“BRONCHOPNEUMONIA”
(KONSEP TEORITIS)
A. Definisi
Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi jamur dan seperti bakteri, virus, dan benda asing (Ngastiyah, 2015).
Bronkopneumonia adalah bronkolius terminal yang tersumbat oleh eksudat,
kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat
lobules, disebut juga pneumonia lobaris (Whaley & Wong, 2015).
Bronkopneumonia berasal dari kata bronchus dan pneumonia berarti peradangan
pada jaringan paru-paru dan juga cabang tenggorokan (broncus) (Arief Mansjoer,
2012).
Bronkopneumonia suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai
bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui
cara penyebaran langsung melalui saluran pernafasan atau melalui hematogen sampai
ke bronkus (Riyadi, Sujono & Sukarmin, 2014).
Kesimpulannya bronkopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan
oleh agen infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengenai
daerah bronkus dan sekitar alveoli.
B. Etiologi
Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh
adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme
pathogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh
terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glottis dan batuk, adanya lapisan
mucus, gerakan silia yang menggerakan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral
setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,
mikrobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettina, 2013) antara lain :
1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococus,H. Influenza, Klebsiella.
2. Virus : Legionella pneumonia
3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
4. Aspirasi makanan, sekresi orofariengal atau isi lambung kedalam paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien
yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam
mulut dank arena adanya pneumocystis crania, Mycoplasma. (Smeltzer & Suzanne C,
2012 dan Sandra M. Nettina, 2013).
C. Patofisiologi
Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya kuman pathogen
masuk ke mukus jalan nafas. Kuman tersebut berkembang biak di saluran nafas atau
sampai di paru-paru. Bila mekanisme pertahanan seperti sistem transport mukosilia
tidak adekuat, maka kuman berkembang biak secara cepat sehingga terjadi peradangan
di saluran nafas atas, sebagai respon peradangan akan terjadi hipersekresi mukus dan
merangsang batuk. Mikroorganisme berpindah karena adanya gaya tarik bumi dan
alveoli menebal. Pengisian cairan alveoli akan melindungi mikroorganisme dari
fagosit dan membantu penyebaran organisme ke alveoli lain. Keadaan ini
menyebabkan infeksi meluas, aliran darah di paru sebagian meningkat yang diikuti
peradangan vaskular dan penurunan darah kapiler (Price & Wilson, 2015). Gambar 1.2
menunjukan gambaran perbedaan alveoli normal dan alveoli pada pasien
bronkopneumonia.
D. Manifestasi Klinis
Bronkopneumonia secara khas diawali dengan menggigil, demam yang timbul
dengan cepat (39,5oC sampai 40,5oC), sakit kepala, gelisah, malaise, nafsu makan
berkurang dan nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk.Gejala umum infeksi saluran
E. Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
1. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang
2. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm rongga pleura
yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang meradang
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
(Whaley & Wong, 2015)
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bronkopneumonia menurut Arief Mansjoer (2012) dan
Ngastiyah (2015) dibagi dua yaitu penataksanaan, medis & keperawatan.
1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Akan tetapi,
karena hal itu perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya
diberikan :
a. Penisilin ditambah dengan Cloramfenikol atau diberikan antibiotik yang
mempunyai spektrum luas seperti Ampisilin. Pengobatan ini diteruskan
sampai bebas demam 4 – 5 hari.
b. Pemberian oksigen dan cairan intervensi.
c. Karena sebagian besar pasien jatuh ke dalam asidosis metabolik akibat
kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil
analisis gas darah arteri.
d. Pasien pneumonia ringan tidak perlu dirawat di Rumah Sakit.
Hipertermi
Gangguan
pertukaran gas
Pola napas
tidak efektif
D. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Ketidakefektif NOC : 1. Kaji frekuensi, kedalaman
an bersihan Status pernapasan: kepatenan dan upaya pernapasan
jalan nafas jalan napas; jalur napas
2. Kaji factor yang
Factor yang trakeobronkial bersih dan
berubungan : terbuka untuk pertukaran gas berhubungan seperti nyeri,
Lingkungan; Tujuan dan criteria evaluasi batuk tidak efektif, mucus
merokok, Setelah dilakukan tidakan
kental, dan keletihan
menghisap keperawatan selama....jam :
asap rokok, Menunjukkan bersihan jalan 3. auskultasi bagian dada
perokok napas yang efektif yang anterior dan posterior untuk
pasif dibuktikan oleh, pencegahan
mengetahui penurunan atau
Obstruksi aspirasi, status pernapasan:
jalan napas; ventilasi tidak terganggu dan ketiadaan ventilasi dan
terdapat status pernapasan : kepatenan adanya suara napas
benda asing jalan napasyang dibuktikan tambahan
dijalan oleh indicator sebagai
berikut: 4. Pantau status oksigen pasien
napas,
spasme jalan Saat dan status hemodinamik dan
Indikator Target
napas dikaji
irama jantung sebelum,
Fisiologis; Kemudah
an selama dan setelah
kelainan dan
bernapas pengisapan
penyaki
Frekuensi
Batasan 5. Catat jenis dan jumlah
dan irama
karakteristik
pernapasa
3. Hipertermi
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Hipertermia NOC : 1. Pantau hidrasi (turgot kulit,
Factor yang Termolegulasi; kelembaban membran
berubungan : keseimbangan antara
mukosa)
Agen produksi panas, peningkatan
farmaseutikal panas dan kehilangan panas 2. Monitor TTV
Aktivitas TTV dalam batas normal
PROFESI NERS STIKes WIDYA NUSANTARA PALU
berlebihan 3. Hentikan aktivitas fisik
Iskemia Tujuan dan criteria evaluasi
4. Kaji ketepatan jenis pakaian
Peningkatan Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama .... jam: 5. Pantau warna kulit dan
laju
metabolisme Pasien akan menunjukan suhu
Penyakit termolegulasi yang dibuktikan , 6. Pindahkan pasien ke
Sepsis Dengan indicator sebagai
lingkukangan lebih dingin
berikut :
Trauma
Saat 7. Basahi permukaan tubuh
Batasan Indikator Target
dikaji dan kipasi pasien
karakteristik
Peningkat
Kulit merah 8. Monitor hasil laboratorium
an suhu
Suhu tubuh kulit 9. Tingkatkan intake cairan
meningkat Hiperterm
dan nutrisi
Kulit teraba ia
hangat Dehidaras 10. Anjarkan klien dan keluarga
Takikardia i cara mengukur suhu untuk
Takipnea Sakit
mencegah dan mengenali
Kejang kepala
Denyut secara dini hipertermi
Koma
nadi 11. Berikan antipiretik
Hipotensi
radialis
Berkering 12. Berikan cairan intravena
at saat 13. Lepaskan pakaian yang
panas
berlebihan
Melapork
an 14. Gunakan waslap dingin
kenyaman pada aksila
an suhu
Note : 1.Gangguan ekstrem; 15. Anjurkan asupan cairan
2.Berat; 3.Sedang; 4.Ringan; sedikitnya 2 liter
5.Tidak ada gangguan
4. Nyeri
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Nyeri NOC : 1. Lakukan pengkajian nyeri
Factor yang Tingkat kenyamanan : secara komprehensif
berubungan : tingkat persepsi positif
meliputi lokasi,
Agen – agen terhadap kemudahan fisik
penyebab psikologis karakteristik, awitam durasi
cedera : Pengendalian nyeri : frekuensi, kualitas,
7. Intoleransi aktifitas
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Intoleransi NOC : 1. Kaji tingkat kemampuan
Aktivtas Toleransi aktivitas; respon pasien untuk berpindah dari
Tirah baring fisiologis terhadap gerakan
tempat tidur, berdiri,
dan yang memakan energy dalam
imobilitas aktivitas sehari-hari ambulasi, dan melakukan
Kelemahan Perawatan diri; ADL; ADL
umum kemampuan untuk
2. Kaji respon emosi, sosial
Ketidak melakukan tugas fisik yang
seimbangan paling dasar dan aktivitas dan spiritual terhadap
antara suplai perawatan pribadi secara aktivitas
dankebutuha mandiri dengan atau tanpa 3. Evaluasi motivasi dan
n oksigen alat bantu
Tujuan dan criteria evaluasi keinginan pasien untuk
Gaya hidup
kurang sehat Setelah dilakukan tindakan meningkatkan aktivitas
Batasan keperawatan selama ... 4. Tentukan penyebab
karakteristik jam : Menunjukkan toleransi
keletihan
Subjektif aktivitas, yang dibuktikan oleh
Ketidaknyam indicator sebagai berikut : 5. Pantau respon oksigen
anan atau Saat pasien terhadap aktivitas
Indikator Target
dispnea saat dikaji
6. Pantau respon nutrisi untuk
Evelyn C. Pearce (2014). Anatomi dan fisiologi untuk para medis. Jakarta: PT Gramedia.
Ngastiyah (2015). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Edisi I. Jakarta: EGC.
Price, Wilson (2015). Patofisiologi Vol 2 ; Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit.
Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.
Reeves CJ, Roux G and Lockhart R (2012), Keperawatan Medikal Bedah, Buku I,
(Penerjemah Joko Setyono), Jakarta : Salemba Medika
Riyadi, Sujono & Sukarmin (2014), Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1,
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sandra M. Nettina (2013). Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setyawan dkk. Ed.
1. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzane C. (2012). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth : Edisi 8.
Alih Bahasa Agung Waluyo. (et al) ; editor edisi bahasa Indonesia Monica Ester. (et
al). Jakarta : EGC
Whaley dan Wong, (2015). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, edisi 2, Jakarta : EGC.