Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN

NAMA KELOMPOK:
1. BAHRUL ULUM (7322044)
2. BINTARI INTAN PUTRI WIJAYA (7322045)
3. BEY KURNIAWAN (7322046)
4. DIAH AYUNINGSIH (7322047)
5. DIAN INDRI PERMANASARI (7322048)

PROGRAM S1 KEPERAWATAN RPL


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG
2022
A. Konsep Bronkopneumonia
1. Pengertian
Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur dan benda asing yang sering dijumpai pada balita. Bronkopneumonia
bersifat sekunder karena melemahnya daya tahan tubuh tetapi dapat juga primer
yang biasanya dijumpai pada anak dan dewasa (Bennete, 2013; Wijayaningsih,
2013 dan Dahlan, 2014).
Bronkopneumonia adalah penyakit akut pada jaringan paru-paru meliputi
alveolus dengan gejala batuk pilek disertai sesak nafas atau nafas cepat
(Simanjuntak et al. 2017). Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru
mulai dari bagian alveoli sampai ke bronkus atau bronkiolus yang dapat menular
dan ditandai dengan konsolidasi (proses patologis).
Bronkopneumonia atau pneumonia lobaris adalah peradangan paru yang yang
mengakibatkan infeksi pada saluran napas bagian bawah dari parenkim paru yang
melibatkan bronkus atau bronkiolus yang ditandai dengan distribusi bercak yang
dapat disebabkan oleh virus, jamus, bakteri, maupun benda asing (Samuel 2014).
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme sehingga
diperlukan penerapan beberapa jenis klasifikasi sampai etiologi pada kasus
tertentu ditentukan (Walker et al. 2012). World Health Organization (2014)
mengatakan bahwa pneumonia menyebabkan keterbatasan dalam mengambil
oksigen dan membuat nyeri saat bernafas (Farida et al. 2017).

2. Etiologi
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), penyebab bronkopneumonia adalah
sebagai berikut :
1. Bakteri; Streptococcus, Stapylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
2. Virus; Legionella Pneumoniae.
3. Jamur; Aspergillus Spesies, Candida Albicans.
Pneumonia jenis bronkopneumonia disebabkan oleh virus atau bakteri yang
ditandai dengan adanya bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru bisa
pada bagian kanan maupun kiri yang sering terjadi pada bayi maupun orang tua
(Marrie et al. 2005).
3. Patofisiologi
Menurut Bradley (2011), dan Nurarif Kusuma (2013), proses perjalanan
penyakit bronkopneumonia masuknya mikroorganisme ke saluran nafas dan paru
dapat melalui berbagai cara yaitu inhalasi langsung dari udara, aspirasi dari bahan-
bahan yang ada di nasofaring dan orofaring serta perluasan langsung dari saluran
pernapasan atas. Bronkopneumonia berawal masuk melalui percikan droplet yang
dapat masuk ke saluran pernapasan atas dan menimbulkan reaksi imunologis dari
tubuh yang menyebabkan peradangan, ketika terjadi peradangan tubuh
menyesuaikan diri, maka dengan reaksi berupa demam dan menghasilkan secret
pada saluran pernapasan, secret yang diproduksi dan sulit dikeluarkan
mengakibatkan klien menjadi sesak. Bakteri ini dapat menginfeksi saluran cerna
ketika dibawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora normal dalam usus
menjadi agen pathogen sehingga timbul masalah GI tract. Pada keadaan sehat paru
tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme, jika terdapat bakteri pada paru
menunjukkan adanya gangguan daya tahan tubuh sehingga mikroorganisme, jika
terdapat bakteri pada paru menunjukkan adanya gangguan daya tahan tubuh
sehingga mikroorganisme dapat berkembang. Pada saat mikroorganisme sampai
di alveoli maka alveoli mengalami peradangan, proses peradangan ini melalui
empat proses yaitu :
a. Stadium pertama (4-12 jam/ kongesti)
Disebut hyperemia mengacu pada peradangan yang berlangsung di daerah
yang terinfeksi ditandai dengan aliran darah dan permeabilitas kapiler
ditempat terinfeksi.
b. Stadium kedua (48 jam)
Disebut hepatisasi merah yang terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
merah eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh host sebagai bagian dari reaksi
peradangan.
c. Stadium ketiga (3-8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu terjadi sewaktu sel darah putih mengkolonisasi
daerah paru yang terinfeksi.
d. Stadium keempat (7-11 hari)
Disebut resolusi terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda, sisa
fibrin dan eksudat lisis dan diabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan
kembali ke strukturnya semula.
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang muncul pada penderita bronkopneumonia adalah :
a. Infeksi traktus respiratori
b. Demam (39-40 ℃), kadang disertai kejang karena demam yang tinggi
c. Anak sangat gelisah dan adanya nyeri dada seperti ditusuk-tusuk pada saat
bernapas dan batuk
d. Penapasan cepat, dangkal disertai cuping hidung dan sianosis sekitar hidung
dan mulut
e. Adanya bunyi pernapasan ronkhi dan wheezing
f. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia jika infeksi serius
g. Ventilasi yang berkurang karena penimbunan mucus yang menyebabkan
atelectasis absorbs
h. Batuk disertai sputum yang kental
i. Nafsu makan menurun
(Ringel 2012 dan Wijayaningsih 2013)

5. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan karena bronkopneumonia yaitu :
a. Obstruksi jalan napas
b. Gagal napas – pleura effusion
c. Empyema
d. Otitis media akut
e. Atelectasis
f. Emfisema
g. Meningitis

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Keluhan utama: Klien gelisah, sesak napas, dyspnea, pernapasan cepat dan
dangkal, disertai cuping hidung, sianosis sekitar hidung dan mulut.
Riwayat penyakit; Virus: ditandai gejala-gejala infeksi saluran napas, termasuk
renitis, dan batuk, serta suhu tubuh lebih rendah dari yang disebabkan oleh
bakteri. Bakteri: ditandai oleh infeksi saluran pernapasan akut/ bawah dalam
beberapa hari hingga seminggu, suhu tubuh tinggi, batuk, kesulitan bernapas.
Pengkajian fisik
a. Inspeksi
Perlu diperhatikan adanya takipnea, dyspnea, sianosis sirkumoral, pernapasan
cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula non produktif, serta nyeri dada
waktu bernapas, adanya retraksi dinding dada.
b. Palpasi
Hati mungkin akan membesar, flemitus raba mungkin meningkat pada sisi
yang sakit dan mengalami peningkatan denyut nadi.
c. Perkusi
Suara redup pada sisi yang sakit
d. Auskultasi
Pada bronkopneumonia akan terdengar stridor suara napas berjuang, terdengar
suara napas tambahan/ ronkhi, kadang terdengar bising gesek pelura. (Riyadi,
2012 dan Padila, 2013).

2. Diagnosa
Menurut Padila (2013), dan Marni (2014), diagnosis keperawatan yang dapat
muncul adalah :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum atau sekresi yang tertahan.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan terkumpulnya eksudasi dan
menningkatnya produksi mucus.
c. Hipertermia berhubungan dengan infeksi
d. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi paru atau parenkim
paru
e. Resiko hipovolemik berhubungan dengan kehilangan, hipertermia
f. Defisit nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat, mual dan muntah
g. Ansietas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, lingkungan tidak
dikenal, prosedur yang menimbulkan stress, kurang pengetahuan
h. Resiko infeksi berhubungan dengan resiko terpajan bakteri, prosedur invasif.

3. Perencanaan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum atau sekresi yang tertahan.
Rencana tindakan :
1. Kaji/ pantau frekuensi pernapasan, catat rasio.
2. Auskultasi bunyi napas, catat adanya bunyi napas tambahan. Misalnya:
mengi, krekels dan ronkhi.
3. Berikan posisi yang nyaman buat klien, misalnya posisi semifowler.
4. Pantau tanda-tanda vital terutama frekuensi napas.
5. Lakukan fisioterapi dada sesuai indikasi
6. Kolaborasi dengan pemberian terapi inhalasi (nebulizer)
7. Kolaborasi dengan pemberian obat yang sesuai instruksi
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan terkumpulnya eksudasi dan
menningkatnya produksi mucus.
Rencana tindakan:
1. Kaji frekuensi dan kedalaman bernapas klien
2. Observasi warna kulit dan membrane mukosa bibir
3. Berikan lingkungan sejuk, nyaman dan ventilasi yang cukup
4. Tinggikan kepala, anjurkan napas dalam dan batuk efektif
5. Pertahankan istirahat dan tidur
6. Kolaborasi pemberian oksigen dan pemeriksaan laboratorium
c. Hipertermia berhubungan dengan infeksi
Rencana tindakan:
1. Kaji suhu tubuh klien
2. Pertahankan lingkungan sejuk
3. Berikan kompres hangat pada ketiak, lipatan paha dan kening
4. Anjurkan klien untuk banyak minum
5. Anjurkan mengenakan pakaian tipis
6. Berikan antiseptik sesuai indikasi
7. Berikan antimikroba jika disarankan
d. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat
Rencana tindakan:
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual dan muntah
3. Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering atau
makanan yang menarik untuk klien
4. Monitor berat badan klien sesuai indikasi dan mengukur LLA
5. Auskultasi bunyi usus, observasi/ palpasi distensi abdomen
e. Ansietas berhubungan dengan perpisahan dengan orangtua, lingkungan tidak
dikenal, prosedur yang menimbulkan stress
Rencana tindakan:
1. Pantau perubahan TTV dan kondisi yang menunjukkan peningkatan
kecemasan klien
2. Berikan informasi serta bimbingan yang actual
3. Kaji tingkat kecemasan
4. Bantu orangtua mengenal situasi cemas
5. Tingkatkan koping individu
6. Sentuh, peluk, dan bicara dengan anak sebanyak mungkin
f. Resiko infeksi berhubungan dengan resiko terpajan bakteri, prosedur invasif
Rencana tindakan:
1. Kaji tanda-tanda infeksi
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
3. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
4. Monitor area balutan pemasangan infus
5. Ajarkan klien dan keluarga tanda gejala infeksi
6. Kolaborasi berikan terapi antibiotik.

4. Pelaksanaan
Menurut Wong (2014), implementasi keperawatan adalah inisiatif dari rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tindakan ini bersifat intelektual,
teknis dan interpersonal berupa berbagai upaya memenuhi kebutuhan dasar klien.
Tindakan keperawatan meliputi; tindakan keperawatan, observasi keperawatan,
pendidikan kesehatan atau keperawatan dan tindakan medis yang dilakukan
perawat.

5. Evaluasi
Menurut Wong (2014), evaluasi adalah fase kelima dan terakhir dari proses
keperawatan. Hasil evaluasi pada perencanaan bronkopneumonia adalah: Bersihan
jalan napas kembali efektif, Ganggian pertukaran gas teratasi, hipertermia teratasi,
pola napas efektif, resiko defisit nutrisi teratasi, ansietas teratasi dan resiko infeksi
teratasi.

Anda mungkin juga menyukai