Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA AN.

A DENGAN
BRONKOPNENOMONIA DI NS 1B KAMAR 126 A
RS.BMC MAYAPADA BOGOR

OLEH :
NAMA : Lusi Herawati
NIM : 162120025

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIJAYA HUSADA
BOGOR
2021
LAPORAN PENDAHULAN
BRONKOPNEMONIA

I. PENGERTIAN

Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru-paru yang biasanya berasal dari
suatu infeksi. (Price, 1995)
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi
jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat. (Zul, 2001)
Bronkopneumonia digunakan unutk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronki dan
meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi
konsolidasi area berbercak. (Smeltzer,2001).

II. ETIOLOGI

1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif
seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri
gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan
udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah
serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)
III. TANDA DAN GEJALA
1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
• Nyeri pleuritik
• Nafas dangkal dan mendengkur
• Takipnea
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
• Mengecil, kemudian menjadi hilang
• Krekels, ronki, egofoni
3. Gerakan dada tidak simetris
4. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
5. Diafoesis
6. Anoreksia g. Malaise
7. Batuk kental, produktif
• Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat
8. Gelisah
9. Sianosis
• Area sirkumoral
• Dasar kuku kebiruan
10. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
IV. PATOFISIOLOGI

Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah mikroorganisme (jamur,


bakteri, virus) awalnya mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet)
invasi ini dapat masuk kesaluran pernafasan atas dan menimbulkan reaksi
imonologis dari tubuh. reaksi ini menyebabkan peradangan, dimana ketika terjadi
peradangan ini tubuh menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada
penderita.
Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan sekret, semakin lama sekret semakin
menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin sempit dan pasien
dapat merasa sesak. Tidak hanya terkumpul dibronkus lama-kelamaan sekret dapat
sampai ke alveolus paru dan mengganggu sistem pertukaran gas di paru.
Tidak hanya menginfeksi saluran nafas, bakteri ini juga dapat menginfeksi
saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora normal
dalam usus menjadi agen patogen sehingga timbul masalah pencernaan.
Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan
mikroorganisme, keadaan ini disebabkan adanya mekanisme pertahanan paru.
Terdapatnya bakteri didalam paru menunjukkan adanya gangguan daya tahan
tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan mengakibatkan
timbulnya infeksi penyakit. Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan
paru dapat melalui berbagai cara, antara lain inhalasi langsung dari udara, aspirasi
dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring serta perluasan langsung
dari tempat-tempat lain, penyebaran secara hematogen (Nurarif & Kusuma, 2015).
Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan
nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan
jaringan sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu
proses peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu (Bradley, 2011):
a. Stadium I/Hiperemia (4-12 jam pertama atau stadium kongesti).
Pada stadium I, disebut hiperemia karena mengacu pada respon peradangan
permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai
dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi.
Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel
mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut
mencakup histamin dan prostaglandin.
b. Stadium II/Hepatisasi Merah (48 jam berikutnya)
Pada stadium II, disebut hepatitis merah karena terjadi sewaktu alveolus terisi
oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host)
sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh
karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan sehingga warna paru
menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli
tidak ada atau sangat minimal sehingga orang dewasa akan bertambah sesak,
stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
c. Stadium III/ Hepatisasi Kelabu (3-8 hari berikutnya)
Pada stadium III/hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel- sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai di reabsorbsi, lobus masih tetap padat
karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler
darah tidak lagi mengalami kongesti.
d. Stadium IV/Resolusi (7-11 hari berikutnya)
Pada stadium IV/resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan
mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorpsi oleh makrofag
sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) untuk dapat menegakkan diagnosa
keperawatan dapat digunakan cara :
a. Pemeriksaan laboratorium
• Pemeriksaan darah Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi
leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil)
• Pemeriksaan sputum Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang
spontan dan dalam digunakan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk
mendeteksi agen infeksius.
• Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa
• Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia.
• Sampel darah, sputum dan urine untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen
mikroba
b. Pemeriksaan Radiologi
• Ronthenogram thoraks
Menunujukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi
pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada
infeksi stafilokokus dan haemofilus.
• Laringoskopi/bronskopi
Untuk menentukan apakah jalan nafas tesumbat oleh benda padat

VI. PENATALAKSANAAN MEDIS


Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada anak dengan bronkopneumonia yaitu:
a. Pemberian obat antibiotik penisilin ditambah dengan kloramfenikol 50- 70 mg/kg
BB/hari atau diberikan antibiotic yang memiliki spectrum luas seperti ampisilin,
pengobatan ini diberikan sampai bebas demam 4-5 hari. Antibiotik yang
direkomendasikan adalah antibiotik spectrum luas seperti kombinasi beta
laktam/klavulanat dengan aminoglikosid atau sefalosporin generasi ketiga
(Ridha, 2014)
b. Pemberian terapi yang diberikan pada pasien adalah terapi O2, terapi cairan dan,
antipiretik. Agen antipiretik yang diberikan kepada pasien adalah paracetamol.
Paracetamol dapat diberikan dengan cara di tetesi (3x0,5 cc sehari) atau dengan
peroral/ sirup. Indikasi pemberian paracetamol adalah adanya peningkatan suhu
mencapai 38ºC serta untuk menjaga kenyamanan pasien dan mengontrol batuk.
c. Terapi nebulisasi menggunakan salbutamol diberikan pada pasien ini dengan
dosis 1 respul/8 jam. Hal ini sudah sesuai dosis yang dianjurkan yaitu 0,5
mg/kgBB. Terapi nebulisasi bertujuan untuk mengurangi sesak akibat
penyempitan jalan nafas atau bronkospasme akibat hipersekresi mukus.
Salbutamol merupakan suatu obat agonis beta- 2 adrenegik yang selektif
terutama pada otot bronkus. Salbutamol menghambat pelepas mediator dari
pulmonary mast cell 9,11 Namun terapi nebulisasi bukan menjadi gold standar
pengobatan dari bronkopneumonia. Gold standar pengobatan bronkopneumonia
adalah penggunaan 2 antibiotik (Alexander & Anggraeni, 2017)

VII. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang
dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar
tentang klien, dan membuat catatan tentang respons kesehatan klien. Dengan
demikian hasil pengkajian dapat mendukung untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan klien dengan baik dan tepat. Tujuan dari dokumentasi pada intinya
untuk mendapatkan data yang cukup untuk menentukan strategi perawatan.
Dikenal dua jenis data pada pengkajian yaitu data objektif dan subjektif.
Perawat perlu memahami metode memperoleh data. Dalam memperoleh data
tidak jarang terdapat masalah yang perlu diantisipasi oleh perawat. Data hasil
pengkajiian perlu didokumentasikan dengan baik (Yustiana & Ghofur, 2016)
a. Usia :
Pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak terjadi pada
anak berusia di bawah 3 tahun.
b. Keluhan utama :
Saat dikaji biasanya penderita bronkopneumonia mengeluh sesak nafas.
c. Riwayat penyakit sekarang : Pada penderita bronkopneumonia biasanya
merasakan sulit untuk bernafas, dan disertai dengan batuk berdahak, terlihat
otot bantu pernafasan, adanya suara nafas tambahan, penderita biasanya
juga lemah dan tidak nafsu makan, kadang disertai diare.
d. Riwayat penyakit dahulu :
Anak sering menderita penyakit saluran pernafasan bagian atas, memiliki
riwayat penyakit campak atau pertussis serta memiliki faktor pemicu
bronkopneumonia misalnya riwayat terpapar asap rokok, debu atau polusi
dalam jangka panjang.
e. Pemeriksaan fisik :
1) Inspeksi
Perlu diperhatikannya adanya sianosis, dispneu, pernafasan cuping
hidung, distensi abdomen, batuk semula non produktif menjadi
produktif, serta nyeri dada pada saat menarik nafas Batasan takipnea
pada anak 2 bulan-12 bulan adalah 50 kali/menit atau lebih, sementara
untuk anak berusia 12 bulan-5 tahun adalah 40 kali/menit atau lebih.
Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam pada fase
inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada ke dalam akan
tampak jelas.
2) Palpasi
Fremitus biasanya terdengar lemah pada bagian yang terdapat cairan
atau secret, getaran hanya teraba pada sisi yang tidak terdapat secret.
3) Perkusi
Normalnya perkusi pada paru adalah sonor, namun untuk kasus
bronkopneumonia biasanya saat diperkusi terdengar bunyi redup.
4) Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan
telinga ke hidung atau mulut bayi. Pada anak pneumonia akan
terdengar stridor, ronkhi atau wheezing. Sementara dengan stetoskop,
akan terdengar suara nafas akan berkurang, ronkhi halus pada posisi
yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi. Pernafasan bronkial,
egotomi, bronkoponi, kadangkadang terdengar bising gesek pleura.
f. Penegakan diagnostik
Pemeriksaan laboratorium :
Leukosit meningkat dan LED meningkat, X-foto dada : Terdapat bercak-
bercak infiltrate yang 35 tersebar (bronkopneumonia) atau yang meliputi satu
atau sebagian besar lobus.
g. Riwayat kehamilan dan persalinan:
1. Riwayat kehamilan: penyakit injeksi yang pernah diderita ibu selama
hamil, perawatan ANC, imunisasi TT.
2. Riwayat persalinan: apakah usia kehamilan cukup, lahir prematur, bayi
kembar, penyakit persalinan, apgar score.
h. Riwayat sosial
Siapa pengasuh klien, interaksi social, kawan bermain, peran ibu, keyakinan
agama/budaya.
i. Kebutuhan dasar
1. Makan dan minum Penurunan intake, nutrisi dan cairan, diare, penurunan BB,
mual dan muntah
2. Aktifitas dan istirahat Kelemahan, lesu, penurunan aktifitas, banyak berbaring
3. BAK Tidak begitu terganggu
4. Kenyamanan Malgia, sakit kepala
5. Higiene Penampilan kusut, kurang tenaga
j. Pemeriksaan tingkat perkembangan
1. Motorik kasar: setiap anak berbeda, bersifat familiar, dan dapat dilihat dari
kemampuan anak menggerakkan anggota tubuh.
2. Motorik halus: gerakkan tangan dan jari untuk mengambil benda,
menggengggam, mengambil dengan jari, menggambar, menulis
dihubungkan dengan usia.
k. Data psikologi
1. Anak
Krisis hospitalisasi, mekanisme koping yang terbatas dipengaruhi oleh: usia,
pengalaman sakit, perpisahan, adanya support, keseriusan penyakit.
2. Orang tua
Reaksi orang tua terhadap penyakit anaknya dipengaruhi oleh
• Keseriusan ancaman terhadap anaknya
• Pengalaman sebelumn
• Prosedur medis yang akan dilakukan pada anaknya
• Adanya suportif dukungan
• Agama, kepercayaan dan adat f) Pola komunikasi dalam keluarga
2. DIAGOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respons manusia (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu
atau kelompok, dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah. Diagnosa keperawatan
adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau masyarakat
sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual
atau potensial. Diagnosa keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan
rencana tindakan asuhan keperawatan, sangat perlu untuk
didokumentasikan dengan baik (Yustiana & Ghofur, 2016)
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan
nafas
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolus-kapiler d. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolism
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
6. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
7. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
8. Resiko ketidakseimbangan elektrolit dibuktikan dengan diare
9. Resiko gangguan tumbuh kembang dibuktikan dengan ketidakmampuan
fisik (PPNI, 2017
3. PERENCANAAN KEPEERAWATAN
Menurut PPNI (2018) Intervensi keperawatan adalah segala treatment
yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan
penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (PPNI,
2019). Adapun intervensi yang sesuai dengan penyakit bronkopneumonia
adalah sebagai berikut :
1. Diagnosa : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
spasme jalan napas
• Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan bersihan
jalan napas (L.01001) meningkat. Dengan kriteria hasil :
a) Batuk efektif b) Produksi sputum menurun c) Mengi menurun
d) Wheezing menurun e) Dispnea menurun f) Ortopnea
menurun g) Gelisah menurun h) Frekuensi napas membaik i)
Pola napas membaik
• Intervensi Keperawatan :
Observasi
a) Identifikasi kemampuan batuk
b) Monitor adanya retensi sputum 39
c) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
d) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
e) Auskultasi bunyi napas
Terapeutik
a) Atur posisi semi fowler atau fowler
b) Berikan minum hangat
c) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu d) Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
b) Ajarkan teknik batuk efektif
c) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam
yang ke-3
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian bronkodilator, mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
2. Diagnosa : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan
upaya napas
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan pola napas
(L.01004) membaik. Dengan kriteria hasil :
a) Tekanan ekspirasi meningkat
b) Tekanan inspirasi meningkat
c) Dispnea menurun
d) Penggunaan otot bantu napas menurun
e) Frekuensi napas membaik
f) Kedalaman napas membaik
2) Intervensi Keperawatan :
Observasi
a) Monitor bunyi napas
b) Monitor sputum
c) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
d) Monitor kemampuan batuk efektif
e) Monitor adanya sumbatan jalan napas
f) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
g) Monitor saturasi oksigen
Edukasi
a) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
b) Ajarkan teknik batuk efektif
3. Diagnosa : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membrane alveolus-kapiler
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan pertukaran
gas (L.01003) meningkat. Dengan kriteria hasil :
a) Dispnea menurun
b) Bunyi napas tambahan menurun
c) Napas cuping hidung menurun d) PCO2 membaik
e) PO2 membaik
f) Takikardi membaik
g) Ph arteri membaik
2) Intervensi Keperawatan :
Observasi
a) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
b) Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik)
c) Monitor adanya sumbatan jalan napas
d) Auskultasi bunyi napas
e) Monitor saturasi oksigen
f) Monitor nilai AGD
g) Monitor hasil x-ray thoraks
h) Monitor kecepatan aliran oksigen
i) Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
Terapeutik
a) Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
Kolaborasi
a) penentuan dosis oksigen
b) Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur
4. Diagnosa : Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka termoregulasi
(L.14134) membaik dengan kriteria hasil :
a) Menggigil menurun
b) Kulit merah menurun
c) Kejang menurun
d) Pucat menurun
e) Takikardi menurun
f) Takipnea menurun
g) Bradikardi menurun
h) Hipoksia menurun
i) Suhu tubuh membaik
j) Suhu kulit membaik
k) Tekanan darah membaik
2) Intervensi keperawatan :
Observasi :
a) Identifikasi penyebab hipertermia
b) Monitor tanda-tanda vital
c) Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu
d) Monitor intake dan output cairan
e) Monitor warna dan suhu kulit
f) Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik :
a) Sediakan lingkungan yang dingin
b) Longgarkan atau lepaskan pakaian
c) Basahi dan kipasi permukaan tubuh
d )Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
e) Berikan cairan oral
f) Ganti linen setiap hari jika mengalami keringat berlebih
g) Lakukan pendinginan eksternal (mis. kompres dingin pada dahi,
leher, dada, abdomen, aksila
Edukasi :
a) Anjurkan tirah baring
b) Anjurkan memperbanyak minum
Kolaborasi :
a) Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu
b) Kolaborasi pemberisn antibiotik, jika perlu
5. Diagnosa : Defisit nutrisi berhubungan peningkatan kebutuhan metabolism
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan status nutrisi
(L.03030)membaik. Dengan kriteria hasil:
a) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
b) Diare menurun
c) Berat badan membaik
d) Indeks Massa Tubuh (IMT) membaik
e) Nafsu makan membaik
2) Intervensi Keperawatan :
Observasi
a) Identifikasi status nutrisi
b) Monitor asupan makanan
c) Monitor berat badan
Terapeutik
a) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
b) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
c) Berikan suplemen makanan, jika perlu
d) Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
e) Berikan makanan sesuai keinginan, jika memungkinkan
Edukasi
a) Anjurkan orang tua atau keluarga membantu memberi makan kepada
pasien Kolaborasi
a) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
b) Kolaborasi pemberian antiemetil sebelum makan, jika perlu
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan. Ukuran implementasi keperawatan yang diberikan kepada
klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki
kondisi, pendidikan untuk klienkeluarga, atau tindakan untuk mencegah
masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari (Yustiana & Ghofur,
2016).
5. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang
telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan
mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan
yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Penilaian adalah tahap
yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan
tujuan yaitu pada komponen kognitif, afektif, psikomotor, perubahan fungsi
dan tanda gejala yang spesifik (Yustiana & Ghofur, 2016)
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA AN.A DENGAN


BRONKOPENOMONIA DI NS 1B KAMAR 126 A
RS. BMC MAYAPADA BOGOR

A. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS


Tempat : NS 1B, Kamar 126 A
Tanggal Masuk : 15/11/2021

B. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian :
1) Data Subjektif
1. Identitas
a. Identitas Pasien
• Nama : An. A
• Umur : 11 bln
• Agama : Islam
• Suku Bangsa : Sunda
• Pendidikan : -
• Pekerjaan :-
• Alamat : JL Mayjen HG Sukma KM.17 RT 004/002 kel pasir
muncang kec Caringin kab Bogor

b. Identitas penanggung jawab

• Nama : Tn R
• Umur : 45
• Agama : Islam
• Suku Bangsa : Sunda
• Pendidikan : Perguruan Tinggi
• Pekerjaan : Peg Swasta
• Alamat : JL Mayjen HG Sukma KM.17 RT 004/002 kel
pasir muncang kec Caringin kab Bogor
• Hub dg klien : Ayah

2. Keluhan Utama
Masuk dengan keluhan, batuk, grok grok,sesak, Demam, sudah 3 hari,
sebelum masuk rumah sakit ,napsu makan berkurang.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Klien dibawa ke RS. BMC Mayapada dengan keluhan Batuk, Demam, sejak 3 hari yang
lalu, muntah 1x , klien rewel dan sulit tidur karena sesak

b. Riwayat Kesehatan yang lalu


Ibu mengatakan sebelum klien dirawat pernah juga sakit batuk, namun tidak separah ini
dan tidak sesak , pernah beberapa kali demam, dan turun bila minum obat sanmol sirup,
Ibu mengatakan An. A tidak pernah mengalami jatuh atau kecelakaan. Ibu megatakan
An.A tidak pernah di lakukan tindakan operasi. Ibu megatakan An.A tidak mempunyai
riwayat alergi.

c. R iwayat kesehatan keluarga

Keluarga An.A tidak ada yang mengalami penyakit yang menular seperti TB dan
Hipertensi.

4. Masa prenatal
An. A merupakan anak kedua dan selama hamil ibu klien melakukan pemeriksaan rutin ke RS
tiap bulannya. Ibu mengatakan selama hamil tidak pernah sakit, obat yang diminum ibu selama
hamil yaituvitamin dan penguat kandungan dari dokter spesialis Obgyn.. Ibu mengatakan tidak
mempunyai riwayat hipertensi dan penyakit DM. Ibu klien mengatakan selama
kehamilan berat badan naik ± 15 kg. Ibu mengatakan melakukan imunisasi TT 2 × selama
kehamilan. Pada usia kehamilan 4 bulan mendapatakan TT 1 (Pertama), TT 2 (dua) pada
kehamilan 5 bulan. Orang tua mengatakan tidak mengetahui golongan darahnya.

5. Natal
Tempat melahirkan di RS.BMC Mayapaada, Ibu mengatakan persalinannya secara
normal ditolong oleh dokter spesialis kebidanan,tidak ada komplikasi pada saat anak lahir

6. Post natal
Berat badan lahir 3100 gram dan panjang badan 49 cm. Ibu mengatakan pada saat lahir An. A
tidak mempunyai penyakit. Ibu megatakan tidak ada masalah saat menyusui . Sebelum klien
dirawat tidak pernah mengalami penyakit yang berat dan hanya pernah mengalami panas /
demam. Ibu mengatakan An.A tidak pernah mengalami jatuh atau kecelakaan. Ibu megatakan
An.A tidak pernah di lakukan tindakan operasi. Ibu megatakan An.A tidak mempunyai riwayat
alergi. Ibu klien mengatakan saat An. sakit selalu dibawa ke RS BMC untuk mendapatkan
pengobatan.,An.A mempunyai satu orang saudara laki-laki berumur 7 tahun, anak A
merupakan , anak kedua dari Tn. R dan Ny. y.

7. Neo natal
Tidak ada data

8. Riwayat sosial

An. A diasuh oleh kedua orang tuanya dan tinggal dirumah yang sama. Hubungan
anggota keluarga baik. Rumah tempat tinggal An. Amempunyai tempat bermain bersama
tetangga yang lain. Ibu mengatakan rumah tempat tinggal tidak mempunyai tangga
Hubungan dalam keluarga baik

9. Kebutuhan dasar

• Sebelum sakit selera makan anak baik. Dirumah anak A disuapi oleh ibunya makan
bubur 3× sehari dengan 1 porsi bubur dihabiskan. An. A dirumah minum ASI dan air
putih dengan frekuensi minum 7-12 / sehari.
• An.A BAK 3-4 x/hari warna jernih kekuningan volume 1000 cc, BAB 1 x / hari
dengan konssitensi padat, lembek tidak ada kesulitan BAB menggunakan
pampers.
• Kebiasaan tidur anak A pada siang hari tidak teratur sedangkan pada malam hari
tidur pada jam 19:00. An. A memiliki kebiasaan sebelum tidur sebelum tidur
yaitu selalu disusui oleh ibunya. An. A tidak memiliki kesulitan untuk tidur.
• Kebiasaan mandi 2x/hari, cuci rambut 2 x / sehari dengan frekuensi 3 x/ minggu,
gunting kuku 1 x/ 2 minggu dengan dibantu oleh ibunya. Sebelum sakit An. A Tidak
mengalami kesulitan pergerakkan tubuh.

10. Pemeriksaan DDST (Pemeriksaan tumbuh kembang tidak dapat dilakukan karena anak
sedang sakit. Informasi yang diberikan diperoleh dari orangtua)
Riwayat tumbuh kembang anak C berat badan : 9,5 Kg , tinggi badan : 80 cm, An. A sudah
tumbuh gigi. merangakak pada usia 7 bulan, An. Sudah bisa duduk, sudah berdiri dan baru
belajar jalan ,. Senyum kepada orang lain pertama kalin saat usia 5 bulan, An. A belum
bicara, dan An. A belum dapat berpakain tanpa bantuan.
2) Data Objektif
1. (Pemeriksaan Fisik)

No Pemeriksaan Umum Klien 1


1. Keadaan Umum KU: Lemah
2. Kesadaran Kes: Composmentis
3. Tanda-tanda vital Nadi 134 x/menit, suhu tubuh
38,4 oC, pernafasan: 45
x/menit. Tb: 75,5 cm
Bb: 10 kg
Lingkar lengan atas: 15 cm
Lingkar kepala: 45 cm
Lingkar dada: 39cm
Lingkar perut: 42 cm
4. Status Gizi Dirumah : selera makan anak
baik, makan bubur 3× sehari
dengan 1 porsi bubur
dihabiskan.

Dirumah sakit : selera makan


tidak ada / menurun, klien
tidak mau makan.
Makanannya hanya asi.

5. Pemeriksaan Fisik :
Inspeksi
a. Kepala Kepala tidak ada kelainan,
rambut pendek, kulit rambut
bersih, kelopak mata bersih
tidak anemis pada
konjungtiva, mukosa mulut
kering, tidak ada masalah
kemampuan menelan,hidung
bersih tidak ada peradangan,
telinga bersih tidak ada
kelainan, tidak terdapat
kuman pada lubang telinga.

b. Leher Tidak ada pembesaran pada


leher.
c. dada Bentuk dada simetris antara
kanan dan kiri, gerakkan dada
simetris kanan dan kiri.
d. Punggung Tidak ada data
e. Perut Ada pernapasaan dinding
perut
70
f.Genetalia Bersih tidak ada kelainan.
g. Anus dan Rektum Tampak kemerahan daerah
anus.

h. Tulang Belakang Crt < 3 detik, clubbing finger


Ekstermitas normal.

Palpasi
a. Leher Pada An. A leher tidak teraba
b.Dada pembesaran, dada simetris
antara kanan dan kiri.
c. Perut Tidak ada nyeri tekan pada
perut
Auskultasi
a. Paru-paru Suara ronkhi paru kiri dan
kanan, ada whezing
b. Jantung Normal
c. Perut Peristaltik usus 24 x/menit
Perkusi
a. Dada Tidak ada data
b. Perut
c. Ekstermitas

6. Sistem saraf
a. Fungsi cerebral Baik tidak ada gangguan
b. Keadaran Composmentis
c. Bicara ekspresive -

Fungsi cranial Nervus I : tidak ada


Nervus II : tidak ada
Nervus III, IV, VI : tidak ada
Nervus V : tidak ada
Nervus V1 : tidak ada
Nervus VII : tidak ada
Nervus VIII : tidak ada
Nervus IX : tidak ada
Nervus X : tidak ada
Nervus XI : tidak ada
Nervus XII : tidak ada

Fungsi Motorik Tidak mengalami kelemahan


otak

Refleks Basep Merasakan semua


rangsangan yang diberikan

70
2. Pemeriksaan Penunjang
No Pemeriksaan penunjang Hasil
1. Laboratorium Hasil pemeriksaan
laboratorium hematologi
HB: 11,8
HT: 37
Leuko : 11100
Trombo : 303000
Eritrosit : 4,71
LED : 12
Swab Antigen : Negatif

2. Thorax PA Bronkhopneumoni dd KP

3. Terapi
No Terapi
1 IVFD: KAEN 1B→ 900-1000 cc/24 jam
Ampicilin 4x350
Sagestam 2x20mg
Cortidex 3x ½ a
Tempra syrup 3x1ml jika demam
Oksigen 1 lpm nasal
C. ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah

Hypersekresi jalan Bersihan jalan napas


DS : Ibu klien mengatakan sesak,
napas tidak efektif
batuk grok-grok,anaknya rewel
(D.0001)
DO :
• Batuk tidak efektif
• Sputum berlebih
• Terdapat ronkhi dan whezing
• Frekwensi napas cepat
• Klien nampak rewel dan gelisah
• N: 140x/mnt S: 38,5 C RR:
45x/mnt, saturasi 96%
• Terpasang O2 nasal -→1lpm

DS : Ibu klien mengatakan anaknya Implamasi paru Pola Napas tidak efektif
sesak,rewel (D.0005)

DO :
• N: 140x/mnt S; 38,5 C RR: 45 x/mnt
saturasi 96%
• Terpasang O2 nasal -→1 lpm
• Napas mengguakan otot perut
• Frekwensi napas meningkat
• Pola napas takipneu
• Ada Ronkhi dan wezing

DS : Ibu Klien mengatakan anaaknya Proses penyakit Hypertermia (D.0130)


demam sudah 3 hari dirumah ( implamasi paru)

DO :
• N:140x/mnt S; 38,5 C RR: 45
x/mnt saturasi 96%
• Kulit terasa hangat, dan nampak
merah
• Takikardi
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d Hypersekresi jalan napas (D.0001)

2. Pola napas tidak efektif b.d implamasi paru (D.0005)

3. Hypertermia b.d proses penyakit ( Implamasi paru) ( D. 0130)


E. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


1. Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 Latihan batuk efektif (I. 01006)
efektif b.d Hypersekresi jam bersihan jalan napas meningkat (L. 01001) Observasi:
jalan napas (D.0001) Ditandai dengan : • Identifikasi kemampuan batuk
• Batuk efektf meningkat • Monitor adanya retensi sputum
• Produksi sputum menurun • Monitor tanda dan gejala infeksi
• Ronkhi menurun saluran napas
• Whezing menurun Terapetik :
• Gelisah/ rewal menurun • Atur posisi semi fowler/ fowler
Edukasi :
• Jelaskaan prosedur dan tujuan batuk
efektip pada keluarga
Kolaborasi:
• Kolaborasi untuk pembeerian
mukolitik/ ekspektoran jika perlu

Manajemen Jalan Napas ( I. 10111)


Observasi :
• Monitor pola napas
• Monitor bunyi napas tambahan
• Monitor sputum
Terapetik :
• Posisikan semi fowler/ fowler
• Berikan minum hangat
• Lakukan fisiotherapi dada
• Lakukan penghisapan lender selama
15 detik
• Berikan oksigen
Edukasi :
• Jelaskaan prosedur dan tujuan batuk
efektip pada keluarga
Kolaborasi :
• Kolaborasi pemberian bronchodilator,
ekspektoan/ mukolitik
2 Pola napas tidak efektif b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 Manajemen Jalan Napas ( I. 10111)
implamasi paru (D.0005) jam maka pola napas membaik ( L.01004) Observasi :
Ditandai dengan : • Monitor pola napas
• Dypsneu menurun • Monitor bunyi napas tambahan
• Penggunan otot bantu napas menurun • Monitor sputum
• Frekwensi napas membaik Terapetik :
• Kedalaman napas membaik • Posisikan semi fowler/ fowler
• Berikan minum hangat
• Lakukan fisiotherapi dada
• Lakukan penghisapan lender selama
15 detik
• Berikan oksigen
Edukasi :
• Jelaskaan prosedur dan tujuan batuk
efektip pada keluarga
Kolaborasi :
• Kolaborasi pemberian bronchodilator,
ekspektoan/ mukolitik

Pemantauan Respirasi ( I. 01014)


Observasi :
• Monitor Frekwensi, irama dan
kedalaman dan upaya napas
• Monitor pola napas
• Monitor adanya produksi sputum
• Auskultasi bunyi napasa
• Monitor saturasi oksigrn
• Monitor kemampuan batuk efektif
2. Terapetik :
• Atur interval pengaturan respirasi
sesuai kondisi pasien
• Dikumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
• Jelaskan dan prosedur pemantauan
• Informasikan hasil pemantauan
3. Hypertermia b.d proses Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 Managemen Hypertermia (I.15506)
penyakitnya ( implamasi jam maka Termoregulasi membaik dengan Observasi :
paru) ( D.0130) kriteria hasil : • Identifikasi penyebab hipertermia
• Menggigil menurun • Monitor suhu tubuh
• Kulit merah menurun • Monitor haluaran urine
• Takikardi menurun • Monitor komplikasi akibat hipertermia
• Suhu tubuh membaik Terapetik :
• Suhu kulit membaik • Longgarkan atau lepaskan pakaian
• Sediakan lingkungan yang dingin
• Basahi dan kipasi permukaan tubuh
• Berikan cairan oral
• Berikan oksigen
Edukasi :
• Anujrkan tirah baring
Kolaborasi :
• Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena jika perlu
F. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

HARI 1 (Senin, 15/11/2021)

No Hari/ tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi


1 Senin, 15/11/2021 Bersihan jalan Observasi : S : OT klien mengatakan masih batuk,
napas tidak • Mengidentifikasi kemampuan sesak dan rewel
efektif b.d batuk O:
Hypersekresi • Memonitor adanya retensi • Batuk tidak efektif, klien tidak bisa
jalan napas sputum mengeluarkan dahak
• Monitor pola napas
• Monitor bunyi napas • Sputum berlebih, terdengar grok -grok,
tambahan • Terdapat ronkhi
Terapetik :
• Memberi Posisi fowler • Frekwensi napas cepat
• Memberikan minum hangat • Klien nampak rewel dan gelisah
• Melakukukan fisiotherapi
dada • N: 140x/mnt S: 38,5 C RR: 45x/mnt,
• Melakukan penghisapan saturasi 96%
lender selama 15 detik • Terpasang O2 nasal -→1lpm
• Memberikan oksigen 1lpm A: Masalah Bersihan jalan napas belum
via nasal kanul terataasi
Edukasi; P : Lanjutkan intervensi
• Jelaskaan prosedur dan tujuan
batuk efektip pada keluarga Latihan batuk efektif
Kolaborasi; Managemen jalan napas
• Melakukan Kolaborasi untuk
pembeerian ekspektoran
NO Hari/ tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
2 Senin, 15/11/2021 Pola napas tidak Observasi : S : OT klien mengatakan masih batuk, sesak
efektif b. d • Monitor pola napas dan rewel
Implamasi paru • Memonitor Frekwensi dan O:
irama napas • Batuk tidak efektif, klien tidak bisa
• Monitor bunyi napas mengeluarkan dahak
tambahan
• Melakukan auskultasi • Sputum berlebih, terdengar grok -grok,
bunyi napas • Terdapat ronkhi
• Meonitor saturasi oksigen
Terapetik : • Tampak bernapas dengan bantuan otot
• Memberi Posisi fowler perut
• Memberikan minum • Frekwensi napas cepat
hangat
• Melakukukan fisiotherapi • Lendir (+) saat sution
dada • Klien nampak rewel dan gelisah
• Melakukan penghisapan
lender selama 15 detik • Pemantauan TTV dilakukan/ 3jam
• Memberikan oksigen • N: 140x/mnt S: 38,5 C RR: 45x/mnt,
1lpm via nasal kanul saturasi 96%
• Mengatur interval
pemantauan respirasi • Terpasang O2 nasal -→1lpm
• Mendokumentasikan hasil A: Masalah Bersihan jalan napas belum
pemantauan terataasi
Edukasi; P : Lanjutkan intervensi
• Menjelaskan prosedur Managemen jalan napas
pemantauan Pemantauan respirasi
• Menginformasikan hasil
pemantauan
3. Senin, 15/11/2021 Hypertermia b.d Observasi : S : OT klien mengatakan anaknya demam
proses • Mengidentifikasi penyebab O:
penyakitnya hipertermia • N:140x/mnt S; 38,5 C RR: 45 x/mnt
(implamasi paru) • Memonitor suhu tubuh saturasi 96%
• Memonitor haluaran urine
• Memonitor komplikasi • Kulit terasa hangat, dan nampak merah
akibat hipertermia • Takikardi
Terapetik : A: Masalah Hypertermia belum teratasi
• Melonggarkan atau lepaskan P : Lanjutkan intervensi
pakaian Manajemen Hypertermia
• Menyediakan lingkungan
yang dingin
• Membasahi dan kipasi
permukaan tubuh
• Memberikan cairan oral
• Memberikan oksigen
Edukasi :
• Menganujrkan tirah baring
Kolaborasi :
• Melakukan Kolaborasi
pemberian cairan dan
elektrolit intravena jika perlu
HARI 2(Selasa, 16/11/2021)
No Hari/ tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
1 Selasa / 16/11/2021 Bersihan jalan Observasi : S : OT klien mengatakan masih batuk,
napas tidak • Mengidentifikasi kemampuan sesak dan rewel
efektif b.d batuk O:
Hypersekresi • Memonitor adanya retensi • Batuk tidak efektif, klien tidak bisa
jalan napas sputum mengeluarkan dahak
• Monitor pola napas
• Monitor bunyi napas • Sputum berlebih, masih terdengar grok
tambahan -grok,
Terapetik : • Lendir (+) saat suction
• Memberi Posisi fowler
• Memberikan minum hangat • Terdapat ronkhi
• Melakukukan fisiotherapi • Frekwensi napas cepat
dada
• Melakukan penghisapan • N: 130x/mnt S: 38 C RR: 40x/mnt,
lender selama 15 detik saturasi 99%
• Memberikan oksigen 1lpm • Terpasang O2 nasal -→1lpm
via nasal kanul A: Masalah Bersihan jalan napas belum
Edukasi; terataasi
• Mengevaluasi Penjelasan P : Lanjutkan intervensi
prosedur dan tujuan batuk
efektip pada keluarga Latihan batuk efektif
Kolaborasi; Managemen jalan napas
• Memberikan th/ sesuai
intruksi dokter
2 Selasa, 16/11/2021 Pola napas tidak Observasi : S : OT klien mengatakan masih sesak,
efektif b.d • Monitor pola napas napas masih cepat
implamasi paru • Memonitor Frekwensi dan O:
(D.0005)
irama napas • Sputum berlebih, terdengar grok -
• Monitor bunyi napas grok, suction lendir (+)
tambahan
• Melakukan auskultasi bunyi • Terdapat ronkhi
napas • Tampak bernapas dengan bantuan
• Meonitor saturasi oksigen otot perut
Terapetik :
• Memberi Posisi fowler • Frekwensi napas cepat
• Memberikan minum hangat • N: 130x/mnt S: 38 C RR: 40x/mnt,
• Melakukukan fisiotherapi saturasi 99%
dada
• Melakukan penghisapan • Terpasang O2 nasal -→1lpm
lender selama 15 detik • Pemantaun TTV/ 3jam
• Memberikan oksigen 1lpm A: Masalah Bersihan jalan napas
via nasal kanul belum terataasi
• Mengatur interval P : Lanjutkan intervensi
pemantauan respirasi Managemen jalan napas
• Mendokumentasikan hasil Pemantauan respirasi
pemantauan
Edukasi;
• Menjelaskan prosedur
pemantauan
• Menginformasikan hasil
pemantauan
3 Selasa, 16/11/2021 Hypertermia b.d Observasi : S : OT klien mengatakan anaknya masih
proses • Memonitor suhu tubuh demam
penyakitnya ( • Memonitor haluaran urine O:
imlpamasi paru ) • Memonitor komplikasi akibat • N:130x/mnt S; 38 C RR: 40 x/mnt
hipertermia saturasi 99%
Terapetik :
• Kulit terasa hangat, dan nampak
• Melonggarkan atau lepaskan
merah
pakaian
• Menyediakan lingkungan yang • Takikardi
dingin A: Masalah Hypertermia belum teratasi
• Membasahi dan kipasi P : Lanjutkan intervensi
permukaan tubuh Manajemen Hypertermia
• Memberikan cairan oral
• Memberikan oksigen
Edukasi :
• Menganujrkan tirah baring
Kolaborasi :
• Melakukan Kolaborasi
pemberian cairan dan elektrolit
intravena jika perlu
HARI 3 (RABU, 17/11/2021)

No Hari/ tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi


1 Rabu, 17,11/2021 Bersihan jalan Observasi : S : OT klien mengatakan batuk berkurang,
napas tidak • Memonitor adanya retensi sesak berkurang
efektif b.d sputum O:
Hypersekresi • Monitor pola napas • Sputum berkurang, masih terdengar
jalan napas • Monitor bunyi napas grok -grok, kadang -kadang
tambahan
Terapetik : • Lendir berkurang saat suction
• Memberi Posisi fowler • Ronkhi berkurang
• Memberikan minum hangat
• Melakukukan fisiotherapi • Frekwensi napas membaik
dada • N: 120x/mnt S: 36,9 C RR: 30x/mnt,
• Melakukan penghisapan saturasi 99%
lender selama 15 detik
• Memberikan oksigen 1lpm • Terpasang O2 nasal -→1lpm
via nasal kanul A: Masalah Bersihan jalan napas
Edukasi; terataasi sebagian
• Mengevaluasi Penjelasan P : Lanjutkan intervensi
prosedur dan tujuan batuk Latihan batuk efektif
efektip pada keluarga
Kolaborasi; Managemen jalan napas
• Memberikan th/ sesuai
intruksi dokter
2 Rabu, 17/11/2021 Pola napas tidak Observasi : S : OT klien mengatakan sesak berkurang
efektif b.d • Monitor pola napas O:
implamasi paru • Memonitor Frekwensi dan
(D.0005) • Sputum berkurang grok -grok kadang -
irama napas kadang, lendir saat suction berkurang
• Monitor bunyi napas
tambahan • Ronkhi berkurang
• Melakukan auskultasi • Frekwensi napas mulai normal
bunyi napas
• Meonitor saturasi oksigen • N: 120x/mnt S: 36,9 C RR: 30x/mnt,
Terapetik : saturasi 99%
• Memberi Posisi fowler • Terpasang O2 nasal -→1lpm
• Memberikan minum hangat A: Masalah Bersihan jalan napas terataasi
• Melakukukan fisiotherapi sebagian
dada P : Lanjutkan intervensi
• Melakukan penghisapan Managemen jalan napas
lender selama 15 detik Pemantauan respirasi
• Memberikan oksigen 1lpm
via nasal kanul
• Mengatur interval
pemantauan respirasi
• Mendokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi;
• Menjelaskan prosedur
pemantauan
• Menginformasikan hasil
pemantauan
3 Rabu, 17/11/2021 Hypertermia b.d Observasi : S : OT klien demam anaknya sudah turun
proses • Memonitor suhu tubuh O:
penyakitnya ( • Memonitor haluaran urine • N:120x/mnt S; 36,9 C RR: 30 x/mnt
imlpamasi paru ) Terapetik : saturasi 99%
• Melonggarkan pakaian
• Memberikan cairan oral • Akral hangat, nadi kuat
• Memberikan oksigen • Klien nampak lebih tenang
Edukasi : A: Masalah Hypertermia teratasi
• Menganujrkan tirah baring P : Hentikan intervensi
Kolaborasi :
• Melakukan Kolaborasi
pemberian cairan dan
elektrolit intravena jika perlu

Anda mungkin juga menyukai