Disusun oleh :
Reza Firmansyah (2208320017)
Afifah Amalina R Hrp (2208320029)
Chairiyah Atiqah Putri (2208320018)
Maulia Utari (2208320030)
Sadila Keliat (2208320012)
Pembimbing :
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, karena berkat
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi salah
satu syarat dalam kepaniteraan klinik di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan
skripsi ini. Oleh karena itu, saya ucapkan terima kasih saya kepada :
1. dr. Siti Masliana Siregar, Sp.THT-KL(K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
2. dr. Pinta Pudiyanti Siregar, M.Sc, Ph.D selaku pembimbing yang telah
berkenan memberikan saran, motivasi, bimbingan, dan waktu bagi penulis.
3. dr. Sri Wirya Ningsih, selaku kepala puskesmas Glugur Darat
4. dr. Reny Sustika, selaku pembimbing kami selama menjalani stase PH di
Puskesmas Glugur Darat
5. Serta pihak-pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang telah ikut
serta dalam membantu penelitian kami.
Akhir kata, kami berharap Allah berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu kami. Semoga penelitian ini membawa manfaat
dalam pengembangan ilmu pengetahuan
(Tim Penulis)
BAB 1
PENDAHULUAN
2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang ditandai dengan
adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan
140 mmHg dan diastolik diatas atau sama dengan 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup tenang
(istirahat).(Rahmatika 2021).
Hipertensi juga dikatakan sebagai suatu penekanan darah sistolik dan
diastolik yang tidak normal, batas yang tepat dari kelainan ini tidak pasti. Nilai
yang diterima dapat berbeda sesuai dengan jenis kelainan ini tidak pasti. Nilai
yang diterima dapat berbeda sesuai dengan jenis kelamin dan usia namun pada
umumnya sistolik yang berkisar 140-190 mmHg dan diastolik antara 90-95
mmHg dianggap merupakan garis batas hipertensi.(Nurhikmawati et al. 2020)
Hipertensi merupakan manifestasi gangguan keseimbangan hemodinamik
sistem kardiovaskuler, yang mana patofisiologinya adalah multifactor,
sehingga tidak bisa diterangkan dengan hanya satu mekanisme tunggal.
Menurut Kaplan, hipertensi banyak menyangkut faktor genetik, lingkungan
dan pusat-pusat regulasi hemodinamik. Bila disederhanakan, hipertensi adalah
interaksi cardiac output (CO) dan tahan perifer total. Semua definisi hipertensi
adalah kesepakatan berdasarkan bukti klinis (evidence based) atau
berdasarkan epidemiologi studi meta analisis. Sebab bila tekanan darah lebih
tinggi dari angka normal yang disepakati, maka risiko morbiditas dan
mortalitas kejadian kardiovaskular akan meningkat. Dimana pada hipertensi
tekanan darah harus persisten diatas atau sama dengan 140/90 mmHg.
(Nurhikmawati et al. 2020)
2.1.2 Etiologi Hipertensi
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Sekitar 80-95% kasus hipertensi merupakan hipertensi esensial,
yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah tanpa penyebab
yang spesifik. Hipertensi jenis ini tidak dapat disembuhkan, namun
dapat dikontrol. Kondisi seperti ini jarang menimbulkan gejala dan
sering tidak disadari, sehingga dapat menimbulkan morbiditas lain
seperti gagal jantung kongestif, hipertrofi ventrikel kiri, stroke, gagal
ginjal stadium akhir, atau bahkan kematian. Berikut beberapa faktor
resiko dari hipertensi esensial. (Adrian SJ, et al 2019)
1. Genetik
Hipertensi bersifat diturunkan atau bersifat genetik. Individu
dengan riwayat keluarga hipertensi mempunyai risiko dua kali
lebih besar untuk menderita hipertensi daripada orang yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi (D yuliana.2020)
2. Jenis kelamin dan usia
Laki-laki dan perempuan mempunyai risiko untuk menderita
hipertensi. Insidensi hipertensi meningkat seiring bertambahnya
usia. Laki-laki berumur kurang dari 45 tahun menderita hipertensi
paling banyak dibanding wanita, sedangkan risiko laki-laki dan
perempuan setelah umur 45 tahun terhadap hipertensi relatif sama.
3. Berat badan
Berat badan yang berlebih (obesitas) memiliki hubungan yang
bemakna dengan kejadian hipertensi. Kelebihan berat badan pada
laki-laki, menyumbang sekitar 26% kejadian hipertensi, sedangkan
sekitar 28% pada perempuan. Orang yang memiliki IMT tergolong
obesitas memiliki risiko sebesar 1,64 kali untuk menderita
hipertensi derajat 1 dibandingkan yang tergolong IMT normal,
sedangkan orang dengan obesitas sentral memiliki risiko sebesar
1,6 kali untuk menderita hipertensi derajat 1 dibandingkan dengan
yang tidak obesitas sentral. (D yuliana.2020)
4. Gaya hidup
Gaya hidup yang tidak sehat seperti kurang berolahraga,
mengonsumsi makanan cepat saji yang mulai sekarang sangat
mudah didapat, membuat konsumsi serat dan sayuran segar
berkurang, dan meningkatnya mengonsumsi lemak, gula, kalori,
dan garam. Untuk penderita hipertensi
berat diet rendah garam yang disarankan 200 sampai 400 mg
Na/hari sedangkan untuk penderita hipertensi tidak terlalu berat
diet rendah garam yang disarankan 600 sampai 800 mg Na/hari dan
untuk penderita hipertensi ringan diet rendah garam yang
disarankan adalah 1000 sampai 1200 mg Na/hari. (Pangaribuan R
N. 2020)
a. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi,
yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu
kondisi fisik yang ada sebelumnya. Secara mudah penyebab hipertensi
sekunder dapat diidentifikasi dengan singkatan ABCDE: A (Accuracy,
Apnea, Aldosteronism), B (Bruits, Bad Kidney), C (Cathecolamines,
Coarctation, Cushing syndrome), D (Drugs, Diet), dan E (Erythopoetin,
Endocrine disorders).
Salah satu penyebab terjadinya penyakit hipertensi sekunder adalah
penyakit ginjal yang biasanya disebut hipertensi renal. Hipetensi renal
yang terjadi dapat merupakan komplikasi dari hipertensi primer.
Hipertensi primer yang menetap dan tidak diobati dapat menyebabkan
kerusakan ginjal dan kemudian kerusakan ginjal dapat menyebakan
hipertensi menjadi lebih parah dan dapat menyebabkan komplikasi
lainnya.
Jika organ ginjal terganggu, maka fungsinya juga akan terganggu
bahkan bisa sampai berhenti, yang dapat menyebabkan peningkatan
resistensi peredaran darah ke ginjal, dan penurunan fungsi kapiler dari
glomerulus. Hal ini yang dapat menyebabkan iskemia yang merupakan
faktor utama penyebab terjadinya hipertensi. (IGY A 2019)
Hipertensi Dan/atau
derajat 3 ≥ 180 ≥ 110
Dan
Hipertensi ≥ 140 < 90
sistolik terisolasi
TD = tekanan darah
2.1.9 Komplikasi
2.1.10 Prognosis
METODE PENELITIAN
1. Faktor pola adalah jenis makanan yang Kuesioner baik >50% Ordinal
makan asin mengandung garam natrium Tidak baik
< 1 sendok teh <50%
seperti:keripik . Makanan
dan minuman dalam kaleng
seperti: sarden ,sosis,sayuran
serta buah-buahan dalam
kaleng,soft drink. Makanan
yang di awetkan
seperti:dendeng , abon, ikan
asin, udang kering, telur asin
selai kacang. Makanan yang
mengandung lemak jenuh
dan kolestrol Seperti: daging
babi mentega, makanan
bersantan, daging sapi dan
kambing dalam jumlah yang
banyak.
n= jumlah sampel
N= jumlah populasi
n=N
1+ N (e)2
n = 113
1+ 113 (0,012)
n = 113
1 + 1,13
n = 113
2,13
= 53,05
= 50
Mengajukan Judul
Sampel
Informed Consent
Mengisi Kuesioner
Berdasarkan tabel diatas didapati faktor pola makan asin dengan kategori
baik sebanyak 27 orang (54%) dan tidak baik sebanyak 23 orang (23%).
Berdasarkan tabel diatas didapati dari kategori jenis kelamin laki laki
sebanyak 21 orang (42%) dan perempuan sebanyak 29 orang (58%)
4.4 Pembahasan
Pada penelitian ini didapati faktor pola makan asin dengan kategori baik
sebanyak 27 orang (54%) dan tidak baik sebanyak 23 orang (23%). Pada
penelitian ini didapati tekanan darah dari kategori normal sebanyak 28 orang
(56%) dan hipertensi sebanyak 22 orang (44%).
Pada penelitian ini didapati dari kategori jenis kelamin laki laki sebanyak
21 orang (42%) dan perempuan sebanyak 29 orang (58%). Jenis kelamin juga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah. Berdasarkan
hasil penelitian perempuan cenderung menderita hipertensi daripada laki-laki.
Perempuan akan mengalami peningkatan risiko tekanan darah tinggi setelah
menopouse yaitu usia diatas 45 tahun. Menurut asumsi peneliti, perempuan
yang sudah mengalami menopause yang umurnya sudah memasuki usia tidak
produktif kebanyakan mengalami peningkatan atau risiko hipertensi dibanding
laki-laki pada umumnya (Hamzah, 2021).
Pada penelitian ini didapati dari kategori usia dewasa sebanyak 17 orang
(34 %) dan lansia sebanyak 33 orang (66%). Usia merupakan salah satu faktor
penting dalam mempengaruhi kesehatan seseorang, dimana semakin tua usia
maka akan di iringi juga dengan penurunan fungsi dari organ-organ dalam
tubuh salah satunya dalam mengontrol pola makan dan tekanan darah apabila
tidak di imbangi dengan gaya hidup yang tidak baik maka akan menimbulkan
berbagai penyakit kardiovaskuler akibat peningkatan tekanan darah. Semakin
bertambahnya usia lansia mereka juga akan semakin rentan mendapat penyakit
seperti hipertensi, itu karena adanya kebiasaan mengkonsumsi makanan
banyak natrium, maka dengan itu angka hipertensi lansia di wilayah kerja
Puskesmas Glugur Darat masih terbilang tinggi (Hamzah, 2021).
Pada penelitian ini didapai pekerjaan ibu rumah tangga sebanyak 9 orang
(18%), pegawai negeri sebanyak 11 orang (22%), pegawai swasta sebanyak 6
orang (12%), wiraswasta sebanyak 6 orang (12%), lainnya sebanyak 18 orang
(36%). Pekerjaan merupakan aktifitas yang dilakukan sehari-hari yang juga
dapat mempengaruhi tekanan darah dalam tubuh. Semakin sedikit pekerjaan
yang dilakukan maka semakin kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko
penderita hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang
yang kurang melakukan aktivitas fisik juga cenderung mempunyai frekuensi
denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih
keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus
memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri (Hamzah, 2021).
Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang ditandai dengan
adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan
140 mmHg dan diastolik diatas atau sama dengan 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup tenang
(istirahat).(Rahmatika 2021). Pada penelitan ini didapati dari 28 orang yang
mempunyai tekanan darah normal 25 diantaranya mempunyai kebiasaan
makan asin yang baik dan 3 orang tidak. Dari 22 orang dengan tekanan darah
yang tinggi 2 diantaranya mempunyai kebiasaan makan makanan asin yang
baik sedangkan 20 orang tidak. Berdasarkan hasil uji statistic didapati nilai
signfikansi sebesar 0.00 dengan p-value(<0.05) sehingga hipotesis dalam
penelitian ini dapat diterima. Pola makan masyarakat menunjukkan lebih
sering mengkonsumsi makanan tinggi natrium yang pada dasarnya lansia-
lansia tersebut tidak mengetahui makanan apa saja yang memicu
meningkatnya tekanan darah, yang juga sangat rentan terjadi pada lansia
karena pada usia lansia sistem kekebalan tubuh akan mengalami penuruan
fungsi dan gangguan pada pembuluh darah.
Konsumsi makanan asin atau banyaknya kandungan natrium dalam
makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat merupakan salah satu penyebab
hipertensi. Natrium yang diserap ke dalam pembuluh darah yang berasal dari
konsumsi garam yang tinggi mengakibatkan adanya retensi air, sehingga
volume darah meningkat. Asupan natrium yang tinggi akan menyebabkan
pengeluaran berlebihan dari hormon natrioretik yang secara tidak langsung
akan meningkatkan tekanan darah (Asiah, 2021).
Garam memiliki hubungan yang sebanding dengan timbulnya hipertensi.
Semakin banyak jumlah garam dalam tubuh, maka akan terjadi peningkatan
volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah. Di samping itu, konsumsi
garam dalam jumlah yang tinggi dapat mengecilkan diameter arteri, sehingga
jantung harus memompa lebih keras untuk mendorong volume darah yang
meningkat melalui ruang semangkin sempit akibatnya dapat menyebabkan
hipertensi (Asiah, 2021).
Hal ini sejalan dengan penelitian Elivia (2022) diperoleh p value sebesar
0,000 (lansia pada masa pandemi di Desa Wado. Data penelitian ini,
menunjukkan terdapat 25 responden dengan asupan natrium berlebih yaitu
lebih dari 1500 mg/hari. Jika dilihat dari kuantitasnya, responden dengan
asupan natrium berlebih pada responden yang memiliki hipertensi lebih besar
yaitu sebanyak 25 responden (73,5%) dibandingkan dengan asupan natrium
berlebih pada responden yang tidak hipertensi yaitu sebanyak 9 responden
(26,5%). Sedangkan responden dengan asupan natrium cukup yakni dengan 4
responden (20%) mengalami hipertensi dan 16 responden (80%) tidak
mengalami hipertensi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah menjelaskan tujuan dan
hipotesis dari penelitian ini, maka dapat di simpulkan bahwa :
1. Adanya hubungan yang bermakna antara faktor pola makan asin dengan
kejadian hipertensi dengan signfikansi sebesar 0.00 dengan p-
value(<0.05) sehingga hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima.
2. Terdapat 22 orang dengan tekanan darah yang tinggi 2 diantaranya
mempunyai kebiasaan makan makanan asin yang baik sedangkan 20
orang tidak.
5.2 Saran
1. Bagi Puskesmas Glugur Darat khususnya dokter agar lebih sering
dilakukan penyuluhan mengenai bahaya pola makan asin bagi hipertensi.
Dan bagi ahli gizi agar dapat di konsultasikan agar pasien dapat
memperbaiki pola makan sesuai standart diet hipertensi.
2. Bagi peneliti selanjutnya agar jumlah sampel lebih ditingkatkan dan perlu
adanya pengkajian lebih dalam tentang hubungan aktivitas lansia
terhadap penyakit hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
Rahmatika, Aufa Fitri. 2021. “Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi.”
Jurnal Medika Hutama 8(7):706–10.
Nurhikmawati, Syatirah Rizky Ananda, Hasta Handayani Idrus, Wisudawan, and Nurfachanti
Fattah. 2020. “JUrnal Hipertensi IJH Penerbit : Yayasan Citra Cendekia Celebes.” Indonesian
Journal of Health 1(November).
Adrian SJ, Tommy. Hipertensi Esensial : Diagnosis dan Tatalaksana Terbaru pada
Dewasa. Cermin Dunia Kedokt. 2019;46(3):172-178.
Marhabatsar, Nahda Syaidah, and ST. Aisyah Sijid. 2021. “Review: Penyakit Hipertensi
Pada Sistem Kardiovaskular.” Jurnal Bioligi (November):72–78.
Prayitnaningsih, S., Rohman, M. S., Sujuti, H., Abdullah, A. A. H., & Vierlia, W.
Sudarmin, H., Fauziah, C., & Hadiwiardjo, Y. H. (2022). Gambaran Faktor Resiko
Conference.Upnvj.Ac.Id,6(2),1–8.https://conference.upnvj.ac.id/index.php/sensorik/
article/view/2084
COVID-19.Journal.Um-Surabaya.Ac.Id,72–79.http://journal.um-surabaya.ac.id/
index.php/proceedingseries/article/view/13708
Asiah, N., Majid, R., Akifah (2021). Hubungan Konsumsi Makanan Asin, Merokok,
Aktivitas Olahraga dan Stres dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Lepo-Lepo Kota Kendari Tahun 2020. Jurnal Wins. Vol. 02. No. 03. Hal: 82-
89.
Hamzah, B., Akbar, H., Langingi, A.R.C., Hamzah, S.R. (2021). Analisis Hubungan Pola
Makan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia. Journal Health and Science. Vol. 05.
No. 01.
SPSS
tekanan darah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid normal 28 56.0 56.0 56.0
hipertensi 22 44.0 44.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
jenis kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
21 42.0 42.0 42.0
29 58.0 58.0 100.0
50 100.0 100.0
usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Dewasa 17 34.0 34.0 34.0
Lansia 33 66.0 66.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ibu rumah tangga 9 18.0 18.0 18.0
pegawai negeri 11 22.0 22.0 40.0
pegawai swasta 6 12.0 12.0 52.0
wiswasta 6 12.0 12.0 64.0
lainnya 18 36.0 36.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 31.897a 1 .000
Continuity Correctionb 28.750 1 .000
Likelihood Ratio 36.522 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 31.259 1 .000
N of Valid Cases 50
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.12.
b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran Kuesioner
Pertanyaan kuesioner (isi lah pertanyaan dibawah ini pengalam bapak ibu
dalam 1 bulan terakhir)
1. Apakah Anda suka makan makanan Kaleng (sarden, cornet) ≤ 3 kali dalam
seminggu?
2. Apakah Anda suka makan asinan buah ≤ 3 kali dalam seminggu?
3. Apakah Anda suka makan ikan asin(teri, gembung,cumi) 3 kali dalam
seminggu?
4. Apakah Anda suka makan makanan gorengan ≤3 kali dalam seminggu?
5. Apakah Anda suka makan mie instant lebih dari 3 kali dalam seminggu?
6. Apakah Anda suka makan makanan asin, sebutkan………( lebih dari 3
kali dalam seminggu
Lampiran Uji Valisitas dan Reabilitas Kuesioner
Correlations
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 TOTAL
Q1 Pearson Correlation 1 .750** .377* .374* .322 .421* .779**
Sig. (2-tailed) .000 .040 .041 .083 .020 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
** ** ** **
Q2 Pearson Correlation .750 1 .541 .498 .324 .614 .875**
Sig. (2-tailed) .000 .002 .005 .081 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
* **
Q3 Pearson Correlation .377 .541 1 .236 .115 .080 .562**
Sig. (2-tailed) .040 .002 .209 .544 .675 .001
N 30 30 30 30 30 30 30
Q4 Pearson Correlation .374* .498** .236 1 .535** .661** .731**
Sig. (2-tailed) .041 .005 .209 .002 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
Q5 Pearson Correlation .322 .324 .115 .535** 1 .716** .647**
Sig. (2-tailed) .083 .081 .544 .002 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
* ** ** **
Q6 Pearson Correlation .421 .614 .080 .661 .716 1 .768**
Sig. (2-tailed) .020 .000 .675 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
** ** ** ** ** **
TOTAL Pearson Correlation .779 .875 .562 .731 .647 .768 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.820 6