Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN

BRONKOPNEMONIA DI RUANG RANAP 5


RUMAH SAKIT MITRA PLUMBON

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

OLEH : NIDA FAUZIYAH


NPM.422J0046

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN MAHARDIKA CIREBON
TAHUN 2022-2023
A. Pengertian
Bronkopneumonia (pneumonia lobularis) merupakan salah satu bagian
penyakit dari pneumonia, yaitu infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah
dari parenkim paru yang melibatkan bronkus atau bronkiolus yang berbentuk
bercak-bercak (patchy distribution) yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur
dan benda asing yang ditandai dengan gejala demam tinggi, gelisah, dispnea,
nafas cepat dan dangkal (terdengar adanya ronchi basah), muntah, diare, batuk
kering dan produktif (Samuel, 2015).
Bronkopneumonia adalah peradangan parenkim paru yang di sebabkan oleh
bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang di tandai dengan gejala panas
tinggi, gelisah, dipsnea, napas cepat dan dangkal, muntah, diare serta batuk
kering dan produktif (Hidayat, 2013). Adapun klasifikasi dari
bronkopneumonia (Rahajoe &Nastini,2010) sebagai berikut :
1. Bronkopneumonia sangat berat : bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak
sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi
antibiotik.
2. Bronkopneumonia berat : bila dijumpai retraksi tanpa sianosis dan masih
sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi
antibiotik.
3. Bronkopneumonia : bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang
cepat yakni >60 x/menit pada anak usia kurang dari dua bulan; >50 x/menit
pada anak usia 2 bulan-1 tahun; >40 x/menit pada anak usia 1-5 tahun.

B. Etiologi
Secara umum bronkopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme
pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang normal dan
sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan
yang terdiri atas: reflek glottis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia
yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat
(Nurarif &Kusuma, 2015). Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh
bakteri virus dan jamur, antara lain (Nurarif &Kusuma, 2015) :
a. Bakteri : Streptokokus, Stafilokokus, Haemopilus influenza, dan Klebsiela.
b. Virus : Legionella Pneumoniae
c. Jamur/fungi : Aspergillus Spesies, Candida Albicans.
d. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-
paru.
e. Terjadi kongesti paru yang lama.

C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala bronkopneumonia adalah sebagai berikut
(Wijayaningsih, 2013) :
a. Biasanya didahului infeksi traktus respratori atas
b. Demam (39oC-40oC) kadang-kadang disertai kejang karena demam tinggi
c. Anak sangat gelisah, yang dicetuskan oleh pernapasan dan batuk
d. Pernapasan cepat dan dangkal disertai penapasan cuping hidung dan
sianosis sekitar hidung dan mulut
e. Kadang- kadang disertai muntah dan diare
f. Adanya bunyi tambahan pernapasan seperti ronchi dan wheezing
g. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipokisia apabila infeksinya serius.
h. Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mucus yang
menyebabkan ateletaksis absorbs.

D. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah mikroorganisme
(jamur, bakteri, virus) awalnya mikroorganisme masuk melalui percikan ludah
(droplet) invasi ini dapat masuk kesaluran pernafasan atas dan menimbulkan
reaksi imonologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan, dimana
ketika terjadi peradangan ini tubuh menyesuaikan diri maka timbulah gejala
demam pada penderita.
Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan sekret, semakin lama sekret
semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin sempit
dan pasien dapat merasa sesak. Tidak hanya terkumpul dibronkus lama-
kelamaan sekret dapat sampai ke alveolus paru dan mengganggu sistem
pertukaran gas di paru.
Tidak hanya menginfeksi saluran nafas, bakteri ini juga dapat menginfeksi
saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora
normal dalam usus menjadi agen patogen sehingga timbul masalah
gastrointestinal.
E. Pathway
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang bronkopneumonia adalah sebagai berikut (Nurarif
&Kusuma, 2015) :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
b. Pemeriksaan sputum
c. Analisis gas darah
d. Kultur darah
e. Sampel darah, sputum, dan urin
2. Pemeriksaan radiologi
a. Rontgen thoraks
b. Laringoskopi/bronkoskopi

G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan yang dapat diberikan untuk bronkopneumonia adalah
sebagai berikut (Nurarif &Kusuma, 2015) :
a. Menjaga kelancaran pernapasan dengan memberikan terapi oksigen1-5
lpm.
b. Kebutuhan istirahat
Pasien ini sering hiperpireksia maka pasien perlu cukup istirahat, semua
kebutuhan pasien harus ditolong di tempat tidur.
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan
Pasien bronkopneumonia hampir selalu mengalami masukan makanan
yang kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan masukan
cairan yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi. Untuk mencegah
dehidrasi dan kekurangan kalori dipasang infus dengan cairan glukosa 5%
dan NaCl 0,9%
d. Mengontrol suhu tubuh
e. Pengobatan
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Akan
tetapi, karena hal itu perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya
maka biasanya diberikan Penisilin ditambah dengan Cloramfenikol atau
diberikan antibiotik yang mempunyai spectrum luas seperti Ampisilin.
f. Pasien diposisikan untuk mendapatkan inspirasi maksimal yaitu semi
fowler 45 derajat.
g. Pengobatan simtomatis, nebulizer, dan fisioterapi dada

H. Komplikasi
Komplikasi bronkopneumonia adalah sebagai berikut (Wijayaningsih,
2013) :
1. Atelectalis, adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru akibat kurangnya mobilisasi refleks batuk hilang apabila penumpukan
secret akibat berkurangnya daya kembang pau-paru terus terjadi dan
penumpukan secret ini menyebabkan obstruksi bronkus instrinsic.
2. Empisema, adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam
rongga pleura terdapat di suatu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru, adalah penumpukan pus (nanah) dalam paru yang meradang.
4. Infeksi sistemik
5. Endocarditis, adalah peradangan pada katup endokardial.
6. Meningitis, adalah infeksi yang menyerang pada selaput otak.

I. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Keluhan utama
Anak sangat gelisah karena sesak nafas.
b. Riwayat penyakit sekarang
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan
bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat
mendadak sampai 39oC - 40oC dan kadang disertai kejang karena
demam yang tinggi.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun
menurun.
d. Riwayat penyakit keluarga
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran
pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu ataupun lingkungan
dengan anggota keluarga perokok dapat menyebabkan penyakit pada
pernapasan.
f. Imunisasi
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk
mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena
sistem pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi
sekunder.
g. Nutrisi
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein =
MEP).
h. Pemeriksaan fisik
Inspeksi: Adanya takipnea, dispnea, sianosis sirkumoral, pernafasan
cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula non produktif menjadi
produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik nafas dan tarikan
dinding dada tampak jelas.
Palpasi: Hati mungkin membesar, fremitus raba mungkin meningkat
pada sisi yang sakit dan nadi mengalami peningkatan.
Perkusi: Suara redup pada sisi yang sakit. Auskultasi: Akan terdengar
wheezing, terdengar adanya ronkhi basah.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus
Bronkopneumonia berdasarkan SDKI (2017), diantaranya :
a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif (D.0001)
b. Gangguan Pertukaran Gas (D.0003)
c. Hipertermia (D.0130)
d. Defisit Nutrisi (D.0019)
e. Intoleransi Aktivitas (D.0056)
f. Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit (D.0037)
3. Perencanaan
Rencana tindakan keperawatan yang terdiri dari tujuan dan kriteria hasil sesuai SLKI (2019) dan intervensi keperawatan sesuai
SIKI (2018), diantaranya :
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak L.01001 Bersihan Jalan Nafas I.01011 Manajemen Jalan Nafas
Efektif (D.0001) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi Observasi
keperawatan selama 3 x 24 jam maka - Identifikasi kemampuan batuk
bersihan jalan nafas meningkat, dengan - Monitor adanya retensi sputum
kriteria hasil : - Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas
- Batuk efektif meningkat - Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha
- Produk sputum menurun nafas)
- wheezing menurun - Auskultasi bunyi nafas
- Dispnea menurun Terapeutik
- Sianosis menurun - Atur posisi semi fowler atau fowler
- Gelisah menurun - Berikan minum hangat
- Frekuensi napas membaik - Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Pola nafas membaik - Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah
tarik nafas dalam yang ke-3
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator,
mukolitik atau ekspektoran, jika perlu
Gangguan Pertukaran Gas L.01003 Pertukaran Gas 1.01014 Pemantauan Respirasi
2.
(D.0003) Observasi

GEHRFR
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 3 x 24 jam maka - Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
pertukaran gas meningkat, dengan kriteria nafas
hasil : - Monitor pola nafas
- Tingkat kesadaran meningkat - Monitor adanya sumbatan jalan nafas
- Dispnea menurun - Auskultasi bunyi nafas
- Bunyi nafas tambahan menurun - Monitor saturasi oksigen
- Gelisah menurun - Monitor nilai AGD
- Nafas cuping hidung menurun - Monitor hasil x-ray thoraks
- PCO2 membaik - Monitor kecepatan aliran oksigen
- Takikardia membaik - Monitor integritas mukosa hidung akibat
- pH arteri membaik pemasangan oksigen
- pola nafas membaik Terapeutik
- warna kulit membaik - Berikan oksigen tambahan, jika perlu
- Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
Kolaborasi
- Kolaborasi penentuan dosis oksigen
- Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur
3. Hipertermia (D.0130) L.14134 Termoregulasi
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi I.15506 Manajemen Hipertermia
keperawatan selama 3 x 24 jam maka Observasi
termoregulasi membaik, dengan kriteria - Identifikasi penyebab hipertermia
hasil : - Monitor tanda-tanda vital
- Menggigil menurun - Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu
- Kulit merah menurun - Monitor intake dan output cairan
- Kejang menurun - Monitor komplikasi akibat hipertermia
-Pucat menurun Terapeutik
- Takikardia menurun - Sediakan lingkungan yang hangat
- Takipnea menurun - Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Bradikardi menurun - Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Hipoksia menurun - Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang
- Suhu tubuh membaik adekuat
- Suhu kulit membaik - Berikan cairan oral
- Tekanan darah membaik - Ganti linen setiap hari jika mengalami keringat
berlebih
- Lakukan penghangatan eksternal
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan memperbanyak minum
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu
- Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
4. Defisit Nutrisi (D.0019) L.03030 Status Nutrisi
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi I.03119 Manajemen Nutrisi
keperawatan selama 3 x 24 jam maka Observasi
status nutrisi membaik, dengan kriteria - Identifikasi status nutrisi
hasil : - Identifikasi perlunya penggunaan selang
- Porsi makanan yang dihabiskan nasogastrik
meningkat - Monitor asupan makanan
- Verbalisasi keinginan untuk - Monitor berat badan
meningkatkan nutrisi meningkat Terapeutik
- Perasaan cepat kenyang menurun - Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
- Berat badan membaik konstipasi
- Indeks massa tubuh (IMT) membaik - Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Frekuensi makan membaik - Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Nafsu makan membaik - Hentikan pemberian makan melalui selang
- Bising usus membaik nasogastrik, jika asupan oral dapat ditoleransi
- Membran mukosa membaik - Berikan makanan sesuai keinginan, jika
memungkinkan
Edukasi
- Anjurkan orang tua atau keluarga membantu
memberi makan kepada pasien
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
- Kolaborasi pemberian antiemetil sebelum
makan, jika perlu
5. Intoleransi Aktivitas (D.0056) I.05178 Manajemen Energi
L.05047 Toleransi Aktivitas Observasi
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
keperawatan selama 3 x 24 jam maka melakukan aktivitas
toleransi meningkat, dengan kriteria hasil : - Monitor saturasi oksigen
- Frekuensi nadi meningkat - Monitor tanda-tanda vital setelah melakukan
- Saturasi oksigen meningkat aktivitas
- Kemudahan dalam melakukan Terapeutik
aktivitas sehari-hari meningkat - Libatkan keluarga dala aktivitas
- Keluhan lelah menurun - Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
- Dispnea saat aktivitas menurun stimulus
- Dispnea setelah aktivitas menurun - Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak
- Sianosis menurun dapat berpindah atau berjalan
- Warna kulit membaik Edukasi
- Tekanan darah membaik - Anjurkan tirah baring
- Frekuensi nafas membaik
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau
terapi, jika sesuai
Kolaborasi
- Kolaborasi dalam pemberian dosis oksigen,
sesuai indikasi
6. Risiko Ketidakseimbangan L.03019 Fungsi Gastrointestinal
Elektrolit (D.0037) &L.03020 Keseimbangan Cairan I.03122 Pemantauan Elektrolit
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi Observasi
keperawatan selama 3 x 24 jam maka - Identifikasi penyebab diare
fungsi gastrointestinal membaik dan - Monitor mual, muntah, dan diare
keseimbangan cairan meningkat, - Monitor status hidrasi Terapeutik
dengan kriteria hasil : - Catat intake-output dan hitung balance cairan 24
- Mual menurun jam
- Muntah menurun - Berikan asupan cairan oral (mis. oralit)
- Dispepsia menurun - Berikan cairan intravena, jika perlu
- Peristaltik usus membaik Edukasi
- Asupan cairan meningkat - Anjurkan makan porsi kecil dan sering secara
- Membran mukosa membaik bertahap
- Turgor kulit membaik Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat. 2013. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Yogyakarta : Salemba Medika


Nurarif &Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic Noc Edisi Revisi Jilid 1.Yogyakarta : Mediaction Jogja
Raharjoe &Nastini. 2010. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta : Badan Penerbit
IDAI
Samuel, Andi. 2015. Bronkopneumonia On Pediatric Patient
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st
ed). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Wijayaningsih. 2013. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta :TIM

Anda mungkin juga menyukai