Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKOPNEUMONIA
(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Mata Kuliah Keperawatan Gawat
Darurat)

Oleh :
Putri Ratna Safitri
191FK01091
3C

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2022
A. PENGERTIAN
Bronkopneumia disebut juga pneumonia loburalis yaitu suatu peradangan pada
parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga
mengenai alveolus disekitarnya, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
sperti bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing (Bennete, 2013 ).
Bronchopneumonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak dengan
diameter sekitar 3 cm sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan bronchi ( Sylvia
A. Price & Lorraine M.W ., 2007 ). Bronkopneumonia disebut juga pneumonia
lobularis yaitu suatu peradangan pada  parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya
mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa
anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacammacam etiologi seperti bakteri,
virus, jamur dan benda asing. kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh
mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab non infeksi yang perlu
dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih sering merupakan in"eksi sekunder
terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga
sebagai infeksi primer yang  biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang dewasa
(Bradley et.al., 2011).
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan
bronkus atau  bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy
distribution). Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang
disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh
penyebab non-infeksi yang akan menimbulkan konsolidasi  jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat (Bradley et.al., 2011). Pneumonia merupakan
penyakit infeksi saluran napas bawah akut pada parenkim paru. Pneumonia
disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit (PDPI,
2014 Djojodibroto, 2009 ). Peradangan pada paru yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam pneumonia ( Dahlana,
2014 )
B. ETIOLOGI

Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya


penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen.
Orang  yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap
organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus,
gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral
setempat.

Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,


mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 : 682) antara lain:

 Bakteri      : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.


 Virus         : Legionella pneumoniae
 Jamur        : Aspergillus spesies, Candida albicans
  Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
  Terjadi karena kongesti paru yang lama.
C. PATOFISIOLOGI

Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang
disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi
makanan dan minuman.

Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran


pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat
tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan
dengan ganbaran sebagai berikut:

1.       Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi
pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.

2.       Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran


pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal
dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian
terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
D. PATHWAY

E. MANIFESTASI KLINIS

Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan


bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia
mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis,
batuk produktif, Takipnea, bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi,
krekels dan ronchi

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:

1.       Pemeriksaan Laboratorium

·        Pemeriksaan darah

Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya


jumlah neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)

·        Pemeriksaan sputum

Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam.
Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensitifitas
untuk mendeteksi agen infeksius. (Barbara C, Long, 1996 : 435)

·        Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa.
(Sandra M. Nettina, 2001 : 684)

·        Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia

·        Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen
mikroba. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)

2.      Pemeriksaan Radiologi

·        Rontgenogram Thoraks

Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi pneumokokal


atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan
haemofilus. (Barbara C, Long, 1996 : 435)

·        Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat


oleh benda padat. (Sandra M, Nettina, 2001)

G. KOMPLIKASI

a.       Atelektasis        :Pengembangan paru yang tidak sempurna.


b.      Emfisema          : Terdapatnya pus pada rongga pleura.
c.       Abses paru        :pengumpulan pus pada jaringan paru yang meradang.
d.      Infeksi sistomik
e.       Endokarditis     :peradangan pada endokardium.
f.       Meningitis         : Peradangan pada selaput otak.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
a.       Antibiotic seperti ; penisilin, eritromicin, kindomisin, dan sefalosforin.

b.      Terapi oksigen (O2)

c.       Nebulizer, untuk mengencerkandahak yang kental dan pemberian  bronkodilator.

d.      Istirahat yang cukup

e.       Kemoterafi untuk mikoplasma pneumonia dapat diberikan eritromicin 4x 500 mg/


hari atau tetrasiklin 3-4 x 500mg/ hari.

I. ASUHAN KEPERAWATAN

1.    PENGKAJIAN KEPERAWATAN.

1)      Identitas.

2)      Riwayat Keperawatan.

a.       Keluhan utama.

klien sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai pernapasan cuping
hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah dan diare.atau
diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.

b.      Riwayat penyakit sekarang.

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas selama
beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang
disertai kejang karena demam yang tinggi.

c.       Riwayat penyakit dahulu.

Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.

d.      Riwayat kesehatan keluarga.


Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan dapat
menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.

e.       Riwayat kesehatan lingkungan.

Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi pada musim hujan dan
awal musim semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan dan kebersihan lingkungan yang
kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak
asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok.

f.       Imunisasi.

Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit infeksi
saluran pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan tubuh yang tidak cukup
kuat untuk melawan infeksi sekunder.

g.      Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.

h.      Nutrisi.

Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP).

3)      Pemeriksaan persistem.

a.       Sistem kardiovaskuler.

Takikardi, iritability.

b.      Sistem pernapasan.

Sesak napas, retraksi dada, melaporkan klien sulit bernapas, pernapasan cuping hdidung,
ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non produktif, pergerakan dada asimetris,
pernapasan tidak teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah
terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan keadaan anaknya
yang bertambah sesak dan pilek.

c.       Sistem pencernaan.

klien malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah. Pada orang tua
yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum memahami tentang tujuan dan
cara pemberian makanan/cairan personde.

d.      Sistem eliminasi.
klien menderita diare, atau dehidrasi,

e.       Sistem saraf.

Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada anak-anak atau
malas minum, ubun-ubun cekung.

f.       Sistem lokomotor/muskuloskeletal.

Tonus otot menurun, lemah secara umum,

g.      Sistem endokrin.

Tidak ada kelainan.

h.      Sistem integumen.

Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral

hangat, kulit kering, .

i.        Sistem penginderaan.

Tidak ada kelainan.

4)      Pemeriksaan diagnostik dan hasil.

Secara laboratorik ditemukan lekositosis, biasanya 15.000 - 40.000 / m3 dengan


pergeseran ke kiri. LED meninggi. Pengambilan sekret secara broncoskopi dan fungsi
paru-paru untuk preparat langsung; biakan dan test resistensi dapat menentukan/mencari
etiologinya. Tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar. Pada punksi misalnya
dapat terjadi salah tusuk dan memasukkan kuman dari luar. Foto roentgen (chest x ray)
dilakukan untuk melihat :

·         Komplikasi seperti empiema, atelektasis, perikarditis, pleuritis, dan OMA.

·         Luas daerah paru yang terkena.

·         Evaluasi pengobatan

Pada bronchopnemonia bercak-bercak infiltrat ditemukan pada salah satu atau beberapa
lobur. Pada pemeriksaan ABGs ditemukan PaO2 < 0 mmHg.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi


sputum ditandai dengan adanya ronchi, dan ketidakefektifan batuk.

2.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada jaringan paru
(perubahan membrane alveoli) ditandai dengan sianosis, PaO2 menurun, sesak nafas.

3.      Bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekret banyak

K. INTERVENSI

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
Ketidakefektif an Setelah dilakukan Manajemen Jalan
pola napas tindakan keperawatan Nafas I. 01011
berhubungan dengan selama 2x24 jam di a. Monitor pola a. mengetahui
obstruksi jalan napas harapkan masalah nafas tanda dan gejala
(D.0005 ) keperawatan dapat awal pola nafas
DS: teratasi dengan tidak efektif
kriteria hasil :
- Menunjukkan b. Monitor bunyi b. mengetahui
jalan nafas yang nafas tambahan adanya sumbatan
paten (klien jalan nafas dan
tidak merasa perkembangan
sesak, irama status kesehatan
nafas, pasien
frekuensi
c. posisikan semi
pernafasan c. membantu
fowler
pengenceran

dalam rentan sputum


d. Berikan
normal d. membantu
oksigen
kecukupan oksigen
e. membantu
pengenceran
e. berikan minum
hangat sputum

f. membantu
f. anjurkan asupan kecukupan oksigen
cairan pasien

g. agar mudah
mengeluarkan
g. ajarkan teknik sputum
batuk efektif

Bersihan jalan Setelah dilakukan Latihan Batuk


nafas berhubungan Tindakan keperawatan efektif
dengan sekret selama 2x24 jam I.010006
banyak D.0001 diharapkan masalah
DS : keperawatan a. Observasi a. mengetahui
efektif atau tidak
ketidakefektifan kemampuan batuk
bersihan jalan nafas
dapat teratasi dengan b. Monitor adanya b. mengetahui
kriteria hasil : retensi sputum kebersihan jalan

• Suara nafas
bersih
c. mengetahui
• Sekret c. monitor input
keluar Tidak kecukupan cairan
dan output cairan
ada suara pasien
tambahan

d. atur posisi semi d.Mengembangkan


fowler atau fowler dada

e. Membersihkan
e. kolaborasi
jalan nafas
pemberian terapi
nebulizer

Anda mungkin juga menyukai