Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

“BRONCHOPNEUMONIA”

(KONSEP TEORITIS)
A. Definisi
Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi jamur dan seperti bakteri, virus, dan benda asing (Ngastiyah, 2015).
Bronkopneumonia adalah bronkolius terminal yang tersumbat oleh eksudat,
kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat
lobules, disebut juga pneumonia lobaris (Whaley & Wong, 2015).
Bronkopneumonia berasal dari kata bronchus dan pneumonia berarti peradangan
pada jaringan paru-paru dan juga cabang tenggorokan (broncus) (Arief Mansjoer,
2012).
Bronkopneumonia suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai
bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui
cara penyebaran langsung melalui saluran pernafasan atau melalui hematogen sampai
ke bronkus (Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2014).
Kesimpulannya bronkopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan
oleh agen infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengenai
daerah bronkus dan sekitar alveoli.

B. Etiologi
Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh
adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme
pathogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh
terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glottis dan batuk, adanya lapisan
mucus, gerakan silia yang menggerakan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral
setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,
mikrobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettina, 2013) antara lain :
1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococus,H. Influenza, Klebsiella.
2. Virus : Legionella pneumonia
3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
4. Aspirasi makanan, sekresi orofariengal atau isi lambung kedalam paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien
yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam
mulut dank arena adanya pneumocystis crania, Mycoplasma. (Smeltzer & Suzanne C,
2012 dan Sandra M. Nettina, 2013).

C. Patofisiologi
Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya kuman pathogen
masuk ke mukus jalan nafas. Kuman tersebut berkembang biak di saluran nafas atau
sampai di paru-paru. Bila mekanisme pertahanan seperti sistem transport mukosilia
tidak adekuat, maka kuman berkembang biak secara cepat sehingga terjadi peradangan
di saluran nafas atas, sebagai respon peradangan akan terjadi hipersekresi mukus dan
merangsang batuk. Mikroorganisme berpindah karena adanya gaya tarik bumi dan
alveoli menebal. Pengisian cairan alveoli akan melindungi mikroorganisme dari
fagosit dan membantu penyebaran organisme ke alveoli lain. Keadaan ini
menyebabkan infeksi meluas, aliran darah di paru sebagian meningkat yang diikuti
peradangan vaskular dan penurunan darah kapiler (Price & Wilson, 2015). Gambar 1.2
menunjukan gambaran perbedaan alveoli normal dan alveoli pada pasien
bronkopneumonia.

Gambar 1.2 Perbedaan Bronkus normal dan bronkopneumonia


Sumber : (Reeves, 2012)
Edema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan mengurangi kapasitas
paru, penurunan produksi cairan surfaktan lebih lanjut, menurunkan compliance dan
menimbulkan atelektasis serta kolaps alveoli. Sebagai tambahan proses
bronkopneumonia menyebabkan gangguan ventilasi okulasi partial pada bronkhi dan

PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


alveoli, menurunkan tekanan oksigen arteri, akibatnya darah vena yang menuju atrium
kiri banyak yang tidak mengandung oksigen sehingga terjadi hipoksemia arteri.
Efek sistemik akibat infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia yang disebut
endogenus pirogen. Bila zat ini terbawa aliran darah hingga sampai hipotalamus, maka
suhu tubuh akan meningkat dan meningkatkan kecepatan metabolisme. Pengaruh dari
meningkatnya metabolisme adalah penyebab takhipnea dan takhikardia, tekanan darah
menurun sebagai akibat dari vasodilatasi perifer dan penurunan sirkulasi volume darah
karena dehidrasi, panas dan takhipnea meningkatkan kehilangan cairan melalui kulit
(keringat) dan saluran pernafasan sehingga menyebabkan dehidrasi (Price & Wilson
2015).

D. Manifestasi Klinis
Bronkopneumonia secara khas diawali dengan menggigil, demam yang timbul
dengan cepat (39,5oC sampai 40,5oC), sakit kepala, gelisah, malaise, nafsu makan
berkurang dan nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk.Gejala umum infeksi saluran

PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


pernafasan bawah berupa batuk, espektorasi sputum, dengan takhipnea sangat jelas (25
sampai 45 kali/menit) disertai dengan pernafasan mendengkur, pernafasan cuping
hidung dan penggunaan otot-otot aksesori pernafasan, sputum hijau dan purulen,
dipsnea dan sianosis. Pasien yang mengalami tanda pneumonia berupa retraksi yaitu
perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, ronki dan wheezing (Arief
Mansjoer, 2012)

E. Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
1. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang
2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm rongga pleura
yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang meradang
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
(Whaley & Wong, 2015)

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bronkopneumonia menurut Arief Mansjoer (2012) dan
Ngastiyah (2015) dibagi dua yaitu penataksanaan, medis & keperawatan.
1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Akan tetapi,
karena hal itu perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya
diberikan :
a. Penisilin ditambah dengan Cloramfenikol atau diberikan antibiotik yang
mempunyai spektrum luas seperti Ampisilin. Pengobatan ini diteruskan
sampai bebas demam 4 – 5 hari.
b. Pemberian oksigen dan cairan intervensi.
c. Karena sebagian besar pasien jatuh ke dalam asidosis metabolik akibat
kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil
analisis gas darah arteri.
d. Pasien pneumonia ringan tidak perlu dirawat di Rumah Sakit.

PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


2. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanan keperawatan dalam hal ini yang dilakukan adalah :
a. Menjaga kelancaran pernafasan
Klien pneumonia berada dalam keadaan dispnea dan sianosis karena
adanya radang paru dan banyaknya lendir di dalam bronkus atau paru. Agar
klien dapat bernapas secara lancar, lendir tersebut harus dikeluarkan dan
untuk memenuhi kebutuhan O2 perlu dibantu dengan memberikan O2.
b. Kebutuhan Istirahat
Klien Pneumonia adalah klien payah, suhu tubuhnya tinggi, sering
hiperpireksia maka klien perlu cukup istirahat, semua kebutuhan klien harus
ditolong di tempat tidur. Usahakan pemberian obat secara tepat, usahakan
keadaan tenang dan nyamn agar psien dapat istirahat sebaik-baiknya.
c. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Pasien bronkopneumonia hampir selalu mengalami masukan makanan
yang kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan masukan
cairan yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi. Untuk mencegah dehidrasi
dan kekukrangan kalori dipasang infus dengan cairan glukosa 5% dan NaCl
0,9%.
d. Mengontrol Suhu Tubuh
Pasien bronkoneumonia sewaktu-waktu dapat mengalami hiperpireksia.
Untuk ini maka harus dikontrol suhu tiap jam. Dan dilakukan kompres serta
obat-obatan satu jam setelah dikompres dicek kembali apakah suhu telah
turun.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk dapat menegakkan diagnose keperawatan dapat digunakan cara :
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil).
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan
untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensifitas untuk
mendeteksi agen infeksius.

PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


c. Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa.
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia
e. Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi
antigen mikroba
2. Pemeriksaan radiologi
a. Rontgenogram thoraks
Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi
pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali dijumpai pada
infeksi stafilokokus dan haemofilus.
Laringoskopi / bronkoskopi untuk menentukan apkah jalan nafas tersumbat
oleh benda padat.

(KONSEP ASKEP TEORITIS)


A. Pengkajian
1. Identitas

PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


Umumnya anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia
berulang atau tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain itu
daya tahan tubuh yang menurun akibat KEP, penyakit menahun,  trauma pada
paru, anesthesia, aspirasi dan pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai
pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang
disertai muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir,
anoreksia dan muntah.
b. Riwayat penyakit sekarang
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan
bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak
sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun
menurun.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran
pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
3. Riwayat kesehatan lingkungan
Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi pada musim
hujan dan awal musim semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan dan kebersihan
lingkungan yang kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit.
Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan
anggota keluarga perokok.
4. Imunisasi
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat
penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan
tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
5. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
6. Nutrisi
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP).

PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


7. Pemeriksaan persistem.
a. Sistem kardiovaskuler
Takikardi, iritability
b. Sistem pernapasan
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan
cuping hdidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non
produktif, pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler,
kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi,
ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan keadaan anaknya yang
bertambah sesak dan pilek.
c. Sistem pencernaan
Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah. Pada
orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum
memahami tentang tujuan dan cara pemberian makanan/cairan personde.
d. Sistem eliminasi
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum
memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi (ringan
sampai berat).
e. Sistem saraf
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada anak-
anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.
f. Sistem lokomotor/muskuloskeletal
Tonus otot menurun, lemah secara umum.
g. Sistem endokrin
Tidak ada kelainan
h. Sistem integumen
i. Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat,
kulit kering.
j. Sistem penginderaan
Tidak ada kelainan.
B. Pathway

PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


Ketidakefektifan Nutrisi kurang dari
bersihan jalan napas kebutuhan tubuh

Hipertermi

Gangguan
pertukaran gas

Pola napas
tidak efektif

Sumber : Price & Wilson (2015)

PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Hipertermi
4. Nyeri
5. Pola nafas tidak efektif
6. Gangguan pertukaran gas
7. Intoleransi aktifitas
8. Cemas

D. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Ketidakefektif NOC : 1. Kaji frekuensi, kedalaman
an bersihan  Status pernapasan: kepatenan dan upaya pernapasan
jalan nafas jalan napas; jalur napas
2. Kaji factor yang
Factor yang trakeobronkial bersih dan
berubungan : terbuka untuk pertukaran gas berhubungan seperti nyeri,
 Lingkungan; Tujuan dan criteria evaluasi batuk tidak efektif, mucus
merokok, Setelah dilakukan tidakan
kental, dan keletihan
menghisap keperawatan selama....jam :
asap rokok,  Menunjukkan bersihan jalan 3. auskultasi bagian dada
perokok napas yang efektif yang anterior dan posterior untuk
pasif dibuktikan oleh, pencegahan
mengetahui penurunan atau
 Obstruksi aspirasi, status pernapasan:
jalan napas; ventilasi tidak terganggu dan ketiadaan ventilasi dan
terdapat status pernapasan : kepatenan adanya suara napas
benda asing jalan napasyang dibuktikan tambahan
dijalan oleh indicator sebagai
berikut: 4. Pantau status oksigen pasien
napas,
spasme jalan Saat dan status hemodinamik dan
Indikator Target
napas dikaji
irama jantung sebelum,
 Fisiologis; Kemudah
an selama dan setelah
kelainan dan
bernapas pengisapan
penyaki
Frekuensi
Batasan 5. Catat jenis dan jumlah
dan irama
karakteristik
pernapasa

PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


Subjektif n sekrat yang dikumpulkan
 Dispnea Pergeraka 6. Instruksikan kepada pasien
Objektif n sputum
tentang batuk dan teknik
 Suara napas keluar
dari jalan napas dalam
tambahan
napas
 Perubahan 7. Berikan oksigen yang telah
Pergeraka
pada irama n dihumidifikasi sesuai
dan frekuensi sumbatan
pernapasan dengan instruksi
keluar
 Batuk tidak dari jalan 8. Kaji keefektifan pemberian
ada atau napas oksigen dan terapi lain
tidak efektif Nafas
pendek 9. Kaji kecenderungan pada
 Sianosis
 Kesulitan Batuk gas darah arteri jika tersedia
untuk Akumulas 10. Lakukan atau bantu dalam
i Sputum
berbicara terapi aerosol, nebulizer,
Note : 1.Gangguan ekstrem;
 Penurunan
2.Berat; 3.Sedang; 4.Ringan dan perawatan paru lainnya
suara napas
5.Tidak ada gangguan sesuai protocol
 Ortopnea
 Gelisah 11. Beri tahu dokter tentang
 Sputum hasil gas darah yang
berlebihan
abnormal

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Nutrisi NOC : 1. Tentukan motivasi pasien
Kurang Dari  Status gizi; tingkat untuk mengubah kebiasaan
Kebutuhan ketersediaan zat gizi untuk
makan
Tubuh : memenuhi kegiatan
Factor yang metabolic 2. Pantau nilai laboratotium,
berhubungan :  Status gizi: pengukuran khususnya Hb, Ht, albumin,
 Kesulitan biokimia; komponen dan
dan elektrolit
mengunyah kimia cairan yang
atau menelan mengindikasikan status 3. Ketahui makanan kesukaan
 Kurang nutrisi pasien
pengetahuan  Status gizi: asupan makanan 4. Tentukan kemampuan
dasar tentang dan cairan; jumlah makanan
nutrisi pasien untuk memenuhi
dan cairan yang dikonsumsi
 Hilang nafsu tubuh dalam waktu ... jam
PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
makan Tujuan dan criteria evaluasi kebutuhan nutrisi
 Mual dan Setelah dilakukan tindakan 5. Pantau kandungan nutrisi
muntah keperawatan selama ....jam :
dan kalori pada catatan
Batasan  Memperlihatkan status gizi :
karakteristik asupan makanan dan cairan, asupan
Subjektif yang dibuktikan indicator 6. Timbang pasien pada
 Kram sebagai berikut :
interval yang tepat
abdomen Saat
Indikator Target 7. Ajarkan metode untuk
 Nyeri dikaji
abdomen Makanan perencanaan makan
 Menolak oral,
8. Ajarkan pasien dan keluarga
pemberian
makan
makanan tentang makanan yang
Objektif
lewat
 Bising usus berizi dan tidak mahal
selang,
hiperaktif atau 9. Manajemen nutrisi: berikan
 Kurang nutrisi informasi yang tepat tentang
informasi/inf parenteral
ormasi yang total kebutuhan nutrisi dan
salah Asupan bagaimana memenuhinya
 Kurangnya cairan oral
10. Diskusikan dengan ahli gizi
minat atau IV
Ket : 1.Tidak adekuat; dalam menentukan
terhadap
makanan 2.Sedikit adekuat; 3.Cukup kebutuhan protein pasien
 Rongga adekuat; 4.Adekuat; 5.Sangat
yang mengalami
mulut terluka Adekuat
ketidakadekuatak asupan
 Kelemahan
protein
otot yang
berfungsi
untuk
menelan atau
mnengunyah

3. Hipertermi
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Hipertermia NOC : 1. Pantau hidrasi (turgot kulit,
Factor yang  Termolegulasi; kelembaban membran
berubungan : keseimbangan antara
mukosa)
 Agen produksi panas, peningkatan
farmaseutikal panas dan kehilangan panas 2. Monitor TTV
 Aktivitas  TTV dalam batas normal
PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
berlebihan 3. Hentikan aktivitas fisik
 Iskemia Tujuan dan criteria evaluasi
4. Kaji ketepatan jenis pakaian
 Peningkatan Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama .... jam: 5. Pantau warna kulit dan
laju
metabolisme Pasien akan menunjukan suhu
 Penyakit termolegulasi yang dibuktikan , 6. Pindahkan pasien ke
 Sepsis Dengan indicator sebagai
lingkukangan lebih dingin
berikut :
 Trauma
Saat 7. Basahi permukaan tubuh
Batasan Indikator Target
dikaji dan kipasi pasien
karakteristik
Peningkat
 Kulit merah 8. Monitor hasil laboratorium
an suhu
 Suhu tubuh kulit 9. Tingkatkan intake cairan
meningkat Hiperterm
dan nutrisi
 Kulit teraba ia
hangat Dehidaras 10. Anjarkan klien dan keluarga
 Takikardia i cara mengukur suhu untuk
 Takipnea Sakit
mencegah dan mengenali
 Kejang kepala
Denyut secara dini hipertermi
 Koma
nadi 11. Berikan antipiretik
 Hipotensi
radialis
Berkering 12. Berikan cairan intravena
at saat 13. Lepaskan pakaian yang
panas
berlebihan
Melapork
an 14. Gunakan waslap dingin
kenyaman pada aksila
an suhu
Note : 1.Gangguan ekstrem; 15. Anjurkan asupan cairan
2.Berat; 3.Sedang; 4.Ringan; sedikitnya 2 liter
5.Tidak ada gangguan

4. Nyeri
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Nyeri NOC : 1. Lakukan pengkajian nyeri
Factor yang  Tingkat kenyamanan : secara komprehensif
berubungan : tingkat persepsi positif
meliputi lokasi,
Agen – agen terhadap kemudahan fisik
penyebab psikologis karakteristik, awitam durasi
cedera :  Pengendalian nyeri : frekuensi, kualitas,

PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


biologis, tindakan individu untuk intensitas,atau keparahan
kimia, fisik mengendalikan nyeri nyeri dan factor
dan psikologis  Tingkat nyeri : keparahan
presipitasinya
Batasan nyeri yang dapat diamati atau
karakteristik dilaporkan 2. Observasi isyarat nonverbal
Subjektif Tujuan dan criteria evaluasi ketidaknyamanan
Mengungkapk Setelah dilakukan tindakan
3. Minta pasien untuk menilai
an secara keperawatan selama ... jam :
verbal atau Menunjukan tingkat nyeri nyeri dengan skala
melaporkan Indicator sebagai berikut : (1-10)
nyeri dengan Saat
Indikator Target 4. Pengaturan posisi yang
isyarat dikaji
Objektif Nyeri nyaman
 Posisi untuk yang 5. Terapi oksigen
menghindari dilaporkan
6. Monitor TTV
nyeri Ekspresi
nyeri pada 7. Informasikan kepada pasien
 Perubahan
wajah tentang prosedur yang dapat
selera makan
Keteganga
 Perubahan menungkatkan nyeri dan
n otot
ekspresi Durasi tawarkan strategi koping
misal : episode
gelisah, yang ditawarkan
nyeri
merinih, Merintih 8. Berikan informasi tentang
meringis, dan nyeri, seperti
menangis menangis
Gelisah penyebabnyeri,
 Bukti nyeri
dapat diamati Ket : 1.Sangat Berat; 2.Berat; 9. Ajarkan penggunaan teknik
 Gangguan 3.Sedang; 4.Ringan; 5.Tidak nonfarmakologis (relaksasi,
tidur ada
distraksi, terapi)
10. Pemberian analgetik
11. Laporkan pada dokter jika
tindakan tidak berhasil

PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


5. Pola nafas tidak efektif
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Pola Nafas NOC : 1. Pemantauan pernapasan :
tidakk efektif  Status pernapasan : pantau kecepatan, irama,
Factor yang kepatenan jalan napas; jalur
kedalaman dan upaya
berubungan : napas trakeobronkial bersih
 Penurunan dan terbuka untuk pernapasan
energy dan pertukaran gas 2. Perhatikan pergerakan dada,
kelelahan  Status respirasi: ventilasi;
amati kesimetrisan, adanya
 Hiperventilasi pergerakan udara kedalam
 Sindrom dan keluar paru penggunaan otot-otot
hipoventilasi  Status tanda vital; TTV 3. Auskultasi suara napas
 Nyeri dalam rentang normal 4. Catat perubahan pada
 Kelelahan Tujuan dan criteria evaluasi
Peemeriksaann AGD
otot-otot Setelah dilakukan tidakan
pernapasan keperawatan selama ... jam : 5. Informasikan kepada pasien
Batasan  Menunjukkan pola dan keluarga tentang tehnik
karakteristik pernapasan efektif yang
relaksasi untuk
Subjektif dibuktikan oleh status
 Dispnea pernapasan, status ventilasi memperbaiki pola
 Napas dan pernapasan yang tidak pernapasan,
pendek terganggu, kepatenan jalan 6. Instruksikan kepada pasien
Objektif napas dan tidak ada
penyimpangan tanda vital dan keluarga bahwa mereka
 Bradipnea
 Penurunan yang dibuktikan oleh harus memberitahu nakes
tekanan indicator sebagai berikut: pada saat
inspirasi- Indikator Saat Target
dikaji terjadiketidakefektifan pola
ekspirasi
Frekuensi pernapasan
 Penurunan
pernafasa 7. Atur posisi pasien untuk
vntilasi
n
semenit memaksimalkan ventilasi
Irama
 Penurunan pernafasa dan meringankan sesak
kapasitas n
vital nafas
Kedalama
 Napas dalam n 8. Lakukan fisioterapi dada
 Peningkatan inspirasi 9. Berikan oksigen
diameter Pengguna
an otot 10. Monitor aliran oksigen
anterior-
posterior bantu 11. Berikan obat bronkodilator

PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


 Napas nafas sesuai program
cuping Suara 12. Berikan obat nyeri untuk
hidung nafas
tambahan mengoptimalkan pola napas
 Ortopnea
 Pengunaan Note : 1.Berat; 2.Cukup berat;
otot bantu 3.Sedang; 4.Ringan; 5.Tidak
asesoris ada gangguan
untuk
bernapas

6. Gangguan pertukaran gas


INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Gangguan NOC : 1. Kaji suara napas, frekuensi
Pertukaran  Status pernapasan: kedalaman dan usaha napas,
Gas pertukaran gas; pertukaran
dan produksi sputum
Factor yang O2 dan CO2 di alveoli untuk
berubungan : mempertahankan konsentrasi sebagai indicator
 Perubahan gas darah keefektifan penggunaan alat
membrane Tujuan dan criteria evaluasi
penunjang
kapiler- Setelah dilakukan tidakan
alveolar keperawatan selama ... jam : 2. Pantau saturasi O2 dengan
 Ketidaksei pertukaran alveolar dan perfusi oksimetri nadi
mbangan jaringan secara efektif
3. Pantau hasil gas darah
perfusi- didukung oleh ventilasi secara
ventilasi mekanik yang dibuktikanoleh 4. Pantau hasil elektrolit
Batasan indicator sebagai berikut : 5. Ajarkan kepada pasien
karakteristik Saat
Indikator Target teknik bernapas dan
Subjektif dikaji
Tingkat relaksasi
 Dispnea
Objektif pernafasa 6. Atur posisi untuk
n
 Gas darah memaksimalkan potensia
Irama
arteri yang
pernafasa ventilasi
tidak normal
n 7. Atur posisi untuk
 pH arteri
Kedalama
yang tidak n inspirasi mengurangi dispnea
normal Saturasi 8. Pasang jalan napas melalui
 ketidaknorm oksigen
alan mulut atau nasoparing,
Perfusi
frekuensi, jaringan sesuai dengan kebutuhan
irama, dan perifer 9. bersihkan secret dengan
PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
kedalaman Note : deviasi 1.Berat; menganjurkan batuk atau
pernapasan 2.Cukup Berat; 3.Sedang; melalui pengisapan
 warna kulit 4.Ringan; 5.Tidak ada
10. Dukung untuk bernapas
tidak normal
 sianosis pelan, dalam dan batuk
 karbondioksi 11. Bantu dengan spirometer
da menurun
insentif, jika perlu
 diaphoresis
 hiperkapnia 12. Lakukan fisioterapi dada,
 hiperkarbia jika perlu
 hipoksia
13. Berikan Oksigen
 hipoksemia
 napas cuping 14. Ajarkan tentang batuk
hidung efektif
 takikardi 15. Berikan bronkodilator, jika
perlu

7. Intoleransi aktifitas
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Intoleransi NOC : 1. Kaji tingkat kemampuan
Aktivtas  Toleransi aktivitas; respon pasien untuk berpindah dari
 Tirah baring fisiologis terhadap gerakan
tempat tidur, berdiri,
dan yang memakan energy dalam
imobilitas aktivitas sehari-hari ambulasi, dan melakukan
 Kelemahan  Perawatan diri; ADL; ADL
umum kemampuan untuk
2. Kaji respon emosi, sosial
 Ketidak melakukan tugas fisik yang
seimbangan paling dasar dan aktivitas dan spiritual terhadap
antara suplai perawatan pribadi secara aktivitas
dankebutuha mandiri dengan atau tanpa 3. Evaluasi motivasi dan
n oksigen alat bantu
Tujuan dan criteria evaluasi keinginan pasien untuk
 Gaya hidup
kurang sehat Setelah dilakukan tindakan meningkatkan aktivitas
Batasan keperawatan selama ... 4. Tentukan penyebab
karakteristik jam : Menunjukkan toleransi
keletihan
Subjektif aktivitas, yang dibuktikan oleh
 Ketidaknyam indicator sebagai berikut : 5. Pantau respon oksigen
anan atau Saat pasien terhadap aktivitas
Indikator Target
dispnea saat dikaji
6. Pantau respon nutrisi untuk

PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


beraktivitas Saturasi memastikan sumber-sumber
 Melaporkan oksigen energy yang adekuat
keletihan saat
Beraktivit 7. Bantu dengan aktivitas fisik
atau
kelemahan as secara teratur (misalnya
secara verbal Frekuensi
ambulasi, berpindah, dan
pernapasa
Objektif
n kebersihan diri) sesuai
 Frekuensi saat
jantung atau kebutuhan
beraktivita
tekanan s 8. Instruksikan pada pasien
darah tidak Kemampu dan keluarga untuk:
normal an untuk
sebagai berbicara Penggunaan teknik napas
respon dari saat terkontrol selama aktivitas
aktivitas beraktivita
9. Penggunaan tehnik
 Perubahan s fisik
Kecepatan relaksasi selama aktivitas
EKG yang
berjalan 10. Bantu pasien untuk
menunjukka
Kekuatan
n aritmia mengubah posisi
tubuh
atau bagian 11. Berikan pengobatan nyeri
iskemia atas
sebelum aktivitas, apabila
Kekuatan
tubuh nyeri merupakan salah satu
bagian penyebab
bawah
Kemudah 12. Kolaborasikan dengan ahli
an terapi okupasi, fisik atau
melakuka
rekreasi untuk
n ADL
Note : 1.Gangguan ekstrem; merencanakan dan
2.Berat; 3.Sedang; 4.Ringan; memantau program
5.Tidak ada gangguan
aktivitas, jika perlu.
13. Berikan kesempatan
keluarga untuk terlibat
dalam aktivitas dengan cara
yang tepat.

PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


8. Cemas
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Ansietas NOC : 1. Kaji faktor yang dapat
Batasan  Tingkat kecemasan; meningkatkan kerentenan
Karakteristik : keparahan dari tanda-tanda
terhadap infeksi
 Gelisah ketakutan, ketegangan, atau
 Kesedihan kegelisahan yang berasal dari 2. Pantau hasil laboratorium
 Ketakutan sumber yang tidak dapat 3. Amati penampilan praktek
 Sangat diidentifikasi.
hygiene personal untuk
Khawatir Tujuan dan criteria evaluasi
Setelah dilakukan tidakan perlindungan terhadap infeksi
 Ragu
keperawatan selama ... jam : 4. Jelaskan pada pasien dan
 Perasaan
ansietas teratasi yang
tidak adekuat keluarga mengnai infeksi dan
dibuktikan dengan indikator
Factor yang
sebagai berikut : hal yang dapat meningkatkan
berubungan :
 Ancaman
Saat resiko infeksi
Indikator Target
dikaji
Kematian 5. Pengendalian infeksi (NIC) :
Perasaan
 Kebutuhan ajarkan pasien teknik
gelisah
yang tidak Rasa takut mencuci tangan dengan benar
dipenuhi yang
 Krisis situasi 6. Pengendalian infeksi (NIC) ;
disampaik
 Konflik nilai an secara berikan terapi antibiotik, bila
 Perubahan lisan
diperlukan
besar (mis, Rasa
cemas 7. Bersihkan lingkungan dengan
status
yang benar setelah digunakan
ekonomi,
disampaik
lingkungan, masing-masing pasien
an secara
status
lisan 8. Pertahankan teknik isolasi
kesehatan, Peningkat
fungsi peran, bila diperlukan
an
status peran) tekanan 9. Terapkan kewaspadaan
 Stressor darah universal
Pusing
Penurunan
produktivi
tas
Note : 1.Berat; 2.Cukup berat;
3.Sedang; 4.Ringan; 5.Tidak
ada

PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


DAFTAR PUSTAKA

Evelyn C. Pearce (2014). Anatomi dan fisiologi untuk para medis. Jakarta: PT Gramedia.
Ngastiyah (2015). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Edisi I. Jakarta: EGC.
Price, Wilson (2015). Patofisiologi Vol 2 ; Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit.
Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.
Reeves CJ, Roux G and Lockhart R (2012), Keperawatan Medikal Bedah, Buku I,
(Penerjemah Joko Setyono), Jakarta : Salemba Medika
Riyadi, Sujono & Sukarmin (2014), Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1,
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sandra M. Nettina (2013). Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setyawan dkk. Ed.
1. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzane C. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth : Edisi 8.
Alih Bahasa Agung Waluyo. (et al) ; editor edisi bahasa Indonesia Monica Ester. (et
al). Jakarta : EGC
Whaley dan Wong, (2015). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, edisi 2, Jakarta : EGC.

PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU

Anda mungkin juga menyukai