Anda di halaman 1dari 4

PENGARUH PEMBERIAN DAUN SELEDRI (APIUM GRAVIOLENS) TERHADAP

PENURUNAN TEKAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANTAENG

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Keperawatan
Jurusan Keperawatan Pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Alaiddin Makassar

DI SUSUN OLEH

REFKY ALIF SETYAWAN

NIM ; 70300120054

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hipertensi adalah salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di


dunia dengan ditandai jika seseorang memiliki tekanan darah sistolik sebesar
≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik sebesar ≥90 mmHg, pada
pemeriksaan berulang. Hipertensi sering disebut sebag silent killer karena sifatnya
asimtomatik.Pravelensi kejadian penyakit hipertensi di Indonesia mencapai 34,1%
pada tahun 2018. Penyakit hipertensi bagi beberapa orang tidak memiliki keluhan
apapun namun jika penyakit hipertensi tidak terkontrol dengan baik maka dapat
timbul beberapa komplikasi yang spesifik pada organ seperti otak, mata, ginjal,
jantung, pembuluh darah, atau organ-organ vital lainnya. Ada beberapa faktor
risiko untuk terjadinya penyakit hipertensi yaitu genetik, usia, jenis kelamin dan
gaya pola hidup tidak sehat. Gaya pola hidup yang tidak sehat salah satunya
adalah bisa terjadinya berat badan berlebih atau obesitas. Dengan adanya penyakit
obesitas pada seseorang diduga memiliki hubungan yang bermakna dengan
kejadian hipertensi.-JURNAL HIPERTENSI REFKY

Menurut WHO diperkirakan sebanyak 1,13 miliar orang di seluruh dunia


menderita hipertensi dan sebagian besar berasal dari negara berkembang artinya
satu dari tiga orang didunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyakit hipertensi
terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5
miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta
orang meninggal akibat hipertensidan komplikasinya.

Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang


berusia diatas 20 tahun menderita Hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5
juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya
(Kemenkes RI, 2017). Di Indonesia Hipertensi merupakan penyakit dengan
peringkat pertama setiap tahunnya diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus
Hipertensi terutama terjadi di negara berkembang pada tahun 2025, dari jumlah
639 juta kasus di tahun 2000. Jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 1,15
miliar kasus di tahun 2025.JURNAL ASIAN REFKY

Berdasarkan pusat data Kementerian Kesehatan didapatkan bahwa di


negara Indonesia angka kejadian penyakit hipertensi mengalami peningkatan dari
32,4% menjadi 34,1%. Penduduk yang menderita penyakit hipertensi terjadi pada
usia 18 tahun tertinggi di Kalimatan Selatan 44,1 Sulawesi Selatan 27%, Sumatra
Barat 27%, Jawa Barat 26%, Jawa Timur 25%, Sumatra Utara 24%, Riau 23%,
dan Kalimantan Timur 22% sedangkan terendah di Papua sebesar 22,2%.
Diketahui bahwa sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang
terdiagnosis hipertensi tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat
(Kemenkes.RI, 2018). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita
hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya mengidap penyakit hipertensi tidak
mendapatkan pengobatan. Alasan Penderita hipertensi tidak minum obat antara
lain karena merasa sehat 59,8%, kujungan tidak teratur ke fasyankes 31,3%,
minum obat tradisonal 14,5% menggunakan terapi lain 12,5% lupa minum obat
11,5%, tidak mampu beli obat 8,1% terdapat efek samping 4,5%, dan obat
hipertensi tidak tersedia di fasyankes 2%.-JURNAL KEMENKES REFKY

Hipertensi biasanya menyerang mereka yang berusia paruh baya (di atas
40 tahun), meskipun semakin banyak menyerang orang yang berusia 18 tahun.
Namun, banyak orang tidak menyadari bahwa mereka menderita hipertensi. Ini
karena tanda-tanda hipertensi terkadang menipu dan menyebabkan masalah
kesehatan utama.

Pada umummya semakin bertambahnya usia maka semakin besar pula


risiko terjadinya Hipertensi. Hal tersebut disebabkan oleh perubahan struktur
pembuluh darah seperti penyempitan lumen, serta dinding pembuluh darah
menjadi kaku dan elastisitasnya berkurang sehingga meningkatkan tekanan
darah.-JURNAL LANSIA REFKY

Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas. Lansia
dikatakan memiliki risiko untuk mengalami berbagai penyakit degeneratif
dibandingkan dengan usia muda. Salah satu penyakit degeneratif yang sering
timbul tanpa gejala adalah hipertensi. Hipertensi disebut sebagai “silent killer”
karena bisa muncul tanpa gejala atau tanda-tanda peringatan, sehingga banyak
yang tidak menyadarinya. Penyebab terlambatnya penanganan pada pasien
dengan hipertensi adalah mayoritas pasien datang ke fasilitas kesehatan apabila
telah terjadi komplikasi, dan kurangnya akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan sehingga mengakibatkan kurangnya kontrol terhadap keadaan
penyakitnya khususnya pada lansia.-JURNAL LANSIA 2

Oleh karena itu diperlukan tindakan selain farmakologi juga non


farmakologis salah satunya adalah pemberian Air rebusan seledri agar dapat
menekan peningkatan tekanan darah. Penatalaksanaan Hipertensi dengan terapi
nonfarmakologi diantaranya diet rendah garam, olaraga yang teratur, mengurangi
komsumsi alkohol, mengurangi komsumsi rokok, dan pengobatan komplementer-
alternatif yang salah satunya adalah terapi herbal walau penggunaannya lama, tapi
efek sampingnya relatif kecil jika digunakan secara tepat, sehingga menjadi
pilihan masyarakat untuk mengatasi Hipertensi. Beberapa herbal yang telah
melalui penelitian dan terbukti menurunkan tekanan darah tinggi diantaranya
adalah seledri.

Anda mungkin juga menyukai