Anda di halaman 1dari 47

GAMBARAN POLA MAKAN LANSIA YANG MENGALAMI

HIPERTENSI RW 06 DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS CINUNUK

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai

Gelar Ahli Madya Keperawatan

PUTRI RATNA SAFITRI

191FK01091

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan salah satu jenis penyakit kardiovaskular yang

ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan merupakan penyakit yang

cukup berbahaya di seluruh dunia karena hipertensi merupakan faktor resiko

utama yang mengarah kepada penyakit seperti serangan jantung, gagal

jantung, stroke dan penyakit gagal ginjal yang mana di tahun 2016 penyakit

jantung iskemik dan stroke menjadi dua penyebab kematian utama di dunia.

(Yuniar, 2019). Seseorang dikatakan mengalami hipertensi atau penyakit

tekanan darah tinggi jika pemeriksaan tekanan darah menunjukkan hasil di

atas 140/90 mmHg atau lebih dalam keadaan istirahat, dengan dua kali

pemeriksaan, dan selang waktu lima menit. Faktor-faktor yang mempengaruhi

terjadinya hipertensi faktor yang melekat atau tidak dapat diubah seperti jenis

kelamin, umur, genetik dan faktor yang dapat diubah seperti pola makan,

kebiasaan olah raga dan lain-lain. faktor resiko hipertensi pada usia produkif

(25-42 tahun) diakibatkan karena kebiasaan mengkonsumsi alkohol, kebiasaan

merokok, pola makan tinggi natrium, jenis kelamin, riwayat keluarga,

konsumsi garam, obesitas, olahraga, merokok, stress, insomnia dan konsumsi

kafein. (Endang Triyanto, 2018)


Jurnal penelitian Beberapa alasan yang mendasari timbulnya masalah

tersebut maka yang harus dilakukan tenaga kesehatan memberikan penjelasan

dan mengarahkan pasien hipertensi terhadap pencegahan hipertensi khususnya

pola makan, meliputi mengurangi konsumsi garam dan lemak, diet rendah

garam, banyak makan sayuran dan buah-buahan, hindari jeroan, otak,

makanan berkuah santan kental, kulit ayam serta perbanyak minum air putih

(Admin, 2021).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2020

mencatat bahwa prevalensi hipertensi tertinggi di dunia berada di Afrika

(46%) sedangkan prevalensi terendah ditemukan di Negara Amerika (35%).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2017 menunjukan peningkatan

yang cukup tinggi untuk penyakit hipertensi, menyebutkan hipertensi sebagai

penyebab kematian no 3 setelah stroke dan tuberculosis. Hal ini terlihat dari

hasil pengukuran tekanan darah pada lansia ditemukan prevalensi hipertensi di

Indonesia sebesar 32,7%, dimana hanya 8% penduduk yang sudah

mengetahui memiliki hipertensi. Fenomena ini disebabkan karena salah

satunya pola makan di masyarakat secara global, seperti semakin mudahnya

mendapatkan makanan siap saji (Agrina, 2018).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Jawa Barat (2021) angka hipertensi

di Jawa Barat mencapai 40%. Adapun data dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Bandung mencatat angka kejadian hipertensi pada lansia sebesar 4,78%. Data

Di RW 06 wilayah kerja Puskesmas Cinunuk diketahui bahwa angka

kunjungan lansia dengan hipertensi pada tahun 2016 ke tahun 2017


mengalami penurunan, sedangkan dari tahun 2017 ke tahun 2018 angka

kunjungan lansia dengan hipertensi mengalami kenaikan kembali, hasil

informasi dari petugas puskesmas lansia di perkirakan angka kenaikan

kunjungan penderita hipertensi tersebut salah satunya dikarenakan pola makan

tidak baik. Pola makan pada Lansia Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas Cinunuk Kabupaten Bandung Tahun 2019.

Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan melalui pencatatan dan

pelaporan kesehatan lanjut usia Di RW 06 Wilayah Kerja Puskesmas Cinunuk

yang dilakukan setiap bulannya, bahwa jenis penyakit yang terdata oleh RW

06 Wilayah Kerja Puskesmas Cinunuk kisaran yang diderita oleh pada lansia

Di RW 06 tersebut yaitu penyakit Hipertensi, Diabetes Mellitus, Kolesterol,

Anemia. Persentase dari masing-masing penyakit tersebut yaitu Hipertensi

sebesar 20.3%, Diabetes Mellitus 18,9%, Kolesterol 15.5%, Anemia 13.9%.

Dari jumlah penduduk data keluharan cimekar yaitu jumlah Penduduk: 35.008

orang, Laki-laki: 18.825 orang dan Perempuan: 16.156 orang, dan data di RW

06 yaitu 40 orang Penyakit hipertensi di RW 06 lebih banyak pada lansia

terutama pada perempuan.

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi tekanan darah pada lansia,

diantaranya adalah pola kebiasaan dan pola makan. Gaya hidup merupakan

faktor penting yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang

tidak sehat dapat menjadi penyebab terjadinya hipertensi misalnya aktivitas

fisik dan stres (Puspitorini dalam Sount dkk. 2017). Pola makan yang salah

merupakan salah satu faktor resiko yang meningkatkan penyakit hipertensi.


Faktor makanan modern sebagai penyumbang utama terjadinya hipertensi

(AS,2018).

Riskesdas pada tahun 2018 menggambarkan bahwa konsumsi sayuran dan

buah-buahan <5 porsi pada penduduk Indonesia yaitu mencapai 95,5%

dibandingkan pada tahun 2013 penduduk usia di atas 10 tahun mengonsumsi

sayuran dan buah-buahan yaitu 93,5%. Hal ini terbukti masyarakat lebih

memilih makanan siap saji yang umumnya rendah serat, tinggi lemak, tinggi

gula dan mengandung banyak garam. Pola makan yang kurang sehat ini

merupakan pemicu penyakit hipertensi (Dinkes, 2019).

Berdasarkan hasil survei awal kepada 40 lansia Di RW 06 Wilayah Kerja

Puskesmas Cinunuk, yang telah dilakukan peneliti di RW 06 Puskesmas

Cinunuk penderita hipertensi yang datang berkunjung ke Puskesmas Cinunuk

pada tahun 2019 sebanyak 550 orang. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit

hipertensi merupakan masalah utama kesehatan di Puskesmas Cinunuk Tahun

2020.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai “ Gambaran Pola Makan Lansia Yang Mengalami Hipertensi Di

RW 06 Wilayah Kerja Puskesmas Cinunuk”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, dikemukakan rumusan masalah penelitian

sebagai berikut.”Bagaimanakah gambaran pola makan lansia yang mengalami

hipertensi Di RW 06 Wilayah Kerja Puskesmas Cinunuk"?


1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pola makan lansia yang mengalami hipertensi.

2. Tujuan Khusus

Untuk mengidentifikasi gambaran pola makan lansia yang menderita

hipertensi

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Hasil dari penelitian dapat dimanfaatkan untuk sumber informasi dan

referensi dalam meningkatkan pendidikan kesehatan tentang pola makan

lansia yang menderita hipertensi.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi

Diharapkan bisa sebagai bahan referensi di perpustakaan Universitas

Bhakti Kencana Bandung program studi D-III Keperawatan dan sebegai bahan

masukan dan perbandingan bagi mahasiswa yang akan melanjutkan penelitian

mengenai gambaran pola makan lansia yang mengalami hipertensi serta dapat

menjadi bahan informasi yang berguna untuk meningkatkan mutu pendidikan

jurusan keperawatan.

b. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang pola makan lansia

yang mengalami hipertensi Rw 06 Di Wilayah Kerja Puskesmas Cinunuk


c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai data awal penelitian

selanjutnya yang berkaitan dengan gambaran pola makan lansia yang

mengalami hipertensi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Hipertensi

2.1.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi merupakan salah satu jenis penyakit kardiovaskular yang

ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan merupakan penyakit yang

cukup berbahaya di seluruh dunia karena hipertensi merupakan faktor resiko

utama yang mengarah kepada penyakit seperti serangan jantung, gagal

jantung, stroke dan penyakit gagal ginjal yang mana di tahun 2016 penyakit

jantung iskemik dan stroke menjadi dua penyebab kematian utama di dunia.

(Yuniar, 2019). Hasil di atas 140/90 mmHg atau lebih dalam keadaan istirahat,

dengan dua kali pemeriksaan, dan selang waktu lima menit. Faktor yang

melekat atau tidak dapat diubah seperti jenis kelamin, umur, genetik dan

faktor yang dapat diubah seperti pola makan, kebiasaan olah raga dan lain-

lain. faktor resiko hipertensi pada usia produkif (25-42 tahun) diakibatkan

karena kebiasaan mengkonsumsi alkohol, kebiasaan merokok, pola makan

tinggi natrium, jenis kelamin, riwayat keluarga, konsumsi garam, obesitas,

olahraga, merokok, stress, insomnia dan konsumsi kafein. (Endang Triyanto,

2018)

Hipertensi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu

kondisi dimana pembuluh darah memiliki tekanan darah tinggi (tekanan darah

sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg) yang menetap.
Menurut Susanto (dalam Widyaningrum, 2012). Hipertensi atau penyakit

darah tinggi adalah gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan

suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke

jaringan tubuh yang membutuhkannya. Secara umum, hipertensi merupakan

suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan darah yang tinggi di dalam arteri

menyebabkan meningkatnya risiko terhadap penyakit-penyakit yang

berhubungan dengan kardiovaskuler seperti stroke, gagal ginjal, serangan

jantung, dan kerusakan ginjal.

2.1.2 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah

Hipertensi Sistolik (mmHg) Diastolik

(mmHg)

Normal <120

2.1.3 Penyebab Hipertensi

Penyebab hipertensi di antaranya adalah penebalan dinding arteri yang

menyebabkan hilangnya elastisitas pembuluh darah, keturunan, bertambahnya

jumlah darah yang dipompa ke jantung, penyakit ginjal, kelenjar adrenalin dan

sistem saraf simpatis. Pada ibu hamil kelebihan berat badan, tekanan

psikologis, stres dan ketegangan bisa juga menyebabkan hipertensi

kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolahraga), stres,
alkohol atau garam dalam makanan, bisa memicu terjadinya hipertensi pada

orang-orang yang memiliki kepekaan yang diturunkan (Muhammadun, 2014)

Menurut Robert (2010) hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi

menjadi 2 jenis :

a) Hipertensi primer

Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak/belum

diketahui penyebabnya, biasanya disebut juga dengan ideopatik dan

kebanyakan terdapat sekitar 95% kasus.

b) Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/sebagai Akibat

dari adanya penyakit lain. Biasanya terdapat sekitar 5% kasus, dan penyebab

spesifiknya diketahui seperti penyakit ginjal stenosis, arteri renalis,

pielonefritis, glomerulonefritis, tumor-tumor ginjal, penyakit ginjal polikista,

trauma pada ginjal, terapi penyinaran yang mengenai ginjal, kelainan

hormonal seperti : hiperal dosteronisme,sindroma chusing dan obatobatan

yakni: kontrasepsi, kortikosteroid, siklosporin, kokain, penyalah gunaan

alkohol, kayu manis dalam jumlah besar, gunaan alkohol, kayu manis dalam

jumlah besar, serta penyebab lain seperti: koartasio aorta, preeklamsi pada

kehamilan, porfiria intermiten akut, keracunan timbal akut.

2.1.4 Faktor Resiko

Pola makan adalah salah satu faktor penyebab terjadinya berbagai

penyakit seperti salah satunya adalah hipertensi. Salah satu cara untuk

mengurangi terjadinya penyakit hipertensi adalah dengan menjaga pola makan


dengan baik yaitu mengurangi asupan banyak lemak dan asupan garam

disamping itu perlu meningkatkan makan buah dan sayur.

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi tekanan darah pada lansia,

diantaranya adalah pola kebiasaan dan pola makan. Gaya hidup merupakan

faktor penting yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang

tidak sehat dapat menjadi penyebab terjadinya hipertensi misalnya aktivitas

fisik dan stres (Puspitorini dalam Sount dkk. 2014). Pola makan yang salah

merupakan salah satu faktor resiko yang meningkatkan penyakit hipertensi.

Faktor makanan modern sebagai penyumbang utama terjadinya hipertensi

(Endang Triyanto, 2018)

Kelebihan asupan lemak mengakibatkan kadar lemak dalam tubuh

meningkat, terutama kolesterol yang menyebabkan kenaikan berat badan

sehingga volume darah mengalami peningkatan tekanan yang lebih besar

(Ramayulis, 2010). Kelebihan asupan natrium akan meningkatkan

ekstraseluler menyebabkan volume darah yang berdampak pada timbulnya

hipertensi (Sutanto, 2014)

Faktor risiko yang melekat pada penderita hipertensi dan tidak dapat diubah,

berhubungan dengan individu itu sendiri, antara lain: umur, jenis kelamin dan

riwayat keluarga.

a. Umur

Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya umur,

risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar. Menurut Riskesdas 2013 pada

kelompok umur >55 tahun prevalensi hipertensi mencapai > 45%. Pada usia
lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan darah

sistolik atau yang dikenal dengan hipertensi sistolik terisolasi(HST).

b. Jenis Kelamin

Jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipertensi. Pria mempunyai

risiko sekitar 2,3 kali lebih besar mengalami peningkatan tekanan darah

sistolik dibandingkan dengan perempuan, karena pria diduga memiliki gaya

hidup yang cenderung meningkatkan tekanan darah. Namun, setelah

memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada perempuan meningkat.

Bahkan setelah usia 65 tahun, akibat faktor hormonal maka pada perempuan

kejadian hipertensi lebih tinggi dari pria.

c. Riwayat Keluarga/keturunan

Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga

meningkatkan risiko hipertensi, terutama hipertensi primer (esensial).

Tentunya faktor lingkungan dan faktor genetik juga ikut berperan. Menurut

Davidson bila kedua orang tuanya menderita hipertensi, maka sekitar 45%

akan turun ke anak-anaknya, dan bila salah satu orang tuanya yang menderita

hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya.

2.1.5 Patofisiologi

Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa

cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak

cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi

kaku sehingga mereka tidak dapat tidak dapat mengembang pada saat jantung

memompa darah melalui arteri tersebut.Darah pada setiap denyut jantung


dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan

menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana

dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arterioskalierosis.

Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi

vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu

mengkerut karena perangsang saraf atau hormon didalam darah.

Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya

tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga

tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh.Volume

darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.

Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami

pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan

menurun. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan

garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali

ke normal.

2.1.6 Tanda/gejala hipertensi

Tanda dan gejala hipertensi adalah:

1) Sakit kepala

2) Perdarahan hidung

3) Vertigo

4) Mual muntah

5) Perubahan penglihatan

6) Kesemutan pada kaki dan tangan


7) Sesak nafas

8) Kejang atau koma

9) Nyeri dada

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;

meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi secara bersamaan dan di

percaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya

tidak). Gejala yang di maksud adalah sakit kepala, perdarahan hidung, pusing,

wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita

hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal

(Wirawan, 2013).

2.1.7 Penatalaksanaan Hipertensi

a) Pengobatan Farmakologi

Tujuan utama pengobatan penderita dengan hipertensi adalah tercapainya

penurunan maksimum risiko total morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler

(Muhaimin, 2021)

b) Pengobatan Non Farmakologi

Pengobatan ini hanya memperhatikan gaya hidup dan pola makan. Bagi

para penderita hipertensi, perlu mengadakan perubahan gaya hidup yang

positif, diantaranya :

1. Mengontrol Pola Makan

Jauhi makan makanan yang berlemak, mengandung banyak garam dan

makanan siap saji. American Heart Association menyarankan konsumsi garam

sebanyak satu sendok teh per hari. Sementara kebutuhan lemak sangat kecil, di
sarankan kurang dari 30% dari konsumsi kalori setiap hari. Lemak tersebut

dibutuhkan untuk menjaga organ tubuh tetap bekerja dan befungsi dengan

baik.

2. Tingkatkan Konsumsi Potasium dan Magnesium

Pola makan yang rendah potasium dan magnesium mejadi salah satu

faktor pemicu hipertensi. Buah-buahan dan sayur segar merupakan sumber

terbaik bagi kedua nutrisi tersebut.

3. Makan Makanan Jenis Padi-Padian

Dalam sebuah penelitian yang dimuat dalam American Journal of Clinical

Nutrition ditemukan bahwa satu langkah penting menurunkan hipertensi dan

menghindari komplikasi akibat hipertensi adalah mengkonsumsi roti gandum

dan makan beras tumbuh atau beras merah.

4. Tingkatkan Aktivitas

Aktivitas dapat menurunkan tekanan darah. Jenis olahraga yang

dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang bersifat erobik,

jalan kaki, jogging, bersepeda, renang, dan yoga. Frekuensi yang di anjurkan

adalah 5-7 kali setiap minggu dengan lama berolahraga lebih dari 30 menit.

5. Berhenti Merokok dan Hindari Konsumsi Alkohol Berlebihan

Walaupun merokok tidak ada hubungan langsung dengan timbulnya

hipertensi, tetapi merokok meningkatkan resiko komplikasi lain, seperti

penyakit jantung dan stroke pada penderita hipertensi.


2.1.8 Komplikasi Hipertensi

Menurut Ardiansyah, M. (2012) komplikasi dari hipertensi adalah :

1) Stoke

Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak atau akibat

embolus yang terlepas dari pembuluh nonotak. Stroke bisa terjadi pada

hipertensi kronis apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami

hipertrofi dan penebalan

pembuluh darah sehingga aliran darah pada area tersebut berkurang. Arteri

yang mengalami aterosklerosis dapat melemah dan meningkatkan

terbentuknya aneurisma.

2) Infark Miokardium

Infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalami arterosklerotik

tidak pada menyuplai cukup oksigen ke miokardium apabila terbentuk

thrombus yang dapat menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut.

Karena terjadi hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel maka kebutuhan

okigen miokardioum tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung

yang menyebabkan infark.

3) Gagal Ginjal

Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan pada kapiler-

kapiler glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat darah mengalir ke unti

fungsionla ginjal, neuron terganggu, dan berlanjut menjadi hipoksik dan

kematian. Rusaknya glomerulus


menyebabkan protein keluar melalui urine dan terjadilah tekanan osmotic

koloid plasma berkurang sehingga terjadi edema pada penderita hipertensi

kronik.

4) Ensefalopati

Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi maligna (hipertensi

yang mengalami kenaikan darah dengan cepat). Tekanan yang tinggi

disebabkan oleh kelainan yang membuat peningkatan tekanan kapiler dan

mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat.

Akibatnya neuro-neuro disekitarnya terjadi koma dan kematian.

2.2 Konsep Pola Makan

2.2.1 Definisi Pola Makan

Pola makan ialah suatu cara untuk mengatur jenis ataupun jumlah

makanan yang sesuai dengan proporsi kebutuhan tubuhnya guna

mempertahankan kesehatan, kebutuhan nutrisi, dan mencegah terjadinya

penyakit. Depkes RI, 2021)

Santosa dan Ranti (2004) mengungkapkan bahwa pola makan merupakan

berbagai informasi yang memberi gambaran mengenai macam dan jumlah

bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh suatu orang dan merupakan ciri

khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.

Pengertian lain menurut Baliwati,Y.F.dkk (2021), pola makan atau pola

konsumsi pangan merupakan susunan jenis dan jumlah pangan yang

dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu.


Sedangkan menurut (Hidayat, 2021) pola makan adalah perilaku manusia

dalam memenuhi kebutuhan akan makanan yang meliputi sikap, kepercayaan,

jenis makanan, frekuensi, cara mengelola, dan pemilihan makanan. Hal ini

terbukti masyarakat lebih memilih makanan siap saji yang umumnya rendah

serat, tinggi lemak, tinggi gula dan mengandung banyak garam. Pola makan

yang kurang sehat ini merupakan pemicu penyakit hipertensi (Dinkes, 2021).

Pola makan yang baik bagi penderita hipertensi adalah menghindari

makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi, makanan yang diolah dengan

menggunakan garam natrium, makanan yang diawetkan, makanan siap saji

dan memperbanyak makanan tinggi serat, seperti buah dan sayuran yang

mengandung kalium, (Kurniadi, 2014).

Menerapkan pola makan yang sehat dan rendah lemak jenuh, kolesterol,

dan total lemak, serta kaya akan buah, sayuran, serta produk susu rendah

lemak telah terbukti secara klinis dapat menurunkan tekanan darah.

(Susilo,2021)

Perubahan pola makan masyarakat menjadi berubah dalam porsi, frekuensi,

karakterisktik dan mulai meninggalkan kebiasaan makan makanan yang dibuat

dirumah karena masyarakat mulai mengikuti perkembangan industri, tetapi

tidak hanya meninggalkan makanan yang dibuat rumah bahkan masakan yang

dibuat dirumah juga bisa mengakibatkan timbulnya penyakit, seperti

mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung natrium dan lemak jenuh

seperti mengkonsumsi daging merah yang terlalu sering, menggunakan


penyedap makanan yang berlebihan juga bisa menyebabkan meningkatnya

tekanan darah tinggi. (Puspita R.M. 2021)

Ibu rumah tangga biasanya sering sekali mengkonsumsi makanan olahan

seperti bakso, mie instan, ikan asin, saus kecap, penyedap rasa, junk food dan

fast food, dan makanan kalengan, padahal di dalam makanan tersebut

mengandung tinggi natrium. Terutama pada bakso yang berbahan dasar

daging, di dalam daging merah ini banyak sekali mengandung natrium

sehingga dapat menimbulkan penyakit yang biasa disebut dengan darah tinggi

atau penyakit hipertensi (Puspita R.M, 2021)

Selain itu pola makan masyarakat yang senang mengkonsumsi makanan

yang asin, makanan yang manis, makanan berlemak dan konsumsi minuman

berkafein juga turut memicuterjadinya penyakit hipertensi (Muhammadun,

2010 dalam Ispendy).

2.2.2 Komponen Pola Makan

Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan

jenis makanan dengan informasi gambaran dengan meliputi mempertahankan

kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit.

Sulisty memiliki 3 (tiga) komponen yang terdiri dari : (Dwyer,1988) (Milne et

al, 2021)

1. Jenis makanan

Jenis makanan adalah sejenis makanan pokok yang dimakan setiap hari

terdiri dari makanan pokok lauk hewani, lauk nabati, Sayuran, dan Buah yang

dikonsumsi setiap hari.


2. Frekuensi makan

Frekuensi makan adalah berapa kali makan dalam sehari meliputi makan

pagi, makan siang, makan malam. Sedangkan menurut frekuensi makan

merupakan berulang kali makan sehari dengan jumlah tiga kali, makan pagi,

makan siang dan makan malam.

3. Jumlah makan

Jumlah makan adalah banyaknya makanan yang dimakan dalam setiap

orang atau setiap individu dalam kelompok. Pola makan seimbang adalah

suatu cara pengaturan jumlah dan jenis makan dalam bentuk susunan makanan

sehari hari.

4. Jadwal Makanan

Pola makanan yang baik dan benar ialah mengandung karbohidrat, lemak,

protein, vitamin, dan mineral. Makanan selingan boleh dimakan jika porsi

makanan utama yang dikonsumsi pada saat makan pagi, siang, dan malam

belum mencukupi. Akan tetapi makanan selingan tidak boleh dimakan

berlebihan karena dapat meningkatkan berat badan dan kekenyangan

akibat makanan selingan (Wahit, 2021).

Tabel 2.3 Pembagian Pola Makan Dalam Sehari

2.2.3 Menu Makanan Hipertensi

Penderita hipertensi harus dapat memilah makanan, yaitu makanan yang

dianjurkan,dikurangi,dan dihindari.

A. Makanan yang Dianjurkan

Untuk menurunkan hipertensi,ada beberapa makanan yang dianjurkan yaitu:


1. Sayur-sayuran dan buah-buahan segar

Keduanya banyak mengandung serat dan vitamin C yang dipercaya dapat

menurunkan hipertensi.

2. Ikan

Ikan termasuk makanan yang berasal dari hewani dan yang paling

menyehatkan diantara makanan hewani lainnya. Ikan mengandung tinggi

Protein, rendah lemak, dan kaya asam lemak omega-3.

3. Serealia

Serealia mempunyai fungsi untuk membantu menyerap lemak. Adapun

kandungan seratnya dapat membantu dalam proses pencernaan makanan.

4. Semua bahan makanan segar atau diolah tanpa garam natrium,seperti beras,

kentang, ubi, kacang-kacangan,dan margarin tanpa garam.

B. Makanan yang Dihindari dan Dibatasi

Ada pun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita hipertensi

adalah:

1. Makanan yang berkadar lemakjenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak

kelapa, gajih)

2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit,

crackers, keripikdan makanan keringyangasin)

3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran

serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink)

4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin,

pindang, udang kering, telur asin, selai kacang)


5. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.

2.3 Kerangka Konseptual

Bagan 2.3

Kerangka Konseptual Gambaran Pola Makan Lansia Yang Mengalami

Hipertensi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rencana penelitian

Desain atau rencana penelitian merupakan metode atau cara yang akan

digunakan dalam penelitian, dalam uraian tersebut tercermin langkah-langkah

teknis ( Notoadmojo, 2010) . Rencana penelitian dapat di gunakan meneliti

sebagian petunjuk dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai

suatu tujuan atau menjawab suatu pertanyaan penelitian dan merupakan hasil

akhir dari suatu tahap keputusan yang di buat oleh peneliti berhubungan dengan

bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan (Nursalam,2008 ).

Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian yang

dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang

gambaran pola makan lansia yang mengalami hipertensi. Hal ini sesuai dengan

pengertian penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan

untuk membuat menggambarkan atau mendeskripsikan yang terjadi dalam

masyarakat.

3.2 Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian dapat diartikan sebagai pola pikir yang menunjukan

hubungan variabel yang diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah

rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan
untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis,dan teknik analisis

statistik yang akan digunakan (Sugiono, 2021).

Bagan 3.2

Kerangka Penelitian

Pola Makan Lansia Yang Mengalami Hipertensi Rw 06 Di Wilayah Kerja

Puskesmas Cinunuk
3.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang bentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulanya (Sugiyono, 2021). Variabel independen

merupakan variabel yang memengaruhi atau menyebabkan perubahan pada faktor

yang diukur atau dipilih oleh seorang peneliti dalam mengetahui hubungan antara

fenomena yang diamati. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel independen

yaitu pola makan lansia yang mengalami hipertensi.

3.4 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

3.4.1 Definisi Konseptual

Kerangka konseptual adalah ketertarikan antara teori-teori atau konsep

yang mendukung dalam penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam

menyusun sistematis penelitian. kerangka konseptual menjadi pedoman peneliti

untuk menjelaskan secara sistematis teori yang digunakan dalam penelitian

(Sugiyono, 2021).

Hipertensi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu

kondisi dimana pembuluh darah memiliki tekanan darah tinggi (tekanan darah

sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg) yang menetap.

Pola makan ialah suatu cara untuk mengatur jenis ataupun jumlah makanan

yang sesuai dengan proporsi kebutuhan tubuhnya guna mempertahankan

kesehatan, kebutuhannutrisi, dan mencegah terjadinya penyakit. Depkes RI,

2021).
3.4.2 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan fungsi untuk membatasi lingkup pengertian

variabel yang diamati dan diteliti untuk mengarahkan pengukuran terhadap

variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen sebagai alat

ukur (Notoatmodjo, 2012).

Tabel Definisi Operasional

Variabel Definisi Indikasi Alat Skala Skor

Operasional Ukur

Variabel Pola makan Kategori Kuesioner Nominal - Kriteria 0.

independen dapat diartikan pola dengan Tidak baik:

Jika <4 jenis


pola sebagai suatu makan: FFQ
makanan/hari
makan kebiasaan Konsumsi
- Kriteris
lansia yang menetap dalam -sumber
Baik: Jika >4
mengalami hubungan karbohidrat

hipertensi dengan makanan


jenis
konsumsi utama)
makanan/hari
makanan -Sumber

yaitu protein

berdasarkanjeni (Lauk

s bahan Pauk)

makanan: -Sumber

makanan lemak
(susu,dan

pokok, sumber lauk-pauk)

protein, sayur, -Sumber

dan buah. serat

(sayur dan

buah)

(Kemenkes Ri 2014)

3.6 Populasi dan Sampel

3.6.1 Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek atau objek

yang memiliki kualitas dengan karakteristik ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan di tarik kesimpulannya (Sugiyono, 2021). Populasi dalam penelitian

ini adalah 40 lansia yang berada di Rw 06 Wilayah Kerja Puskesmas Cinunuk.

3.6.2 Sampel

Sampel merupakan bagian jumlah dengan karakteristik yang dimiliki

populasi tersebut (Sugiyono, 2021). Dalam penelitian ini menggunakan teknik

total sampling. Menurut (Sugiyono, 2021) mengatakan bahwa total sampling

adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai

sampel, total sampling disebut juga sensus, di mana semua anggota populasi
dijadikan sebagai sampel. Maka dari uraian di atas, teknik penarikan sampel yang

digunakan sebagai penelitian sebanyak 40 orang lansia.

3.7 Etika Penelitian

Masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian mengingat penelitian akan berhubungan langsung

dengan manusia. Masalah etika dalam penelitian dapat meliputi :

1. Persetujuan Responden (Informed Consent)

Informed consent (persetujuan setelah diberikan penjelasan) merupakan

aspek penting dan suatu keharusan dalam penelitian (Sastromoro, 2008).

Dengan cara persetujuan antara penelitian dengan responden penelitian

dengan memberikan lembar persetujuan (Informed Concent). Tujuan

Informed Concent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, jika subjek bersedia maka mereka harus menandatangani

lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia maka peneliti harus

menghormati hak responden. Pada penelitian ini peneliti tidak

mendapatkan responden yang menolak untuk mengisi kuesioner setelah

peneliti melakukan persetujuan.

2. Tanpa nama (Anonimity)

Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar informed

consent, dan hanya mencantumkan nomor responden.


3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya, semua informasi yang telah dikumpulkan

dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang

akan dilaporkan pada hasil penelitian.

4. Keadilan (Justice)

Peneliti memberikan reward pada responden sebagai tanda terimakasih atas

bersedianya menjadi responden.


BAB IV
DESAIN PENELITIAN

4.1 Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti

untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian (Sugiyono, 2021).

Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data primer yang diperoleh melalui

lembar observasi. Kuesioner adalah daftar pertanyaan atau penyataan yang sudah

disusun dengan baik, sudah matang dimana responden tinggal memberikan

jawaban dengan memberikan kode kode tertentu (Arikunto, 2021).

Sebelum pengambilan data dimulai, calon responden diberikan penjelasan

tentang penelitian dilakukan dan diberi kesempatan untuk bertanya serta

menanyakan kesediaannya berpartisipasi. Bila responden dipersilahkan untuk

mengisi surat peretujuan (informed consent ) kemudian responden mengisi lembar

kuesioner dengan bimbingan peneliti.

4.1.1 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner.

Kuesioner adalah bentuk penjabaran variabel-variabel yang terlibat dalam tujuan

penelitian (Notoadmodjo, 2021). Kuesioner yang digunakan untuk mengetahui

pola makan yang baik pada lansia yang hipertensi.

Pada instrumen pola makan ini di jelaskan bahwa pola makan responden

dilihat dari Food Frequency Record (FFQ) Dan dapat di kategorikan dalam
kuesioner FFQ mengkonsumsi sumber karbohidrat, lemak, protein dan serat.

dikatakan baik apabila >4jenis makanan/hari dan dikatakan tidak baik jika <4jenis

makanan/hari.

a. Uji Validitas dan Uji Rehabilitas

4.2.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti

prinsip kendala instrumen dalam mengumpulkan data. Pada suatu

penelitian, dalam pengumpulan data yang baik sehingga data yang

dikumpulkan merupakan data yang valid (kesahan), variabel (andal), dan

aktual. Dua hal penting yang harus dipenuhi dalam menentukan validitas

pengukuran yaitu isi instrumen relevan, cara dan sasaran instrumen harus

relevan. Dimana hasil yang telah diteliti banyak jika r hitung > r tabel

dengan ketetapan : 0,361 dikatakan valid (Nursalam, 2013).

 Uji reliabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran dilaksanakan ataupun

waktu yang berbeda. Pengujian reabilitas dapat dilakukan secara eksternal

yaitu dapat dilakukan test-retest, eqiuvalent dan gabungan keduanya dan

secara internal dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir

yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu. Uji reabilitas atau uji

konsistensi suatu item pertanyaan dengan membandingkan antara

cronbach‟ alpha dan tarap keyakinan. Sebuah instrumen dikatakan reliabel

jika nilai cronbach alpha > 0,80 (polit, 2021).


Pada penelitian ini peneliti tidak melakukan uji validitas karena

peneliti menggunakan kuesioner FFQ keluaran dari WHO.

4.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data,

(Sugiyono, 2021). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan

dengan beberapa metode yaitu :

1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri yang

spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain (Sugiyono, 2021). Observasi

dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan pengamatan lansung yang dilakukan

pada saat pengkajian pola makan untuk mengetahui kondisi lansia.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pelengkap pada pengguna metode observasi dan

wawancara. Dokumen yang disahkan berupa gambar, foto, sketsa dan lain-lain.

4.2 Langkah Penelitian

1) Tahap Persiapan

a) Mengurus surat permintaan data dan informasi untuk mendapatkan izin

studi pendahuluan

b) Melakukan studi pendahuluan untuk menentukan masalah dan judul

penelitian

c) Mengajukan topik kepada pembimbing


d) Memilih lokasi penelitian

e) Melakukan bimbingan kepada pembimbing BAB I, BAB II, BAB III,

dan BAB IV

f) Melakukan uji validasi konten instrumen penelitian dan menyiapkan

intrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

1. Datang meminta izin penelitian kepada ke prodi D3 dan ketua LPPM

UBK

2. Melakukan Penelitian dan mengumpulkan data

3. Peneliti melakukan informed consent dengan menanyakan kesediaan

menjadi responden dalam penelitian

4. Jika responden bersedia, peneliti mempersiapkan responden untuk

mendatangani surat persetujuan

5. Penelitian memberikan kuesioner

6. Menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden

7. Setelah kuesioner diisi dikembalikan kepada peneliti

8. Setelah terkumpul kuesioner dikembalikan ke peneliti untuk diamati

9. Peneliti memberikan pulpen sebagai tanda terima kasih.

3. Tahap Akhir Penelitian

2 Menyusun laporan hasil penelitian

3 Bimbingan mengenai hasil penelitian

4 Sidang akhiKTI
5 KTI Revisi akhir setelah sidang.

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

4.5.1 Pengolahan Data

Tahap dalam pengolahan data menurut (Notoatmodjo,2018) adalah sebagai

berikut :

1. Penyunting (Editting)

Editing yang dilakukan dengan pengecekan untuk memastikan bahwa data

yang diperoleh sudah lengkap, jelas dan relevan dengan cara mengkoreksi

data yang telah di peroleh.

2. Memasukan data (Prosessing)

Hasil observasi yang telah dilakukan dari masing-masing responden,

kemudian dimasukan kedalam program software atau computer.

3. Pembersih data (Cleaning data)

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang telah di masukan

untuk melihat kemungkinan ada kesalahan atu tidak.

4. Penyajian data

Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel berupa presentase.

4.5.2 Analisa Data

Analisa data pada penelitian ini meliputi analisis univariat. Analisis univariat

bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel

penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Pada umumnya

dalam analisis univariat hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase


dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2018). Data dalam penelitian ini diolah

mengguanakan microsoft excel dan penyajian datanya berupa tabel.

Analisis bivariat dilakukan terhadap variabel yang diduga berhubungan atau

berkolerasi (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini, variabel independen

gambaran pola makan lansia yang mengalami hipertensi.

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.4.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan RW 06 Di Wilayah Kerja Puskesmas Cinunuk.

4.4.2 Waktu penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – Juni 2022 yang

dilakukan pada warga RW 06 hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Cinunuk.


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pada Bab ini, penulis akan memaparkan tentang hasil penelitian yang telah

dilakukan pada tanggal 1 juli 2022 dengan gambaran pola makan lansia yang

mengalami hipertensi Rw 06 Di Wilayah Puskesmas Cinunuk. Adapun penelitian

ini telah dilaksanakan pada bulan juni 2022, dengan jumlah responden sebanyak

40 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner FFQ.

Berikut ini adalah gambaran distribusi Pola Makan Lansia Yang Mengalami

Hipertensi Rw 06 Di Wilayah Puskesmas Cinunuk. Variabel yang di teliti yaitu

Pola Makan Lansia Yang Mengalami Hipertensi. Hasil dari gambaran distribusi

frekuensi variabel yang diteliti dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Pola Makan Lansia Yang Mengalami Hipertensi

Pola Makan F Presentase %


Baik 21 52,5
Tidak baik 19 47,5
Total 40 100%
Sumber : Data Primer

Dari tabel diatas menunjukan bahwa dari 40 responden mayoritas mempunyai

pola makan baik sebanyak 21 responden (52,5 %) dan pola makan tidak baik

yaitu 19 responden (47,5%).


Tabel 5.2
Distribusi Fekuensi Pola Makan Berdasarkan Sumber
Karbohidrat, Protein, Lemak, Dan Serat

Indikator

F %
Pola makan
1. Sumber karbohidrat
Baik 40 100
Tidak baik 0
Total 40

2. Sumber protein
Baik 15 37,5
Tidak baik 25 62,5
Total 40

3. Sumber lemak
Baik 27 67,5
Tidak baik 13 32,5
Total 40

4. Sumber serat
Baik 22 55 %
Tidak baik 18 45 %
Total 40

Tabel 5.3 Frekuensi pola makan berdasarkan jenis seperti sumber karbohidrat, protein,

lemak, dan serat. Lansia yang mengkonsumsi sumber karbohidrat mendapat hasil baik

sebanyak 40 orang (100%), konsumsi sumber protein mendapat hasil tidak baik sebanyak

25 orang (62,5%), kosumsi sumber lemak hasil 27 orang (67,5%), konsumsi sumber serat

dengan hasil baik sebanyak 22 orang (55%) dan diketahui bahwa pola makan lansia yang

mengalami hipertensi Rw 06 Di Wilayah Kerja Puskesmas Cinunuk mendapat hasil yang

baik.
5.2 Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan kuesioner

terdapat 40 responden berjudul Pola Makan Lansia Yang Mengalami Hipertesi Rw 06

Di Wilayah Kerja Puskesmas Cinunuk diperoleh hasil sebagai berikut.

5.2.1 Pola Makan Lansia Yang Mengalami Hipertensi Rw 06 Di Wilayah Kerja

Puskesmas Cinunuk

Berdasarkan tabel 5.1 hasil penelitian Rw 06 Di Wilayah Kerja Puskesmas Cinunuk

menunjukkan bahwa dari 40 orang lansia menunjukkan bahwa 21 orang (52,5%)

responden dengan pola makan baik dan pola makan tidak baik sebanyak 19 orang

(47,5%), hal ini terlihat dari masyarakat masih mengkonsumsi santan sebanyak 27

orang (67,5%) sehingga mengonsumsi santan berlebih juga tidak baik dan bisa

menyebabkan kolesterol, sebagian besar lemak yang terkandung di dalam santan

merupakan lemak jenuh, yang mungkin bisa meningkatkan risiko kolesterol tinggi.

Hal ini seiring dengan hasil penelitian (Almatsier, 2021. Pengaruh Konsumsi Lemak

Terhadap Tekanan Darah Penderita Hipertensi) . Yang mengatakan bahwa konsumsi

santan akan ada efeknya, Bahaya santan bagi tubuh sebenarnya berkaitan dengan

kadar lemak jenuh yang dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis, terutama

penyakit jantung, stroke, hingga serangan jantung. Asumsi peneliti terkait hal tersebut

adalah pembatasan konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu

tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan

kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Akumulasi dari endapan kolesterol apabila

bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan mengganggu peredaran darah.


Dengan demikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung

memperparah hipertensi.

Pola makan merupakan suatu cara atau usaha untuk melakukan kegiatan makan

yang sehat. Kegiatan makan yang sehat meliputi pengaturan jumlah kecukupan

makanan, jenis makanan dan jadwal makan, didalam fungsinya untuk

mempertahankan kesehatan (Almatsier, 2021). Mengatur pola makan atau disebut diet

adalah salah satu cara untuk mengatasi hipertensi tanpa efek samping yang serius,

karena metode pengendaliannya yang lebih alami, jika dibandingkan dengan obat

penurun tekanan darah yang dapat membuat pasiennya menjadi tergantung seterusnya

pada obat tersebut (Sustrani, 2021). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

pemilihan makanan pasien hipertensi dipengaruhi oleh berbagai kompleks seperti:

jenis makanan, Jumlah makanan. Jenis makanan adalah makanan pokok terdiri dari

nasi, sayur, lauk-pauk, buah, dan susu. Diet ini sesuai dengan 5 pilar penanganan

hipertensi yaitu: 1) Kurangi garam pada masakan 2) Hindari makanan kaleng atau

olahan 3) Baca label makanan saat membeli makanan kemasan 4) Konsumsi dalam

jumlah porsi yang tepat (seperti makanan kaya serat, protein) 5) Menerapkan diet

DASH saat makan di restoran. Pada pengolahan makanannya tidak ditambahkan

garam dapur, hindari makanan tinggi natrium. Menurut penelitian Sangadji dan

Nurhayati (2014) menunjukkan bahwa proporsi kejadian hipertensi lebih tinggi pada

responden yang sering mengkonsumsi lemak lebih besar dibandingkan responden

yang jarang mengkonsumsi lemak. Pola makan yang tidak baik dapat menyebabkan

seseorang hipertensi hal ini di dukung oleh penelitian Okwuonu (2014) terdapat

Sebanyak 101 tidak menyadari bahwa olahraga teratur adalah bagian dari modifikasi
gaya hidup sementara 60% tidak menyadari perlunya moderasi asupan alkohol. Lebih

dari 80% tidak menyadari peran sayuran, buah, minyak tak jenuh dan pengurangan

asupan makanan harian. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mahmasani (2016)

yang mengatakan bahwa pola makan tidak baik terjadi terkait kurangnya

mengkonsumsi sumber karbohidrat, protein, lemak,serat serta kurangnya pengetahuan,

aktivitas yang harus dilakukan untuk penerapan perilaku sehat sehingga hal tersebut

sebagai salah satu cara meningkatkan hipertensi. Pola makan lansia yang ada di Rw 06

wilayah kerja puskesmas cinunuk masih kurang seimbang karena lansia di Rw 06

tersebut masih banyak yang mengkonsumsi makanan seperti daging, jeroan ayam

yaitu 25 orang (62,5%), asinan(ikan asin), gorengan, dan makanan yang mengandung

santan. Seperti lansia yang berada di Rw 06, responden yang beragama muslim, di

dalam masakannya baik untuk menggulai ikan atau untuk memasak sayur, ditambah

dengan mengkonsumsi gorengan, makanan cepat saji, dan daging.

5.2.2 Pola Makan Berdasarkan Sumber Karbohidrat, Protein, Lemak, Dan Serat

Berdasarkan tabel 5.2 hasil penelitian Rw 06 Di Wilayah Kerja Puskesmas Cinunuk

menunjukkan bahwa dari 40 orang lansia menunjukkan bahwa 40 orang (100%)

responden dengan sumber karbohidrat yang baik dan sumber karbohidrat tidak baik

0%, yang di konsumsi sumber karbohidrat yaitu makan nasi >3 kali sehari.

Menunjukkan bahwa 15 orang (37,5%) responden dengan sumber protein baik yaitu

mengkonsumsi makanan yang tidak mengandung tinggi seperti daging dan jeroan, dan

25 orang (62,5%) responden dengan sumber protein tidak baik. Menunjukkan bahwa

27 orang ( 67,5%) responden dengan sumber lemak baik ( mengkonsumsi telur ayam)

dan 13 orang ( 32,5%) responden dengan sumber lemak tidak baik ( mengkonsumsi
makanan siap saji). Menunjukkan bahwa 22 orang ( 55%) responden dengan sumber

serat baik (mengkonsumsi buah-buahan, sayuran dan kacang-kacangan) dan 18 orang (

45%) responden dengan sumber serat tidak baik (mengkonsumsi roti, biskuit, dan

kue).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Mahmasani (2016) mengatakan

bahwa faktor utama yang menjadi pemicu bagi responden untuk membatasi makanan

adalah faktor umur karena pada penelitian ini paling banyak responden berumur 55-60

tahun, yang artinya sudah menjadi manusia dewasa akhir yang pertimbangan

utamanya hanya karena kesehatan. Selain itu pola makan yang tidak sesuai dapat

menyebabkan peningkatan tekanan darah. Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan Pujianti (2021) mengatakan bahwa peningkatan tekanan

darah karena mengkonsumsi makanan yang berlemak seperti daging, gorengan, serta

makanan yang asin seperti ikan asin dan juga mengandung santan.

FFQ (Food Frequency Questionary) merupakan metode frequency per hari,

minggu atau bulan. Metode food frequency yang telah dimodifikasi dengan

memperkirakan estimasi URT dalam gram dan cara memasak dapat dikatakan dengan

metode kuantitatif (FFQ semi quantitatif).

Jumlah makanan yang dikonsumsi juga kurang teratur karena lansia Di Rw 06

dapat mengkonsumsi daging sebanyak 1 piring lain hal juga apabila ada acara (pesta)

serta bila mengkonsumsi daging di warung makan, secara otomatis jumlah yang

dikonsumsi tidak sesuai lagi dengan keperluan yang dibutuhkan oleh tubuh.

Kurangnya sumber serat (buah-buahan) yang dikonsumsi lansia terjadi karena lokasi

tempat tinggal yang jauh dari pasar sehingga sumber serat yang dikonsumsi tidak
bervariasi. Dari semua makanan yang dikonsumsi seharusnya pola aktivitas seperti:

olahraga juga harus ada tetapi, sesuai dengan data lansia yang berada di Rw 06

Wilayah Kerja Puskesmas Cinunuk bahwa sebagian besar lansia tidak mempunyai

aktivitas hanya duduk di warung untuk bermain catur dan minum kopi. Dari hal

tersebut secara otomatis makanan yang dikonsumsi akan menumpuk karena tidak

langsung diolah oleh tubuh sehingga peningkatan tekanan darah dapat terjadi.

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pembahasan dan uraian dari hasil penelitian maka peneliti dapat

mengambil kesimpulan dan saran dari hasil penelitian tentang Gambaran pola

makan lansia yang mengalami hipertensi Rw 06 Di Wilayah Kerja Puskesmas

Cinunuk pada 40 responden dan dapat dijadikan acuan untuk perkembangan

keilmuan di Universitas Bhakti Kencana Bandung.

6.1 Kesimpulan
Pola makan pasien hipertensi Rw 06 Di Wilayah Kerja Puskesmas Cinunuk

berada dalam kategori pola makan baik sebanyak 52,5% dan dalam kategori pola

makan tidak baik sebanyak 47,5%.

Distribusi Fekuensi Pola Makan Berdasarkan Sumber Karbohidrat, Protein,

Lemak, Dan Serat Menunjukkan bahwa 40 orang (100%) responden dengan

sumber karbohidrat yang baik dan sumber karbohidrat tidak baik 0%.

Menunjukkan bahwa 15 orang (37,5%) responden dengan sumber protein baik

dan 25 orang (62,5%) responden dengan sumber protein tidak baik. Menunjukkan

bahwa 27 orang ( 67,5%) responden dengan sumber lemak baik dan 13 orang

( 32,5%) responden dengan sumber lemak tidak baik. Menunjukkan bahwa 22

orang ( 55%) responden dengan sumber serat baik dan 18 orang ( 45%) responden

dengan sumber serat tidak baik.

6.2 Saran

5. Bagi lansia Rw 06 Di Wilayah Kerja Puskesmas Cinunuk

Bagi masyarakat Rw 06 Di Wilayah Kerja Puskesmas Cinunuk karena

masih 47,5% pola makannya masih belum baik, dan untuk bisa

meningkatkan presentasinya dimasa yang akan datang dengan cara

pola makan yang baik seperti sumber karbohidrat, sumber protein, dan

sumber serat, menjadi sumber informasi kepada pihak Rw dan

mengembangkan pendidikan kesehatan terhadap penderita hipertensi

sebagai salah satu pedoman mengubah perilaku pola makan yang lebih

baik lagi.
6. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan

tentang Gambaran Pola Makan Lansia Yang Mengalami Hipertensi

Rw 06 Di Wilayah Kerja Puskesmas Cinunuk.

7. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan serta pengalaman dan

wawasan penelitian berkaitan gambaran dengan perilaku pola makan

pada pasien hipertensi Rw 06 Di Wilayah Kerja Puskesmas Cinunuk

8. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi

mahasiswa yang lain dan dapat dikembangkan untuk penelitian

selanjutnya khususnya dalam perilaku pola makan pada pasien

hipertensi Rw 06 Di Wilayah Kerja Puskesmas Cinunuk

9. Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian lanjutan.


Catatan Bimbingan Karya Tulis Ilmiah

Nama : Putri Ratna Safitri

Nim : 191FK01091

Judul Karya Tulis Ilmiah : Gambaran Pola Makan Lansia Yang

Mengalami Hipertensi

Pembimbing Utama : Ade Tika Herawati, S.Kep,Ners,M.Kep

Pembimbing Pendamping : Dede Nur Aziz Muslim, S.Kep,Ners.M.Kep

No Hari/ Catatan Pembimbing Paraf

Tanggal Pembimbing

1. 28 Juni 2022 Konsul KPS 1, Memper

baiki bab 1-4

- putri ga pakai analisis bivaroate kan??? delete saja klw


tdk dipakai

- Sampai bulan juli saja

2. 1 Juli 2022 KPS 2 revisi bab 5

- pola makan ko tingkat???

- sebutkan apa hasil penelitian terkait pola itu,

bagaimana pola makan ditinjau dr item2 yg ada dalam

quesioner

- apa protein yg dikonsumsi lansia??? jelaskan

- banyak itu brp persen? brp jumlahnya?

- apa yg dikonsumsinya? jelaskan sesuai quesioner yg

dipakai

3. 6 Juli 2022 KPS 3 revisi bab 5 dan 6

- Putri, perbaiki pembahasan. hilangkan tabel dan

masukan asumsi peneliti.

- Perbaiki kesimpulan .

4. 13 Juli 2022 KPS 4 revisi bab 5 dan 6

- Tidak hanya pada kasus ini. yg hipertensi itu harus diet

sesuai dengan 5 pilar penanganan hipertensi

- Bahasa inggris miringkan

- Gunakan kalimat yang enak dibaca....

Pada Bab ini, penulis akan memaparkan tentang hasil

penelitian yang telah dilakukan pada tgl ...... dst.....


- Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan.....

- Sarannya apa? Karena masih 47,5% pola makannya

masih belum baik, apa saran peneliti untuk

meningkatkan presentasinya dimasa yang akan datang.

Pembimbing Pendamping

No Hari/Tanggal Catatan Paraf

Pembimbing

1. 14 Juli 2022 - Rapihkan

spasi, tulisan

Anda mungkin juga menyukai