Anda di halaman 1dari 27

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI DALAM

PENCEGAHAN KOMPLIKASI HIPERTENSI DIPUSKESMAS MATITI


KECAMATAN DOLOKSANGGUL KABUPATEN
HUMBANGHASUNDUTAN
TAHUN 2024

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Oleh :
GREIS DELVIA PARDEDE
NIM. 2114006

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI


ILMU KESEHATAN KESEHATAN BARU JALAN BUKIT
INSIPIRASI/SIPALAKKI DOLOKSANGGUL
KABUPATEN HUMBANG
HASUNDUTAN
TAHUN 2024
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di seluruh


dunia dan faktor risiko yang paling umum untuk penyakit kardiovaskular dan belum
dikontrol secara optimal di seluruh dunia. Namun hal itu dapat dicegah dan diobati
secara efektif untuk mengurangi risiko stroke dan serangan jantung Tekanan darah
adalah kekuatan yang diberikan darah untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah melebihi batas normal yaitu
tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg pada
penilaian berulang. Hipertensi disebut juga tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh
tidak berfungsinya pembuluh darah ketika darah yang membawa oksigen dan nutrisi
terhambat untuk mencapai jaringan tubuh (Hastuti, 2020).

World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa hipertensi merupakan


penyebab utama kematian dini di seluruh dunia. Meningkatnya prevalensi hipertensi
menyebabkan lebih banyak kematian setiap tahunnya dan meningkatkan risiko
komplikasi terutama pada lansia. Diperkirakan sekitar 1,28 miliar orang dewasa berusia
30 hingga 79 tahun menderita hipertensi di seluruh dunia. Selain itu, sekitar 46% orang
dewasa dengan hipertensi tidak menyadari bahwa mereka menderita hipertensi,
sementara hanya 1/5 atau 21% orang dewasa mengalami hipertensi karena tidak
dapat mengatur gaya hidup mereka melalui gaya hidup sehat (WHO 2023b).
Berdasarkan data Riset Dasar Kesehatan Nasional (Riskasdes) pada tahun
2018 hipertensi memiliki prevelensi morbiditas dan motalitas yang tinggi, yaitu sebesar
34%. Prevalensi hipertensi berdasarkan usia yaitu hipertensi pada usia 18 tahun
sebesar 34,1% tertinggi di Kalimantan Selatan 44.1% sedangkan terendah di Papua
sebesar 22,2%. Hipertensi pada kelompok usia 31-44 tahun sebesar 31,6%, usia 45-54
tahun 4 5,3%, usia 55-64 tahun 55,2% (Riskesdas 2019).
Menurut Kementerian Kesehatan tahun 2019, prevalensi hipertensi di Provinsi
Sumatera Utara sekitar 6,7% dari jumlah penduduk di Sumatra Utara (Susanti dkk,
2020). Prevalensi Hipertensi di kota Medan sebesar 4,97% (Kemenkes RI, 2019.
Provinsi Sumatera Utara, berdasarkan profil Kesehatan pada tahun 2019 tercatat
sebanyak 3.200.454 jiwa yang menderita hipertensi. Prevalensi tekanan darah tinggi
pada tahun 2019 di dominasi oleh laki laki yaitu sebesar (32,28%) dan perempuan
sebesar (31,68%).Prevalensi hipertensi di Sumatera Utara Tahun 2021 cukup tinggi
yaitu sebesar 24,7% (Simamora & Rista, 2021).

Data yang diperoleh jumlah penduduk hipertensi di Kecamatan Doloksanggul


Kabupaten Humbang Hasundutan sebesar 37,69%. Berdasarkan data yang diperoleh
pasien hipertensi yang mendapat pencapaian pelayanan kesehatan hanya 33,78%.
Prevalensi Hipertensi berdasarkan Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara hasil
pengukuran pada penduduk dengan usia ≥ 18 Tahun tercatat bahwa prevalensi
tertinggi yaitu Kabupaten Karo sebesar 45,49%, Tertinggi ke dua yaitu Tapanuli
Utara 41,02%, dan urutan ke tiga tertinggi yaitu Humbang Hasundutan 37,69%
(Dinas Kesehatan Sumut, 2020).
Secara umum, tekanan darah tinggi lebih sering terjadi pada pria dibandingkan
wanita hingga usia 55 tahun. Hipertensi berhubungan dengan jenis kelamin dan usia
pada pria. Namun, seiring bertambahnya usia. Pria memiliki risiko lebih tinggi terkena
tekanan darah tinggi karena beberapa faktor risiko lain, seperti kelelahan, stres,
pekerjaan, merokok, alkohol, dan makan yang tidak terkontrol. Namun, wanita di usia
60-an memiliki peningkatan risiko tekanan darah tinggi karena wanita pascamenopause
memiliki mekanisme perlindungan pembuluh darah melalui hormon estrogen (Verra
Widhi A, Tasman, 2021).

Tekanan darah sistolik secara bertahap meningkat seiring bertambahnya usia, dan
orang lanjut usia dengan hipertensi berisiko tinggi terkena penyakit kardiovaskular.
Faktor usia memiliki pengaruh penting terhadap tekanan darah karena risiko tekanan
darah tinggi meningkat seiring bertambahnya usia. Orang yang berusia di atas 40 tahun
menderita suatu kondisi di mana dinding pembuluh darah kehilangan elastisitasnya .
Angka kejadian hipertensi meningkat antara usia 50 dan 60 tahun pada usia 60 tahun
(Irwansyah, 2021).Gejala dari hipertensi sangat bervariasi dimulai dari tanpa gejala,
sakit kepala ringan/rasa berat ditengkuk, mumet (vertigo), jantung berdebar-debar,
mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging, dan mimisan. Gejala yang paling
sering dikeluhkan klien hipertensi adalah nyeri kepala sampai tengkuk. Nyeri yang
timbul pada kasus hipertensi diakibatkan karena ada penyempitan pembuluh darah
akibat vasokontriksi sehingga tekanan vaskuler serebral meningkat (Mauliddia, dkk
2022).Tekanan darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi
seperti penyakit jantung, gagal jantung kongestif, stroke, gangguan penglihatan dan
penyakit ginjal. Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ
dan akhirnya memperpendek harapan hidup (Oktaria, dkk 2023).

Berbagai upaya diperlukan untuk mengatasi hipertensi yaitu dengan terapi


farmakologis dan non farmakologis. Terapi farmakologis dapat diberikan dengan anti
hipertensi tunggal maupun kombinasi. Pemberian obat anti hipertensi didasari ada atau
tidak kondisi khusus (komorbid maupun komplikasi). Terapi non farmakologis berupa
terapi tanpa menggunakan obat-obatan melainkan menggunakan terapi pendamping
yang berguna meredakan nyeri. Terapi non farmakologis yang dapat digunakan
mengatasi nyeri pada hipertensi adalah menggunakan aromaterapi (Febriani, dkk
2022).

Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui sehingga dapat digunakan


untuk memutuskan sesuatu Pengetahuan dapat menentukan sikap dan perilaku
seseorang terhadap sesuatu hal Misalkan saja dengan mengetahui bahwa dengan
meminum obat secara rutin dengan menggunakan dosis yang tepat akan dapat
mengontrol dan mengendalikan penyakit yang dideritanya. Dalam hal ini penderita akan
melakukan pengobatan sebagaimana yang disarankan oleh dokter atau tenaga
kesehatan lainnya. Pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang penderita hipertensi
antara lain mengetahui arti dari penyakit hipertensi hal-hal yang dapat meningkatkan
resiko hipertensi gejala-gejala yang akan muncul dan menyertai meningkatnya
hipertensi serta pentingnya melakukan pengobatan yang teratur dan sesuai dosis yang
disarankan. Penderita hipertensi juga harus paham bahwa penyakit hipertensi tidak
dapat disembuhkan hanya dapat dikontrol. Oleh karena itu penderita harus terus-
menerus melakukan pengontrolan dan pengobatan dalam jangka panjang atau bahkan
seumur hidup Pengetahuan seseorang terhadapsesuatu tidak ditentukan oleh seberapa
tinggi tingkat pendidikannya. Seseorang dengan tingkat pendidikan rendah tidak
menutup kemungkinan baginya untuk mengumpulan pengetahuan sendiri Seseorang
dapat mengakses berbagai informasi dari media teknologi informasi dan komunikasi
yang tersedia. Responden dengan tingkat pendidikan yang rendah dapat juga Penderita
hipertensi sebaiknya meningkatkan pengetahuannya terkait hipertensi sehingga dapat
mencegah komplikasi hipertensi.Menjaga dan mempertahankan berat badan,
mengurangi makan-makanan yang mengandung kolesterol mengurangi konsumsi
garam dalam makanan, melakukan diet tinggi serat serta lebih banyak mengkonsumsi
buah dan sayur adalah upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kekambuhan
hipertensi. Sebaiknya penderita hipertensi menjalankan pola hidup sehat untuk
mengurangi resikokomplikasi hipertensi Harahap et al., (2019)

Data survei awal, dari puskesmas

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana tingkat pengetahuan


tentang hipertensi pada pasien hipertensi di Puskesmas Matiti Kabubapaten Humbang
Hasundutan Tahun 2024.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang hipertensi pada pasien hipertensi


di Puskesmas Matiti Kabubapaten Humbang Hasundutan Tahun 2024.

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk Mengetahui Gambaran Pengetahuan pasien hipertensi Tentang pencegahan


komplikasi hipertensi Di Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kabupaten
Humbang Hasundutan Tahun 2024.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat Penelitian ini sebagai berikut:

1.4.1 Bagi Responden

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat tentang cara


mencegah komplikasi hipertensi.

1.4.2 Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan dapat menjadi sumber data tentang keluasan pengetahuan pasien


hipertensi.

1.4.3 Bagi institusi Pendidikan

Sebagai bahan Referensi di Perpustakaan dan masukan bagi peneliti selanjutnya


dan dapat menjadi sumber peneliti dalam mengembangkan penelitian selanjutnya yang
sejenis.

1.4.4 Bagi Peneliti

Sebagai tugas akhir dan syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan
di Stikes Kesehatan Baru.

1.4.5 Bagi Peneliti selanjutnya

Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya dan untuk memberi dalam ilmu
pengetahuan tentang Pencegahan Terjadinya komplikasi Hipertensi di STIKes
Kesehatan Baru Dolok Sanggul.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba
(Notoatmodjo, 2021).
Menurut Notoatmodjo (2021) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami (Comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tenang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yag dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan
aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya
dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian penilaian ini berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan individu untuk mengingat
kembali (recall) atau mengenali kembali nama, kata, inspirasi, rumus, dan
sebagainya (Widyawati, 2020). Pengetahuan merupakan hasil dari mengetahui dan
akan terjadi pada saat penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan
diperoleh dari penginderaan melalui indera penglihatan,pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba (Pakpahan dkk., 2021).
2.1.2. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo dalam (Batbual, 2021) ada 2 cara memperoleh pengetahuan,


yaitu:
1) Cara tradisional atau non ilmiah

1. Cara coba-salah (trial and error) memperoleh pengetahuan dari cara coba atau
dengan kata yang lebih dikenal “trial and error”.
2. Cara kekuasaan atau otoritas. Kebiasaan ini bisa diwariskan turun temurun dari
generasi ke generasi berikutnya.
3. Berdasarkan pengalaman pribadi. Pengalaman adalah guru terbaik mengandung
maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau
pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
2) Cara modern cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa
ini lebih sistematis logis dan ilmiah cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih
populer disebut metodologi penelitian cara ini lebih praktis dan mudah dipahami dengan
mengambil dari beberapa sumber kajian-kajian ilmiah.

2.1.3 Klasifikasi Pengetahuan


Menurut Siregar (2020) dalam (Pakpahan dkk., 2021) mengklasifikasikan
pengetahuan menjadi beberapa jenis yaitu:

1. pengetahuan faktual yaitu pengetahuan berupa potongan-potongan berita yang


beredar.
2. Pengetahuan konseptual yaitu pengetahuan yang menentukan keterlibatan
antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar dan semuanya
berfungsi dan hidup berdampingan
3. pengetahuan procedural yaitu pengetahuan yang berkaitan dengan bagaimana
melakukan suatu hal tertentu
4. Pengetahuan metakognitif yaitu pengetahuan yang terdiri dari pemahaman
universal dan individual.
2.1.4 Pengukuran pengetahuan
Ada beberapa cara mengukur pengetahuan menurut Notoatmodjo dalam
(Zulmiyetri, dkk. 2020) pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket atau kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau
kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkat tingkatan di atas. Indikator-indikator yang
dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap
kesehatan dapat dikelompokkan menjadi: pengetahuan tentang sakit dan
penyakit.pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat dan
pengetahuan tentang kesehatan lingkungan.

Kriteria Tingkat Pengetahuan


Kemampuan seseorang dalam menjawab suatu masalah mampu mewakili seberapa
jauh tingkat pengetahuan orang tersebut dan secara statistik kemampuan tersebut
dapat diketahui berdasarkan ranking.
Objektif dengan urutan sebagai berikut dikatakan memiliki pengetahuan baik bila ia
memiliki pengetahuan baik bila diperoleh jawaban (Wawan dan Dewi,2020)

76-100% cukup bila diperoleh jawaban


56-75% kurang bila diperoleh jawaban benar <55%

2.1.5 Faktor Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo dalam


(Batbual, 2021) antara lain:

1) Faktor internal

a) Tingkat Pendidikan Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi,


misalnya berbagai hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku seseorang akan pola
hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam
pembangunan Menurut Nursalam Berdasarkan berbagai hasil penelitian
didapatkan bahwa semakin tinggi Pendidikan seseorang semakin mudah
menerima informasi.
b) PekerjaanPekerjaan bukanlah sumber kesenangan tetapi lebih banyak
merupakan cara mencari nafkah yang membosankan berulang dan banyak
tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita
waktu Nursalam dalam .
c) Umur Menurut Nursalam dalam usia adalah umur individu yang terhitung mulai
saat ia dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Hurlock dalam
semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat
seseorang yang lebih dewasa dipercayai dari orang yang belum tinggi
kedewasaannya

2) Faktor eksternal

a) Lingkungan Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia


dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang
atau kelompok.
b) Sosial budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi sikap dan penerimaan informasi.

2.1.6 Pengetahuan berhubungan dengan Hipertensi

Pengetahuan yang didapat dengan baik dari informasi social media,pengalaman


hidup bersosial dan pengisian kuosioner diharapkan masyarakat menjadi paham
terhadap terjadinya komplikasi hipertensi seperti halnya mengenai tekanan darah
normal yang berkisar antara >120/80 mmhg-<140mmhg.sehingga efek positif yang
diharapkan adalah masyarakat slalu rutin control ke pelayanan kesehatan,masyarakat
akan lebih tahu mencegah komplikasi hipertensi yang ditimbulkan dari hipertensi itu
sendiri,Menurut WHO komplikasi hipertensi terdiri dari stroke,penyakit jantung (infark
miokardium),gagal ginjal,dan kerusakan otak dan system saraf (ensefalopati).

2.2 Hipertensi

2.2 1 Pengertian Hipertensi


Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di seluruh dunia
dan faktor risiko yang paling umum untuk penyakit kardiovaskular dan belum dikontrol
secara optimal di seluruh dunia. Namun, hal itu dapat dicegah dan diobati secara efektif
untuk mengurangi risiko stroke dan serangan jantung. Tekanan darah adalah kekuatan
yang diberikan darah untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Hipertensi adalah suatu
keadaan dimana tekanan darah melebihi batas normal, yaitu tekanan darah sistolik ≥
140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg pada penilaian berulang. Hipertensi
disebut juga tekanan darah tinggi, yang disebabkan oleh tidak berfungsinya pembuluh
darah ketika darah yang membawa oksigen dan nutrisi terhambat untuk mencapai
jaringan tubuh (Hastuti, 2020).
Hipertensi atau dapat dijuluki sebagai silent killer merupakan salah satu penyakit
kronis yang menjadi prevalensi tertinggi di dunia yang dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, kebiasaan, dan genetik yang diketahui memiliki efek signifikan pada
penyakit seperti gagal jantung, infark miokard, kardiovaskular dan stroke. Selain itu juga
dapat dipengaruhi oleh obat-obatan, stress, kurang aktivitas fisik, asupan makanan
tinggi garam, dan potasium (Aditya dan Mustofa, 2023).

2.2.2 Pengukuran Tekanan Darah


Pengukuran tekanan darah untuk mengetahui pengukuran tekanan darah sistolik
(TDS) dan tekanan darah diastolic (TDD) dapat dilakukan dengan beragam cara.

Salah satu cara untuk mendiagnosa hipertensi adalah dengan melakukan


pengukuran tekanan darah di dalam klinik (Unger et al., 2020)

a. Evaluasi awal Ukur tekanan darah di kedua lengan sebaiknya secara


bersamaan. Jika ada perbedaan yang konsisten antara lengan >10 mmHg
dalam pengukuran berulang gunakan lengan dengan tekanan darah yang
lebih tinggi. Jika perbedaannya >20 mm Hg pertimbangkan pemeriksaan
lebih lanjut.
b. Tekanan darah berdiri Ukur hipertensi yang diobati setelah 1 menit dan
lagi setelah 3 menit ketika ada gejala yang menunjukkan hipotensi
postural dan pada kunjungan pertama pada lanjut usia dan penderita
diabetes.
c. Tekanan darah di klinik tanpa pengawasan Beberapa pengukuran
tekanan darah otomatis diambil sementara pasien tetap sendirian di klinik
memberikan evaluasi yang lebih standar tetapi juga tingkat tekanan darah
lebih rendah dari pengukuran klinik biasa dengan ambang tidak pasti.
2.2.3 Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi dibedakan menjadi dua golongan jika dilihat dari penyebabnya yaitu
hipertensi primer dan hipertensi sekunder.Hipertensi primer atau hipertensi esensial
adalah suatu kejadian dimana terjadi peningkatan persisten tekanan arteri akibat
ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal dapat juga disebut hipertensi
idiopatik Kurang lebih 95% dari kasus hipertensi disebabkan oleh hipertensi primer atau
esensial. Faktor yang mempengaruhi hipertensi esensial ini seperti lingkungan, sistem
renin-angiotensin, genetik, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, efek dalam ekskresi
Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktorfaktor yang berisiko meningkatkan
tekanan darah seperti obesitas dan merokok (Ayu, 2021)
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal merupakan hipertensi yang berhubungan
dengan gangguan sekresi hormon dan fungsi ginjal. Sekitar 10% dari kasus hipertensi
termasuk hipertesni sekunder dan telah diketahui sebabnya. Peyebab spesifik
hipertensi sekunder antara lain penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, penggunaan
estrogen, hiperaldosteronisme primer, sindroma Cushing, dan hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan. Kebanyakan kasus hipertensi sekunder dapat
disembuhkan dengan penatalaksanaan penyebabya secara tepat Jika dilihat dari
bentuknya hipertensi dibedakan menjadi tiga golongan yaitu hipertensi sistolik,
hipertensi diastolik dan hipertenis campuran. (Diartin et al., 2022)
Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) merupakan peningkatan tekanan
sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik dan umumnya ditemukan pada usia
lanjut. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri apabila jantung
berkontraksi (denyut jantung). Tekanan sistolik merupakan tekanan maksimum dalam
arteri dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang
nilainya lebih besar. Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan
peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya
ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Hipertensi diastolik terjadi apabila
pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan
terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya.
Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung berada dalam
keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Sedangkan untuk hipertensi campuran
merupakan gabungan antara hipertensi sistolik dan hipertensi diastolik dimana terjadi
peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolic (Warjiman et al., 2020).
Hipertensi diklasifikasikan menurut gejalanya di bedakan menjadi dua yaitu
hipertensi benigna dan hipertensi maligna. Hipertensi benigna merupakan hipertensi
yang tidak menimbukan gejala biasanya ditemukan saat penderita melakukan check up.
Sedangkan hipertensi maligna adalah keadaan hipertensi yang mambahayakan yang
biasanya disertai dengan keadaan kegawatan sebagai akibat komplikasi dari organ
seperti otak, jantung dan ginjal (Hastuti, 2020).
Tabel 1. Klasifikasi hipertensi menurut Joint National Commite 7

Kategori tekanan TDS (mmHg) TDD (mmHg)


darah
Normal < 120 < 80
Pra hipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi tingkat 1 140 – 159 90 – 99
Hipertensi Tingkat 2 > 160 > 100
Hipertensi sistolik > 140 < 90
terisolasi

2.2.4 Etiologi Hipertensi


Penyebab Hipertens Febi Ayu Lestari (2021) adalah sebagai berikut :

a. Hipertensi Primer (esensial) Hipertensi primer adalah hipertensi yang 90%


penyebabnya tidak diketahui tetapi ada beberapa faktor yang diketahui yang
diperkirakan terkait dengan perkembangan hipertensi esensial diantaranya :

1. Genetik Keluarga dengan riwayat tekanan darah tinggi juga berisiko lebih tinggi
terkena hipertensi.
2. Jenis kelamin dan usia Pria di atas usia 35-50 tahun dan wanita menopause
berisiko lebih tinggi terkena tekanan darah tinggi.
3. Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol Gaya hidup buruk seperti merokok
dan minum-minuman keras dikaitkan dengan hipertensi karena adanya zat dan
bahan yang menyebabkan tekanan darah tinggi.

b. Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui


penyebabnya dan hipertensi sekunder juga disebabkan oleh beberapa penyakit
yaitu :

1) Penyakit parenkim dan vaskuler ginjal Penyakit parenkim dan vaskuler ginjal
merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Pada hipertensi ini terjadi
penyempitan lebih dari satu pada arteri besar sehingga darah langsung ke
ginjal.
2) Gangguan endokrin Adanya gangguan pada medulla adrenal atau korteks
adrenal sehingga menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal mediate
hypertension karena disebabkan adanya kelebihan primer aldosterone, kortisol
dan katekolamin.
3) Stress Pada seseorang yang sedang stress akan menyebabkan peningkatan
tekanan darah untuk sementara waktu.
4) Kegemukan atau obesitas dan malas berolahraga
5) Peningkatan tekanan vaskuler
2.2.5 Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiostensin II dari
angiostensin I oleh Angiostensin I Converting Enzyme (ACE) ACE memegang peran
fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung
angiostensinogen yang diproduksi di hati Selanjutnya oleh hormone renin (diproduksi
oleh ginjal) akan diubah menjadi angiostensin I. oleh ACE yang terdapat di paru-paru
angiostensin I diubah manjadi angiostensin II. Angiostensin II inilah yang memiliki
peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama
(Prayitnaningsih et al., 2021).
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormone antidiuretik (ADH) dan rasa
haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urin. Meningkatnya ADH sangat sedikit urin yang
diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis) sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolaritasnya. Untuk mengencerkannya volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan
dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya volume darah meningkat
yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah
menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon
steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan
ekstraseluler aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara
mereabsorpsinya dari tubulus ginjal (Prayitnaningsih et al., 2021) Naiknya konsentrasi
NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler
yang pada gilirannya akan meningkatkan volume tekanan darah. Patogenesis dari
hipertensi esensial merupakan multifaktorial dan sangat komplek. Faktor-faktor tersebut
merubah fungsi tekanan darah terhadap perfusi jaringan yang adekuat meliputi
mediator hormon, latihan vaskuler, volume sirkulasi darah, kaliber vaskuler, viskositas
darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah dan stimulasi neural. Patogenesis
hipertensi esensial dapat dipicu oleh beberapa faktor meliputi faktor genetik asupan
garam dalam diet tingkat stress dapat berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi
(Prayitnaningsih et al., 2021).

2.2.6 Manifestasi Klinis Hipertensi


Tanda gejala Hipertensi menurut Febi Ayu Lestari (2021) dibagi menjadi :

1. Tidak ada gejala Di antara tanda dan gejala tekanan darah tinggi tidak ada gejala
khusus tekanan darah tinggi selain pemeriksaan tekanan darah oleh Dokter. Jika
tekanan darah tidak teratur hipertensi tidak terdiagnosis.
2. Gejala lazim Gejala umum yang terkait dengan tekanan darah tinggi biasanya
sakit kepala dan kelelahan tetapi gejala lain yang terkait dengan tekanan darah
tinggi meliputi Mengeluh sakit kepala ,Lemas, kelelahan,Sesak
nafas ,Gelisah ,Mual ,Muntah dan Kesadaran menurun
2.2.7 Penatalaksanaan
Hipertensi Prinsip penatalaksanaan menurut Mubin (Afif, 2021) adalah menurunkan
tekanan darah sampai normal atau sampai level paling rendah yang masih dapat
ditoleransi oleh penderita dan mencegah komplikasi yang mungkin timbul.

A. Penatalaksanaan hipertensi yaitu :


Penatalaksanaan umum merupakan usaha untuk mengurangi faktor risiko
terjadinya peningkatan tekanan darah. Penatalaksanaan umum adalah
penatalaksanaan tanpa obat-obatan seperti :
1) Diet rendah natrium dengan syarat dan prinsip diet sebagai berikut :

a. Energi cukup jika pasien dengan berat badan 115% dari berat badan ideal
disarankan untuk diet rendah kalori dan olahraga.
b. Protein cukup menyesuaikan dengan kebutuhan pasien
c. Karbohidrat cukup menyesuaikan dengan kebutuhan pasien
d. Membatasi konsumsi lemak jenuh dan kolesterol
e. Asupan natrium dibatasi 800 mg/hari
f. Asupan magnesium memenuhi kebutuhan harian (DRI) serta dapat
ditambah dengan suplementasi magnesium 240-1000 mg/hari
2) Diet rendah lemak dapat menurunkan tekanan darah
3) Berhenti merokok dan mengonsumsi alkohol
4) Menurunkan berat badan agar kembali mencapai status gizi normal
5) Olahraga bermanfaat untuk menurunkan tekanan perifer

b. Medikamentosa merupakan penatalaksanaan hipertensi dengan obat-obatan yaitu :


1) Golongan diuretic
2)Golongan inhibitor simpatik
3)Golongan blok ganglion
4)Golongan penghambat Angiotensin I Converting Enzyme (ACE)
5) Golongan antagonis kalsium Dalam Konsensus
Penatalaksanaan Hipertensi (PERHI, 2019) disebutkan bahwasanya tatalaksana
hipertensi terdiri dari
1) Intervensi Pola Hidup Pola hidup sehat dapat mencegah ataupun memperlambat
awitan hipertensi dan dapat mengurangi risiko kardiovaskular. Pola hidup sehat
juga dapat memperlambat ataupun mencegah kebutuhan terapi obat pada
hipertensi derajat namun sebaiknya tidak menunda inisiasi terapi obat pada
pasien dengan HMOD atau risiko tinggi kardiovaskular. Pola hidup sehat telah
terbukti menurunkan tekanan darah yaitu pembatasan konsumsi garam dan
alkohol peningkatan konsumsi sayuran dan buah penurunan berat badan dan
menjaga berat badan ideal, aktivitas fisik teratur, serta menghindari rokok.
2) Pembatasan konsumsi garam Terdapat bukti hubungan antara konsumsi garam
dan hipertensi. Konsumsi garam berlebih terbukti meningkatkan tekanan darah
dan meningkatkan prevalensi hipertensi. Rekomendasi penggunaan natrium (Na)
sebaiknya tidak lebih dari 2 gram/hari (setara dengan 5-6 gram NaCl perhari atau
1 sendok teh garam dapur). Sebaiknya menghindari makanan dengan
kandungan tinggi garam.
3) Perubahan pola makan Pasien hipertensi disarankan untuk konsumsi makanan
seimbang yang mengandung sayuran, kacangkacangan, buah-buahan segar,
produk susu rendah lemak, gandum, ikan, dan asam lemak tak jenuh (terutama
minyak zaitun), serta membatasi asupan daging merah dan asam lemak jenuh.
4) Penurunan berat badan dan menjaga berat badan ideal Terdapat peningkatan
prevalensi obesitas dewasa di Indonesia dari 14,8% berdasarkan data Riskesdas
2013, menjadi 21,8% dari data Riskesdas 2018. Tujuan pengendalian berat
badan adalah mencegah obesitas (IMT >25 kg/m2), dan menargetkan berat
badan ideal (IMT 18,5 – 22,9 kg/m2 ) dengan lingkar pinggang
5) Berhenti merokok Merokok merupakan faktor risiko vaskular dan kanker,
sehingga status merokok harus ditanyakan pada setiap kunjungan pasien dan
penderita hipertensi yang merokok harus diedukasi untuk berhenti merokok.
6) Penentuan Batas Tekanan Darah Untuk Inisiasi Obat Penatalaksanaan
medikamentosa pada penderita hipertensi merupakan upaya untuk menurunkan
tekanan darah secara efektif dan efisien. Meskipun demikian pemberian obat
antihipertensi bukan selalu merupakan langkah pertama dalam penatalaksanaan
hipertensi
2.2.8 Komplikasi Hipertensi
Hipertensi atau yang lebih dikenal masyarakat sebagai tekanan darah tinggi pada
akhirnya dapat berakibat pada rusaknya endotel dan mempercepat ateroskeloris.
Hipertensi dipandang sebagai faktor resiko utama terhadap kejadian penyakit
serebrovaskuler seperti stroke ataupun transientis-chemic attack. Hipertensi juga dapat
menimbulkan resiko penyakit pada arteri koroner seperti infark miokard ataupun
angina,gagal ginjal,dementia, ataupun atrialo fibrilasi. Resiko hipertensi akan menjadi
semakin besar apabila dalam tubuh penderita terdapat pula faktor resikokardiovaskular
sehingga akan berdampak pada meningkatnya tingkat mortalitas dan morbiditas
penderita hipertensi (Rikmasari & Noprizon,2020)
Pada beberapa kasus menunjukkan seseorang yang menderita hipertensi
berpotensi untuk mengalami kejadian stroke Penyakit hipertensi dipandang sebagai
salah satu factor risiko terjadinya stroke terlebih lagi jika penderita dalam kondisi stress
pada tingkat yang tinggi. Seseorang yang menderita penyakit hipertensi akan
mengalami aneurisma yang disertai disfungsi endotelial pada jaringan pembuluh
darahnya. Apabila gangguan yang terjadi pada pembuluh darah ini berlangsung terus
dalam waktu yang lama akan dapat menyebabkan terjadinya stroke. Ini berarti bahwa
status hipertensi seseorang menentukan seberapa besar potensi untuk terjadinya
stroke mereka yang tidak menderita hipertensi akan sangat kecil resikonya untuk
mengalami stroke. (Ningsih & Melinda, 2019).

2.2.8 Kerangka Konsep


Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk landasan penelitian dengan
“Gambaran tingkat pengetahuan penderita hipertensi terhadap pencegahan komplikasi
hipertensi di Puskesmas Matiti Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui Gambaran Pengetahuan Pasien Hipertensi Dalam Pencegahan Komplikasi
Hipertensi.

Pencegahan Komplikasi
Tingkat Pengetahuan
Hipertensi
2.2.9 Hipotesa
Hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat
praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya .dugaan jawaban tersebut
merupakan kebenaran yang sifatnya sementara ,yang akan di uji Kebenarannya
dengan data yang dikumpulkan melalui penelitian hipotesa dalam penelitian ini
Ha.Ada hubungan tindakan penerimaan pencegahan komplikasi hipertensi pada pasien
hipertensi di Puskesmas Matiti

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian Jenis


Penelitian ini adalah penelitian Analitik Kuantitatif dengan menggunakan desain
crosss sectional melihat Hubungan antara variabel independen (Pengetahuan) dengan
variabel dependen (Mencegah komplikasi hipertensi ) pada judul “Gambaran Tingkat
Pengetahuan Pasien Hipertensi Terhadap Komplikasi Hipertensi di Puskesmas Matiti
Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2024”.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kabupaten
Humbang Hasundutan Tahun 2024.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Maret –April 2024 di Puskesmas Matiti
Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2024.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah Wilayah generelisasi yang teridiri dari: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakterisitk tertentu ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
atau kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2020).

a. Populasi Target

Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang hipertensi di Puskesmas Matiti
Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2024 Sebanyak…….

b. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi di Puskesmas


Matiti

3.3.2 Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili dan dianggap mewakili
seluruh populasi Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non
random sampling ( non probality sampling ) yaitu Accidental sampling yaitu cara
mengambil sampel atau responden dengan cara membagi kuesioner.
Slovin rumus
N=N
1+N(e2)
Keterangan :
N = Besarnya populasi
n = Besarnya sampel
e =Toleransi eror
Maka jumlah sampel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah
sebanyak……Responden

a. Kriteria inklusif
-Pasien bersedia menjadi responden dan bisa baca tulis
-Pasien Penderita Hipertensi di wilayah Puskesmas Matiti
b. Kriteria eksklusif
-Pasien tidak bersedia menjadi responden
-Pasien tidak dapat berkomunikasi dengan baik

3.4 Jenis data dan Tehnik Pengumpulan Data

3.4.1 Jenis Data

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung dari subjeck
dengan melakukan pemberian kuesioner pada pasien yang memiliki Riwayat
Keluhan Hipertensi di Puskesmas Matiti Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun
2024.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang di peroleh dari pihak lain institusi yang secara
rutin mengumpulkan data. Data sekunder penelitian ini adalah data jumlah pasien
hipertensi yang di peroleh dari Puskesmas Matiti Kabupaten Humbang Hasundutan
Tahun 2024.

c. Data tersier

Data tersier adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian yang di bahas
atau yang diteliti. Data tersier di dapat melalui litersdi internet,jurnal jurnal penelitian
sebelum nya.
3.4.2 Cara Pengumpulan data
Pertama sekali saya memberikan surat izin penelitian dari kampus untuk
Puskesmas setelah mendapat izin dari puskesmas diawali dengan
memperkenalkan identitas dilanjutkan dengan penjelasan mengenai informed
consent dan apabila responden sudah menyetujui maka proses pengisian
kuosioner dapt dimulai.Responden yang berhak mengisi kuosioner yaitu
responden yang termasuk dalam kriteria inklusi di Puskesmas Matiti.

3.4.3 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisisoner. Kuisioner


ini dibagi dalam dua bagian yakni bagian pertama berisi pernyataan kesediaan
menjadi reponden, berisi dari pernyataan mengenai karakteristik responden
yang meliputi, nama, umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, alamat
dan bagian kedua berisi pertanyaan mengenai gambaran tingkat pengetahuan
pasien hipertensi terhadap pencegahan komplikasi hipertensi. Kuisioner
digunakan sebagai alat pengumpulan data secara formal kepada responden
denga menjawab pernyataan yang telah dirancang sedemikian rupa agar
memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Namun pada
penelitian ini peneliti melakukan beberapa modifikasi terhadap kuisioner
tersebut sebelum digunakan. Modifikasi tersebut berupa penambahan beberapa
pernyataan, pengertian hipertensi, jumlah tekanan darah normal dan tekanan
darah penderita hipertensi, faktor faktor dan pencegahan penyakit hipertensi.
Apriliani (2020).

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional

Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah

Variabel independent : Pengetahuan


Dependen : Mencegah komplikasi hipertensi

a.Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu objek atau sifat atau nilai dari orang atau
atribut yang memiliki bermacam macam variasi antara satu dengan lainnya dengan
tujuan untuk ditarik kesimpulannya oleh peneliti.

b.Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah mendefenisikan variable secara operasional


berdasarkan karakteristik yang di amati sehingga memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
fenomena .Defenisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan
ukuran dalam penelitian sedangkan cara pengukurannya merupakan cara dimana
viariable dapat diukur dan ditentukan krakteristiknya.

Tabel 3.1 Variabel dan Defenisi Operasional

Variebel Independen
NO Variabel Defenisi Alat ukur Skor skala
operasional
11 pengetahuan Tingkat Kuisioner a. Baik(1) ordinal
pengetahuan b. Kurang
1 ditentukan baik (2)
dari seberapa
banyak
informasi
yang didapat
pasien

Varabel Dependen

21 Bagaimana kuisioner a. Baik(1) ordinal


mencegah b. Kurang
Cara
komplikasi
mencegah hipertensi baik(2)
1 komplikasi pada pasien
hipertensi hipertensi

3.6 Aspek Pengukuran

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan


untuk menentukan Panjang/pendek nya interval yang ada dalam alat sehingga alat
ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif
(Ramdhan, M.,2021)

3.6.1 Variabel Dependen

Pencegahan kekambuhan hipertensi variabel individu di ukur dengan 28


pertanyaan:

a. Baik :apabila responden dapat menjawab dengan benar > 20 soal dari
keseluruhan pertanyaan (kode 1)
b. Kurang baik: apabila responden menjawab dengan benar< 8 dari
keseluruhan pertanyaan (kode 2)

3.7 Tehnik pengolahan data dan Analisa data


3.7.1 Tehnik pengolaha data

Menurut Notoatmodjo (2018) Teknik pengolahan data dapat dilakukan


dengan beberapa tahap yaitu:

1. Editing
Kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isi formular atau kuisioner yang
telah di isi. Memeriksa Kembali data responden yang diperoleh atau
dikumpulkan kemudian editing dilakukan,pada tahap pengumpulan data atau
setelah data terkumpul.
2. Coding
Data yang telah di edit di rubah kedalam bentuk angka (code) untuk
mempermudah pengolaha data
3.Tabulating
Memasukkan data dalam table distribusi frekuensi yang disajikan dalam
presentase sehingga diperoleh data dari masing masing variable.

3.7.2 Teknik Analisa Data


Dalam mengambil keputusan dalam data penulis menggunakan analisis
univariate digunakan untuk menggambarkan karakteristik setiap variable yang
diukur dengan penyajian dengan hasil dekskriptif melalui frekuensi.Pengolahan
data dan analisis data dilakukan secara manual dengan menggunakan rumus
sebagai berikut

Rumus : P= F/N X 100%

Keterangan :

P = Presentasi

F=Jumlah jawaban yang benar

N=Jumlah skor maksimal

3.7.3 Analisis univariat


Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variable penelitian,analisis ini menghasilkan distribusi
frekuensi dan persentase dari setiap variable.

3.7.4Analisis Bivariat
Analisis yang dilakukan terhadap dua variable yang diduga berhubungan
atau berkorelasi,Dalam penelitian ini analisis binavariat dilakukan untuk menguji
pengaruh variable bebas terhadap variable terikat.dengan menggunakan uji
spearman.uji spearman digunakan untuk analisis data statistic yang ditujukan
untuk mengetahui hubungan antara dua variable berskala ordinal.

Anda mungkin juga menyukai