Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASKEP KLIEN BRONCHOPNEUMONIA DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN


BERSIHAN JALAN NAFAS DI RUANG NAKULA 4
RSUD K.R.M.T WONGSONEGORO SEMARANG

Disusun oleh:

Sinta Ayu Bhakti Pertiwi


G2A014020

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2017
A. KONSEP DASAR PENYAKIT BRONCHOPNEUMONIA
1. PENGERTIAN
Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbecak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronchi
dan meluas di parenkim paru yang berdekatan disekitarnya.
Bronchopneumoni disebut juga pneumonia lobularis, yaitu radang paru- paru
yang di sebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan lain- lain.
Bronchopneumonia/ pneumonia lobaris merupakan radang paru yang
menyebabkan bronkhioli terminal. Bronkhioli terminal tersumbat oleh eksudat yang
berbentuk bercak- bercak., kemudian menjadi bagian yang terkonsulidasi atau
membentuk gabungan dan meluas ke parenkim paru.
Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan
atas, demam, infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh.

2. ETIOLOGI
Secara umum bronchopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme
pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang normal dan sehat
mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernapasan yang terdiri
atas : refleks glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan sillia yang
menggerakkan kuman keluar dari organ, dari sekresi humoral setempat.
Broncopneumonia dapat disebabkan oleh:
a. Bakteri= streptococcus, straphylococcus, influenmza
b. Virus= legionella pneumonia, virus influenza
c. Jamur= aspergilus, candida albicons
d. Aspirasi makanan, sekresi oropharing/isi lambung ke dalam paru
e. Kongesti paru kronik
f. Flora normal, hidrokarbon.
3. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar penyebab bronkopneumonia adalah mikroorganisme (jamur,
bakter, virus) dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak
tanah, bensin dan sejenisnya). Serta aspirasi (masuknya isi lambung ke dalam saluran
napas). Awalnya mikroorganisme akan masuk melalui percikan ludah (droplet) infasi
ini akan masuk ke saluran pernapasan atas dan menimbulkan reaksi imunologis dari
tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan, dimana saat terjadi  peradangan ini tubuh
akan menyesuaikan diri sehingga timbulah gejala demam pada penderita.
Reaksi peradangan ini akan menimbulkan secret. Semakin lama secret semakin
menumpuk di bronkus sehingga aliran bronkus menjadi semakin sempit dan pasien
akan merasa sesak. Selain terkumpul di bronkus, lama kelamaan secret akan sampai ke
alveolus paru dan mengganggu system pertukaran gas di paru.
Selain menginfeksi saluran napas, bakteri ini juga dapat menginfeksi saluran
cerna saat ia terbawa oleh darah. Bakteri ini akan membuat flora normal dalam usus
menjadi agen pathogen sehingga timbul masalah GItract.
4. PATHWAY

5. GEJALA KLINIS
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi disalurran napas atas
beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan
gejala yang khas yaitu seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk
produktif, hidung kemerahan, saat bernapas menggunakan otot aksesorius dan bisa
timbul sianosis. Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika
terjadi konsolidasi.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Laboratorium
1) Leukosit meningkat 15.000-40.000/mm3
2) Laju endap darah meningkat 100mm
3) ASTO meningkat pada infeksi streptococcus.
4) GDA menunjukkan hipoksemia tanpa hiperkapnea atau retensi  CO2
5) Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat albumin urin ringan karena
peningkatan suhu tubuh.
B. Pemeriksaan Radiologi
1) Terlihat bercak- bercak pada bronkus hingga lobus.

7. PENATALAKSANAAN
a. Antibiotic seperti ; penisilin, eritromicin, kindomisin, dan sefalosforin.
b. Terapi oksigen (O2)
c. Nebulizer, untuk mengencerkandahak yang kental dan pemberian bronkodilator.
d. Istirahat yang cukup
e. Kemoterafi untuk mikoplasma pneumonia dapat diberikan eritromicin 4x 500 mg/
hari atau tetrasiklin 3-4 x 500mg/ hari.
8. KOMPLIKASI
a. Atelektasis : Pengembangan paru yang tidak sempurna.
b. Emfisema : Terdapatnya pus pada rongga pleura.
c. Abses paru : Pengumpulan pus pada jaringan paru yang meradang.
d. Infeksi sistomik
e. Endokarditi : Peradangan pada endokardium.
f. Meningitis : Peradangan pada selaput otak.

9. PENCEGAHAN PADA ANAK


a. Hindari anak dari paparan asap rokok, polusi dan tempat keramaian yang berpotensi
penularan.
b. Hindari kontak anak dengan penderita ISPA
c. Membiasakan pemberian ASI
d. Segera berobat jika terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih disertai suara sesak
dan sesak pada anak.
e. Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza.

B.   KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN.


1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN.
1) Identitas.
2) Riwayat Keperawatan.
a. Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai
pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang
disertai muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir,
anoreksia dan muntah.
b. Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan
bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak
sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
d. Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran
pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
e. Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi pada
musim hujan dan awal musim semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan dan
kebersihan lingkungan yang kurang juga bisa menyebabkan anak menderita
sakit. Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan
anggota keluarga perokok.
f. Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat
penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan
tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
g. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
h. Nutrisi.
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP).
3) Pemeriksaan persistem.
a. Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
b. Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan
cuping hdidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non produktif,
pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler, kemungkinan
friction rub, perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi, ada
sputum/sekret. Orang tua cemas dengan keadaan anaknya yang bertambah sesak
dan pilek.
c. Sistem pencernaan.
Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah.
Pada orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum
memahami tentang tujuan dan cara pemberian makanan/cairan personde.
d. Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum
memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi (ringan sampai
berat).
e. Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada
anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.
f. Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
g.  Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
h.  Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral
hangat, kulit kering, .
i. Sistem penginderaan.
Tidak ada kelainan.
4) Pemeriksaan diagnostik dan hasil.
Secara laboratorik ditemukan lekositosis, biasanya 15.000 - 40.000 / m3
dengan pergeseran ke kiri. LED meninggi. Pengambilan sekret secara broncoskopi
dan fungsi paru-paru untuk preparat langsung; biakan dan test resistensi dapat
menentukan/mencari etiologinya.
Tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar. Pada punksi misalnya
dapat terjadi salah tusuk dan memasukkan kuman dari luar. Foto roentgen (chest x
ray) dilakukan untuk melihat :  
a. Komplikasi seperti empiema, atelektasis, perikarditis, pleuritis, dan OMA.
b. Luas daerah paru yang terkena.
c. Evaluasi pengobata
d. Pada bronchopnemonia bercak-bercak infiltrat ditemukan pada salah satu atau
beberapa lobur.
e. Pada pemeriksaan ABGs ditemukan PaO2< 0 mmHg.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum ditandai dengan adanya ronchi, dan ketidakefektifan batuk.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada jaringan paru
(perubahan membrane alveoli) ditandai dengan sianosis, PaO2 menurun, sesak
nafas.
c. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap infeksi saluran nafas ditandai
dengan peningkatan suhu tubuh, mengigil, akral teraba panas.
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme
sekunder terhadap demam dan proses infeksi ditandai dengan nafsu makan
menurun, BB turun, mual dan muntah, turgor kulit tidak elastis.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2
dengan kebutuhan oksigen ditandai dengan tidak mampu berpartisipasi dalam
kegiatan sehari-hari sesuai kemampuan tanpa bantuan.
f. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu
tubuh,kehilangan cairan karena berkeringat banyak, muntah atau diare.
g. Resiko infeksi berhubungan dengan resiko terpajan bakteri patogen
3. INTERVENSI
Diagnosa 1
Tujuan dan criteria hasil : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (…x…)
diharapkan jalan nafas pasien efektif dengan criteria hasil : jalan nafas paten, tidak ada
bunyi nafas tambahan, tidak sesak, RR normal (35-40x/menit), tidak ada penggunaan otot
bantu nafas, tidak ada pernafasan cuping hidung
INTERVENSI RASIONAL
a. Observasi TTV terutama respiratory a. Member informasi tentang pola
rate pernafasan pasien, tekanan darah, nadi,
b. Auskultasi area dada atau paru, catat suhu pasien.
hasil pemeriksaan b. Crekcels, ronkhi dan mengi dapat
c. Latih pasien batuk efektif dan nafas terdengar saat inspirasi dan ekspirasi
dalam pada tempat konsolidasi sputum
c. Memudahkan bersihan jalan nafas dan
d. Lakukan suction sesuai indikasi ekspansi maksimum paru
e. Memberi posisi semifowler atau d. Mengeluarkan sputum pada pasien tidak
supinasi dengan elevasi kepala sadar atau tidak mampu batuk efektif
f. Anjurkan pasien minum air hangat e. Meningkatkan ekspansi paru
Kolaborasi : f. Air hangat dapat memudahkan
g. Bantu mengawasi efek pengobatan pengeluaran secret
nebulizer dan fisioterapi nafas lainnya g. Memudahkan pengenceran dan
h. Berikan obat sesuai indikasi, seperti pembuangan secret
mukolitik, ekspektoran, bronkodilator, h. Proses medikamentosa dan membantu
analgesic mengurangi bronkospasme
i. Berikan O2 lembab sesuai indikasi i. Mengurangi distress respirasi

Diagnosa 2
Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan (..x..) diharapkan ventilasi pasien tidak
terganggu dengan KH : GDA dalam rentang normal ( PO2 = 80 – 100 mmHg, PCO2 =
35 – 45 mmHg, pH = 7,35 – 7,45, SaO2 = 95 – 99 %), tidak ada sianosis, pasien tidak
sesak dan rileks.
Intervensi Rasional
a. Kaji frekuensi, kedalaman, a. Memberi informasi tentang pernapasan
kemudahan bernapas pasien. pasien.
b. Observasi warna kulit, membran b. Kebiruan menunjukkan sianosis.
mukosa bibir. c. Untuk membuat pasien lebih nyaman.
c. Berikan lingkungan sejuk, nyaman, d. Meningkatkan inspirasi dan
ventilasi cukup. pengeluaran sekret.
d. Tinggikan kepala, anjurkan napas e. Mencegah terlalu letih.
dalam dan batuk efektif. f. Mengevaluasi proses penyakit dan
e. Pertahankan istirahat tidur. mengurangi distres respirasi.
f. Kolaborasikan pemberian oksigen dan
pemeriksaan lab (GDA)
Diagnosa 3
Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (...x...) diharapkan
suhu pasien turun atau normal (36,5 – 37,5°C) dengan KH: pasien tidak gelisah, pasien
tidak menggigil, akral teraba hangat, warna kulit tidak ada kemerahan.

Intervensi Rasional

a. Kaji suhu tubuh pasien a. Data untuk menentukan intervensi


b. Pertahankan lingkungan tetap sejuk b. Menurunkan suhu tubuh secara radiasi
c. Berikan kompres hangat basah pada c. Menurunkan suhu tubuh secara
ketiak, lipatan paha, kening (untuk konduksi
sugesti) d. Peningkatan suhu tubuh
d. Anjurkan pasien untuk banyak minum mengakibatkan penguapan cairan
e. Anjurkan mengenakan pakaian yang tubuh meningkat, sehingga diimbangi
minimal atau tipis dengan intake cairan yang banyak
f. Berikan antipiretik sesuai indikasi e. Pakaian yang tipis mengurangi
g. Berikan antimikroba jika disarankan penguapan cairan tubuh
f. Antipiretik efektif untuk menurunkan
demam
g. Mengobati organisme penyebab

Diagnosa 4
Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (...x...) diharapkan
kebutuhan nutrisi pasien adekuat dengan KH: nafsu makan pasien meningkat, BB
pasien ideal, mual muntal berkurang, turgor kulit elastis, pasien tidak lemas
Intervensi Rasional
a. Kaji penyebab mual muntah pasien a. Untuk menentukan intervensi
b. Berikan perawatan mulut selanjutnya
c. Bantu pasien membuang atau b. Mulut yang bersih meningkatkan nafsu
mengeluarkan sputum sesering makan
mungkin c. Sputum dapat menyebabkan bau mulut
d. Anjurkan untuk menyajikan makanan yang nantinya dapat menurunkan nafsu
dalam keadaan hangat makan
e. Anjurkan pasien makan sedikit tapi d. Membantu meningkatkan nafsu makan
sering e. Meningkatkan intake makanan
f. Kolaborasikan untuk memilih f. Memenuhi gizi dan nutrisi sesuai
makanan yang dapat memenuhi dengan keadaan pasien
kebutuhan gizi selama sakit

Diagnosa 5:
Tujuan dan K.H : setelah diberikan asuhan keperawatan selama (…x…) diharapkan toleransi
pasien terhadap aktifitas meningkat dengan KH : pasien mampu berpartisipasi dalam
kegiatan sehari – hari sesuai kemampuan tanpa bantuan, pasien mampu mempraktekkan
teknik, penghematan energy, TTV stabil (S = 36,5°C – 37,5°C, N = 75 – 100x/menit, RR =
35 -40 x/ menit)

Intervensi Rasional
a. Evaluasi tingkat kelemahan dan toleransi a. Sebagai informsdi dalam menentukan
pasien dalam melakukan kegiatan intervensi selanjutnya
b. Berikan lingkungan yang tenang dan b. Menghemat energy untuk aktifitas dan
periode istirahat tanpa ganguan penyembuhan
c. Bantu pasien dalam melakukan aktifitas c. Oksigen yang meningkat akibat aktifitas
sesuai dengan kebutuhannya d. Mengadekuatkan persediaan oksigen
Kolaborasi :
Berikan oksigen tambahan

Diagnosa 6
Tujuan dan KH : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (…x…) diharapkan volume
cairan tubuh pasien seimbang dengan KH : membrane mukosa pasien lembab, turgor kulit
baik, pengisian capiler cepat / < 3detik, input dan output seimbang, pasien tidak muntah.
Pasien tidak diare, TTV normal (S = 36,5°C – 37,5°C, N = 75 – 100x/menit, RR = 35 -40 x/
menit)
Intervensi Rasioanl
a. Observasi TTV @ 2- 4 jam, kaji turgor a. Peningkatan suhu menunjukkan
kulit. peningkatan metabolic
b. Mengidentifikasi kekurangan volume
b. Pantau intake dan output cairan cairan
c. Anjurkan pasien minum air yang banyak c. Menurunkan resiko dehidrasi
Kolaborasi : d. Melengkapi kebutuhan cairan pasien
- Berikan terapi intravena seperti infuse e. Membantu memenuhi cairan bila tidak
sesuai indikasi bias dilakukan secara oral
- Pasang NGT sesuai indikasi untuk
pemasukan cairan

Diagnosa 7

Tujuan dan KH : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan


infeksi tidak terjadi dengan KH: klien bebas dari tanda dan gejala infeksi, menunjukkan
kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi, jumlah leukosit dalam batas normal,
menunjukkan perilaku hidup sehat
Intervensi Rasional
a. Kaji suhu badan 8 jam a. Mendeteksi adanya tanda dari infeksi
b. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik b. Mempermudah untuk penanganan jika
dan lokal infeksi terjadi
c. Inspeksi kulit dan membran mukosa c. Panas, kemerahan merupakan tanda dari
terhadap kemerahan, panas infeksi
d. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan d. Dengan melibatkan keluarga tanda infeksi
gejala infeksi lebih cepat diketahui
Kolaborasi : e. Antibiotik efektif untuk mencegah
- Berikan terapi antibiotik penyebaran bakteri

4. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah di buat sebelumnya.

5. EVALUASI
Evaluasi tentang semua tindakan atau terapi yang telah dilakukan oleh perawat
kepada pasien, apakah pasien mengalami kemajuan tentang kesehatannya atau justru
mengalami kemunduran. Selain iu evaluasi juga diperlukan untuk mengetahui rencana
keperawatan selanjutnnya.
6. DOKUMENTASI
Semua tindakan keperawatan dariproses keperawatan semua
didokumentasikan, dicatat didokumentasikan sebagai bukti untuk untuk pasien dan
tanggung jawab sebagai perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Meck. 2015. LP BRONKOPNEUMONIA. ( online ). http://dokumen.tips/documents/lp-


bronkopneumonia-55bd18c4ed6a1.html. Diakses tanggal 3 november 2016
Febrianto,lukman.2013. laporan pendahuluan
bronchopneumonia.(online).http://lukmanfebriantonurse.blogspot.co.id/2013/04/
laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan_3741.html. diakses tgl 3 november 2016
Putra, Juniarta semara. 2012.laporan pendahuluan bronchopneumonia
(online).https://semaraputraadjoezt.wordpress.com/2012/11/08/laporan-pendahuluan-
bronkopneumonia/. Diakses tanggal 3 november 2016
Agus, setiawan. 2014. Laporan pendahuluan
bronchopneumonia.(online).http://www.academia.edu/9555933/LAPORAN_PENDA
HULUAN_BRONKOPNEUMONIA. Diakses tanggal 3 november 2016

Anda mungkin juga menyukai