PROPOSAL KTI
RESPIRATORI: BRONKOPNEUMONIA
NABILA
18.2143.P
2B/D3 KEPERAWATAN
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bernapas merupakan kegiatan yang dilakukan oleh hamper semua
makhluk hidup. Bernapas merupakan salah satu cirri makhluk hidup. Pada
dasarnya bernapas merupakan kegiatan mengambil oksigen yang diperlukan
tubuh dan mengeluarkan karbon dioksida. Pengambilan oksogen melalui suatu
cara yang disebut inspirasi, sedangkan pengeluaran karbon dioksida disebut
ekspirasi (dr. Th. Erlin, M.Kes, 2008).
Bronkopneumonia diperkirakan hampir selalu menjadi masalah
kesehatan dunia karena angka kematiannya tinggi, tidak saja dinegara
brkembang tetapi di negara maju seperti Amerika, terdapat dua hingga tiga
juta kasus bronkopneumonia pertahun, dengan jumlah kematian rata-rata
sebanyak 45.000 orang (dr. Th. Erlien. M.Kes, 2008).
Di Indonesia pneumonia merupakan penyebab kematian ketiga terbesar
setelah penyakit kardiovaskuler (jantung dan peredaran darah) dan
tuberculosis.
Berdasarkan data terbaru dari RISKESDA 2013 period prevalence dan
prevalansi tahun 2013 sebesar 1,8 persen dan 4,5 persen RISKESDAS (2013).
Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk membuat Karya
Tulis Ilmiah “ASUHAN KEPERAWATAN KASUS RESPIRATORI:
BRONKOPNEUMONIA PADA Tn.W DI RUANG ROSELA RSUD
KARDINAH KOTA TEGAL”
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melaporkan Asuhan keperawatan kasus respiratori:
bronkopneumonia pada Tn.w di ruang Rosella RSUD Kardinah Tegal.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan kasus respiratori:
bronkopneumonia di ruang Rosella RSUD Kardinah Tegal.
3
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Karya Tulis kasus ini diharapkan dapat memberikan tambahan
pengalaman bagi penulis dalam menusun Karya Tulis Ilmiah serta
pengetahuan mengenai asuhan keperawatan kasus respiratori.
2. Bagi Instansi Pendidikan
Karya Tulis ini diharapkan dapat memberikan tambahan
pengetahuan bagi mahasiswa yang masih duduk di bangku perkuliahan
serta menambah motivasi dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah sebagai
Karya Tulis yang nyata.
3. Bagi Instansi Rumah Sakit
Karya Tulis ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi
perawat di rumah sakit untuk mengambil kebijakan dalam rangka upaya
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan pada pasien dengan gangguan
mobilisasi.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
Bab II ini penulis menjelaskan hal yang berkaitan dengan
bronkopneumonia, yang meliputi definisi, manifestasi klinik, patofisiologi,
pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan teoritis.
A. Definisi
Menurut ( wahit ikbal Mubarak, 2015 ) bronkopneumonia adalah
suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di bronkeoli terminal.
Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokropurulen yang membentuk
bercak-berscak konsolidasi di lobuli berdekatan.
Menurut whaley dan wong dalam buku (wahit ikbal Mubarak 2015)
bronkopneumonia terminal yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi
bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan didekat lobules, yang
disebut juga pneumonia lobaris.
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di
sekitarnya (Suzanne C. Smeltzer, Rn, Edd, FAAN, 2013).
B. Etiologi
Menurut (wahit ikbal Mubarak, 2015 ) Secara umum, individu yang terserang
bronkopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan
tubuh terhadap virulensi organism pathogen. Orang yang normal dan sehat
mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernapasan yang
terdiri atas reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mucus, gerakan silia yang
menggerakan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,
mikobakteri, mikoplasma dan riketsia antara lain sebagai berikut:
1) Bakteristreptococcus, staphylococcus, H. influenza, klebsiella
2) Virus: Legionella pneumonia
5
serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Manifestasi klinis menurut (Bararah
dan Jaufar, 2013) yaitu: Demam, Dingin, Batuk produktif atau kering,
Malaise, Nyeri pleural, Kadang dyspnea, Sel darah putih berubah
( >10.000/mm3 atau <6.000/mm3). Menurut doengos (2012) mengatakan
pemeriksaan untuk menegakan diagnose bronkopneumonia meliputi
pemeriksaan sinar X, GDA, JDL, pemeriksaan serologi, LED, periksaan
fungsi paru, elektrolit, bilirubin.
1. Sinar X : mengidentifikasi distribusi truktual; dapat juga menyebabkan
abses luas/infiltrate, infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial); atau
penyebaran/perluasan infiltrate nodul (virus). Pada pneumonia
mikoplasma, sinar dada X mungkin lebih bersih
2. GDA : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang
terlibat dan penyakit paru yang ada
3. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : dapat diambil dengan biopsy
jarum,aspirasi trankeal, bronskopi fiberoptik, atau biopsy pembukaan paru
untuk mengatasi organisme penyebab
4. JDL : leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi
pada infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan
berkembangnya pneumonia bacterial
5. Pemeriksaan serologi : titer virus atau legionella, aglutinin dingin
6. LED : meningkat
7. Pemeriksaan fungsi paru : volume mungkin menurun ( kongesti dan kolaps
alveolar ); tekanan jalan napas mungkin meningkat dan complain
menurun. Hipoksemia
8. Elektrolit: natrium dan klorida mungkin rendah
9. Bilirubin : mungkin meningkat
10. Aspirasi perkutan/biopsy jaringan paru terbuka. Dapat menyatakan
intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasma (CMV); karakteristik sel
raksasa ( rubeolla ).
E. Penatalaksanaan
7
Kriteria hasil :
1) Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan
GDA dalam rentang normal dan tak ada gejala distress pernafasan
2) Berpartisipasi dalam tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi
Intervensi keperawatan :
1) Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan bernapas
Rasional : manifestasi distress pernafasan tergantung pada derajat
keterlibatan paru dan status kesehatan umum
2) Observasi warna kulit, membrane mukosa, dan kuku, catat adanya
sianosis perifer (kuku) atau sianosis sentral (sirkumoral)
Rasional : sianosis kuku menunjukan vasoklontriksi atau respon
tubuh terhadap demam. Namun sianosis telinga, membran mukosa
dan kulit sekitar mulutmenunjukan hiposemia sistemik
3) Kaji status mental
Rasional : gelisah, mudah terangsang, bingung, dan somnolen
dapat menunjukan hipoksemia serebral
4) Awasi frekuensi jantung bdan irama
Rasional : takikardi biasanya ada sebagai akibat demam atau
dehidrasi tetapi dapat sebagai respon terhadap hipoksemia
5) Awasi suhu tubuh sesuai indikasi. Bantu tindakan kenyamanan
untuk menurunkan demam dan menggigil misalnya mengatur suhu
ruangan, kompres hangat atau dingin
Rasional : demam tinggi (umum pada pneumonia bacterial dan
influenza)
6) Pertahankan istirahat tidur
Rasioanl : mencegah terllu lelah dan menurunkan kebutuhan
konsumsi oksigen
7) Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam,
batuk efektif
Rasional : tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal,
meningkatkan pengeluaran skret untuk memperbaiki ventilasi
12
Intervensi :
1) Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada
Rasional : kecepatan biasanya meningkat, dispnea, dan terjadinya
peningkatan kerja nafas,kedalaman bervariasi, dan ekspansi dada
terbatas
2) Auskultasi bunyi nafas
Rasional : krekel, ronki, dan mengi terdengar pada saat inspirasi dan
ekspirasi termasuk respon terhadap pengumpulan cairan, secret
kental dan spasme jalan nafas
3) Tinggikan kepala dan bantu mengubahb posisi
Rasional tindakan ini meningkatan ekspansi paru dan memudahkan
permafasan
4) Dorong/bantu pasien dalam nafas dalam dan latihan dalam batuk
efektif
Rasional : nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru.
Batuk adalan mekanisme alami pebersihan jalan nafas, membantu
silia untuk mempertahankan jalan nafas paten
5) Berian oksigen tambahan
Rasional : memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas
6) Awasi GDA……
BAB III
LAPORAN KASUS
Bab III penulis menjelaskan yang terkait dengan resume keperawatan
pada Tn.W dengan bronkopneumonia diruang rosella RSUD kardinah Tegal
yang dimulai pada tanggal 1 juni 2016 sampai tanggal 3 juni 2016 yang
meliputi pengkajian, riwayat kesehatan pasien, analisa data dan diagnosa
keperawatan.
A. Biodata klien
Pengkajian pasien dilakukan pada tanggal 1 juni 2016, pada pukul
08.00 wib diruang rosella RSUD Kardinah Tegal. Diperoleh data sebagai
berikut : Tn.w umur 58 tahun, jenis kelamin laki-laki, no RM 826763, alamat
keturen rt 03 rw 03 Tegal, agama islam, pendidikan terakhir SD, tanggal
masuk rumah sakit 31 mei 2016 dengan diagnose masuk bronkopneumonia.
B. Pengkajian
1. Riwayat penyakit
Keluhan utama, pasien mengatakan sesak nafas kurang lebih sudah 1
minggu dan batuk berdahak. Keadaan sebelum masuk rumah sakit Tn.W
dalam kondisi sesak nafas , batuk berdahak dan sudah memeriksakan
kondisinya ke puskesmas terdekat tetapi tidak ada perubahan dan
akhirnya keluarga membawanya ke IGD RSUD Kardinah pasien
mengatakan sesak nafas ,batuk berdahak, dan lemas. Tn.W mengatakan
mempunyai riwayat penyakit TBC.
Tindakan yang di lakukan ketika klien ketika masuk rumah sakit
adalah ttv, O2 3liter per menit, nebulizer combivent 1 ampul/8 jam, infuse RL
20 tetes permenit, injeksi ceftriaxone 2x1 gr iv, injeksi methylprednisolon
2x62,5 mg iv, injeksi ranitidine 2x1 ampul iv, peroral : erdomex 2x1 tablet.
tindakan atau terapi/obat yang diberikan kepada klien selama sakit.
2. Hasil pemeriksaan fisik
Didapatkan keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis dan diperoleh
vital sign sebagai berikut : 120/90 mmhg, S : 370C, RR : 28x/menit, N :
84x/menit. Bentuk kepala mesosepal tidak terdapat jejas, rambut hitam
20
terdapat beberapa uban dan bersih. Telinga tidak ada serumen, tidak ada jejas
dan perdarahan. Hidung tidak ada perdarahan, bersih dan terpasang O 2 3 liter
per menit. Mata konjungtiva anemis (-), sklera tidak ikterik, reflek cahaya
ada, pupil 3mm. membrane mukosa oral kering, lidah bersih, tidak ada
stomatitis. Leher peningkatan JVP (-), pembesaran kelenjar tidroid (-).
Pemeriksaan thorak, inspeksi pengembangan dada (+), otot bantu nafas (+),
nafas cuping hidung (+), tidak ada jejas, dispnea (+). Palpasi, pengembangan
dinding dada simetris, perkusi redup, auskultasi, suara nafas tambahan ronki
(+), bunyi jantung S1-2 normal, bising jantung tidak ada. Pemeriksaan
abdomen, inspeksi tidak ada jejas, palpasi abdomen supel, nyeri tekan (-)
suara tympani, jejas (-). Hasil perkusi didapatkan tympani, auskultasi
terdengar bising usus normal 10x/menit. Genetalia tidak terpasang kateter,
ekstremitas turgor elastis, tidak ada jejas, WPK < 3detik, tidak ada edema,
terpasang infuse di tangan sebelah kanan hari ke2. Kekuatan otot atas kanan
dan kiri 5, kekuatan otot bawah kanan dan kiri 4 dengan gerak bebas.
3. Pada saat pengkajian pola fungsional
Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang kondisi penyakitnya,
pasien mengatakan tidak mengetahui tentang terapi yang diberikan rumah
sakit dan pasien mengatakan yakin penyakitnya bisa disembuhkan.
Program diit rumah sakit : bubur, Intake makanan : sebelum masuk rumah
sakit pasien makan sebanyak 3 kali sehari dengan satu porsi. Setelah dirumah
sakit pasien hanya menghabiskan makanan setengah porsi makanan pada pagi
hari, siang hari, malam hari dengan menu sesuai rumah sakit. Intake cairan :
sebelum sakit, klien sering minum air putih setiap hari kurang lebih 8 gelas
belimbing atau setara dengan 1.600 ml. selama sakit, klien hanya minum air
putih setiap hari kurang lebih 5 gelas belimbing atau setara dengan 1000 ml.
tinggi badan klien 156 cm dan berat badan klien adalah 40 kg. pola eliminasi
klien saat BAB: sebelum sakit klien tidak ada keluhan selama BAB klien
BAB sehari sekali pada pagi hari dengan konsisten padat lunak normal. Pola
eliminasi saat BAK: sebelum sakit klien tidak ada keluhan saat BAK, klien
BAK sehari 4 kali dengan jumlah urine kurang lebih 1.000 cc, warna kuning
21
normal, bau menyengat. Selama sakit, klien BAK 3x sehari dengan warna
kuning normal, bau menyengat. Aktifitas dan latihan makan dan minum
pasien di bantu oleh istrinya, untuk mandi dibantu oleh istrinya yang selalu
menjaganya di rumah sakit, berpakaian dibantu oleh istrinya sedangkan
mobilitas di tepat tidur pasien bisa sendiri.
Pola tidur dan istirahat, klien mengatakan sebelum sakit klien tdiru
sehari 2 kali pada siang dan malam hari selama 8 jam, tetapi jika siang hari
klien tidur hanya dari 13.00 wib sampai 15.00 wib. Selama sakit, klien tidur 2
kali sehari pada siang dan malam hari selama 5 jam, pada siang klien
terbangun saat tidur karena berisik dan pada malam hari klien sering
terbangun karena sesak nafas dan batuk.
Pola perseptual klien menunjukan hasil penglihatan normal, dapat
mendengar dengan jelas tidak ada gangguan pendengaran, klien mengatakan
mulutnya masih bisa merasakan rasa asin, asam, pahit, manis, dengan baik.
Untuk pola persepsi diri, klien mengatakan cemas dengan sakit yang
dideritanya, tetpai klien tetap berfikiran positif sakitnya bisa disembuhkan
dan klien mempercayai sepenuhnya kepada dokter dan perawat untuk
diberikan perawatan serta terapi pengobatan.
Pada pola seksual dan reproduksi klien mengatakan selama sakit tidak
ada keluhan. Hubungan pasien dengan keluarga dan orang lain baik, orang
terdekatnya adalah istri yang selalu menemaninya ketika ia berada dirumah
sakit. Pasien berharap bisa cepat sembuh dan pulang agar bisa berkumpul
dengan keluarganya. Sebelum sakit pasien bisa menjalankan ibadah sholat
lima waktu, akan tetapi setelah dirumah sakit, pasien menjalankan ibadahnya
dengan keadaan apapun.
4. Hasil laboratorium
Pada tanggal 31 mei 2016 didapatkan hasil laboratorium darah sebagai
berikut: hemoglobin 12,2 g/dl, hematokrit 35,5%, trombosit 397.000/ul,
eritrosit 2,5 juta/mm, leukosit 9,7/ul, diff account 74,1/17,6/6,9,1,0,3%, widal
22