Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny.

P
DENGAN HIPETENSI DI RS. BHAYANGKARA
TEBING TINGGI TAHUN 2022

Laporan Praktek ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Praktek Lapangan Keperawatan Gerontik Kelas Ners Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Medan

OLEH:
FETTYANI SITUMORANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI NERS
2022
KATAPENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWTyang telah memberikan rahmatdan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “asuhan keperawatan
Gerontik pada Ny. P dengan hipertensi di RS. Bhayangkara Tebing Tinggi Tahun 2022 ”ini,
meskipunmasih jauh dari kesempurnaan.
Tujuan kami membuat laporan ini adalah untuk melengkapi salah satu tugas pada mata
kuliah Keperawatan Gerontik . Dalam kesempatan ini tak lupa kami mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Atas bantuan dan
dorongannya, semoga mendapat balasan dari Allah SWT, dan kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami khususnya serta bagi pembaca pada umumnya.
Karena sifat keterbatasan yang dimiliki, maka saran dan kritik yang membangun
sangatkami harapkan, dan semoga makalah ini dapat menjadi titik sumbangan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan .

Medan, 26 Agustus 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keperawatan adalah pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu,
keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan. Pelayanan asuhan
keperawatan yang dilaksanakan oleh tenaga keperawatan untuk kerjasama dengan petugas
kesehatan lainnya dalam rangka mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Proses
keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematik untuk mengkaji dan
mendiagnosa status kesehatan pasien/klien, merumuskan hasil yang dicapai, menentukan
intervensi dan mengevaluasi mutu dan hasil asuhan yang dilakukan terhadap pasien/klien.
Proses keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi
dan evaluasi.
Ageing process dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar akan
dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang, hanya lambat cepatnya proses tersebut
bergantung pada masing-masing individu. Secara individu, pada usia diatas 60 tahun terjadi
proses penuaan secara ilmiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial,
ekonomi, dan psikologis. Dengan bergesernya pola perekonomian dari pertanian ke industri
maka pola penyakit juga bergeser dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular atau
akibat penuaan (degeneratif).
Berbagai permasalahan kesehatan semakin banyak terjadi dan muncul khususnya pada
saat memasuki lansia. Pada usia lanjut akan terjadi berbagai kemunduran pada organ tubuh,
oleh sebab itu para lansia mudah sekali terkena penyakit seperti hipertensi. Hipertensi adalah
suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang
mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas).
(Triyanto E, 2014).
Menurut World Health Organization (WHO), batas normal tekanan darah adalah 120-140
mmHg sistolik dan 80-90 mmHg diastolik. Jadi seseorang disebut mengidap hipertensi jika
tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 95 mmHg, dan tekanan darah
perbatasan bila tekanan darah sistolik antara 140 mmHg-160 mmHg dan tekanan darah
diastolik antara 90 mmHg-95 mmHg (Poerwati, 2008) dalam (Hamid, 2014).

1.2. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan yang diharapkan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran umum tentang asuhan Keperawatan pada lansia dengan
masalah utama Hipertensi.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Dapat membuat pengkajian Asuhan Keperawatan gerontik dengan masalah Hipertensi.
b. Dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada Asuhan Keperawatan gerontik dengan
masalah Hipertensi.
c. Dapat membuat rencana keperawatan pada Asuhan Keperawatan gerontik dengan
masalah Hipertensi.
d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada Asuhan Keperawatan gerontik dengan
masalah Hipertensi.
e. Dapat melakukan evaluasi pada Asuhan Keperawatan gerontik dengan masalah
Hipertensi.
f. Dapat mendokumentasikan proses keperawatan pada Asuhan Keperawatan gerontik
dengan masalah Hipertensi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep Dasar


2.1.1. Defenisi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka
kematian (mortalitas). (Triyanto E, 2014)
Tekanan darah tinggi atau Hipertensi berarti tekanan tinggi di dalam arteri-arteri. Arteri-
arteri adalah pembuluh-pembuluh yang mengangkut darah dari jantung yang memompa ke
seluruh jaringan dan organ-organ tubuh. (Pudiastuti, 2016)
Penyakit darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah dan jantung
yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke
jaringan tubuh yang membutuhkannya (Pudiastuti R D, 2016).

2.1.2. Etiologi
Penyebab hipertensi dibagi 3 yaitu (Pudiastuti R D, 2016):
1. Secara genetis menyebabkan kelainan berupa:
a. Gangguan fungsi barostat renal
b. Sensitifitas terhadap konsumsi garam
c. Abnormalitas transportasi natrium kalium
d. Respon SSP (Sistem Saraf Pusat) terhadap stimulasi psiko-sosial
e. Gangguan metabolisme (glukosa, lipid, dan resistensi insulin)

2. Faktor lingkungan
a. Faktor psikososial: kebiasaan hidup, pekerjaan, stress mental, aktivitas fisik, status
sosial ekonomi, keturunan, kegemukan, dan konsumsi minuman keras
b. Faktor konsumsi garam
c. Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (cartison) dan beberapa obat
hormon, termasuk beberapa obat anti radang (anti-inflamasi) secara terus-menerus
(sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang, merokok dan minum minuman
beralkohol juga termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya
tekanan darah tinggi

3. Adaptasi struktural jantung serta pembuluh darah


a. Pada jantung: terjadi hypertropi dan hyperplasia miosit
b. Pada pembuluh darah: terjadi vaskuler hypertropi

2.1.3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pumbuluh darah terletak di pusat
vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jelas saraf simpatis, yang
berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergetar ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini
neuron pre-ganglion ke pumbuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pumbuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respon pumbuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriktor.
Pasien dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf
simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsangan emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktifitas vasokontriksi. Medula adrenal mensekresikan
efinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pumbuluh darah. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin (Aspiani,
2014).
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron
oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan volume intravaskular. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan terjadinya
hipertensi (Aspiani, 2014). Digital Repository Universitas Jember 19 Peningkatan tekanan darah
biasanya tidak teratur serta terjadi peningkatan secara terus menerus. Hipertensi biasanya
dimulai sebagai penyakit yang ringan lalu perlahan berkembang ke kondisi yang parah atau
berbahaya (Williams & Wilkins, 2011) dalam (Mulyadi, 2016). Gejala yang sering muncul pada
hipertensi salah satunya adalah nyeri kepala. Pada nyeri kepala yang diderita oleh pasien
hipertensi disebabkan karena suplai darah ke otak mengalami penurunan dan peningkatan
spasme pembuluh darah (Setyawan & Kusuma, 2014).
Perubahan struktur dalam arteri-arteri kecil dan arteriola menyebabkan penyumbatan
pembuluh darah. Bila pembuluh darah menyempit maka aliran arteri akan terganggu Price dan
Wilson, 2006 dalam (Setyawan & Kusuma, 2014). Hal tersebut mengakibatkan spasme pada
pembuluh darah (arteri) dan penurunan O2 (oksigen) yang akan berujung pada nyeri kepala
atau distensi dari struktur di kepala atau leher Kowalak, Welsh, dan Mayer, 2012 dalam
(Setyawan & Kusuma, 2014). Nyeri kepala atau sakit kepala merupakan gejala penting dari
berbagai kelainan tubuh organik maupun fugsional. (Ballenger, 2010) dalam (Mulyadi, 2016).
Nyeri kepala ini sering ditandai dengan sensasi prodromal misal mual, pengelihatan
kabur, auravisual, atau tipe sensorik halusinasi. Salah satu teori penyebab nyeri kepala migrain
ini akibat dari emosi atau ketegangan yang berlangsung lama yang akan menimbulkan reflek
vasospasme beberapa pembuluh arteri kepala termasuk pembuluh arteri yang memasok ke
otak. Secara teoritis, vasospasme yang terjadi akan menimbulkan iskemik pada sebagian otak
sehingga terjadi nyeri kepala. Hall, 2012 dalam (Mulyadi, 2016).

2.1.4. Manifestasi Klinis


1. Penglihatan kabur karena kerusakan retina
2. Nyeri pada kepala
3. Mual dan muntah akibat meningkatnya tekanan intrakranial
4. Edema dependent
5. Adanya pembengkakan karena meningkatnya tekanan kapiler
(Pudiastuti R D, 2016).

2.1.5. Penatalaksanaan
Pengobatan untuk Hipertensi bertujuan mengurangi morbiditas dan mortalitas dan
mengontrol tekanan darah. Dalam pengobatan Hipertensi ada 2 cara yaitu:
1. Pengobatan nonfarmakologik
Pengobatan ini dilakukan dengan cara:
a) Pengurangan berat badan: penderita Hipertensi yang obesitas dianjurkan untuk
menurunkan berat badan, membatasi asupan kalori dan peningkatan pemakaian kalori
dengan latihan fisik yang teratur
b) Menghentikan merokok: merokok tidak berhubungan langsung dengan Hipertensi
tetapi merupakan faktor utama penyakit kardiovaskuler.
c) Menghindari alkohol: alkohol dapat meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan
resistensi terhadap obat anti Hipertensi.
d) Melakukan aktivitas fisik: penderita Hipertensi tanpa komplikasi dapat meningkatkan
aktivitas fisik secara aman.
e) Membatasi asupan garam: kurangi asupan garam sampai kurang dari 100 mmol
perhari atau kurang dari 2,3 gram natrium atau kurang dari 6 gram NaCl.

2. Pengobatan Farmakologi
Pengobatan farmakologi pada setiap penderita Hipertensi memerlukan
pertimbangan berbagai faktor seperti beratnya Hipertensi, kelainan organ dan faktor resiko
lain. Berdasarkan cara kerjanya, obat Hipertensi terjadi beberapa golongan, yaitu diuretik
yang dapat mengurangi curah jantung, beta bloker, penghambat ACE, antagonis kalsium
yang dapat mencegah vasokonstriksi. Pada beberapa kasus, dua atau tiga obat Hipertensi
dapat diberikan. Pengobatan Hipertensi biasanya dikombinasikan dengan beberapa obat:
a. Diuretic (Tabel Hydrochlorothiazide (HCT), Lasix (Furosemide)). Merupakan golongan
obat Hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh via urine. Tetapi karena
potassium berkemungkinan terbuang dalam cairan urine, maka pengontrolan konsumsi
potasium harus dilakukan.
b. Beta-blockers (Atenolol (Tenorim), Capoten (Captropil)). Merupakan obat yang dipakai
dalam upaya pengontrolan tekanan darah melalui proses memperlambat kerja jantung
dan memperlebar (Vasodilatasi) pembuluh darah.
c. Calcium Channel blockers (Norvasc (amlopidine), Angiotensin Converting Enzyme
(ACE)). Merupakan salah satu obat yang biasa dipakai dalam pengontrolan darah
tinggi atau Hipertensi melalui proses relaksasi pembuluh darah yang juga memperlebar
pembuluh darah. (Pudiastuti R D, 2016).

2.1.6. Klasifikasi Hipertensi


Klasifikasi hipertensi juga banyak dungkapkan oleh para ahli, diantaranya WHO
menetapkan klasifikasi hipertensi menjadi tiga tingkat yaitu tingkat I tekanan darah meningkat
tanpa gela-gejala dari gangguan atau kerusakan sistem kardiovaskuler. Tingkat II tekanan
darah dengan gejala hipertrofi kardiovaskuler, tetapi tanpa adanya gejala-gejala kerusakan atau
gangguan dari alat atau organ lain. Tingkat III tekanan darah meningkat dengan gejala-gejala
yang jelas dari kerusakan dan ganggguan faal dari target organ. Sedangkan JVC VII, klasifikasi
hipertensi adalah :
Kategori Tekanan sistolik Tekanan diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal < 130 <85
Normal Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi :
Stage I (ringan) 140-159 90-99
Stage II (sedang) 160-179 100-109
Stage III (berat) 180-209 110-120

Berdasarkan penyebab Hipertensi dibedakan menjadi dua bagian yaitu:


a. Hipertensi Esensial/Hipertensi Primer
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (jika umur
bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari
pada perempuan), ras (ras kulit hitam lebih banyak dari ras kulit putih).
3. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi
garam yang tinggi (melebihi dari 30 gram), kegemukan atau makan berlebihan, stress,
merokok, minum alkohol, minum obat-obatan (Ephedrine, Prednison, Epineprin).
b. Hipertensi Sekunder
Jenis hipertensi ini penyebabnya dapat diketahui sebagai berikut:
1. Penyakit ginjal: glomerulonefritis, piyelonefritis, nekrosis tubular akut, tumor
2. Penyakit vaskuler: atreosklerosis, hyperplasia, thrombosis, aneurisma, emboli kolestrol
dan Vaskulitis
3. Kelainan endokrin: diabetes mellitus, hipertiroidisme, hipotiroidisme
4. Penyakit syaraf: stroke, encephalitis, sindrom gulian barre
5. Obat-obatan: kontrasepsi oral, kortikosteroid
(Aspiani, 2014)
2.1.7. Pemeriksaan Diagnosis
Pemeriksaan diagnostik pada klien dengan hipertensi meliputi:
b. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
c. Pemeriksaan retina
d. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung.
e. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri.
f. Urinalisasi untuk mengetahui protein dalam urin darah, glukosa
g. Pemeriksaan: renogram, pielogram dan penentuan kadar urin.
h. Foto dada dan CT scan.

2.2. Konsep Dasar Gerontik


2.2.1. Definisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua bukanlah
suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan
kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan
dari dalam dan luar tubuh, seperti didalam Undang-Undang No 13 tahun 1998 yang isinya
menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, telah
menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup makin
meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak diantara lanjut usia yang
masih produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada hakikatnya merupakan
pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu
waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses
alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua
(Nugroho, 2006).

2.2.2. Batasan Lansia


a. WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut:
1) Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,
2) Usia tua (old): 75-90 tahun, dan
3) Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.
b. Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga katagori, yaitu:
1) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,
2) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,
3) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan
masalah kesehatan.

2.2.1. Ciri-Ciri Lansia


Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut:
a. Lansia merupakan periode kemunduran.
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis.
Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang
memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan mempercepat
proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi,
maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
b. Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap lansia dan
diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih senang
mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi negatif, tetapi ada
juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap social
masyarakat menjadi positif.
c. Menua membutuhkan perubahan peran.
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam
segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri
bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan sosial di
masyarakat sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia
sebagai ketua RW karena usianya.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia.
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung mengembangkan
konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat
dari perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula. Contoh:
lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan
karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik diri
dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang rendah.

2.2.2. Perkembangan Lansia


Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di dunia.
Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan. Lansia merupakan istilah tahap akhir
dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua (tahap penuaan).
Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang
mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat
melakukan tugasnya sehari-hari lagi (tahap penurunan). Penuaan merupakan perubahan
kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan
kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan degeneratif
pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya.
Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai
penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain. Untuk menjelaskan
penurunan pada tahap ini, terdapat berbagai perbedaan teori, namun para ahli pada umumnya
sepakat bahwa proses ini lebih banyak ditemukan pada faktor genetik (Siti Nur Kholifah, 2016).

2.3. Konsep Asuhan Keperawatan


2.3.1. Pengkajian
Menurut Wajan (2011), pengkajian Hipertensi meliputi:
Riwayat Keperawatan
1. Keluhan: fatigue, lemah, dan sulit bernapas. Temuan fisik meliputi peningkatan frekuensi
denyut jantung, disritmia, dan takipnea.
2. Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit katup jantung, penyakit jantung koroner atau
stroke, episode palpitasi, serta berkeringat banyak.
Temuan fisik meliputi hal-hal berikut ini.
a. Tekanan darah tinggi (diukur secara serial).
b. Hipotensi postural akibat kebiasaan minum obat tertentu.
c. Nadi: meningkat pada arteri karotis, jugularis, pulsasi radialis, perbedaan denyut nadi
atau tidak ada denyut nadi pada beberapa area seperti arteri popliteal, posterior tibia.
d. Denyut apikal bergeser dan/atau kuat angkat.
e. Denyut jantung: takikardia, disritmia.
f. Bunyi jantung: S2 mengeras, S3 (gejala CHF dini).
g. Murmur: dapat terdengar jika ada stenosis atau insufisiensi katup.
h. Vascular bruit: terdengar di atas karotis, femoral, atau epigastrium (arteri stenosis),
distensi vena jugular (kongesti vena).
i. Perifer: suhu kulit dingin, warna kulit pucat, pengisian kapiler lambat (> 2 detik),
sianosis, diaphoresis, atau flushing (pheochromocytoma).
3. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, rasa marah kronis (mungkin
mengindikasikan gangguan cerebral). Temuan fisik meliputi kegelisahan, penyempitan
lapang perhatian, menangis, otot wajah tegang terutama di sekitar mata, menarik napas
panjang, dan pola bicara cepat.
4. Riwayat penyakit ginjal (obstruksi atau infeksi). Temuan fisik: produksi urine <50 ml/jam
atau oliguri.
5. Riwayat mengonsumsi makanan tinggi lemak atau kolestrol, tinggi garam, dan tinggi kalori.
Selain itu, juga melaporkan mual, muntah, perubahan berat badan, dan riwayat pemakaian
diuretik. Temuan fisik meliputi berat badan normal atau obesitas, edema, kongesti vena,
distensi vena jugularis, dan glikosuria (riwayat diabetes melitus).
6. Neurosensori: melaporkan serangan pusing/pening, sakit kepala berdenyut di suboksipital,
episode mati-rasa, atau kelumpuhan salah satu sisi badan. Gangguan visual (diplopia-
pandangan ganda atau pandangan kabur) dan episode epistaksis.
Temuan fisik: perubahan status mental meliputi kesadaran, orientasi, isi dan pola pembicaraan,
efek yang tidak tepat, proses pikir dan memori.
Respons motorik: penurunan refleks tendon, tangan menggenggam.
Fundus optik: pemeriksaan retina dapat ditemukan penyempitan atau sklerosis arteri, edema
atau papiledema (eksudat atau hemoragi) tergantung derajat dan lamanya hipertensi.
7. Melaporkan angina, nyeri intermitten pada paha-claudication (indikasi arteriosklerosis pada
ekstremitas bawah), sakit kepala hebat di oksipital, nyeri atau teraba massa di abdomen
(pheochromocytoma).
8. Respirasi: mengeluh sesak napas saat aktivitas, takipnea, orthopnea, PND, batuk dengan
atau tanpa sputum, riwayat merokok. Temuan fisik meliputi sianosis, penggunaan otot
bantu pernapasan, terdengar suara napas tambahan (ronkhi, rales, wheezing).
9. Melaporkan adanya gangguan koordinasi, paresthesia unilateral transient episodic,
penggunaan kontrasepsi oral.

Studi Diagnostik
1. Hitung darah lengkap (Complete Blood cells Count) meliputi pemeriksaan hemoglobin,
hematokrit untuk menilai viskositas dan indikator faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas,
anemia.
2. Kimia darah.
a. BUN, kreatinin: peningkatan kadar menandakan penurunan perfusi atau faal renal.
b. Serum glukosa: hiperglisemia (diabetes melitus adalah presipitator hipertensi) akibat
dari peningkatan kadar katekolamin.
c. Kadar kolestrol atau trigliserida: peningkatan kadar mengindikasikan predisposisi
pembentukan plaque atheromatus.
d. Kadar serum aldosteron: menilai adanya aldosteronisme primer.
e. Studi tiroid (T3 dan T4): menilai adanya hipertiroidisme yang berkontribusi terhadap
vasokontriksi dan hipertensi.
f. Asam urat: hiperuricemia merupakan implikasi faktor risiko hipertensi.
3. Elektrolit.
a. Serum potassium atau kalium (hipokalemia mengindikasikan adanya aldosteronisme
atau efek samping terapi diuretik).
b. Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap hipertensi.
4. Urine.
a. Analisis urine adanya darah, protein, glukosa dalam urine mengindikasikan disfungsi
renal atau diabetes.
b. Urine VMA (catecholamine metabolite): peningkatan kadar mengindikasikan adanya
pheochromacytoma.
c. Steroid urine: peningkatan kadar mengindikasikan hiperadrenalisme,
pheochromacytoma, atau disfungsi pituitary, Sindrom Cushing’s; kadar renin juga
meningkat.
5. Radiologi.
a. Intra Venous Pyelografi (IVP): mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti renal
pharenchymal disease, urolithiasis, benign prostate hyperplasia (BPH).
b. Rontgen toraks: menilai adanya kalsifikasi obstruktif katup jantung, deposit kalsium
pada aorta dan pembesaran jantung.
6. EKG: menilai adanya hipertrofi miokard, pola strain, gangguan konduksi atau disritmia.

2.3.1. Diagnosa Keperawatan Gerontik


Diagnosa keperawatan menurut Wajan (2011):
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan O2
2. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pola hidup monoton
4. Koping keluarga inefektif berhubungan dengan perubahan hidup beragam, krisis situasional
dan sistem pendukung tidak adekuat
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan recana pengobatan berhubungan dengan
kurangnya informasi dan keterbatasan kognitif
6. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan after
load dan vasokontriksi

2.3.2. Perencanaan/Implementasi
Diagnosa Keperawatan 1
Tujuan:
Intoleransi aktivitas dapat teratasi.
Kriteria hasil:
 Mampu berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan
 Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur
 Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri
 Kaji respons pasien terhadap  Menyebutkan parameter membantu
aktivitas, perhatikan frekuensi nadi dalam mengkaji respons fisiologi
lebih dari 20 x/i diatas frekuensi terhadap stres aktivitas
istirahat, dispnea (nyeri dada),
keletihan dan kelemahan yang
berlebihan, diaforesis dan pusing
 Instruksikan pasien tentang teknik  Teknik menghemat energi
penghematan energi mis: mengurangi penggunaan energi
menggunakan kursi saat mandi, juga membantu keseimbagan
duduk saat menyisir rambut dan antara suplai dan kebutuhan
menyikat gigi serta melakukan oksigen
aktivitas dengan perlahan
 Berikan dorongan untuk melakukan  Kemajuan aktifitas bertahap
aktivitas perawatan diri bertahap mencegah peningkatan kerja
jika dapat ditoleransi dan beri jantung tiba-tiba
bantuan sesuai kebutuhan

Diagnosa Keperawatan 2
Tujuan:
Nyeri teratasi.
Kriteria hasil:
 Mampu melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang dan terkontrol
 Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan
 Megikuti regiment farmakologi yang diresepkan
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri
 Mempertahankan tirah baring  Meminimalkan stimulasi/
selama fase akut meningkatkan relaksasi
 Berikan tindakan non farmakologi  Tindakan yang menurunkan
untuk menghilangkan sakit kepala, tekanan vaskular serebral dan yang
mis: kompres dingin pada dahi, memperlambat/memblok respons
pijat punggung dan leher simpatis efektif dalam
menghilangkan sakit kepala dan
komplikasinya
 Hilangkan/meminimalkan aktivitas  Aktivitas yang meningkatkan
vasokontriksi yang dapat vasokontriksi menyebabkan sakit
meningkatkan sakit kepala mis: kepala pada adanya peningkatan
saat BAB, batuk panjang dan tekanan vaskular serebral
membungkuk
 Bantu pasien dalam ambulasi  Pusing dan penglihatan kabur
sesuai kebutuhan sering berhubungan dengan sakit
kepala, pasien juga dapat
mengalami episode hipotensi
postural
 Berikan cairan, makanan lunak,  Meningkatkan kenyamanan umum
perawatan mulut yang teratur bila
terjadi perdarahan hidung

Intervensi Rasionalisasi
Kolaborasi
 Berikan sesuai indikasi analgesik  Menurunkan/mengontrol nyeri dan
menurunkan rangsang sistem saraf
simpatik
 Antiansietas, mis: lorazepam  Dapat mengurangi tegangan dan
(ativan), diazepam (valium) ketidaknyamanan yang diperberat
oleh stress

Diagnosa Keperawatan 3
Tujuan:
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi.
Kriteria hasil:
 Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan
 Menunjukkan perubahan pola makan, mis: pilihan makanan, kuantitas dan
mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan optimal
 Melakukan/mempertahankan program olah raga yang tepat secara individual
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri
 Kaji pemahaman klien tentang  Kegemukan adalah resiko
hubungan langsung antara tambahan pada tekanan darah
hipertensi dan kegemukan tinggi karena disproporsi antara
kapasitas aorta dan peningkatan
curah jantung berkaitan dengan
peningkatan massa tubuh
 Bicarakan pentingnya menurun  Kesalahan kebiasaan makan
masukan kalori dan batasi menunjang terjadinya
masukan lemak, garam dan gula aterosklerosis dan kegemukan
sesuai indikasi yang merupakan predisposisi untuk
hipertensi dan komplikasinya
 Tetapkan keinginan klien  Motivasi untuk penurunan berat
menurunkan berat badan badan adalah internal. Individu
harus berkeinginan untuk
menurunkan berat badan, bila tidak
maka program sama sekali tidak
berhasil
 Kaji ulang masukan kalori harian  Mengidentifikasi kekuatan/
dan pilihan diet kelemahan dalam program diit
terakhir yang membantu dalam
menentukan kebutuhan individu
untuk penyesuaian
 Dorong pasien untuk  Memberikan data dasar tentang
mempertahankan masukan keadekuatan nutrisi yang dimakan
makanan harian termasuk kapan dan kondisi emosi saat makan
dan dimana dilakukan dan
lingkungan dan perasaan sekitar
saat makanan dimakan

Intervensi Rasionalisasi
Kolaborasi
 Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi  Memberikan konseling dan bantuan
dengan memenuhi kebutuhan diet
individu

Diagnosa Keperawatan 4
Tujuan:
Koping keluarga menjadi efektif.
Kriteria hasil:
 Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya
 Menyatakan kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi
 Mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk
menghindari/mengubahnya
 Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan/metode koping efektif
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri
 Kaji keefektifan strategi koping  Mekanisme adaptif perlu untuk
dengan mengobservasi perilaku mengubah pola hidup seseorang
mis: kemampuan menyatakan dan mengintegrasikan terapi yang
perasaan dan perhatian dan diharuskan ke dalam kehidupan
keinginan berpartisipasi dalam sehari-hari
rencana pengobatan
 Catat laporan gangguan tidur,  Manifestasi mekanisme koping
peningkatan keletihan, kerusakan maladaptif mungkin merupakan
konsentrasi peka rangsangan dan indikator marah yang ditekan dan
ketidakmampuan untuk mengatasi/ diketahui telah menjadi penentu
menyelesaikan masalah utama TD diastolik
 Bantu pasien untuk  Pengenalan terhadap stresor
mengidentifikasi stresor spesifik adalah langkah pertama dalam
dan kemungkinan strategi untuk mengubah respons seseorang
mengatasinya terhadap stressor
 Libatkan pasien dalam  Keterlibatan memberikan pasien
perencanaan perawatan dan beri perasaan kontrol diri yang
dorongan partisipasi maks berkelanjutan dan dapat
meningkatkan kerja sama dalam
regiment terapeutik

Diagnosa Keperawatan 5
Tujuan:
Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi dan rencana pengobatan teratasi.
Kriteria hasil:
 Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan
 Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan
 Mempertahankan TD dalam parameter normal
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri
 Kaji kesiapan dan hambatan dalam  Kesalahan konsep dan menyangkal
belajar termasuk orang terdekat diagnosa karena perasaan
sejahtera yang sudah lama
dinikmati mempengaruhi minat
orang terdekat untuk mempelajari
penyakit, kemajuan dan prognosis
 Tetapkan dan nyatakan batas TD  Memberikan dasar untuk
normal dan jelaskan tentang pemahaman tentang peningkatan
hipertensi dan efeknya pada TD dan mengklasifikasi istilah
jantung, pembuluh darah, ginjal dan medis yang sering digunakan
otak
 Bantu pasien dalam  Faktor-faktor resiko ini telah
mengidentifikasi faktor-faktor resiko menunjukkan hubungan dalam
kardiovaskuler yang dapat diubah, menunjang hipertensi dan penyakit
mis: obesitas, diet tinggi lemak kasdiovaskular serta ginjal
jenuh, kolesterol dan pola hidup
monoton, merokok

Diagnosa Keperawatan 6
Tujuan:
Penurunan curah jantung teratasi.
Kriteria hasil:
 Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD/beban kerja jantung
 Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima
 Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri
 Pantau TD, ukur pada kedua  Perbandingan dari tekanan
tangan/paha untuk evaluasi awal. memberikan gambaran yang lebih
Gunakan ukuran manset yang tepat lengkap tentang keterlibatan
dan teknik yang akurat masalah vaskuler
 Catat keberadaan, kualitas  Denyutan karotis, jugularis, radialis
denyutan sentral dan perifer dan femoralis mungkin teramati/
terpalpasi. Denyut pada tungkai
mungkin menurun mencerminkan
efek dari vasokonstriksi
 Amati warna kulit, kelembaban,  Adanya pucat, dingin, kulit lembab
suhu dan masa pengisian kapiler dan masa pengisian kapiler lambat
mungkin berkaitan dengan
vasokonstriksi
 Catat edema umum/tertentu  Dapat mengindikasikan gagal
jantung, kerusakan ginjal/vaskuler
 Berikan lingkungan tenang,  Membantu untuk menurunkan
nyaman, kurangi aktifitas/keributan rangsang simpatis, meningkatkan
lingkungan. Batasi jumlah relaksasi
pengunjung
 Pertahankan pembatasan aktifitas  Menurunkan stres dan ketegangan
mis: istirahat di tempat tidur, jadwal yang mempegaruhi tekanan darah
periode istirahat tanpa gangguan dan perjalanan penyakit hipertensi
dan bantu pasien melakukan
aktivitas perawatan diri sesuai
kebutuhan

2.3.3. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses yang terencana dan sistematis dalam mengumpulkan,
mengorganisasi, menganalisis, dan membandingkan status kesehatan pasien dengan kriteria
hasil yang diinginkan. Evaluasi adalah aktivitas yang terus-menerus, berkelanjutan, dan
terencana yang melibatkan pasien, keluarga, perawat dan anggota tim kesehatan lain
(Christensen & Kenney, 2009). Evaluasi memiliki beberapa tujuan. Tujuan utamanya adalah
menentukan kemajuan pasien dalam mencapai kriteria hasil yang sudah dirancang. Tujuan
penting lainnya adalah menilai efektivitas komponen proses keperawatan dalam membantpu
Pasien mencapai kriteria hasil (Christensen & Kenney, 2009).
Evaluasi melibatkan perbandingan respons pasien saat ini dengan perilaku dasar untuk
menentukan kemajuan pasien dalam mencapai tujuan jangka pendek dan jangka panjang.
Penilaian mengenai kemajuan pasien dibuat dengan menganalisis dan menilai data objektif dan
subjektif oleh perawat, pasien, keluarga, dan anggota tim. Jika kemajuan tidak cukup dalam
mencapai kriteria hasil, maka pasien dan perawat memperbaiki rencana asuhan (Christensen &
Kenney, 2009).
FORMAT
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Nama Mahasiswa : Fettyani Situmorang


NIM : P07520321009

I. PENGKAJIAN
DataDemografiPasien
Nama : Ny. P
T.T.L : Bakaran Batu
Jenis Kelamin : perempuan
Suku : Batak Toba
PendidikanTerakhir : SMA
Agama : Kristen protestan
StatusPerkawinan : cerai mati
TB/BB : 153 / 50
Alamat/No.Tlp : Bakaran Batu
Orang Terdekat : ponakan
yangdihubungi
Hubungan : ponakan
Alamat : Bakaran Batu dusun III
No.Telp :-
:
RiwayatKeluarga
Pasangan(Hidup)
StatusPernikahan : Cerai mati
Umur : 72 tahun
Pekerjaan
Pasangan(meninggal)
Tahunmeninggal : 2009
PenyebabKematian : sakit DM
AnakAnak :-
RiwayatPekerjaan
PekerjaanSaatini : Petani
Pekerjaansebelumnya :-
Sumberpendapatandank : bertani
ecukupan
RiwayatLingkunganhidup
Tipetempattinggal : permanen
Jumlahkamar :2
Jumlahorangserumah :2
:
RiwayatRekreasi
Hobi/Minat : nyanyi
Liburan/ Jarang liburan
perjalananataurekrasi
lainnya
SistemPendukungKesehatan
Dokter,perawat, klinik, : ke puskesmas terdekat dan perawat atau bidan terdekat
dan

perawatankesehatandipa
nti
Deskripsikekhususan
Hari khsusu : berdoa sebelum tidur
yangdirayakan,
kebiasaan
kebiasaan

khusus,kebiasansebelum
tidur
StatusKesehatanSaatini
KeluhanUtamaSaatini : Os datang dengan keluhan sakit kepala, terasa berkunang kunang
dan sakit kepala daerah belakang dialami os dua hari ini .
RiwayatkeluhanUtama : sakit kepala dan terasa tegang dileher

Pengetahuan/ : Ny. P merasa cemas dan kurang mengetahui penyakit yang


pemahaman terhadap dialami saat ini
masalahkesehatanyangdi
alami
Obat obatan yang :amlodipin 5 mg
dikonsumsi(namadosis,ta
nggalresepdiperoleh)
Statuskesehatanumumsel : dalam satu tahun terakhir os. Mengatakan tidak ada sakit.
amasetahunterakhir
Statuskesehatanumumsel : pasien mengatakan pernah terjatuh ditangga rumah sakit saat
ama5tahunterakhir mengunjungi saudara yang sakit dan mengalami patah tulang
PolaPolaKebiasaan
PolaMakan : teratur
Pola Eliminasiurine : normal
Poleeliminasibowel : normal

PolaAktivitas : normal
Pola Tidur : cukup
PolaPersonalHygiene : bersih
PemeriksaanFisik
TTV TD: 160/100 N: 88 RR : 20 S: 35,8

KeadaanUMUM(bericheckuntukgejalayangdialami) YA TIDAK
MudahLelah 
MerasaBBmenurun 
NafsuMakanmenurun 
Nafsumakanmeningkat 
Demam 
Keringatmalam 
Gangguantidur 
Seringpilek 
Integumen(bericheckuntukgejalayangdialami) YA TIDAK
Lesi/lukapadakulit 
Pruritus 
Perubahanwarnakulit 
Perubahanteksturkulit 
Seringmemar 
Penyembuhanlukalambat 
Hempoetik(bericheckuntukgejalayangdialami) YA TIDAK
Perdarahanabnormal(gusi,feses,urine) 
Pembengkakankelenjarlimfe 
Anemia 
Riwayattransfusidarah 
Kepala(bericheckuntukgejalayangdialami) YA TIDAK
Sakitkepala/Nyerikepala 
Traumakepalamasalalu 
Gatalgataldi kulitkepala 
Rambutrontok/mudahtercabutdanpatah 
Kulitkepalabersih 
Rambutbersihdanbersinar 
Mata(beri checkuntukgejalayangdialami) YA TIDAK
Perubahanpengilhatan 
MenggunakanKacamata 
Nyeripadamata 
Airmataberlebihan 
Bengkakdisekitarmata 
Diplopia 

MataKabur 
Telinga(bericheckuntukgejalayangdialami) YA TIDAK
Penurunanpendengaran 
Tinitus 
Vertigo 
Alatbantudengar 
Hidung/Sinus(bericheckuntukgejalayangdialami) YA TIDAK
Rinorea 
Epistaksis 
Polip 
Mendengkur 
Nyeripadasinus 
Riwayatinfeksi 
Mulut/Tenggorokan(bericheckuntukgejalayangdialami) YA TIDAK
Sakittenggorokan 
Lesi/lukapadamulut 
Perubahansuara 
Kesulitanmenelan 
Perdarahanpadagusi 
Karies 
Gigipalsu 
Sakit gigi 
Leher(bericheckuntukgejalayangdialami) YA TIDAK
Kekakuanleher 
Nyeritekan 
Benjolan/masapadaleher 
Keterbatasangerak 
Pembesarankelenjartiroid 
Payudara(bericheckuntukgejalayangdialami) YA TIDAK
Benjolanabnormalpadapayudara 
Nyeritekan 
Bengkak 
Keluarcairandariputingsusu 
Perubahanbentukputingsusu 
Respirasi(bericheckuntukgejalayangdialami) YA TIDAK
Batuk 
SesakNapas 
Hemoptisis 
Sputum 
Ronchi 
Whezing 
Kardiovaskuler(bericheckuntukgejalayangdialami) YA TIDAK

Nyeridada/ketidaknyamanan 
Palpitasi 
Sesaknapas 
Dispneupadaaktivitas 
Dispneunokturnalproksimal 
Ortopnea 
Mur mur 
Edema 
Varises 

Gastrointestinal(bericheckuntukgejalayangdialami) YA TIDAK
Disfagia 
Nyeriuluhati 
Mualdanmuntah 
Hematemesis 
Perubahannafsumakan 
Ikterik 
Benjolan/masa 
Diare 
Konstipasi 
Melena 
Hemoroid 
Perdarahanrektum 
Genitourinaria(bericheckuntukgejalayangdialami) YA TIDAK
Disuria 
Retensiurin 
Inkontinensiaurin 
Poliuria 
Oliguria 
Nyerisaatberkemih 
Neurologi(bericheckuntukgejalayangdialami) YA TIDAK
Sakitkepalamigrain 
Kejang 
Sinkope 
Paralisis 
Tremor 
Parastesia 
Riwayatciderakepala 
Gangguankordinasi 
Gangguanmemori 
Endokrin(bericheckuntukgejalayangdialami) YA TIDAK
Intoleransiterhadappanas 

Intolernasiterhadapdingin 
Goiter 
Pigmentasikulit 
Perubahan rambut 
Polifagia 
Polidipsia 
Poliuria 
ReproduksiPria (bericheckuntukgejalayangdialami) YA TIDAK
Lesi 
Nyeritestikuler 
Masatestikuler 
Masalahprostat 
Penyakitkelamin 
Perubahanaktivitasseksual 
ReproduksiWanita(bericheckuntukgejalayangdialami) YA TIDAK
Lesi 
Dispareunia 
Nyeripelvik 
Pedarahan 
Penyakitkelamin 
Menopause 
Riwayah operasi 
Psikososial(bericheckuntukgejalayangdialami) YA TIDAK
Cemas 
Depresi 
Insomnia 
Menangis/sedih 
Gugup 
Takut 
Sulitkosentrasi 
Marah 

PemeriksaanStatusFungsionalLansia/TingkatKetergantunganLansia(IndeksADL’sBarthel)

Pemeriksaan inidilakukan untuk mengetahui tingkat ketergantunag lansia dalam


terhadaporanglaindalammemenuhikebutuhanADLnya.
Prosedurpemeriksaan:lingkariskoryangsesuaidengankondisipasien,lalujumlahkantotalskor.
Skor20=lansiamandiri, 12–19=ketergantunganringan,9–11=ketergantungansedang,5–
8=ketergantunganberat,0-4= ketergantungantotal.

Aktivitas Kemampuan Skor


Makan Mandiri 2
Perlubantuanm orang lain untuk memotong 0
akanan
Tergantungpenuhpadapertolonganoranglain 1
Berpakaian Mandiri 2
Sebagiandibantu 1
Tegantungoranglain 0
Mandi Mandiri 1
Tergantungoranglain 0
Berjalan/mobilisasi Mandiri 3
Dibantusatuorang/walker 2
Dengankursiroda 1
Tidakmampu 0
Transfer(tidur>>>duduk) Mandiri 3
Dibantusatuorang 2
Dibantuduaorang 1
Tidakmampu 0
Naikturuntangga Mandiri 2
Perlupertolongan 1
Tidakmampu 0
MengontrolBAB Kontinenteratur 2
Kadangkadanginkontinen 1
Inkontinen 0
MengontrolBAK Kontinenteratur 2
Kadangkadanginkontinen 1
Inkontinen 0
Menggunakantoilet(pergike/ Mandiri 2
daritoilet,melepas/ Perlupertolongan 1
mengenakacelana,menyekadanmenyir Tergantungoranglain 0
am)
Membersihkandiri(lapmuka,sisirra Mandiri 1
mbut,sikatgigi) Perlupertolongan 0
TOTALSKOR 20
Kesimpulan: lansia mandiri

Pengkajian Status Kognitif Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)


Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kognitif lansia yang berhubungan
denganmemorijangkapendek.
Prosedur pemeriksaan : tuliskan jawaban lansia pada kotak yang tersedia sesuai
pertanyaan,dan beri nilai ”+” untuk jawaban yang benar, dan nilai ”-” untuk jawaban yang
salah atau tidaktau.Hitung jumlahnilai”-”.
Total kesalahan ”-” 0 -2 = fungsi intelektual utuh, kesalahan 3-4 = kerusakan intelektual
ringan,kesalahan5–6=kerusakanintelektualsedang,kesalahan7–
10=kerusakanintelektualberat.

No Pertanyaan Jawaban Nilai(+/-)


1 Tanggalberapahariini? 1 september 2022 +
2 Hari apasekarang? Kamis +
3 Apanamatempatini? Desa Bakaran batu +
4 Berapanomorteleponanda. Nomor telpon tidak ada. +
Dimana alamat anda (jika Tapi alamat rumah bakaran batu

tidakmemilikinomortelepon)
5 Berapaumurandasekarang? 72 tahun +
6 Kapanandalahir? Tahun 1950 +
7 Siapapresidenindonesiasekarang? Jokowi +
8 Siapanamapresidensebelumnya? SBY +
9 Siapanamakecilibuanda? Ny. A +
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap Tidak tau _
pengurangan3darisetiapangkaba
rusemuasecaramenurun
TotalNilaiKesalahan(-) :1

Kesimpulan: fungsi intelektual utuh

Pengkajian Inventaris Depresi BECK


Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat depresi yang dialami lansia.
Prosedur pemeriksaan : lingkari angka sesuai uraian atau jawaban lansia pada masing masing
komponen pemeriksaan dan hitung total akhir skore.
Total Skore 0–4= tidak ada depresi, 5–7= depresi ringan, 8–15=depresi sedang, 16+=depresi
berat
Skore
Uraian
A.Kesedihan

3 Sayasangatsedih/tidakbahagiadimanasayatakdapatmenghadapinya.

2 Sayagalau/sedihsepanjangwaktudan sayatidakdapatkeluardarinya.
1 Sayamerasasedihatau galau.
0 Saya tidak merasa sedih.
B.Pesimisme
3 Sayamerasabahwamasadepanadalahsia-siadansesuatutidakdapatmembaik.
2 Sayamerasatidakmempunyaiapa-apauntukmemandangkedepan.
1 Sayamerasaberkecilhatimengenaimasadepan.
0 Sayatidakbegitupesimisatau kecilhatitentangmasadepan.
C.RasaKegagalan
3 Sayamerasabenar-benargagalsebagaisebagaiorangtua.(suami/istri)
2 Bilamelihatkehidupan kebelakang, semuayangdapatsayalihathanyakegagalan.
1 Sayamerasatelahgagalmelebihiorangpadaumumnya.
0 Sayatidakmerasagagal.
D.KetidakPuasan
3 Sayatidakpuasdengansegalanya.
2 Sayatidaklagimendapatkankepuasandari apapun.
1 Sayatidakmenyukaicarayangsayagunakan.
0 Sayatidakmerasatidakpuas.
E.RasaBersalah
3 Sayamerasaseolah-olahsangatburukatautakberharga.
2 Sayamerasasangatbersalah.
1 Sayamerasaburuk/takberharga sebagaibagiandariwaktuyangbaik.
0 Sayatidakmerasabenar-benarbersalah.
F.TidakMenyukaiDiriSendiri
3 Sayabencidirisayasendiri.
2 Sayamuakdengandirisayasendiri.
1 Sayatidaksukadengan dirisayasendiri.
0 Sayatidakmerasakecewadengandirisendiri.
G.MembahayakanDiriSendiri
3 Sayaakanmembunuhdirisayasendirijikasayamempunyaikesempatan.
2 Sayamempunyairencanapastitentangtujuanbunuhdiri.
1 Sayamerasalebih baikmati.
0 Sayatidakmempunyaipikiran-pikiranmengenaimembahayakandirisendiri.
H.MenarikDiridariSosial

3 Sayatelahkehilangansemuaminatsayapadaoranglaindantidakperdulipadamerekasem
uanya.
2 Sayatelahkehilangansemuaminatsayapadaoranglaindanmempunyaisedikitperasaanp
ada mereka.
1 Sayakurangberminatpadaoranglaindaripadasebelumnya.
0 Sayatidakkehilanganminatpadaoranglain
I.Keragu-raguan

3 Sayatidakdapatmembuatkeputusan samasekali.
2 Sayamempunyaibanyakkesulitandalammembuatkeputusan.
1 Sayaberusahamengambilkeputusan.
0 Sayamembuatkeputusanyangbaik.
J.Perubahan GambaranDiri
3 Sayamerasabahwasayajelekatautampakmenjijikkan.
2 Sayamerasabahwaaadaperubahan-perubahanyangpermanen
dalampenampilansayadaninimembuatsayatakmenarik.
1 Sayakhawatirbahwasayatampaktuaatautakmenarik.
0 Sayatidakmerasabahwasayatampaklebihburukdaripadasebelumnya.
K.Kesulitan Kerja

3 Sayatidakmelakukanpekerjaansamasekali.
2 Sayatelahmendorongdirisayasendiridengan kerasuntukmelakukansesuatu.
1 Sayamemerlukanupayatambahanuntukmulaimelakukansesuatu.
0 Sayadapatbekerjakira-kirasebaik sebelumnya.
L.Keletihan
3 Sayasangatlelahuntukmelakukansesuatu.
2 Sayamerasalelahuntukmelakukansesuatu.
1 Sayamerasa lelahdariyangbiasanya.
0 Sayatidakmerasalebihlelahdaribiasanya.
M.Anoreksia
3 Sayatidaklagimempunyainapsumakansamasekali.
2 Napsumakansayasangatmemburuksekarang.
1 Napsumakansayatidaksebaiksebelumnya.
0 Napsu makansayatidakburukdariyangbiasanya.
DariBeckAT,BeckRW: Screeningdepresedpatients infamilypractice(1972)
Total Skore : 4 Kesimpulan: tidak ada depresi

PengkajianAPGARKeluargadenganLansia
Pemeriksaaninidilakukanuntukmengetahuifungsisosialisasilansia.
Prosedurpemeriksaan:berikanskorepadamasingmasingjawabanlansiadenganskore0jikatidakp
ernah,1jikakadangkadang,dan 2jikaselalu.Hitungtotalskoredaninterprestasikan.
Totalskore<3=disfungsikeluargasangattinggi,skore4–6=disfungsikeluargasedang,7–10
=fungsisosialisasikeluargasehat

No Fungsi Uraian Skore


1 Adaption Sayapuasbahwasayadapatkembalibersamateman 2
teman/ keluargasaya untukmembantu pada
waktusesuatumenyusahkansaya
2 Paetherenship Sayapuasdengan caratemanteman/keluargasaya 2
membicarakandanmendukungkeinginanansayauntukmelaku
kanaktivitas
3 Growth Sayapuasbahwatemanteman/ 2
keluargasayamenerimadanmendukungkeinginansayamelaku
kanaktivitas
4 Affection Saya puas bahwa teman teman/ keluarga saya 1
mengekspresikanefekdanmereseponterhadapemosiemosisa
yasepertimarah,sedihataumencintai
5 Resolve Sayapuas dengancaratemanteman/ 2
keluargasayadansayamenyediakanwaktubersamasama
DariSmilksteinG1982
TotalSkore 9

Kesimpulan: fungsi sosialisasi keluarga sehat

II. DIAGNOSISKEPERAWATAN
2.1 ANALISISDATA
No Data Masalah Etiologi
1. Data Subjektif: Krisis situasional dan/atau Ansietas
— Klien mengatakan susah tidur maturasional
— Kien mengatakan cemas
dengan penyakitnya dan merasa
sedih karena tinggal sendirian
— Klien merasa khawatir
penyakitnya akan mengancam jiwa
Data Objektif:
— Wajah klien tampak sedikit
pucat.
— Ekspresi klien tampak sedih
saat mengungkapkan perasaannya
— Klien tinggal sendiri di
rumahnya.
2. DS: Kurangnya pengetahuan Kurangnya informasi
— Klien mengatakan kurang terhadap penyakit
tahu tentang kurang tahu tentang
efek samping obatobatan yang
dikonsumsinya.
— Klien mengatakan ingin cepat
sembuh
— Klien mengatakan khawatir
penyakitnya akan mengancam jiwa.
DO : -
2.2 DIAGNOSAKEPERAWATAN

No DiagnosaKeperawatan
1. Ansietas b/d krisis situasional dan/atau maturasional.

2. Kurangnya pengetahuan b/d kurangnya informasi terhadap penyakit.


III. NTERVENSIKEPERAWATAN
DiagnosaKep Goal &Objektif Intervensi Rasional
Ansietas b/d krisis situasional setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat ansietas 1. Respon individu dapat
dan/atau maturasional. keperawatan 1x 24 jam, ansietas dengan mengamati tingkah laku bervariasi tergantung pada pola
dapat berkurang dengan kriteria klien kultural yang dipelajari
klien memahami dan 2. Catat pembatasan focus 2. Penyempitan focus
mendiskusikan rasa takut, klien perhatian (mis konsentrasi pasien umumnya merefleksikan rasa
juga tampak rileks dan melaporkan terhadap suatu hal pada waktu takut/kepanikan yang luar biasa.
berkurangnya ansietas ke tingkat tertentu). 3. Menyediakan petunjuk
yang dapat diatasi 3. Observasi isi dan pola mengenai faktor-faktor seperti
pembicaraan: cepat/lambat, tingkat ansietas, kemampuan
tekanan, kata-kata yang digunakan, untuk memahami kerusakan otak
repetisi, tertawa ataupun kemungkinan perbedaan
4. Gunakan sentuhan, bahasa
sentuhan terapeutik, masase dan 4. Membantu memenuhi
terapi tambahan lainnya sesuai kebutuhan dasar manusia,
indikasi. penurunan rasa terisolasi dan
membantu pasien untuk
mengurangi perasaan kuatir.
Catatan: sentuhan terapeutik
adalah metode menggunakan
tangan secara langsung kea rah
kekuatan manusia untuk
membantu ataupun untuk
menyembuhkan.
Kurangnya pengetahuan b/d setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kesiapan dan 1. Kesalahan konsep dan
kurangnya informasi terhadap keperawatan 1x 24 jam, hambatan dalam belajar. Termasuk menyangkal diagnosa karena
penyakit. diharapkan klien mengetahui orang terdekat perasaan sejahtera yang sudah
informasi tentang penyakitnya 2. Tetapkan dan nyatakan lama dinikmati mempengaruhi
dengan kriteria klien memahami batas TD normal. Jelaskan tentang minat pasien/orang erdekat untuk
dan mampu mengungkapkan hipertensi dan efeknya pada mempelajari penyakit, kemajuan
pengetahuan tentang penyakitnya jantung, pembuluh darah, ginjal dan prognosis. Bila pasien tidak
serta proses pengobatannya. dan otak. menerima realitas bahwa

34
3. Hindari mengatakan TD membutuhkan pengobatan
„normal‟ dan gunakan istilah kontinu, maka perubahan perilaku
“terkontrol dengan baik” saat tidak akan dipertahankan
menggambarkan TD pasien dalam 2. Memberikan dasar untuk
batas yang diinginkan pemahaman tentang peningkatan
TD dan mengklarifikasi istilah medis
yang sering digunakan.
Pemahaman bahwa TD tinggi dapat
terjadi tanpa gejala ini untuk
memungkinkan pasien melanjutkan
pengobatan meskipun ketika
merasa sehat.
3. Karena pengobatan untuk
hipertensi adalah sepanjang
kehidupan, maka dengan
penyampaian ide “terkontrol” akan
membantu pasien untuk
memahami kebutuhan untuk
melanjutkan pengobatan/medikasi

I. IMPLEMENTASI&EVALUASI

Hari/ Dx.Kep Implementasi Evaluasi Nama


Tanggal SOAP danTTD
Perawat

35
1 September Ansietas b/d krisis 1. Mengkaji tingkat ansietas S: Klien mengatakan masih merasa
2022 situasional dan/atau 2. Mengobservasi isi dan pola cemas dan susah tidur
maturasional. pembicaraan O: Ekspresi klien masih tampak
3. Memberikan informasi yang spesifik bersedih ketika berbicara tentang
pada klien kondisinya
4. Mengajarkan klien tehnik relaksasi 5. A: Masalah belum teatasi
Memberikan klien sentuhan terapeutik P: Intervensi dilanjutkan

2 September Ansietas b/d krisis 1. Mengkaji tingkat ansietas S: Klien mengatakan rasa cemasnya
2022 situasional dan/atau 2. Mengobservasi isi dan pola sudah berkurang dan susah tidur
maturasional. pembicaraan O: Ekspresi klien masih tampak
3. Memberikan informasi yang spesifik bersedih ketika berbicara tentang
pada klien kondisinya
4. Mengajarkan klien tehnik relaksasi A: Masalah belum teatasi
5. Memberikan klien sentuhan terapeutik P: Intervensi dilanjutkan

Hari/ Dx.Kep Implementasi Evaluasi Nama


Tanggal SOAP danTTD
Perawat

36
2 september Kurangnya pengetahuan 1. Menjelaskan tentang batas tekanan S : klien mengatakan sudah tau apa
2022 b/d kurangnya informasi darah normal, tekanan darah tinggi dan itu hipertensi, dan penyebab
terhadap penyakit. efeknya. terjadinya hipertensi tetapi klien
2. Menjelaskan sifat penyakit dan tujuan masih merasa khawatir dengan
dari pengobatan dan prosedur. penyakitnya.
3. Menjelaskan pentingnya lingkungan O : Keadaan umum klien baik, klien
yang tenang, tidak penuh dengan stress. tampak mengerti, menyebutkan
4. Mendiskusikan tentang obatobatan : penyebab yang memperberat
nama obat, dosis obat, waktu pemberian obat, hipertensi, klien tampak mau
dan tujuan pemberian obat dan efek samping mengikuti saran perawat
obat. A: Masalah teratasi sebagian.
5. Memberikan pendidikan kesehatan P: Intervensi masih dilanjutkan.
tentang cara mencegah dan mengatasi
hipertensi.
6. Menganjurkan klien untuk tidak
mengonsumsi makanan dan minuman yang
dapat meningkatkan tekanan darah

3 september Ansietas b/d krisis 1. Mengkaji tingkat ansietas S: Klien mengatakan rasa cemasnya
2022 situasional dan/atau 2. Mengobservasi isi dan pola masih ada tetapi klien telah
maturasional. pembicaraan menerima kondisinya saat ini.
3. Memberikan informasi yang spesifik O: Ekspresi klien masih tampak rileks
pada klien ketika berbicara tentang kondisinya
4. Mengajarkan klien tehnik relaksasi A: Masalah teatasi sebagian
5. Memberikan klien sentuhan terapeutik P: Intervensi tetap dilanjutkan

37
3 September Kurangnya pengetahuan 1. Menjelaskan sifat penyakit dan tujuan S : klien mengatakan sudah tau apa
2022 b/d kurangnya informasi dari pengobatan dan prosedur. itu hipertensi, dan penyebab
terhadap penyakit. 2. Menjelaskan pentingnya lingkungan terjadinya hipertensi tetapi klien
yang tenang, tidak penuh dengan stress. masih merasa khawatir dengan
3. Menganjurkan klien untuk tidak penyakitnya.
mengonsumsi makanan dan minuman yang O : Keadaan umum klien baik, klien
dapat meningkatkan tekanan darah tampak mengerti, menyebutkan
penyebab yang memperberat
hipertensi, klien telah mengatur pola
makan dan melakukan olahraga
ringan.
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

38
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan M
asalah Hipertensi pada Ny. P di RS. Bhayangkara tebing tinggi. Adapun ruang lingkup
pembahasan ini adalah sesuai dengan proses keperawatan, yaitu dimulai dari tahap
pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi keperawatan dan
evaluasi keperawatan.
1.1. Pengkajian
Dalam melaksanakan pengkajian untuk memperoleh data, penulis melakukan
wawancara langsung ke pasien, observasi, dan pemeriksaan langsung ke pasien. Selain itu
penulis juga mendapatkan data dari perawat di Puskesmas yang merawat pasien dan dari
catatan perkembangan pasien. Pelaksanaan pengkajian mengacu pada teori, menurut
landasan teori dan gejala utama pasien yang sering di jumpai pada pasien hipertensi adalah
pusing, rasa berat di tengkuk, dan sukar tidur, mudah lelah dan marah dan juga gejala yang lain
adalah Tekanan darah meningkat >160/95 mmHg dan gejala akibat komplikasi berupa:
kegagalan faal jantung dan kegagalan faal ginjal. Sedangkan berdasarkan pada pengkajian
tanggal 1 september 2022, pasien mengeluh sakit kepala, terasa berkunang kunang dan sakit
kepala daerah belakang dialami os dua hari ini.
1.2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang muncul secara teori adalah:
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan O2
2. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pola hidup monoton
4. Koping keluarga inefektif berhubungan dengan perubahan hidup
39 beragam, krisis situasional
dan sistem pendukung tidak adekuat
Dari keluhan-keluhan pasien saat pengkajian, maka penulis dapat membuat diagnosa
keperawatan yaitu:
1. Ansietas b/d krisis situasional dan/atau maturasional.
2. Kurangnya pengetahuan b/d kurangnya informasi terhadap penyakit.
1.3. Perencanaan/Implementasi
Perencanaan disusun berdasarkan prioritas masalah yang ada disesuaikan dengan
kondisi pasien saat itu. Tujuan ditetapkan dengan mengacu pada masalah yang akan
diatasi/diminimalkan dan yang mencapai alat ukur, tercapainya tujuan. Rencana/intervensi
adalah bagian akhir dari perencanaan dimana perawat memutuskan strategi dan tindakan yang
akan dilakukan, diarahkan langsung pada etiologi atau faktor pendukung diagnosa
keperawatan.
Tujuan dari diagnosa keperawatan yang penulis susun antara lain nyeri pasien dapat
terjadi dan dapat diminimalkan dan tekanan vaskuler serebral tidak terjadi peningkatan, Pasien
mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan tekanan darah
dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing serta mampu
berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan.Pada bab ini penulis melakukan
kegiatan berupa pelaksanaan dari perencanaan yang telah dibuat serta mengkaji respon
pasien, serta dilakukan tindakan-tindakan seperti: menanyakan dan mencatat tingkat nyeri dan
faktor-faktor yang mempercepat timbulnya nyeri, mengobservasi tanda-tanda vital,
menganjurkan pasien untuk istirahat, menjelaskan bahwa keributan dapat menimbulkan
ketidaknyamanan, menganjurkan untuk sering melakukan olahraga yang teratur, memberikan
penyuluhan/pendidikan kesehatan serta tindakan kolaborasi pemberian terapi oral dan injeksi.
Saat dilakukan tindakan keperawatan pada Ny. P, implementasi dari diagnosa
keperawatan pertama sampai yang ketiga tidak ditemukan hambatan yang berarti. Hal ini
didukung keterlibatan keluarga dalam membantu penulis memberikan asuhan keperawatan
gerontik kepada pasien selain itu adanya semangat yang pasien miliki dalam melaksanakan
tindakan yang diberikan.
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan ini penulis bekerja sama dengan perawat di
Puskesmas Bukit Lawang, keluarga pasien serta tim kesehatan lainnya, kemudian tindakan
tersebut beserta respon pasien didokumentasikan dalam catatan keperawatan.

1.4. Evaluasi
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap
40 asuhan keperawatan
yang diberikan. Evaluasi yang dilakukan penulis adalah melihat apakah masalah yang ada
sudah teratasi/diminimalkan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Diagnosa yang
pertama setelah dievaluasi dari hari pertama masalah belum teratasi dikarenakan nyeri pasien
masih tingkat sedang, sedangkan pada hari kedua masalah nyeri sudah mulai berkurang
sehingga pada hari ketiga masalah sudah teratasi. Diagnosa yang kedua dari hari pertama sam
pai hari kedua masalah belum teratasi, dan pada hari ketiga masalah teratasi. Diagnosa yang
ketiga sudah teratasi pada hari pertama.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1.1. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Masalah Hipertensi
pada Ny. P, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Tahap Pengkajian
Pada tahap ini, penulis menemukan data dari klien dan keluarga serta dapat bekerjasama
sehingga penulis dapat memperoleh data yang baik dan akurat.
2. Tahap Diagnosa Keperawatan
Pada tahap ini, penulis menemukan 4 (empat) diagnosa keperawatan yang terdapat dalam
teori tetapi tidak semua ditemukan dalam kasus Ny. P. Sementara yang ada pada kasus
hanya 3 diagnosa keperawatan.
3. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan berjalan dengan baik, dimana klien, keluarga dan tenaga kesehatan dapat
bekerjasama dengan penulis.
4. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini, penulis tidak menemukan adanya hambatan sehingga tahap pelaksanaan ini
terlaksana dengan baik. Hal ini disebabkan adanya dukungan dan keinginan dari klien dan
keluarga untuk kesembuhan penyakitnya.
5. Tahap Evaluasi
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan pada Ny. P dengan masalah utama Hypertensi yang
dilaksanakan selama 3 (tiga) hari dan pada hari ke 3 (tiga) masalah keperawatan dapat
teratasi.
5.2. Saran
Setelah penulis mempelajari dan mengamati pada kasus
41 hypertensi maka penulis
menyimpulkan:
1. Dianjurkan kepada pasien agar minum obat secara teratur, mengurangi makanan yang
berlemak, yang berminyak dan juga dianjurkan untuk olahraga secara teratur.
2. Diharapkan kepada keluarga agar ada kerjasama yang baik, untuk menuruti anjuran dokter
dan perawat dalam pengobatan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Andjani, T. A. (2016). Perbedaan Pengaruh Masase Punggung Dan Slow Stroke Back Massage
(SSBM) Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di UPT PSTW
Jember. 38. Aspiani, R. Y. (2014).

Aspiani, R, Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.

Hamid, A, S. (2014). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Tentang Pencegahan


Hipertensi Dengan Kejadian Hipertensi Di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD.Prof. DR.
Aloei Saboe Kota Gorontalo 2013. Jurnal Keperawatan Universitas Gorontalo.
Gorontalo.

Mulyadi. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular Aplikasi NIC
NOC. Jakarta: EGC.

Primer. T Wijayanto, R Sari - Jurnal Kesehatan Metro - poltekkes-tjk.ac.id . Widayani, W.


(2016). Aromaterapi Lavender dapat Menurunkan Intensitas Nyeri Perineum. JOURNAL
NERS , 126.

Pudiastuti, R. D. (2013). Penyakit-Penyakit Mematikan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Setyawan, D., & Kusuma, M. A. (2014). Efektifitas Relakasasi Napas Dalam Pada Paisen
Hipertensi Dengan Gejala Nyeri Kepala Di Puskesmas Baki Sukohajo. 4-5.

Sai Wawai. (2016). Perbedaan pengaruh terapi masase dengan minyak aromaterapi dan
minyak VCO teerhadap penurunan Tekanan Darah Hipertensi

Siti Nur Kholifah. (2016). Keperawatan Gerontik. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

Suryono, Wijayanti, R., & dkk. (2016). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: ANDI.

Tjokroprawiro. (2015). Klasifikasi, Diagnosis dan Terapi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara


Terpadu.Yogayakarta:Graha Ilmu. 42

Wajan. (2011). Keperawatan Kardiovaskular. Cetakan kedua. Jakarta: Salemba Medika.

Wijayanto, T., & Sari, R. (2016). Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Pada Leher Terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri Kepala Pada Paisen Hipertensi Di RSUD Tugerejo
Semarang. Pengaruh Pemberian Kompres Hangat pada Leher (N, 2014).
S

Anda mungkin juga menyukai