kurva oksihemoglobin)
3) Gangguan pengririman gas (hipoventilasi)
Kemungkinan dibuktikan oleh :
1) Dispnea, sianosi
2) Takikardi
3) Gelisah
4) Hipoksia
11

Kriteria hasil :
1) Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan
GDA dalam rentang normal dan tak ada gejala distress pernafasan
2) Berpartisipasi dalam tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi
Intervensi keperawatan :
1) Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan bernapas
Rasional : manifestasi distress pernafasan tergantung pada derajat
keterlibatan paru dan status kesehatan umum
2) Observasi warna kulit, membrane mukosa, dan kuku, catat adanya
sianosis perifer (kuku) atau sianosis sentral (sirkumoral)
Rasional : sianosis kuku menunjukan vasoklontriksi atau respon
tubuh terhadap demam. Namun sianosis telinga, membran mukosa
dan kulit sekitar mulutmenunjukan hiposemia sistemik
3) Kaji status mental
Rasional : gelisah, mudah terangsang, bingung, dan somnolen
dapat menunjukan hipoksemia serebral
4) Awasi frekuensi jantung bdan irama
Rasional : takikardi biasanya ada sebagai akibat demam atau
dehidrasi tetapi dapat sebagai respon terhadap hipoksemia
5) Awasi suhu tubuh sesuai indikasi. Bantu tindakan kenyamanan
untuk menurunkan demam dan menggigil misalnya mengatur suhu
ruangan, kompres hangat atau dingin
Rasional : demam tinggi (umum pada pneumonia bacterial dan
influenza)
6) Pertahankan istirahat tidur
Rasioanl : mencegah terllu lelah dan menurunkan kebutuhan
konsumsi oksigen
7) Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam,
batuk efektif
Rasional : tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal,
meningkatkan pengeluaran skret untuk memperbaiki ventilasi
12

8) Kaji tingkat ansietas


Rasional : ansietas adalah manifestasi fisiologi terhadap hipoksia
9) Observasi penyimpanan kondisi, catat hipotensi, banyaknya jumlah
seputum merah muda, berdarah, pucat, perubahan tingkat
kesadran,dispneu berat, gelisah
Rasional : syok dan edema paru adalah penyebab umum kematian
pada pneumonia dan membutuhkan intervensi medis segera
10) Siapkan untuk pemindahan ke unit perawatan kritis bisa di
indikasikan
Rasional : intubasi dan ventilasi mekanik mungkin diberlakukan
pada kejadian kegagalan nafas
11) Berikan terapi oksigen dengan benar misalnya dengan nasal,
masker, masker venture
Rasional : tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan O2 di atas
60 mm/hg
12) Awasi GDA, nadi oksimetri
Rasional : mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan terapi
paru
c. Pola nafas tidak efektif
Dapat dihubungkan dengan :
1) Proses inflamasi
2) Penggunaan oto aksesori
3) Nyeri
Kemungkinan yang dapat dibuktikan :
1) Dispnea, takipnea
2) Penggunaan obat aksesori
3) Perubahan kedalaman nafas
4) GDA abnormal
kriteria hasil :
1) Menunjukan pola pernapasan normal/efektif dengan GDA dalam
rentang normal
13

Intervensi :
1) Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada
Rasional : kecepatan biasanya meningkat, dispnea, dan terjadinya
peningkatan kerja nafas,kedalaman bervariasi, dan ekspansi dada
terbatas
2) Auskultasi bunyi nafas
Rasional : krekel, ronki, dan mengi terdengar pada saat inspirasi dan
ekspirasi termasuk respon terhadap pengumpulan cairan, secret
kental dan spasme jalan nafas
3) Tinggikan kepala dan bantu mengubahb posisi
Rasional tindakan ini meningkatan ekspansi paru dan memudahkan
permafasan
4) Dorong/bantu pasien dalam nafas dalam dan latihan dalam batuk
efektif
Rasional : nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru.
Batuk adalan mekanisme alami pebersihan jalan nafas, membantu
silia untuk mempertahankan jalan nafas paten
5) Berian oksigen tambahan
Rasional : memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas
6) Awasi GDA……

Rasional : mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan jalan


napas paten
d. Intoleransi aktifitas
Dapat dihubungkan dengan :
1) Ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2) Kelemahan umum
3) Kelelehan yang berhubungan dengan gangguan pola tidur yang
berhubungan dengan ketidaknyamanan, batuk berlebihan dan
dispnea
Kemungkinan dibuktikan oleh :
14

1) Laporan verbal kelemahan, keletihan, kelelahan


2) Dispnea karena kerja takipnea
3) Takikardi sebagai respon terhadap aktivitas, sianosis
Kriteria hasil :
1) Melaporkan atau menunjukan peningkatan tolerasnsi terhadap
aktivitas yang dapat diukur dengan tak adanya
dispnea,kelemahan,berlebihan, dan tanda vital dalam rentang normal
Intervensi keperawatan:
1) Evaluasi respon pasien terhadap akpeningkatan kelemahan/keluhan
dan aktivitas. Catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan/
kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas
Rasional : menetapkan kemampuaan/kebutuhan pasien dan
memudahkan pilihan intervensi
2) Berikan lingkungan tenang dan btasi pengunjung selama fase akut
sesuai indikasi
Rasional : dapat menurunkan stress dan rangsangan berlebihan
3) Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan
perlunya keseimbangan aktiivitas dan istirahat
Rasional : tirah baring di pertahankan selama fase akut untuk
menurunkan kebutuhan metabolic, menghemat energi untuk
penyembuhan
4) Bantu pasien memilih posisinyang nyaman
Rasional : pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur
dikursi, ataiu nunduk kedepan meja
5) Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan
Rasional : meminimalkan kelelhan dan membantu keseimbangn
suplai oksigen
e. Nyeri (akut)
Dapat dihubungkan dengan :
1) Inflamasi parenkim paru
2) Batuk menetap
15

3) Reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin


Kemungkinan dibuktikan oleh :
1) Nyeri dada pleuritik
2) Sakit kepala
3) Melindungi area yang sakit
Kriteria hasil :
1) Menyatakan nyeri hilang atau terkontrol, menunjukan rileks,
istirahat, dan peningkatan aktivitas dengan tepat
Intervensi keperawatan :
1) Tentukan karakteristik nyeri, misalnya tajam, konstan
ditusuk,selidiki perubahan karakter/lokasi/intensitas nyeri
Rasional : nyeri ada biasanya ada adalam beberapa derajat pada
pada pneumonia, juga dapat timbul komplikasi pneumonia
seperti perikarditis dan endokarditis
2) Pantau tanda vital
Rasional : perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukan
pasien mengalami nyero
3) Berikan tindakan nyaman, misalnya pijitan punggung, perubahan
posisi, musisi, relaksasi latihan nafas
Rasional: tindakan non analgesic dapat menghilangkan
ketidaknyamanan
4) Tawarkan pembersihan mulut dengan asing
Rasional : pernafasan mulut dan terapi oksigendapat mengiritasi
dan mengeringkan membrane muko
5) Berikan analgesic dan antitusif sesuai indikasi

Rasional : obat ini dapat digunakan untuk menekan batuk non


produktif dan meningkatkan kenyamanan
f. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, resiko tinggi terhadap
Factor resiko meliputi :
16

1) Peningkatan keburukan terhadap metabolic sekunder terhadap


demam dan proses infeksi
2) Anoreksia yang berhubungan dengan tokksin bakteri, baud an
rasa sputum dan pengobatan aerosol
3) Distensi abdomen yang berhubungan dengan menelan udara
selama episode dispnea
Kemungkinan dibuktikan :
1) Tidak dapat diterapkan adanya tanda tanda dan gejala-gejala
membuat diagnose actual
Kriteria hasil :
1) Menunjukan peningkatan nafsu makan
2) Mmepertahankan/meningkatkan berat badan
Intervensi keperawatan :
1) Identifikasi factor yang menibulkan mual/muntah
Rasional : pilihan intervensi pada penyebab masalah
2) Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering
mungkin
Rasional : menhilangkan tanda bahaya, rasa, bau, dari
lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual
3) Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum
makan
Rasional : menurunkan efek mual yang berhubungan dengan
pengobatan ini
4) Auskultasi bunyi usu, observasu/palpasi distensi abdomen
Rasional : bunyi usu mungkin menurun/tak ada bila proses
infeksi memanjang
5) Berikan makan porsi kecil tapi sering dan berikan makanan yang
menarik untuk pasien
Rasional : tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun
nafsu makan lambat kembali
6) Evaluasi nutrisi umum, ukuran berat badan dasar
17

Rasional : adanya kondisi kronis dapat menimbulkan malnutrisi


g. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar, mengenai kondisi dan
kebutuhan tindakan)
Dapat dihubungkan dengan :
1) Kurang terpajan
2) Kesalahan interpretasi
3) Kurang mengingat
Kemungkinan dibuktikan oleh
1) Permintaan informasi
2) Pernyataan kesalahan konsep
3) Kegagalam memperbaiki/berulang
Kriteria hasil :
1) Menyatakan pemahaman kondisi, proses penyakit, dan
pengobatan
2) Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam
program pengobatan
Intervensi keperawatan :
1) Kaji fungsi normal paru, petologi kondisi
Rasional : meningkatkan pemahaman situasi yang ada
2) Diskusikan aspek ketidakmampuan dari penyakit, lamanya
penyembuhan dan harapan kesembuhan
Rasional : informasi dapat meningkatkan koping dan membantu
menurunkan ansietas dan masalah berlebihan
3) Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal
Rasional : kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi
kemampuan untuk mengasimilasi informasi
4) Tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif/latihan
pernafasan
Rasional : selama 6-8 minggu setelah pulang, pasien beresiko
kambuh dari pneumonia
18

5) Tekankan perlunya melanjutkan terapi antibiotic selama


periode yang dianjurkan
Rasional : penghentian dini antibiotok dapat mengiritasi
mukosa lambung, dan menghambat makrovag alveolar
mempengaruhi pertahanan alami tubuh melawan infeksi
6) Buat langkah yang meningkatkan kesehatan umum dan
kesejahteraan, misalnya istirahat dan aktivitas seimbang,
menghindari kerumunan selama musim pilek/flu
7) Tekankan pentingnya melanjutkan evaluasi medic dan
vaksin/imunisasi yang tepat
Rasional : dapat mencegah kambuhnya pneumonia
8) Identifikasi tanda tau gejala yang memerluka pelaporan
pemberi perawatan kesehatan, misalnya peningkatan dispnea,
kehilangan brat badan, demam, menetapnya batuk produktif,
perubahan mental

Rasional : upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat


meminimalkan komplikasi
19

BAB III
LAPORAN KASUS
Bab III penulis menjelaskan yang terkait dengan resume keperawatan
pada Tn.W dengan bronkopneumonia diruang rosella RSUD kardinah Tegal
yang dimulai pada tanggal 1 juni 2016 sampai tanggal 3 juni 2016 yang
meliputi pengkajian, riwayat kesehatan pasien, analisa data dan diagnosa
keperawatan.
A. Biodata klien
Pengkajian pasien dilakukan pada tanggal 1 juni 2016, pada pukul
08.00 wib diruang rosella RSUD Kardinah Tegal. Diperoleh data sebagai
berikut : Tn.w umur 58 tahun, jenis kelamin laki-laki, no RM 826763, alamat
keturen rt 03 rw 03 Tegal, agama islam, pendidikan terakhir SD, tanggal
masuk rumah sakit 31 mei 2016 dengan diagnose masuk bronkopneumonia.
B. Pengkajian
1. Riwayat penyakit
Keluhan utama, pasien mengatakan sesak nafas kurang lebih sudah 1
minggu dan batuk berdahak. Keadaan sebelum masuk rumah sakit Tn.W
dalam kondisi sesak nafas , batuk berdahak dan sudah memeriksakan
kondisinya ke puskesmas terdekat tetapi tidak ada perubahan dan
akhirnya keluarga membawanya ke IGD RSUD Kardinah pasien
mengatakan sesak nafas ,batuk berdahak, dan lemas. Tn.W mengatakan
mempunyai riwayat penyakit TBC.
Tindakan yang di lakukan ketika klien ketika masuk rumah sakit
adalah ttv, O2 3liter per menit, nebulizer combivent 1 ampul/8 jam, infuse RL
20 tetes permenit, injeksi ceftriaxone 2x1 gr iv, injeksi methylprednisolon
2x62,5 mg iv, injeksi ranitidine 2x1 ampul iv, peroral : erdomex 2x1 tablet.
tindakan atau terapi/obat yang diberikan kepada klien selama sakit.
2. Hasil pemeriksaan fisik
Didapatkan keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis dan diperoleh
vital sign sebagai berikut : 120/90 mmhg, S : 370C, RR : 28x/menit, N :
84x/menit. Bentuk kepala mesosepal tidak terdapat jejas, rambut hitam
20

terdapat beberapa uban dan bersih. Telinga tidak ada serumen, tidak ada jejas
dan perdarahan. Hidung tidak ada perdarahan, bersih dan terpasang O 2 3 liter
per menit. Mata konjungtiva anemis (-), sklera tidak ikterik, reflek cahaya
ada, pupil 3mm. membrane mukosa oral kering, lidah bersih, tidak ada
stomatitis. Leher peningkatan JVP (-), pembesaran kelenjar tidroid (-).
Pemeriksaan thorak, inspeksi pengembangan dada (+), otot bantu nafas (+),
nafas cuping hidung (+), tidak ada jejas, dispnea (+). Palpasi, pengembangan
dinding dada simetris, perkusi redup, auskultasi, suara nafas tambahan ronki
(+), bunyi jantung S1-2 normal, bising jantung tidak ada. Pemeriksaan
abdomen, inspeksi tidak ada jejas, palpasi abdomen supel, nyeri tekan (-)
suara tympani, jejas (-). Hasil perkusi didapatkan tympani, auskultasi
terdengar bising usus normal 10x/menit. Genetalia tidak terpasang kateter,
ekstremitas turgor elastis, tidak ada jejas, WPK < 3detik, tidak ada edema,
terpasang infuse di tangan sebelah kanan hari ke2. Kekuatan otot atas kanan
dan kiri 5, kekuatan otot bawah kanan dan kiri 4 dengan gerak bebas.
3. Pada saat pengkajian pola fungsional
Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang kondisi penyakitnya,
pasien mengatakan tidak mengetahui tentang terapi yang diberikan rumah
sakit dan pasien mengatakan yakin penyakitnya bisa disembuhkan.
Program diit rumah sakit : bubur, Intake makanan : sebelum masuk rumah
sakit pasien makan sebanyak 3 kali sehari dengan satu porsi. Setelah dirumah
sakit pasien hanya menghabiskan makanan setengah porsi makanan pada pagi
hari, siang hari, malam hari dengan menu sesuai rumah sakit. Intake cairan :
sebelum sakit, klien sering minum air putih setiap hari kurang lebih 8 gelas
belimbing atau setara dengan 1.600 ml. selama sakit, klien hanya minum air
putih setiap hari kurang lebih 5 gelas belimbing atau setara dengan 1000 ml.
tinggi badan klien 156 cm dan berat badan klien adalah 40 kg. pola eliminasi
klien saat BAB: sebelum sakit klien tidak ada keluhan selama BAB klien
BAB sehari sekali pada pagi hari dengan konsisten padat lunak normal. Pola
eliminasi saat BAK: sebelum sakit klien tidak ada keluhan saat BAK, klien
BAK sehari 4 kali dengan jumlah urine kurang lebih 1.000 cc, warna kuning
21

normal, bau menyengat. Selama sakit, klien BAK 3x sehari dengan warna
kuning normal, bau menyengat. Aktifitas dan latihan makan dan minum
pasien di bantu oleh istrinya, untuk mandi dibantu oleh istrinya yang selalu
menjaganya di rumah sakit, berpakaian dibantu oleh istrinya sedangkan
mobilitas di tepat tidur pasien bisa sendiri.
Pola tidur dan istirahat, klien mengatakan sebelum sakit klien tdiru
sehari 2 kali pada siang dan malam hari selama 8 jam, tetapi jika siang hari
klien tidur hanya dari 13.00 wib sampai 15.00 wib. Selama sakit, klien tidur 2
kali sehari pada siang dan malam hari selama 5 jam, pada siang klien
terbangun saat tidur karena berisik dan pada malam hari klien sering
terbangun karena sesak nafas dan batuk.
Pola perseptual klien menunjukan hasil penglihatan normal, dapat
mendengar dengan jelas tidak ada gangguan pendengaran, klien mengatakan
mulutnya masih bisa merasakan rasa asin, asam, pahit, manis, dengan baik.
Untuk pola persepsi diri, klien mengatakan cemas dengan sakit yang
dideritanya, tetpai klien tetap berfikiran positif sakitnya bisa disembuhkan
dan klien mempercayai sepenuhnya kepada dokter dan perawat untuk
diberikan perawatan serta terapi pengobatan.
Pada pola seksual dan reproduksi klien mengatakan selama sakit tidak
ada keluhan. Hubungan pasien dengan keluarga dan orang lain baik, orang
terdekatnya adalah istri yang selalu menemaninya ketika ia berada dirumah
sakit. Pasien berharap bisa cepat sembuh dan pulang agar bisa berkumpul
dengan keluarganya. Sebelum sakit pasien bisa menjalankan ibadah sholat
lima waktu, akan tetapi setelah dirumah sakit, pasien menjalankan ibadahnya
dengan keadaan apapun.

4. Hasil laboratorium
Pada tanggal 31 mei 2016 didapatkan hasil laboratorium darah sebagai
berikut: hemoglobin 12,2 g/dl, hematokrit 35,5%, trombosit 397.000/ul,
eritrosit 2,5 juta/mm, leukosit 9,7/ul, diff account 74,1/17,6/6,9,1,0,3%, widal
22

negative, glukosa 102mg/dl, ureum 78.00mg/dl, creatinin 2.00mg/dl, SGOT


15,9u/l, SGPT 24,4u/l, HBSAG negative.
Hasil RONTGEN yang dilakukan pada tanggal 31 mei 2016 diperoleh hasil
foto thorax AP-LAT , kesan : cor tak membesar , gambaran pneumonia ,
hillus tak memadat.
C. Analisa data
Setelah dilakukan analisa data pada tanggal 1 juni 2016 diperoleh data
sebagai berikut:
1. Data subyektif : pasien mengatakan sesak nafas, batuk berdahak. Data
obyektif : pasien terlihat sesak nafas/dispnea. Suara nafas tambahan ronki
(+), respirasi 28x/menit, terpasang O2 3liter per menit, nadi 80 x/menit.
2. Data subyektif : pasien mengatakan sesak nafas. Data : pasien tampak
sesak nafas/dispnea, nafas cuping hidung (+), penggunaan otot bantu nafas
(+), RR: 28x/menit.
3. Data subyektif : pasien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya
Data obyektifnya : pasien dan keluarga pasien tampak sering bertanya
tentang penyakitnya.
D. Diagnose keperawatan prioritas
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produk sputum
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan compliance paru menurun
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi
E. Perencanaan (Tujuan Sasaran Tindakan)
Diagnosa pertama penulis mengambil diagnosa bersihan jalan nafas
tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum, tujuan yang
diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x7 jam
diharapkan bersihan jalan nafas efktif, dengan kriteria hasil: batuk berdahak
kurang, tidak ada suara nafas tambahan, tanda-tanda vital dalam batas normal.
Rencana keperawatan: pantau tanda tanda vital, auskultasi bunyi nafas,
anjurkan pasien latihan nafas dalam dan batu efektif, anjurkan , pasien minum
air hangat, berikan terapi sesuai anjuran dokter : mukolitik dan inhalasi.
23

Diagnosa keperawatan yang kedua, penulis mengambil diagnose pola


nafas tidak efektif berhubungan dengan compliance paru menurun. Tujuan
yang diharapakan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x7 jam
diharapkan pola nafas normal, dengan kriteria hasil : dispnea/sesak nafas
berkurang, tidak ada penggunaan otot bantu nafas (-), respirasi rate dalam
batas normal 16-24x/menit. Nadi normal : 80-100x/menit. Rencana
keperawatan : kaji frekuensi nafas, kaji penggunaan otot bantu nafas,
posisikan pasien semi fowler/setengah duduk, berikan O2 tambahan sesuai
anjuran dokter.
Diagnosa keperawatan ketiga, penulis mengambil diagnosa kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi. Tujuan yang
diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama kurang lebih 1x30
menit diharapkan pengetahuan pasien dan keluarga bertambah dengan kriteria
hasil: menyatakan pemahaman tentang kondisi proses penyakit dan
pengobatan. Berikut rencana keperawatan : diskusikan dengan pasien tentang
penyakit bronkopneumonia, berikan informasi dalam bentuk tertulis dan
verbal, tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif, tekankan perlunya
melanjutkan terapi antibiotik selama periode yang dianjurkan dokter.
F. Implementasi dan Evaluasi
Implementasi pertama untuk diagnosa keperawtan bersihan jalan nafas
tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum pada tanggal
1 juni 2016 pada jam 08.00 wib yang telah dilakukan yaitu : memantau tanda-
tanda vital, mengaukultasi bunyi nafas, mengajarkan pasien nafas dalam dan
batuk efektif, menganjurkan pasien minum air hangat, memberikan therapi
sesuai anjuran dokter : nebulizer/8 jam dengan obat combivent 2,5ml
combivent + 2cc nacl, erdomex 2x1 tab peroral.
Evaluasi dengan diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan peningkatan produk sputum yang dilakukan pada jam
13.00 wib diperoleh data subyektif : pasien mengatakan masih sesak nafas
dan batuk dahaknya hanya keluar sedikit. Data obyektif : pasien tampak sesak
nafas/dispnea, terdapat suara nafas tambahan ronki (+). TD: 120/80 mmhg,
24

Suhu: 370C, RR : 28X/menit, N : 84x/menit. Analisis: masalah belum teratasi.


Planning : lanjutkan intervensi, pantau tan-tanda vital, auskultasi bunyi nafas,
ajarkan pasien latihan nafas dalam dan batuk efektif, anjurkan pasien minum
air hangat, berikan terapi sesuai anjuran dokter : mukolitik dan inhalasi.
Implementasi hari kedua dengan diagnosa bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan peningkatan sputum, pada tanggal 2 juni 2015
pada pukul : 08.00 wib telah dilakukan implementasi yaitu : memantau tanda-
tanda vital. Mengauskultasi bunyi nafas, mengajarkan pasien latihan nafas
dalam dan batuk efektif, menganjurkan pasien minum air hangat, beriklan
terapi sesuai anjuran dokter : nebulizer/12 jam dengan obat combivent 2,5
ml+2cc Nacl, erdomex 2x1 tab peroral.
Evaluasi dari hari kedua diperoleh data subyektif : pasien mengatakan
batuk berdahak berkurang. Data obyektif : pasien tampak sesak nafas/dispnea,
pasien tampak sudah bisa melakukan batuk efektif, suara nafas tambahan
ronki (+), RR : 26x/menit, TD : 110/80 mmhg, N : 80x/menit, S : 36,8 0C.
Analisis : masalah teratasi sebagian. Planning : lanjutkan intervensi , pantau
tanda-tanda vital, auskultasi bunyi nafas, anjurkan klien minum air hangat,
berikan terapi sesuai anjuran dokter : mukolitik dan inhalasi.
Implementasi hari ketiga dengan diagnosa bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan peningkatan produk sputum pada tanggal 3 juni
2016 pada pukul 08.00 wib telah dilakukan implementasi yaitu, memantau
tanda tanda vital klien, mengauskultasi bunyi nafas, menganjurkan klien
minum air hangat, memberikan therapy sesuai anjuran dokter : nebulizer/12
jam dengan obat combivent 2,5, ml+2cc Nacl, erdomex 2x1 tab peroral.
Evaluasi implementasi hari ketiga yang dilakukan pada pukul
13.00wib diperoleh data subyektif : pasien mengatakan sudah tidak batuk
berdahak. Data obyektif : pasien tampak rileks, suara nafas tambahan (-),
RR : 24x/menit, N : 80x/menit, S : 36,50C. Analisis : masalah teratasi.
Planning : pertahankan intervensi, pantau tanda-tanda vital, auskultasi bunyi
nafas, anjurkan pasien minum air hangat , berikan teraoi sesuai anjuran dokter
: mukolitik dan inhalasi.
25

Implementasi dengan diagnosa pola nafas tidak efektif berhubungan


dengan compliance paru menurun. Pada tanggal 1 juni 2016 pada jam 09.00
wib implementasi yang telah dilakukan : mengkaji frekuensi nafas, mengkaji
adanya oto bantu nafas, memposisikan pasien semi fowler, memberikan
oksigen sesuai anjuran dokter : O2 canul 3 liter per menit.
Evaluasi pada jam jam 13.15 wib diperoleh data subyektif : pasien
mengatakan masih sesak nafas. Data obyektif : terpasang O 2 3 liter per menit,
pasien tampak sesak nafas/dispnea, pasien tampak menggunakan nafas cuping
hidung (+), tampak menggunakan otot bantu pernafasan perut (+), RR :
30x/menit. Analisis : masalah belum teratasi. Planning : lanjutkan intervensi,
kaji frekuensi nafas, kaji adanya penggunaan otot bantu pernafasan, posisikan
semi fowler, berikan oksigen sesuai anjuran dokter.
Implementasi hari kedua diagnosa pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan compliance paru menurun pada tanggal 2 juni 2016
pada pukul 09.00 wib implementasi yang telah dilakukan : mengkaji
frekuensi nafas, mengkaji adanya oto bantu pernafasan, memposisikan pasien
semi fowler, Memberikan oksigen sesuai anjuran dokter : O 2 kanul 3 liter per
menit.
Evaluasi hari kedua pada pukul 13.15 wib diperoleh data subyektif :
pasien mengatakan sesak nafas berkurang. Data obyektif : terpasang O 2 canul
permenit, Pasien nampak sesak nafas, pernafasan cuping hidung (-),
penggunaan otot bantu nafas perut berkurang, respirasi : 26x/menit. Analisis :
masalah teratasi sebagian. Planning : lanjutkan intervensi, kaji frekuensi
nafas, kaji adanya penggunaan otot bantu pernafasan, posisikan semi fowler,
berikan oksigen sesuai anjuran dokter.
Implementasi hari ketiga diagnosa pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan compliance paru menurun pada tanggal 3 juni 2016
pada pukul 09.00 wib implementasi yang telah dilakukan : mengkaji
frekuensi nafas, mengkaji adanya oto bantu pernafasan, memposisikan pasien
semi fowler, Memberikan oksigen sesuai anjuran dokter : O 2 canul 3 liter per
menit.
26

Implementasi diagnosa keperawtan kurang pengetahuan berhubungan


dengan kurangnya informasi pada tanggal 2 juni 2016 pada pukul 09.10 wib
yang telah dilakukan yaitu : mendiskusikan dengan pasien tentang penyakit
bronkopneumonia, penyebab, gejala dan pencegahan bronkopneumonia,
memberikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal, menekankan
pentingnya melanjutkan batuk efektif, menekankan perlunya melanjutkan
terapi antibiotic selama periode yang dianjurkan dokter.
Evaluasi implementasi diagnosa kurang pengetahuan berhubungan
dengan kurangnya informasi pada tanggal 2 juni 2016 pada pukul 13.30 wib
diperoleh data subyektif : pasien mengatakan sudah faham dengan kondisi
penyakitnya dan pencegahan penyakit bronkopneumonia. Analisis : masalah
teratasi. Planning : pertahankan intervensi.
27

Anda mungkin juga menyukai